Fungsi Matsuri dalam Perusahaan Jepang

(1)

FUNGSI MATSURI DALAM PERUSAHAAN JEPANG

NIHON NO KAISHA DE NO MATSURI NO KANSUU

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatra Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam bidang

Ilmu Sastra Jepang

OLEH:

RICO ANANDA PUTRA 090708014

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

MEDAN 2014


(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini berjudul Fungsi Matsuri dalam Perusahaan Jepang merupakan salah satu tugas akhir dalam melengkapi persyaratan untuk menyelesaikan program studi Sastra Jepang Universitas Sumatra Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak terdapat kekurangan serta masih jauh dari sempurna. Karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini dimasa mendatang. Dalam tahap-tahap penulisan skripsi ini penulis tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih secara khusus kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana M. Hum, selaku Ketua Departement Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah menyediakan waktu untuk mengikuti sidang pertanggungjawaban skripsi ini. 3. Bapak Drs. Hamzon Situmorang, M.S, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing I,

yang telah memberikan banyak kritik dan saran kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Eman Kusdiyana M. Hum, selaku Dosen Pembimbing II, yang telah membantu mengoreksi penyelesaian skripsi ini.


(3)

5. Seluruh staff dosen serta pegawai di kantor Departement Sastra Jepang yang telah memberikan ilmu dan membantu penulis selama menyelesaikan penulisan skripsi ini.

6. Teristimewa ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu memberikan doa, dukungan, serta dorongan moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Terimakasih buat keluargaku kak Wulan, Bang Sandi, kak Wina, Riski atas doa dan dukungannya. Semoga kita bisa terus menjadi keluarga yang solid di atas nama Allah SWT.

8. Untuk senior Daher yang telah membantu mengkritik dan memberikan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Buat teman-teman seangkatan: Dasril, Naufal, Ody, Marko, Febro, Doni, Fauzan, Icha, Emy serta semua teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas bantuan dan dukungan kalian selama ini.

Atas semua ini penulis tidak dapat membalasnya. Penulis hanya dapat mendo’akan semoga seluruh bantuan yang telah diberikan kepada penulis akan diberi balasan yang berlipat ganda oleh Allah Swt. Amin Ya Rabbal’Alamin...

Medan,Januari 2014 Penulis,


(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……… i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……… 1

1.2 Perumusan Masalah ………...… 8

1.3 Ruang Lingkup Masalah …..……….. 9

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ………. 10

1.5 Tujuan Penelitian ………. 12

1.6 Manfaat Penelitian ………... 14

1.7 Metode Penelitian ……… 15

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN JEPANG DAN RITUS-RITUS MATSURI PERUSAHAAN JEPANG 2.1 Perusahaan Jepang ………... 17

2.1.1 Anggota Kelompok Perusahaan ………... 17

2.1.2 Senioritas ……….. 20

2.2 Ritus-Ritus dalam Perusahaan ………. 25

2.2.1 Ritus Penerimaan Pegawai ………... 25

2.2.2 Ritus Pemujaan Leluhur ………... 27

2.2.3 Ritus Sasho ………... 33


(5)

BAB III ANALISIS MATSURI DALAM PERUSAHAAN HITACHI

3.1 Hubungan Pemujaan Leluhur dengan Matsuri ……… 37 3.2 Hubungan Pola Senioritas dengan Matsuri ………. 42 3.3 Hubungan Pola Kelompok dengan Matsuri ……… 46

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan ……….. 51 4.2 Saran ……… 57

DAFTAR PUSTAKA


(6)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang dalam kesehariannya berinteraksi dengan sesamanya dengan menghasilkan apa yang disebut dengan peradaban. Semenjak terciptanya peradaban dan seiring dengan terus berkembangnya peradaban tersebut, melahirkan berbagai macam bentuk kebudayaan.

Ienaga Saburo dalam Situmorang (2009:2-3) menjelaskan kebudayaan dalam arti luas dan arti sempit. Dalam arti luas kebudayaan adalah seluruh cara hidup manusia (ningen no seikatsu no itonami kata). Ienaga menjelaskan bahwa kebudayaan ialah seluruh hal yang bukan alamiah. Sedangkan dalam arti sempit kebudayaan adalah terdiri dari ilmu pengetahuan, sistem kepercayaan dan seni. Oleh karena itu Ienaga mengatakan kebudayaan dalam arti luas ialah segala sesuatu yang bersifat konkret yang diolah manusia untuk memenuhi kebutuhanya. Sedangkan kebudayaan dalam arti sempit ialah sama dengan budaya yang berisikan sesuatu yang tidak kentara atau yang bersifat semiotik.

Di belahan dunia ini masing-masing negara mempunyai kebudayaan yang berbeda dan mempunyai ciri khas tertentu dimana negara satu dengan yang lain belum tentu memiliki ciri khas yang sama. Salah satunya yaitu kebudayaan Jepang. Sepanjang sejarahnya, Jepang telah menyerap banyak gagasan dari negara-negara lain seperti teknologi, adat-istiadat dan bentuk-bentuk pengungkapan kebudayaan. Jepang telah mengembangkan masukan-masukan dari


(7)

luar. Bahkan gaya hidup orang Jepang dewasa ini merupakan perpaduan budaya tradisional di bawah pengaruh Asia dan budaya modern Barat. Namun terlepas dari semua hal di atas, Jepang tetap mempertahankan dan melestarikan kebudayaan aslinya. Negara Jepang juga kaya dengan berbagai kebudayaan leluhurnya yang beraneka ragam dan unik. Budaya - budaya mereka tetap terjaga dikarenakan masyarakat Jepang mencintai kebudayaannya sendiri dan mau untuk menjaganya. Berbagai cara dilakukan oleh masyarakat Jepang untuk tetap menjaga kebudayaannya agar tidak punah. Salah satunya yaitu dengan cara penyelenggaraan Matsuri. Negara Jepang terkenal dengan Matsuri. Mulai dari awal tahun sampai dengan akhir tahun beraneka ragam Matsuri dilaksanakan.

Lawanda (2009 : 97) Matsuri adalah ritual yang dilakukan untuk melepaskan manusia dari kejenuhan dan tekanan yang berasal dari struktur sebuah ruang dan waktu tertentu yang berlaku rutin Matsuri yang merupakan salah satu hasil konkret cerminan dari kebudayaan menjadi salah satu hal yang identik dalam kehidupan masyarakat Jepang. Matsuri telah menjadi urat nadi yang telah berakar di setiap segi kehidupan masyarakat Jepang. Matsuri mewarnai kehidupan orang Jepang yang saat ini semakin ceria dan gemerlap. Kegiatan penyelenggaraan Matsuri mencerminkan kegiatan organisasi mencakup aspek sosial, kebudayaan, ekonomi, politik, kekerabatan dan keluarga Jepang. maka dengan pengertian lain penyelenggaraan Matsuri sudah menjalar setiap sisi.

Di dalam sistem kekerabatan dan keluargaan di Jepang Matsuri sudah melebur menjadi bagian dari tradisi dalam keluarga. pada mulanya penyelenggaraan Matsuri hanya dilakukan dalam ruang lingkup kekeluargaan saja. Sistem kekeluargaan di Jepang yang identik disebut dengan Ie. Menurut Ito


(8)

dalam Situmorang ( 2009: 26) Ie adalah sebuah bentuk keluarga yang mempunyai sistem tersendiri yang berurat berakar pada masyarakat Jepang. oleh karena itu Ie

mempunyai hubungan yang dalam dengan sistem dan struktur masyarakat Jepang dan merupakan suatu sistem masyarakat dalam kesejarahan Jepang tersendiri. Ie

merupakan satu komunitas yang terbentuk dari disposisi yang mengikat setiap anggota pada status dan peran. Ie memiliki fungsi pengaturan dunia sosial dan kekuatan untuk memantapkan aturan tersebut. Maka untuk menjaga tradisi demikian harus ada hal sebagai pengingat demi keberlangsungan Ie yaitu melalui

Matsuri, berbagai penyelenggaraan Matsuri dilaksanakan dalam keluarga seperti upacara penyembahan roh leluhur dan lain-lain.

Bersamaan dengan perkembangan sosial, ekonomi, kebudayaan dan keagamaan, sistem Ie yang menjadi dasar dari pengelolahan kehidupan masyarakat mengalami pergeseran dan menyerap masuk ke dalam divisi lain seperti contoh instansi pemerintah, oganisasi, perusahaan, dan lain- lain menjadi

Ie fiktif yang mengacu pada model Ie sebagai struktur keluarga Jepang. Dalam hal ini saya akan membahas Ie dalam perusahaan sebagai acuan dalam pembahasan berikutnya. Ie menjadi struktur dari organisasi-organisasi perusahaan Jepang. Perusahaan-perusahaan memiliki pola kehidupan rumah tangga berupa pengaturan hubungan kekuasaan dan obligasi, atasan dan bawahan, laki- laki dan perempuan.Manajemen perusahaan Jepang terlihat dilakukan secara kekeluargaan dan kekerabatan dengan adanya sistem shushinkoyo “ pekerjaan seumur hidup”, pekerjaan dan upah ditentukan berdasarkan nenkojoretsu “senioritas” keterikatan dan ketergantungan individu pada perusahaan membuat setiap individu memandang perusahaan tempat ia bekerja sebagai yang memiliki makna dari


(9)

dirinya. Perusahaan dianggap sebagai uchi “rumah” tempat sumber kesejahteraan rahmat. Pengertian uchi mengacu pada hubungan istri, anak, ayah, dan kerabat serta orang- orang yang bekerja dengan penuh kesetiaan dan mengabdi habis- habisan kepada kepala rumah tangga yang bersangkutan. Walaupun Jepang banyak menyerap konsep pengetahuan dan sistem perusahaan dari luar, tetapi tradisi Ie yang menjadi konsep dasar dalam menjalankan perusahaan tidak dapat dihilangkan dari tubuh perusahaan.Karena selalu ada pengingat untuk tetap menjalankan Tradisi melalui penyelenggaraan Matsuri.Karena itulah tradisi

Matsuri, Tradisi Ie, dan penyelenggaraan perusahaan menjadi satu kesatuan yang berjalan seiringan.

Sebelumnya perusahaan yang menerapkan Sistem Ie berkembang pada zaman Meiji Tahun 1867, kaisar Mutsuhito yang baru berusia 15 tahun meneruskan kekuasaan ayahnya, Kaisar Komei dan zaman baru Meiji yang berarti “aturan pencerahan” diumumkan. Restorasi Meiji pada tahun 1868 mengakhiri 265 tahun berdirinya. Berbagai aturan baru di terapkan salah satunya yaitu menetapkan pendapatan pajak, pemerintah memperbaharui cara cara pemungutan pajak dari petani yang dikenal dengan istilah Chisokaisei. Pertama pemerintah memberikan sertifikat tanah kepada tuan tanah dan pemilik tanah pribadi, kemudian beras sebagai pajak tahunan diganti dengan uang kontan (ChisoKaisei).

Bersamaan dengan perkembangan industri modern, maka modal diakumulasikan pada industri-industri besar dan keluarga kapitalis yang bepengaruh

(Zaibatsu). Zaibatsu adalah Perusahaan yang berkembang pada zaman Meiji.Di barat kepemilikan saham adalah bebas dan dijual melalui pasar modalnya. para pendiri Zaibatsu adalah mantan samurai kelas bawah, yang karena tersingkir oleh


(10)

kekuasaan Bakufu Tokugawa (1600-1868), terpaksa menyingkir ke daerah pinggiran. Karena tidak memiliki akses ke militer dan politik maka tinggalah satu kesempatan, yaitu menjadi pengusaha di daerah pinggiran, khususnya mengolah tanah dan pertanian. Pengusaha-pengusaha inilah yang menjadi pengusaha tangguh yang memiliki semangat samurai atau bushido dan sekaligus memiliki talenta bisnis. didalam upayanya mempertahankan kekuasaannya akhirnya menjalin ikatan kuat dengan pengusaha-pengusaha tangguh tersebut yaitu samurai-pengusaha yang merupakan ikatan berdasarkan kolusi dan nepotisme serta memberi dampak simbiosis mutualisme. Lahirlah kemudian istilah ''political merchant'' yaitu kolusi antara penguasa dan pengusaha. Political merchant inilah yang mampu membuat samurai-pengusaha mengembangkan sayapnya begitu mengagumkan. Dari bidang pertanian lalu berkembang ke bidang pertambangan khususnya emas dan batu-bara. Namun tidak berhenti sampai disitu saja mereka juga melaju terus ke bidang perbankan dan asuransi, serta bidang perdagangan internasional yang dikenal dengan nama sogososha. Sogososha inilah yang berkembang menjadi ''agent of development'' bagi industri jepang untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan yang kemudian menjadi trading house. Maka sistem Ie yang di junjung oleh para samurai dibawa sampai keperusahaan

Zaibatsu sebagai Perusahaan yang menggunakan sistem adanya kepemilikan oleh keluarga, joint stock (saham bersama), serta hubungan antar keluarga-holding company subsidiaries, seperti hubungan antarahonke (main-family) –bunke

(branch-family) –bekke (other-family) yang dikenal dalam konsep Ie, kazoku, maupun dozoku.


(11)

Ie dalam prinsip hubungan interaksi kekeluargaan yang di adopsi dari keluarga rumah kedalam perusahaan, dimana hubungan interaksi antara individu yang mempunyai gap-gap tertentu yang membatasi ruang gerak interaksi antara individu, dimana ada hal-hal yang harus dijaga dalam berhubungan interaksi agar terjadi berkesinambungan dan tidak menimbulkan kesan yang buruk diantara individu itu sendiri, dan interaksi ini terjadi antara pegawai sederajat, senior-junior dan sebaliknya senior-junior dengan senior, pola tindakan interaksi ini harus dijaga dan membudaya di dalam perusahaan, seiring dengan pelaksanaan penyelenggaraan aktifitas ekonomi dalam perusahaan dimana hubungan hubungan tersebut tercermin dalam aktifitas matsuri yang dilaksanakan dalam perusahaan, terkait dengan sebagai cerminan ekonomi Matsuri pun banyak diselenggarakan dalam instansi, perusahaan-perusahaan, seperti perayaan shainryouko, nyuusashiki, Chinkasai, Souritsukinensai, hanami, dan lain sebagainya. Maka dengan perkembangan sosial, ekonomi, kebudayaan dan keagamaan, sistem Ie

yang menjadi dasar dari pengelolaan kehidupan masyarakat desa mengalami pergeseran dan menyerap masuk ke dalam divisi lain sperti contoh perusahaan menjadi Ie fiktif yang mengacu pada model Ie sebagai struktur keluarga Jepang.dengan demikian dapatlah diasumsikan struktur Matsuri saling terkait dengan struktur Ie yang diterapkan juga di dalam perusahaan dan memiliki fungsi sebagai dasar dalam penyelenggaraan perusahaan.

Dari penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa masyarakat Jepang mempunyai kebudayaan yaitu Matsuri. Matsuri adalah sebuah penyelenggaraan yang tujuannya untuk mengingatkan keberadaan sistem hubungan didalam keluarga. Dan konsep pola interaksi dulunya hanya berlaku


(12)

pada keluarga (Ie) saja kini sudah diterapkan di Perusahaan sebagai tujuan dan manfaat yang sama dengan tujuan konsep Interaksi dalam keluarga. Seiring dengan ini maka penyelenggaraan Matsuri pun ikut bergeser ke perusahaan dan penyelengaran Matsuri dengan perusahaan punya kaitan dimana matsuri menjadi mempunyai fungsi di dalam perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa penting untuk menganalisis tentang hubungan antara Matsuri dengan perusahaan terkait dengan pelaksanaan konsep Ie dalam perusahaan.Dan penulis menuangkannya dalam penulisan skripsi yang di beri judul “Fungsi Matsuri Dalam Perusahaan”.

1.2 Perumusan Masalah

Jepang adalah salah satu Negara maju di dunia tak terkecuali pada bidang perekonomiannya, dan salah satu sumbangsih terbesar berasal dari perusahaan, perusahaan di jepang maju tak terlepas dari sistem manajemen yang baik didalamnya. Sistem manajemen bersifat tradisional yang menjadi ciri khas tersendiri sama sekali tidak mengganggu stabilitas bahkan banyak perusahaan Jepang yang tampil menjadi perusahaan kelas dunia seperti Hitachi, Daiichi, Toyota, Honda, dan lain-lain. Dan tidak terkecuali dengan sumber daya manusia didalam perusahaan yang sangat disiplin dalam menjaga keberlangsungan penyelenggaraan perusahaan dan terus berusahaa untuk mencapai tujuan dari perusahaan itu sendiri, sementara di tengah kemajuan dan modernisasi Perusahaan di Jepang masih dijumpai kebudayaan yang bersifat tradisional yang masih dijaga hingga sekarang, dan bahkan menjadi suatu hal yang memacu kemajuan perusahaan Jepang, yaitu penyelenggaraan matsuri. Berbagai macam matsuri dilakukan di tengah banyaknya perayaan asing yang dilaksanakan di


(13)

Jepang, bahkan perayaan matsuri di dalam perusahaan bersanding dengan kebudayaan internasional yang juga dilaksanakan orang-orang ataupun organisasi dalam perusahaan itu sendiri. dari sini penulis melihat adanya hubungan antara

matsuri dengan penyelenggaran perusahaan. maka berangkat dari pembahasan ini juga penulis mengangkat permasalahan lebih dalam lagi tentang hubungan penyelenggaraan Matsuri dengan Perusahaan.

Dalam hal ini penulis merangkum masalah dalam bentuk pertanyaan : 1. Apa fungsiMatsuri dalam perusahaan Jepang?

2. Bagaimana pola interaksi sosial antar pegawai perusahaan terkait dengan pengaruh penyelenggaraan Matsuri di dalam perusahaan Jepang?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam setiap penelitian diperlukan adanya pembatasan masalah agar pembahasan tidak terlalu melebar sehingga menyulitkan pembaca untuk memahami pokok permasalahan yang dibahas penulis hanya membatasi permasalahan pada Fungsi Matsuri di dalam penyelenggaraan perusahaan dan untuk mendukung dari penulisan ini penulis akan menyinggung pembahasan dimulai dari pembahasan tentang struktur sosial masyarakat Jepang yang didalamnya akan membahas keluarga tradisional Jepang yang bercorak koorporasi, kebudayaan koorporasi Jepang, Ie dalam koorporasi di Jepang, dan selanjutnya akan dibahas tentang Matsuri termasuk didalamnya klasifikasi dan dan pada pembahasan selanjutnya akan di bahas tentang analisis fungsi Matsuri dalam perusahaan. Disini penulis akan membahas tentang hubungan interaksi antar individu dalam perusahan serta meneliti tentang sikap perilaku individu di dalam perusahaan terkait dengan pengaruh Matsuri tersebut.Jugadalam penulisan ini


(14)

akan diambil sampel sebuah peusahaan yang bernama “Hitachi” sebagai bahan percontohan pada menganalisis fungsi Matsuri dalam perusahaan.

1.4 Tinjauan Pustaka

Kebudayaan Jepang yang sudah berabad- abad lamanya melekat di dalam kehidupan masyarakat Jepang sangat identik denganMatsuri. Lawanda (2009 : 97) menjelaskan Matsuri adalah ritual yang dilakukan untuk melepaskan manusia dari kejenuhan dan tekanan yang berasal dari struktur dalam sebuah ruang dan waktu tertentu yang berlangsung rutin. Lawanda juga menjelaskan bahwa Matsuri ritual Perayaan dalam kehidupan orang Jepang untuk mengatasi persoalan- persoalan yang menimpa mereka. Matsuri merupakan ekspresi keyakinan keagamaan orang Jepang dalam kehidupan berkelompok seperti perusahaan.Matsuri merupakan penghubung antara dunia nyata dengan dunia gaib.

Menurut Yanagita dalam Madubrangti (2008:22), Matsuri pada hakekatnya adalah kegiatan yang diyakini atau dipercayai oleh masyarakat Jepang sebagai ritual terhadap pemujaan kepada para leluhur dan kepada alam semesta, Orang memohon dan memanjatkan rasa syukur atas kemakmuran, kesejahteraan dan keselamatan yang diperolehnya. Matsuri sebagai ekspresi dari keyakinan keagamaan dan sebagai sebuah bentuk perayaan yang digunakan oleh perusahaan sebagai media untuk menanamkan kebudayaan perusahaan.

Kansil (2001 : 2) definisi atau pengertian perusahaan adalah setiap bentuk badan usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan didirikan, bekerja, serta berkedudukan dalam wilayah negara indonesia untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba.


(15)

Sudarsono (1994:26) Perusahaan adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan satu atau kelompok orang dalam wadah kelembagaan formal di tempat tertentu, yang diorganisasikan dan dijalankan teratur dan berkesinambungan untuk membuat, menyediakan atau mendistribusikan barang dan jasa bagi orang yang mau dan mampu untuk membelinya. Terkait dengan ini perusahaan yang berusaha untuk berkembang dan maju diperlukan sebuah formula untuk dapat mendorong percepatan pertumbuhan perusahaan dengan cara menanamkan koorporate culture

( kebudayaan koorporasi ) dalam perusahaan.

Lawanda (2009: 30) corporate culture “kebudayaan koorporasi” merupakan keyakinan-keyakinan, nilai- nilai, dan etika- etika yang dianut dalam perusahaan. Keyakinan- keyakinan tersebut dianggap sebagai prinsip tertinggi dari sebuah perusahaan yang mengarahkan seluruh sumber daya perusahaan tersebut sehingga setiap orang yang berada di dalam dan terkait dengan perusahaan mengetahui apa yang diinginkan perusahaan.

1.5 Kerangka Teori

Dalam melakukan sebuah penelitian, penulis memerlukan kerangka teori sebagai landasan dalam penulisan skripsi, hal ini bertujuan agar penulis nanti menjadi terarah dalam melakukan penulisan dalam penelitian. Dalam hal ini penulis menggunakan pendekatan sosiologis, dan pendekatan kesejarahan, untuk mendukung dari penilitian ini penulis juga akan menyinggung segi religi. Sebelumnya Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi- segi kemasyarakatan yang bersifat da berusaha untuk mendapatkan pola- pola umum kehidupan masyarakat. Menurut Soekanto (1982: 21) objek sosiologi adalah


(16)

masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan manusia dan proses yang timbal- balik dari hubungan manusia didalam Masyarakat.

Pendekatan sosiologi tersebut adalah suatu landasan kajian sebuah studi atau penelitian untuk mempelajari hidup bersama dalam masyarakat Berkenaan dengan dengan teori tersebut maka penulis akan mengarahkan penulisannya kepada hubungan timbal-balik manusia/ individu di dalam perusahaan, terkait dengan pelaksanaan Matsuri di dalam perusahaan terhadap pengaruh kepada interaksi sesama individu dalam hal ini pegawai perusahaan, dan bagaimana bentuk joshiki (pola interaksi) antara pegawai dalam perusahaan yaitu antara sacho ( presiden direktur) dengan senmu

(direktur pelaksana), joshi ( atasan ) dan senpai ( senior), begitu juga hubungan perusahaan pihak luar seperti doryo ( kolega), joshishain (pegawai perempuan). Begitu juga terkait pendekatan sosial terhadap Matsuri yang akan dibahas dalam bab selanjutnya dimana dalam hal ini Matsuri dalam makna sosial dan kekerabatan memberi penyatuan rasa dan emosi tentang kebenaran dari kekuatan leluhur yang akan menyelamatkan kehidupan dari keturunan dan orang- orang yang memujanya. Matsuri mempengaruhi hubungan-hubungan yang berlangsung antara pegawai, pegawai dengan atasan dan pimpinan, yang sakral dengan yang profan, dan perusahaan dengan perusahaan lain, kesetiaan, penngabdian, dan saling menghormati dalam pola tindakan menjadi etos kerja dalam perusahaan sebagai suatu arena.

Penulis juga menggunakan pendekatan penelitian historis (Historical Research). Menurut Sumadi Suryabrata (1983 : 16) tujuan penelitian historis adalah untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan obyektif,


(17)

dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasikan, serta mensistesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan kuat. Penulis menggunakan pendekatan sejarah karena penelitian ini juga bermaksud untuk mengetahui gejala awal perkembangan penyelenggaraan

Matsuripada zaman Meiji seiring dengan perkembangan sistem Ie yang awalnya di kelolah oleh desa kemudian bergeser ke dalam perusahaan dan menyerap kedalam bagian dari korporate kulture “ budaya perusahaan” menjadi Ie fiktif yang mengacu kepada model Ie sebagai struktur keluarga Jepang. Dengan demikian dapatlah diasumsikan struktur Matsuri saling terkait dengan Ie yang terterapkan juga di dalam perusahaan.

1.6 Tujuan dan manfaat Penulisan

A. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dalam penulisan skripsi yang berjudul Fungsi Matsuri

Dalam Perusahaan Jepang sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hubungan antara Matsuri dengan perusahaan


(18)

B. Manfaat Penulisan

1. Menambah wawasan penulis dan pembaca mengenai kebudayaan

Matsuri Jepang

2. Menambah wawasan pembaca dan penulis pelaksanaan “korporate culture” kebudayaan Perusahaanyaitutradisi Ie di dalam Penyelenggaraan Perusahaan Jepang

3. Menambah wawasan pembaca dan penulis mengenai Fungsi Matsuri

di dalam Perusahaan Jepang

1.7 Metode Penulisan

Penelitian ilmiah merupakan suatu kegiatan ilmiah yang harus di lakukan dalam kerangka yang sistematis dan teratur, baik mengenai prosedurnya maupun mengenai proses berfikir tentang materinya. Sehingga penelitian menjadi terarah dan diharapkan dapat menghasilkan kebenaran yang objektif.

Adapun salah satu prosedur yang harus dilalui dalam melakukan penelitian adalah pemilihan metode penelitian atau istilah asing yang lazim digunakan adalah metode research.Menurut kata- katanya metode research dapat diartikan sebagai suatu usaha yang sifatnya sistematis dan objektif, dengan maksud memperoleh atau mengumpulkan keterangan- keterangan atau informasi yang diteliti dan secara efisien ( Hadibroto. S; 1965: 5). Penelitian ini dapat dilakukan


(19)

dengan dua cara, yaitu dengan library research dan field research. Namun, penulis memilih library research sebagai pedoman penelitian dan penulisan skripsi ini.Library research sendiri dapat didefenisikan sebagai penelitian yang berdasarkan kepustakaan sebagai bahan dan cukup dapat diperoleh dari buku- buku, yang tentu saja disesuaikan dengan apa yang menjadi objek penelitian yang telah dipilih terlebih dahulu, jadi sifatnya semata- mata teoritis belaka ( Hadibroto, S:1965; 5 ).

Selain itu penulisan ini juga berpedoman pada metode penelitian yang cukup bentuknya adalah mempelajari masalah- masalah dalam masyarakat serta tata cara yang berlaku di dalam masyarakat serta situasi- situasi tertentu, termasuk tentang hubungan kegiatan, sikap- sikap, pandangan, serta proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari satu fenomena ( M. Nazir : 1988 : 84 ), yang dalam hal ini objeknya adalah fenomena hubungan interaksi didalam perusahaan Jepang. Kemudian, metode ini dideskripsikan dengan mengemukakan sisi sosiologis dari fenomena tersebut.


(20)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP RITUS-RITUS MATSURI DALAM PERUSAHAAN JEPANG

2.1 Perusahaan Jepang

2.1.1 Anggota Kelompok

Ie menjadi struktur dari organisasi-organisasi perusahaan Jepang.dengan mengikuti pola Ie yang dianut dalam pelaksanaan perusahaan yang dibagi menjadi beberapa divisi kelompok mulai dari stratifikasi paling atas hingga yang paling bawah. Perusahaan-perusahaan memiliki pola kehidupan rumah tangga berupa pengaturan hubungan kekuasaan dan obligasi, atasan dan bawahan, laki- laki dan perempuan. Manajemen perusahaan Jepang terlihat dilakukan secara kekeluargaan dan kekerabatan dengan adanya sistem shushinkoyo “ pekerjaan seumur hidup”, pekerjaan dan upah ditentukan berdasarkan nenkojoretsu “senioritas” keterikatan dan ketergantungan individu pada perusahaan membuat setiap individu memandang perusahaan tempat ia bekerja sebagai yang memiliki makna dari dirinya. Perusahaan dianggap sebagai uchi ‘rumah’ tempat sumber kesejahteraan rahmat. Ie merupakan satu komunitas yang terbentuk dari disposisi yang mengikat setiap anggota pada status dan peran. Ie yang berawal pelaksanannya dirumah yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak kini sudah menjelma menjadi sistem yang digunakan perusahaan yang terdiri atas atasan dan bawahan dimana ada perusahaan induk sebagai pemimpin dalam keiretsu dan dilanjutkan ke lapisan kebawah yang terdiri dari atas kelompok-kelompok usaha, dan juga di dalam


(21)

tubuh perusahaan terdapat pemimpin perusahaan sebagai oyabun dilanjutkan ke lapisan bawah yang terdiri dari kelompok-kelompok divisi kepegawaian. Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keteraturan internal dalam menghadapi persaingan bisnis di tingkat global yang tidak dapat dielakkan.Struktur organisasi kelompok perusahaan mengikuti sistem manajemen multinasional yang hierarkis.

Berikut bagan organisasi di bawah naungan perusahaan Hitachi;

Direktur perusahaan (shacho) bersama dewan administrasi (keieikaigi) didampingi oleh kaicho dan torinoyokkai. Garis lini dibawah jenjang teratas ada kamar (ya) dan bagian (bu). Pengawas dan dewan pengawas yang memiliki kamar langsung dibawah komandon (kansaisyakushitsu) terpisah, tidak dalam garis komando dibawah pimpinan. Dalam garis pimpinan horizontal adalah


(22)

bagian-bagian (bu), kelompok (grup), kantor cabang ( shisha) dan rumah sakit (byoing). Bagian pengembangan dan penelitian membawahai 6 tempat penelitian (sho) dan 4 kelompok, yaitu sistem kekuatan dan industri (denryoku.denkigurupu), platform ubikitas (ubikitasupurattofomu) dan (handotaiguruppu). Rumah sakit pusat Ibaraki (ibarakibyoinsenta) membawahi 5 rumah sakit kecuali

odairakinentokyohitachibyoin dan hitachikogesogobyoin

Koorporasi secara keseluruhan dibawah pimpinan torinoyakusacho

sebagai representasi pimpinan perusahaan secara de facto dari 10 kelompok kerja (jugyoguruppu), 35 bagian kerja (jigyobu), 10 bagian administrasi (eigyohonbu), 10 cabang (shisha), 8 tempat penelitian dan pengembangan ( kenkyujo, kaihatsuhonbu), sertaanakperusahaan yang berafiliasi di bawah masing-masing kelompok dan bagian. Pimpinan perusahaan tidak selalu orang yang memiliki hubungan atau darah keturunan langsung pendiri, seseorang diantara jajaran pimpinan yang dinilai oleh dewan pimpinan memiliki kemampuan lebih dari yang lain (noryokushugi), bekerja lebih dari 3 tahun, memiliki pengalaman kerja di dalam jaringan koorporasi tersebut.

2.1.2 Senioritas

Organisasi dibentuk untuk mempertemukan kebutuhan antara kedua makna binari tersebut bagi kepentingan seluruh anggota dan masyarakat.Prinsip dan praktek memanfaatkan fungsi organisasi, perlengkapan, dan aplikasi menjadi sebuah gejala koorporasi yang mendasar berada dalam manajemen.

Sistem Nenkojoretsu Sistem Jepang, dalam struktur organisasi bisnis, menerapkan tata kelola perusahaan serius dan menanamkan sebagian besar


(23)

budayanya. di bawah Sistem Nenko, promosi lebih didasarkan pada usia atau umur panjang di perusahaan, atau dekat dengan pensiun, dan tidak pada sesuai antara umur dengan prestasi (jabatan) yang didapatkan. Sistem ini menguntungkan untuk karyawan yang lebih tua yang bisa mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi sebelum pensiun, dan sistem membawa lebih banyak pengalaman pada tingkat eksekutif. Namun, hal itu mungkin juga mengabaikan talenta yang lebih muda.Dengan demikian, manajemen harus berhati-hati untuk menjaga bakat serta loyalitas pelayanan karyawannya.

Manajemen perusahaan Jepang dilakukan berdasarkan pada pekerjaan seumur hidup (shishinkoyo),pekerjaan dan upah ditentukan berdasarkan senioritas (nenkojoretsu). Keterikatan dan ketergantungan individu pada perusahaan membuat setiap individu memandang perusahaan tempat dia bekerja sebagai yang memiliki makna lebih dari dirinya. Perusahaan menjadi pusat kehidupan ( bon’i shugi) sedangkan pegawai bersangkutan akan memperoleh status terbaik sebagai

seishain. Seishainadalah pegawai permanen atau orang yang dipekerjakan oleh perusahaan secara keseluruhan sempurna.

Didalam sistem nenkojoretsu Perusahaan memiliki model implisit organisasi, yaitu model piramida manusia mengatur hubungan jarak yang dalam dan besar dengan kekuatan serta larangannya, ukuran-ukuran untuk mengkonsentrasikan otoritas serta struktur dari setiap kegiatan. Tanpa kesadaran akan hubungan tersebut kehidupan karyawan tidak bisa dilakukan secara lancar bagi orang Jepang, sebab sistem ini merupakan kedisiplinan tinggi dan kemampuan untuk mengenali diri dalam menerima batasan-batasan gerak akibat sistem hirarki.


(24)

Contoh bagan: a

b c

d e f g

Gambar tersebut menunjukkan struktur kelompok vertical ( Nakane,1981:54). A,b,c,d,e,f, dan g adalah anggota kelompok dengan atribut yang tidak harus sama. Pengelompokkan terbentuk dari hubungan akumulasi antara a-b,b-d,b-e,c-f, dan c-g dengan a sebagai titik pusat. Struktur kelompok ini tidak fleksibel, sebab seorang anggota baru tidak bisa menggeser kedudukan anggota yang lama, dan iadiberi tempat pada tatanan yang paling rendah. posisinya secara bertahap akan naik sejalan dengan makin bertambahnya usia keanggotaannya dalam kelompok tersebut hubungan atasan dan bawahan diungkapkan dengan istilah oyabun-kobun . oyabun berarti orang yang memilki status sebagai orang tua (oya), sedangkan kobun menunjukkan orang yang berstatus anak (ko), pada perusahaan besar seperti Hitachi, sistem penerimaan pegawai baru lebih menyerupai sesuatu “pengadopsian anak ke dalam keluarga” perusahaan. oleh karena itu, perusahaan lebih suka merekrut lulusan-lulusan baru daripada orang yang sudah pernah bekerja di tempat lain, sebab mereka akan lebih mudah menerima sosialisasi awal dalam memahami tujuan, nilai-nilai,dan norma-norma perusahaan. di samping itu, sistem senioritas dapat dipelihara kelancarannya hanya dengan merekrut lulusan-lulusan baru yang setaraf dan menempatkan mereka di dasar hirarki perusahaan


(25)

Perusahaan bagi orang Jepang dianggap sebagai uchi ( rumah; dalam) sebagai kesejahteraan dan rahmat. Hubungan-hubungan kerja internal dan eksternal dalam kelompok perusahaan berlangsung dalam aturan pembagian fungsi seperti seksi, departemen dan hierarki, hubungan jangka panjang, keturunan dan kontrak berdasarkan negosiasi. Corak dan hubungan – hubungan kerja dari suatu perusahaan tidak sama terkait dengan bisnis perusahaan sedangkan individu-individu ditugaskan dalam seperangkat jenjang (keitosei). Jenjang dari ciri perusahaan Jepang di perusahaan Hitachi, sebagaimana pada umumnya standar jenjang perusahaan Jepang (kaisha), disesuaikan dengan ekspresi universal dengan variasi tidak adanya wakil atau asisten (fuku) atau deputi (dairi). skema dibawah menampilkan standar jenjang organisasi perusahaan hitachi

Universal Jenjang

Presiden Shacho

Vice-President Fukusacho

Senior managing director Senmu Torishimariyaku Managing director jomu torishimariyaku

Director Torishimariyaku

Department head Bucho

Deputy department head jicho

Section head Kacho

Sub-secton head kakaricho


(26)

Penjenjangan berlangsung atas perusahaan disamping terhadap manusia berkaitan dengan penghargaan dan insentif yang diberikan perusahaan dalam pertimbangan mendorong kejayaan dan kemashuran perusahaan. jenjang perusahaan menempatkan setiap individu dalam promosi sama, Perbedaan status membuat direktur dala perusahaan Jepang tidak dipekerjakan oleh perusahaan maupun dikenai peraturan perusahaan, maka direktur yang sudah pensiun tetap berada dalam dewan direktur sementara presiden direktur ( sacho) berada di tempat yang terpisah dalam ruangan tersendiri dan dibatasi oleh ruangan tertutup. Akses ke dalam melalui prosedur formal, dan untuk berkomunikasi dengannya menggunakan bahasa formal.

Manajer (keiei) dibedakan dari pegawai biasa melalui kedudukan seseorang yang terlibat atau menjadi anggota serikat buruh. Untuk kasus ini Jenjang tidak membedakan kantin utnuk menajer dan pegawai biasa, tetapi ditampilkan dalam pola tindakan formal berupa rapat (kaigi). Setiap orang dalam rapat menyadari jenjang masing-masing.Sebelum rapat dimulai seluruh peserta rapat diatur penempatan dudukunya menurut kedudukan dan jenjang. Sistem jenjang memberi kontribusi terhadap perasaaan persatuan dalam komunitas yang menciptakan perbedaan saya/kami dengan dia/mereka.\

Sistem hirarki berdasarkan senioritas merupakan mekanisme yang sederhana dan stabil, karena dibentuk dengan sistem itu akan bekerja secara otomatis tanpa perlu dukungan aturan apapun dan tidak perlu dicek terus menerus. Didalam kehidupan sehari-hari sistem hirarki mengakibatkan aturan tingkah laku dan berbicara yang rumit. Aturan tingkah laku dan Bahasa yang digunakan berbeda-beda tingkahnya, disesuaikan dengan tata susunan hirarkis diantara


(27)

seseorang dan lawan bicaranya contohnya san digunakan untuk sempai, kun untuk

kohai dan yang tanpa tambahan untuk doryo (Reischauer, 1982:210).didalam

kaitannya dengan kemantapan hubungan antar individu ini, kegiatan

tukar-menukar kartu nama meishi yang khas Jepang mempunyai implikasi sosial yang

penting. Yaitu untuk menampakkan status relatif masing-masing pihak sebelum memulai percakapan sehingga bisa menggunakan tingkat Bahasa (dan perilaku) yang tepat. ini sangat penting karena suatu kekeliruan dalam hal ini akan menimbulkan rasa malu dan rasa bersalah yang sangat dihindari orang Jepang.

2.2 Ritus-ritus dalam perusahaan Jepang

2.2.1 Penerimaan Pegawai

Penerimaan pegawai merupakan suatu yang penting dalam menjalankan organisasi, karena sumber daya manusia adalah objek yang melakukan semua pekerjaan di perusahaan juga sekaligus sebagai subjek yaitu pelaku dalam menjalankan bisnis perusahaan.

Dalam perusahaan jepang “ hubungan pribadi” merupakan hal yang sangat penting. Maksudnya adalah semakin lama seseorang mengenal yang lain dan semakin sering bertemu secarapribadi, maka akan semakin baik hubungan tersebut. ( Boye De Mente : 1986 : 83).

Dengan dasar tersebut perusahaan jepang jarang mengganti karyawan, mereka lebih menghargai dalam hal loyalitas (kesetiaan) dari pegawai tersebut. Sistem perushaan jepang merupakan pola keluarga yaitu shuushinkoyo, atau


(28)

“bekerja seumur hidup” (Boye De Mente: 1986 :79). Dengan demikian mereka benar- benar mengenal pemimpin mereka.

Dalam hal perekrutan pegawai, perusahaan Jepang memiliki metode tersendiri. Metode pemilihan karyawan ini dikenal dengan sebutan shikakuseido atau sistem kualifikasi pribadi; yang artinya karyawan baru dipilih berdasarkan pendidikan, watak, kepribadian, dan latar belakang keluarga; tidak berdasarkan pengalaman kerja atau latar belakang teknik ( Tanuwijaya; 2004; 77).

Perusahaan Jepang pada umumnya jarang merekrut pegawai.Mereka biasanya merekrut pegawai sekali setahun, langsung dari sekolah. Beberapa akhir waktu sebelum akhir tahun ajaran sekolah, masing-masing perusahaan dan lembaga pemerintahaan atau kantor- kantor menentukan berapaorang pegawai yang akan diterima.

Kemudian lembaga atau perusahaan mengundang mahasiswa-mahasiswa yang akan tamat tahun itu, untuk mengikuti ujian tertulis. Ada juga perusahaan yang mempercayakan guru-guru besar universitas tertentu untuk menyarankan calon-calon pilihan merekakepada perusahaan setiap tahun dan menginginkan mahasiswa terbaik dari kelasnya untuk perusahaan tersebut. ( Boye De Mente, 1986:79)

Pada sistem tersebut dalam penempatan pegawai disesuaikan dengan latar belakang pendidikannya. Bila ia tamatan SLTA maka akan ditempatkan sebagai karyawan biasa dan tamatan universitas ditempakan dibagian administrasi dantenaga ahli. Sistem rekruitmen tenaga kerja yang baru tamat seperti ini dianggap, pegawai yang akan direkrut tersebut adalah orang yang belum


(29)

berpengalaman dan dengan demikian akan lebih mudah diarahkan utnuk loyal terhadap perusahaan

2.2.2 Ritus Pemujaan Leluhur

Orang Jepang sangat menggantungkan kehidupannya pada upaya menjaga dan mengukuhkan kekuatan ruh leluhur-pendiri (senso). Keberadaan ruh leluhur ini dijaga melalui keberadaan senior Apabila kita bertanya pada orang Jepang, apakah mereka memiliki agama. Sering dijumpai bahwa mereka agak sulit untuk menjawab pertanyaan itu. Namun, jika kita perhatikan sikap dan perilaku orang Jepang dalam fenomena kehidupan sehari - hari seperti dalam upacara pemujaan leluhur atau perayaan - perayaan yang berhubungan dengan pemujaan terhadap alam dan perayaan yang bertujuan untuk memanjatkan rasa syukur, maka kita akan mendapatkan kesan bahwa orang Jepang mempercayai atau meyakini adanya sesuatu.

Tradisi keagamaan yang terdapat dalam masyarakat jepang pemujaan kepada leluhur. Religi keluarga menjadi kepercayaan mereka, dimana religi keluaga yang dimaksud pada intinya merupakan pemujaan terhadapa leluhur. Pemujaan kepada arwah leluhur disebut sosensuhai (素線巣拝). istilah sosen dapat diartikan sebaga pembuka terdahulu, seperti terlihat pada karakter (祖) dan (先).


(30)

Penyembahan dari para keluarga yang masih hidup sangat diperlukan bagi roh ini. Karena jika tidak ada penyembahan terhadap roh maka roh akan tetap berada di kukai (dunia susah) dalam keadaan susah dan menjadi ruh gentayangan (muen botoke) atau setan kelaparan (gaki). Terlihat hubungan emosional antara

genkai (dunia nyata) dengan yuukai (dunia roh). Dalam hal ini adalah anggota keluarga yang masih hidup dengan roh orang mati tersebut.

Dengan adanya keyakinan ini, maka hubungan batin satu keluarga dengan anggotannya yang telah meninggal akan tetap terpelihara dan tidak putus secara tibia-tiba. Akibatnya secara emosi keluarga yang ditinggal mati oleh keluarganya tidak akan mengalami kekosongan yang dapat mengganggu kesejahteraan jiwa mereka (Danandjaja,1997:188)

Roh seseorang yang mengalami kematian masih dalam kondisi kekotoran maka dibutuhkan persembahan-persembahan dari keluarganya untuk membantu keluar dari kekotoran tersebut. Menurut Yazima (dalam Situmorang,2000:32-33) mengatakan : bahwa begitu manusia mati maka rohnya untuk waktu sementara akan jatuh kedalam dunia kesusahan (kukai), hal ini disebabkan dosanya pada waktu hidup. Tetapi akan kemudian akan tertolong oleh kuyo (persembahan-persembahan). apabila roh nenek moyang (sorei) tetap beradadalam kukai.Maka nasib keluarga dalam hal ini Ie akan buruk.

Untuk meningkatkan status roh seseorang supaya mencapai tingkat yang lebih tinggi maka diperlukan kuyo / persembahan dari anggota keluarga yang hidup. Menurt Yazima (dalam Situmorang, 2000:39) jenis-jenis kuyo adalah sebagai berikut:


(31)

1. Mendirikan kuil

2. Membuat patung budha 3. Membuat stupa

4. Pembacaan doa

Dari jenis-jenis kuyo diatas ada tiga jenis kuyo yang sering dilakukan yaitu: zotou, shakei,dokukei

1. Zotou

Zotou artinya membuat stupa, stupa ini disebut “gorintou” (stupa 5 tingkat). Stupa melambangkan isi jagad raya, sebagai tempat persembahan bagi orang mati.Pada masing-masing stupa, yaitu masing-masing 4 sisi yang disebut dengan “shimon” stupa tersebut biasanya didirikan ditengah-tengah makam. Kelima tingkat tersebut adalah :

a. Persegi empat sebagai dasarnya, melambangkan tanah b. Bulatan diatasnya, melambangkan air

c. Lingkaran kecil, melambangkan angina d. Setengah lingkaran melambangkan angina

2. Shakei

Shakei adalah penyembahan gambar orang meninggal.Biasanya gambar tersebut diletakkan di batsudan dan kamidan. Di dekat gambar tersebut di beri persembahan dan di puja.


(32)

Dokukei adalah kitab sutra bagi orang yang mati,yaitu kitab sutra di setiap acara yang dilaksanakan pada orang mati tersebut, misalnya pada saat acara pembakaran, pemakaman, dan lain-lain.

Acara-acara kuyo tersebut diatas ditujukan kepada orang yang meninggal yang bertujuan untuk menghilangkan kagare atau kekotoran supaya roh almarhum tidak jatuh ke gokido atau dunia yang lebih bawah lagi.Pada masyarakat, hal seperti ini menjadi kewajiban bagi keluarga.

Setelah menjalani rangkaian-rangkaian upacara tersebut, setelah 33 tahun ( menurut konsep budha) dan 50 tahun ( menurut konsep Shinto ), roh tersebut menjadi tenang dan suci. Roh-roh tersebut sebelum masa 33 tahun, dipercayai tinggal di Ihai ( papan nama) dimana pada papan nama tersebut dituliskan nama baru dan akan terus menerima doa-doa dari keluarga. Namun setelah menjalani masa 33 tahun roh tersebut tidak mempunyai nama pribadi lagi. Dan dia sudah suci dan tenang, dan dia akan disebut roh leluhur. Oleh karena itu tidak memerlukan persembahan-persembahan lagi. Namanya akan diturunkan dari altar keluarga, dari altar budha ( batsudan) maupun dari altar Shinto kamidana.

Setelah melewati masa 33 tahun, roh tersebut pergi kegunung.Roh tersebut menjadi hotoke (konsep budha) dan kami / dewa ( konsepShinto), dan menjadi dewa wilayah (ubusunagami atau ujigami). Pemujaan leluhur dalam keluarga juga akan berkembang menjadi pemujaan terhadap dewa wilayah hingga sampai kepada ruang lingkup tertinggi yaitu dewa Negara.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pusat dari kepercayaan dalam masyarakat Jepang adalah keluarga / Ie. Keluarga menjadi wadah utama dalam


(33)

pemujaan roh di Jepang.Anggota keluarga bukan hanya terdiri dari orang-orang yang memiliki hubungan darah saja namun seseorang dapat mendirikan sebuah badan usaha / perusahaan, anggotanya adalah para pekerja serta keluarganya.Kepala keluarga tersebut adalahn yang mendirikan perusahaan.apabila seorang kepala keluarga meninggal maka karyawan lain dipilih lagi menjadi kepala. Roh kepala keluarga tersebut akan dipuja sehingga kelak bisa menjadi dewa keluarga atau Ie tersebut. Apabila keluarga tersebut tetap berlangsung, maka pemujaan roh-roh yang mati dari keluarga tersebut akan tersu berlangsung.

Bagi masyarakat Jepang dikenal juga roh-roh gentayangan yang disebut dengan istilah muenbotoke, adalah roh-roh yang tidak mempunyai keluarga sehingga tidak ada yang memberikan pemujaan terhadap rohnya, orang yang mati bunuh diri, orang yang dendam, serta orang-orang yang mati karena kekerasan, roh-roh yang mati tersebut akan terus berada dalam kondisi kotor sehingga menjadi roh gentayangan.Namun meskipun muenbotoke tersebut tidak mendapat upacara-upacara penyembahan dari keluarganya, dalam tradisi masyarakat Jepang dikenal adanya upacara Obon (bon Matsuri). Dalam perayaan ini setiap keluarga memberikan makanan dan minuman juga pembacaan-pembacaan doa agar roh-roh gentayangan tersebut tidak menganggu persembahan yang persembahan yang mereka berikan kepada roh-roh leluhur mereka. Dan pada waktu Higanatau Ziarah , pada waktu itu didirikan altar bagi roh-roh gentayangan tersebut di pintu-pintu kuil.

Menurut Ito kenji ( dalam Situmorang 2001:103) dikatakan bahwa ada 3 jenis jenjang peyembahan leluhur dalam Ie, penyembahan leluhur kaisar,


(34)

penyembahan leluhur desa atau wilayah, dan penyembahan leluhur keluarga. Untuk satu keluarga ada leluhur keluarga, untuk satu desa ada penyembahan roh leluhur desa /wilayah (Ubusunagami), dan untuk satu bangsa dilakukanpenyembahan terhadap dewa bangsa yaitu Amaterasu omikami.“Namun bagi masyarakat Jepang dewasa ini pemujaan terhadap leluhur hanya dilakukan di dalam keluarga saja” (Situmorang,2001:103).

Pemujaan leluhur merupakan suatu wujud pengabdian seseorang terhadap leluhurnya .pemujaan leluhur menjadi suatu wujud rasa terima kasih dan ucapan syukur atas berkat yang selama ini sudah diterima.Pemujaan leluhur merupakan satu bentuk permohonan akan keselamatan, perlindungan bagi anggota keluarga yang masih hidup dalam kehidupan mereka sehari-hari agar terhindar dari gangguan dan malapetaka. Oleh karena itu sangat penting bagi orang Jepang terjaminnya kelanjutan kesinambungan pemujaan leluhur antara generasi ke generasi selanjutnya.

2.2.3 ritus Sasho

Sasho adalah upacara persembahan yang didedikasikan bagi seorang pemimpin perushaan atau administrator tingkat atas perusahaan yang meninggal dunia. Perusahaan bertanggung jawab penuh dengan keuangan dan sumber dayamanusia untuk mengorganisasikan upacara dan seremoni. Sasho dilakukan di seluruh Jepang, tidak hanya dilakukan oleh perusahaan besar dan dikota saja, perusahaan kecil dan local daerah juga melakukan sasho. Makna internal dan makna eksternal yang direpresentasikan oleh sasho terkait hubungan bisnis


(35)

dengan pelanggan, pemegang saham, perusahan lain dalam industri yang sama, dan politikus. Upacara sasho sudah dilakukan sejak zaman Meiji, yang dilakukan oleh perusahaan Mitsui sebagai salam penghormatan bagi pendirinya yaitu iwasaki yotaro pada tahun 1885.

Sasho merupakan proses rekonstruksi perusahaan dengan melakukan penghormatan dan perpisahan dengan almarhum pemimpin perusahaan .bagi orang Jepang kematian merupakan kelanjutan dari kehidupan, karena kehidupan yang memberikan karakter bagi orang yang sudah mati. Kematian memindahkan kekuatan yang dimiliki oleh individu Selama masih hidup kedalam jalur lain. Maka, ruh penguasa, orang kaya, dan orang penting adalah yang paling ditakuti, begitu juga kerabat dekat yang memiliki kekuatan khusus. Hal ini melahirkan pengkhultusan terhadap pemujaan leluhur ( sosensuhai). Orang Jepang memberi nilai tinggi terhadap keturunan utilinieal karena membentuk generasi-generasi penting secara struktural untuk kepentingan yang masih hidup dalam mendefenisikan sub divisi keturunan secara terorganisasi.dimana orang yang mati tersebut memiliki arti sosial dimana mempunyai pengaruh besar bagi orang-orang sekitarnya termasuk individu-individu yang menjadi karyawan dalam perusahaan oleh almarhum. Dan sasho menjadi bentuk penghormatan terakhir kepada pemimpin yang meninggal yang telah berjasa dalam menjalankan bisnis perusahaan jadi untuk itu juga dipanggil para petinggi perusahaan lainnya seperti kolega, pemerintah dan lainnya yang pernah menjalin kerjasama kepada perusahan tersebut dianggap sebagai sebuah prestasi bagi orang yang meninggal yang telah lelah dalam menjaga kerjasama antar kedua pihak.


(36)

Nakami dalam ijin (1999: 24) Sasho dalam pelaksaan sasho juga memperlihatkan prestise perusahaan dimana pelaksanaan sasho yang semakin besar-besaran dalam kaitan ruang dan waktu akan semakin menaikkan prestise perusahaan. prestise mengimpretasikan tingkat kejayaan pemimpin- pendiri yang sudah almarhum. perjamuan penghormatan dilakukan dengan mengundang pemimpin-pemimpin perusahaan dimana mereka merupakan cerminan dari tingkatan perusahaan yang melaksanakan sasho yang itu berarti sebagai cerminan pimpinan dan karyawan perusahan.

2.2.4 ritus Shainryoko (darmawisata Pegawai)

Shainryoko, darmawisata pegawai perusahaan yang dilakukan pada setiap musim semi dan musim gugur selama dua hari satu malam.Ada perusahaan yang melakukan shainryoko dengan cara seluruh pegawai perusahaan tersebut pergi secara serentak bersama-sama. Tetapi, kebanyakan perusahaan dewasa ini melakukan shainryoko secara kelompok di dalam bagian atau seksi masing-masing. Lokasi tujuan shainryoko biasanya tempat pemandian air panas ( onsen) atau objek wisata yang terkenal. Semua pegawai wajib mengikuti perjalanan ini. Perjalanan ini pada umumnya menggunakan kereta atau bus yang di sewa oleh perusahaan, dan biasannya tempat untuk menginap adalah hotel ala jepang (ryokan) atau mess perusahaan. kegiatan yang dilakukan adalah jalan-jalan bersama melihat pemandangan, dan olahraga pada tempat yang ditujukan seperti bermain golf, dll.


(37)

Pada malam harinya, diselenggarakan pesta perjamuan yang disertai makan makanan lengkap (teishoku) dan minum minuman alkohol (sake). Pertunjukan oleh para pegawai itu sendiri seperti menyanyi karaoke dan menari. Acara yang tidak dapat dilewatkan adalah bersulang (kanpai) dengan mengikut setakan semua orang tanpa terkecuali. Walaupun tidak semua orang bisa minum sake pada acara itu minimal meminumnya dengan porsi sedikit.

BAB III

ANALISIS FUNGSI MATSURI DALAM MASYARAKAT JEPANG

3.1 Matsuri dengan Pemujaan leluhur

Orang Jepang sangat menggantungkan kehidupannya pada upaya menjaga dan mengukuhkan kekuatan ruh leluhur-pendiri (senso).keberadaan ruh leluhur ini dijaga melalui keberadaan senior.Anggota seniordari suatu komunitas sangat dihormati seorang manusia dengan kekuatan jiwa memanifestasikan.hal-hal yang diinginkan yaitu kejujuran, kecerdasan, penuh semangat dan memiliki sifat dalam konteks indusri.Kekuatan ruh leluhur pendiri (senso) melindungi manusia dari serangan bahaya fisik dan magis.Maka dari sini terdapat ikatan antara manusia dengan ruh leluhur berupa pejanjian pengikat agar dewa leluhur selalu menjaga manusia dan seluruh kegiatan yang dilakoninya.Sebagai timbal baliknya manusia harus mengingat keberadaan leluhur. Begitu pula yang terjadi di perusahaan.perusahaan harus tetap berjalan dan bertahan dari ancaman kerugian. Maka untuk menjaga harus adanya kehadiran ruh leluhur di sekitar mereka


(38)

Pada malam harinya, diselenggarakan pesta perjamuan yang disertai makan makanan lengkap (teishoku) dan minum minuman alkohol (sake). Pertunjukan oleh para pegawai itu sendiri seperti menyanyi karaoke dan menari. Acara yang tidak dapat dilewatkan adalah bersulang (kanpai) dengan mengikut setakan semua orang tanpa terkecuali. Walaupun tidak semua orang bisa minum sake pada acara itu minimal meminumnya dengan porsi sedikit.

BAB III

ANALISIS FUNGSI MATSURI DALAM MASYARAKAT JEPANG

3.1 Matsuri dengan Pemujaan leluhur

Orang Jepang sangat menggantungkan kehidupannya pada upaya menjaga dan mengukuhkan kekuatan ruh leluhur-pendiri (senso).keberadaan ruh leluhur ini dijaga melalui keberadaan senior.Anggota seniordari suatu komunitas sangat dihormati seorang manusia dengan kekuatan jiwa memanifestasikan.hal-hal yang diinginkan yaitu kejujuran, kecerdasan, penuh semangat dan memiliki sifat dalam konteks indusri.Kekuatan ruh leluhur pendiri (senso) melindungi manusia dari serangan bahaya fisik dan magis.Maka dari sini terdapat ikatan antara manusia dengan ruh leluhur berupa pejanjian pengikat agar dewa leluhur selalu menjaga manusia dan seluruh kegiatan yang dilakoninya.Sebagai timbal baliknya manusia harus mengingat keberadaan leluhur. Begitu pula yang terjadi di perusahaan.perusahaan harus tetap berjalan dan bertahan dari ancaman kerugian. Maka untuk menjaga harus adanya kehadiran ruh leluhur di sekitar mereka


(39)

sebagai penjaga, dan untuk mengingat keberadaan leluhur dilaksanakan matsuri

sebagai pengingat yang dikenal dengan sebutan Soritsukinensai.

Soritsukinensai adalah upacara pengukuhan ruh leluhur Matsuri inimasuk dalam kelas Niinamenomatsuri yaitu matsuri musim gugur sebagai media untuk saling berhubungan antara manusia dengan ruh leluhur melalui pengandaian biji padi yang baru dituai.Menunjukkan makna matsuri dalam kategori upacara (saishiki) dan kegiatan-kegiatan bersifat perayaan (seirei). Soritsukinensai dapat diklasifikasikan sebagai ritual laki-laki atau ritual penciptaan dan masuk ke dalam sub-kelas matsuri leluhur.berasal dari pengertiannya yaitu mengikat perjanjian mengikat atau obligasi antara manusia dengan ruh leluhur-pendiri (senso). Di perusahan Hitachi menerapkan sistem patrilineal (kafucho) menyebabkan anak perusahaan yang menjadi keturunan utama, berafiliasi pada perusahaan utama melakukan lingkaran reproduksinya dalam lingkungan jaringan perusahaan serta kedudukan orang tua bukan dengan kerabat di bawahnya.Konsekuensinya dari hubungan patrilineal ini melahirkan arena tekanan bisnis dan produksi dari perusahaan berstatus orang tua terhadap perusahaan berstatus anak.Struktur

soritsukinensai terdiri dari seperangkat hubungan segitiga, yaitu yang gaib-yang nyata-yang gaib dalam nyata, muncul di Antara dan memiliki sifat keduanya.Yang gaib terdiri dari unsur magis (majinai), kekuatan jahat (arashigami), dan leluhur pendiri (senso) yang secara nyata adalah pimpinan, manajemen, buruh.

Dalam perusahaan ditanamkan pemikiran setiap karyawan bahwa unsur manajer merupakan penghubung antara pimpinan dan pekerja dalam hubungan yang tidak dapat disatukan dan mematikan karena buruh merepresentasikan


(40)

ketidakberuntungan.Pimpinan adalah penghubung Antara dunia gaib dengan dunia nyata sehingga pekerja tidak dapat bersentuhan apalagi bersatu.Semuanya digambarkan sebagai simbol pada pelakasanaan upacara soritsukinensai.Terdapat nilai psikologis yang dihasilkan oleh ekspresi simbolik kelompok yang memperlihatkan kecenderungan mengacu pada kesejahteraan, kemalangan, nasib individu melalui simbol dunia nyata dan dunia kematian pada pelaksanaa upacara. Setiap simbol berhubungan dengan pengalaman empiris seperti interpretasi terhadap leluhur-pendiri.dengan memanipulasi pemikiran karyawan Dengan membentuk ruang sakral terkonsentrasi, mereka beranggapan akan memperoleh kekuatan dan kebajikan yang sudah dimiliki perusahaan dari pendiri.leluhur-pendiri adalah dewa-dewa yang dipuja oleh anggota-anggota utnuk keselamatan keturunan dan kerabat dari pendiri berdasarkan garis keturunan anak laki-laki.

Jinja dan soritsukinensai menempatkan kesakralan pemimpin perusahaan sama dengan kesakralan pendeta sehingga tertanam jiwa penurut karyawan terhadap pemimpin.

Untuk merawat kejayaan perusahaan yang bermakna merawat keberadaan leluhur –pendiri (senso) yang dapat mendukung kegiatan-kegiatan bisnis perusahaan. matsuri dapat diartikan sebagai ritual yang memiliki arti pemujaan manusia terhadap dewa (kami) dalam aturan yang mengikat kewajiban balas budi.Pemikiran ini dikaitkan dengan pemikiran bahwa seseorang berada dalam keadaan kewajiban balas budi (onegaishi) dengan leluhur pendiri (senso) karena mereka adalah yang menghidupkan manusia. Soritsukinensai dilakukan pada saat situasi dimana manusia dan perusahaan (kaisha) dalam konflik dan pesaingan bisnis yang ketat, melupakan keberadaan leluhur-pendiri. Sehingga, setiap


(41)

individu atau representasi dari perusahaan dalam kerabat Hitachi works sebagai pusat produktifitas perlu mengingat kewajiban untuk membalas budi leluhur-pendiri untuk menghindari ketidakberuntungan bagi perusahaan. pimpinan perusahaan hidup dalam harmoni dengan bawahan dan pekerja, serta mengembangkan dan melindungi anak-anak perusahaan. Pimpinan penerus perusahaan melupakan kewajiban terhadap keberadaan ruh pendiri (kaitakusha) dan yang sedang berkonflik atau terjadi antara perusahaan, kekuatan prokreasi dan produksi dalam bahaya.seperti disebut Hori dalam Lawanda (2009:196) bahwa transendensi leluhur digambarkan sebagai kepala klen (uji ) atau keluarga luas (honke) yang efektif, yaituyang dapat memberi perlindungan dan pertolongan kepada manusia keturunannya.juga Dewa dan dewi (kami) digambarkan sebagai kepala klen atau keluarga luas yang tidak dapat memberika pertolongan yang memadai kepada seluruh anggota dan keturunannya, serta dapat mendatangkan bahaya. Maka untuk itu perusahaan harus mengingat keberadaan leluhur melalui pelaksanaan upacara soritsukinensai.

Tujuan implisit dari soritsukinensai mencakup penanaman hubungan yang disahkan antara manajemen dan leluhur-pendiri dan pimpinan agar tetap bertahan dan menguat. Tujuan eksplisit upacara (saigi) adalah menghapus ketidakberuntungan atau bahaya (kiken) yang disebabkan oleh rasa tidak senang atau keterusikan ruh jahat (arashigami), atau terjadi pelanggaran tabu. Kiken,

secara spesifik menampilkan hukuman (bachi) yang diucapkan seorang yang masih hidup, menimbulkan bayangan gelap yang dapat menghambat upaya mengatasi ruh jahat.karena bachi dipercaya sebagai hubungan antara individu yang menjadi korban berada dalam kesulitan untuk kembali ke sumber


(42)

prouktivitas kerja peruahaan sehingga muncul bahaya (kiken). Akibat dari kutukan ini bayangan gelap terbangun menjadi anggota pengkhultusan

soritsukinensai. seperti inilah pemikiran yang ditanamkan pada karyawan jepang sehingga soritsukinensai menjadi hal penting dalam penyelenggaraan perusahaan yang diikuti dengan adanya penghormatan dan nilai simbol yang tersirat pada pemujaan pendiri-leluhur perusahaan, juga dengan mengingat leluhur karyawan akan sadar mengetahui akan makna keberadaannya di perusahaan ini, karyawan sadar akan jati dirinya. dalam suatu perusahaan dimana karyawan tempat bekerja adalah sebagai meishi dalam arti bukan hanya membawa nama individu melainkan seorang karyawan tempat ia bekerja harus membawa jati diri perusahaan karena dalam konteks pada dasarnya dia berdiri di bawah bendera perusahaan tempat bekerja. Dimana pola interaksi perusahaan Jepang dengan menunjukkan meishi (identitas) dan sangat penting untuk berhubungan dengan orang luar (yosonomono), demikian menjadi cerminan dari perasaan sebagai orang dalam dari sebuah perusahaan yang dianggap sebagai uchi. Dengan adanya identitas sebagai pengenal perusahaan setidaknya karyawan bukan hanya membawa identitas bentuk fisik perusahaan tetapi sumber daya manusia yang ada didalamnya termasuk pendiri perusahaan, mengingat leluhurberarti mengingat identitas perusahaan dan dengan mengingat identitas perusahan ada rasa pamor yang dibawakan kepada masyarakat ataupun dengan perusahaan lain. dengan adanya rasa kebanggaan terhadap perusahaan maka adanya melakukan hal yang terbaik untuk kejayaan perusahaan, yaitu berupa shushinkoyo (pengabdian kehidupan seseorang dalam perusahaan).


(43)

Perusahaan menerapkan sistem manajemen untuk fungsi peran dan status.Perusaan jepang memilki fungsi seperti Ie. Kompromi dilakukan dengan saling menghormati secara formal yang diwujudkan dengan upacara sosial, yang kesemuanya menekankan pentingnya penghormatan buke ‘bawahan’ terhadap

joshi ‘atasan’, kohai ‘junior’ terhadap senpai ‘senior’. Manajemen dan hubungan- hubungan ini harus tetap dijaga dan diingatkan melalui serangkaian matsuri, manajemen bertanggungjawab terhadap kebudayaan perusahaan Jepang (kaisha) dalam kegiatan Matsuri. dalam hal ini manajemen diperlihatkan memiliki tanggung jawab menjaga pelaksanaan kegiatan matsuri, yaitu matsuri jinja di perusahaan yang tergantung kehidupannya pada keuntungan yng diperoleh dari pekerjaan sehari-hari pegawai staf, dan pimpinan, serta kelanggengan perusahaan seperti melalui interaksi keseharian. Interaksi sebagai pola hubungan antara manusia dengan manusia (en) merupakan pengetahuan dan sarana untuk berkomunikasi. (Lawanda, 2009:40). Setiap perusahaan pasti memiliki peraturan tidak tertulis yang harus dijalankan.dan ini punya nilai tersendiri diantara per individu dengan karyawan yang lainnya dalam satu perusahaan.salah satunya dapat ditemukan dalam event acara shainryoko yang dilakukan perusahaan.penilaian terhadap bawahan dari atasan dan senior selalu berlangsung begitu juga dalam darmawisata (shainroyoko).hal ini tidak bermakna main-main karena diselenggarakan untuk kekerabatan yang kuat dan kesejahteraan hidup perusahaan. partisipasi dalam darmawisata meruapakan satu kesempatan untuk mengukir keberanian seorang pegawai terutama dari pegawai baru untuk menunjukkan bakatnya sesuai acara yang diselenggarakan dalam perjalanan seperti kegiatan karaoke, minum sake sambil berbincang-bincang dengan atasan,


(44)

dan lain-lain tetapi tetap saja anggapan tentang shainryoko bagi pegawai rendah atau pegawai baru tidak dapat diterima sebagai sebuah pesta.pemikiran terhadap dalam shainryoko hanya dimiliki oleh presiden direktur dan pejabat tinggi lainnya saja. Pegawai biasa dalam pesta menjadi orang yang siap memberi bantuan untuk manajer (kanjino otasukenoman): dan bantuan tersebut merupakan suatu kewajiban bagi pegawai biasa sebagai wujud rasa hormat pada atasan. Beberapa hal juga disempatkan untuk diajarkan mengenai hubungan atasan bawahan kepada pegawai baru dalam kesempatan ini sejumlah peraturan yang harus ditaati mengenai sifat dan sikap bawahan ketika bertemu dengan atasan di kantor seperti contoh cara bertutur kata harus diperhatikan karena jika salah sedikit bisa menurunkan derajat kohai dimata senpai dan bisa mendapatkan hukuman seperti penundaan kenaikan jabatan, dan lain-lain, karena ini suatu penilaian dari senior-senior dilihat dari segi intensitas kejasama dan kehidupan kelompok. Jika junior tidak bersikap hati-hati dengan senior maka bisa dinilai bahwa junior tersebut tidak dapat bekerjasama dengan kelompok dan dapat mempengaruhi yang lain di dalam kelompok tersebut.

Selain itu kesempatan untuk memperkenalkan kehidupan perusahaan pada

kohai jauga bisa dijumpai di acara penerimaan pegawai baru (nyuusashiki).yaitu usaha perusahaan untuk menanamkan jalan hidup perusahaan (shafu) di dalam kehidupan sehari-hari. penanaman dilakukan sejak inisiasi pegawai baru (nyuusha) dalam bentuk pelatihan untuk memasuki tahap awal di dalam siklus hidup seorang pegawai di sebuah yaitu perusahaan (Lawanda,2009:187).pesta besar diadakan untuk menyambut pegawai baru yang datang memasuki perusahaan.


(45)

pelatihan pegawai baru juga lebih ditekankan pada pengenalan pegawai baru kepada komunitas perusahaan daripada pelatihan teknis. Dimana seluruh manejer pabrik bahkan direktur kantor pusat diperkenalkan kepada pegawai baru. Didalam acara manajer pabrik akan menjelaskan tentang sejarah perusahaan dan organisasi perusahaan, lalu manajer menjelaskan mengenai sikap dan tindakan seorang pegawai dari perusahaan yang bersangkutan seperti tentang kesejahteraan pegawai dan kehidupan sosial yang ada dalam perusahaan. nyuusashiki

merupakan ajang pembentukan orang-orang berkualitas untuk bekerja di perusahaan yang bersangkutan.Perusahaan ingin menyampaikan dan menegaskan kedudukan pegawai baru yang telah menjadi bagian dari masyarakat (shakaijin), didalam masyarakat terdapat hubungan atasan-bawahan maka harus saling menyesuaikan terutama pada junior terhadap atasan. Juga dengan memperoleh jabatan di perusahaan, memberi keyakinan pada individu bahwa orang tersebut sudah dewasa seutuhnya. Menjadi pegawai berarti memiliki kesempatan untuk melayani masyarakat dan memperoleh keutamaan dari kerja yang sudah dilakukannya. Karyawan baru harus memiliki jiwa kerjasama yang baik di dalam kelompok, karyawan harus memiliki sifat respon terhadap kelompok karena dengan adanya jiwa respon akan mengurangi kesalahaan dalam kelompok.

Didalam kelompok terdapat senior yang harus dihormati maka diajarkan kepada pegawai baru untuk menjaga hubungan baik. Mendahulukan senior setiap kegiatan yang dilakukan termasuk pengambilan keputusan dalam rapat harus mendapatkan pertimbangan dari senior.Dan masih banyak matsuri lainnya yang mengingatkan hubungan atasan bawahan dalam perusahaan seperti


(46)

pendiri yang diturunkan kepada pimpinan perusahaan yang menjalankan maka para karyawan didoktrin untuk bersikap hormat dan takut kepada pimpinan karena jikalau melakukan kesalahan maka karyawan tersebut akan mengalami kemalangan atau marabahaya karena tidak mendapatkan perlindungan dari roh leluhur pendiri. Dan matsuri seperti hanami, obon, dll

3.3Analisis Kelompok Dalam Perusahan dengan Matsuri

Lawanda (2009:237) Perusahaan Jepang (kaisha) adalah kumpulan organisasi dari sekumpulan orang-orang yang menanamkan modal dalam menjalankan kegiatan-kgiatan bisnis, produksi, dan distribusi dalam pola kooperasi dimana kolaborasi ekonomi muncul di antara perusahaan-perusahaan tersebut terkait dengan konteks industri, pasar kerja, dan organisasi internal yang membentuk sebuah hubungan-hubungan dan sistem untuk meraih keuntungan.Perusahaan Jepang merupakan hubungan-hubungan yang terkait dalam sebuah kelompok industri.Tipe kelompok industri, yaitu Zaibatsu berpusat yang bersifat kekerabatan.

Zaibatsu seperti dalam hal ini perusahaan Hitachi adalah model perusahaan yang memiliki hubungan dengan pemerintah nasional dan prefektur serta lembaga keuangan, berskala besar, dibangun oleh perusahaan-perusahaan yang terbagi-bagi, kepemilikan saham dan kontrol berpusat pada satu Ieyang juga menguasai manajemen bisnis melalui saham dengan perusahaan pendana (shinyo), perusahaan asuransi, bank dan perusahaan dagang dalam keorganisasian atau kelompok bisnis Miyaza (gilda keagamaan) dan kabunakama (monopoli dagang).


(47)

Perusahaan-perusahaan dalam jaringan Hitachi beroperasi dalam perusahaan industri lain. Sentralisasi kekuatan dan kontrol dipegang oleh perusahaan utama pemilik saham dan saling mengikat dan diikat oleh kepemilikan saham antara perusahaan mereka, kepemimpinan dan pengaturan bisnis, Dan hubungan-hubungan dalam kelompok bisnis ini berlangsung secara vertikal (tatemae) sampai dengan cakupan perusahaan dan nasional. Seperti yang dikatakan Hanazono dalam Lawanda (2009:252) menunjukkan pluralisme dalam keyakinan orang Jepang di setiap daerah asal dalam konsep shinkonotagensei. Sedangkan, Ito Mikiharu menunjukkan hirarki yang egalitarian hidup dalam kelompok perusahaan baik itu dalam bentuk kelompok yang terdiri atas sejumlah individu dalam perusahaan ataupun kelompok secara luas yaitu mencakup satu kelompok perusahaan atau dalam istilah disebut Keiretsu. Di dalam kelompok terdiri atas sejumlah individu yang masing-masing memiliki karakter dan multikulturalisme yang menciptakan pembedaan tetapi dapat menciptakan kesadaran multikulturalisme.

Hanazono dalam Lawanda (2009:252) juga menyinggung dengan adanya kesadaran multikulturalisme mengacu pada dewa kerabat (dozoku). Kedua konsep ini menghasilkan atau mendorong inovasi , kreatifitas , kompetisi, penemuan dan

enterpreneurship pada setiap individu dan kelompok. Dengan adanya kreatifitas kompetisi dan penemuan disetiap individu secara otomatis perusahaan dapat berkembang mengarah positif. Yang menjadi pertanyaannya adalah bagaimana cara untuk menciptakan konsep ini. Yaitu dengan menanamkan rasa emosi keagamaan kepada setiap individu melalui penyelenggaraan matsuri. Matsuri


(48)

dijadikan perusahaan sebagai acuan untuk membentuk keyakinan-keyakinan setiap individu dalam menjalankan pekerjaan didalam perusahaan yang bersangkutan. matsuri mentransformasikan simbol-simbol dalam proses setiap perayaan dalam kehidupan karyawan. Matsuri dikelolah perusahaan melalui jinja

perusahaan dengan memodifikasi nilai-nilai yang terkandung didalamnya dan dijadikan sebagai alat untuk meraih tujuan dari perusahaan.

Keberadaan simbol matsuri digambarkan didalam perayaan atau upacara yang dilaksanakan seperti pada perayaan souritukinensai, keberadaan

souritsukinensai menunjukkan bagaimana orang Jepang memahami simbol-simbol matsuri dimana pendekatan dimulai dari kosmologi Jepang yang diekspresikan oleh mitos, keberadaan struktur dewa (shinwa) terkait setiap

matsuri yang ingin disampaikan,mencontohkan dan mengekspresikan model struktural. (Lawanda 2009:151) bahwa keberadaan seseorang di dalam sebuah kelompok bergantung pada kontrol masyarakat ataupun kelompok.setiap individu dalam kelompok mempunyai keyakinan bahwa pada saat di dalam perusahaan harus mementingkan kehidupan kelompok dibandingkan kehidupan pribadi mereka sendiri dan segala sesuatunya harus diatas namakan kelompok jadi jika ada keberhasilan yang sudah diraih oleh individu dalam perusahaan tersebut ini merupakan bukan sekedar keberhasilan pribadi tetapi ini adalah keberhasilan kelompok, souritsukinensai pada awalnya adalah upacara pengkhultusan para pendiri-leluhur dan didalamnya terdapat ajaran yang menanamkan setiap kelompok baik itu kelompok individu maupun kelompok perusahaan untuk menempatkan induk perusahaan dan pemimpin sebagai tempat kesakralan tertinggi jadi di setiap kelompok dalam perusahaan memiliki fungsi kontrol oleh


(49)

pemimpin perusahaan yang disimbolkan sebagai kepala klen dalam pola dozoku

perusahaan.

Pemimpin perusahaan atau pemimpin Ie (struktur yang bersifat klen ) memanipulasi kerabat dan ikatan secara ekonomi dengan tujuan untuk meraih keutamaan dalam kedudukan sosial. Pemimpin mengumpulkan jaringan kerja dari berbagai persekutuan yang ada dalam kelompok, bagian (bu) dan, seksi (ka) sehingga menciptakan sebuah pusat kekuatan yang tertuju kepada pemimpin.

Matsuri lain yang dilaksanakan dalam perusahaan Hitachi yang mempunyai fungsi dalam kelompok adalah hanami, Perusahaan Hitachi setiap tahun mengadakan Hanami yang diperuntukkan karyawannya, jadi kelompok-kelompok karyawan bersama-sama mengadakan tradisi melihat bunga sakura sambil makan bersama dan minum sake, berkaraoke bersama dan melakukan sedikit permainan yang bertujuan pengakraban. bersama di bawah pohon sakura tujuannya adalah untuk proses pengakraban diantara anggota perusahaan, karena didalam perusahaan ada yang karyawan lama dan karyawan baru dan ada juga karyawan perusahaan yang berbeda divisi, jadi untuk proses pengakraban antar karyawan maka dimanfaatkan perayaan ini. selain karyawan perusahaan para pemimpin yang terjaring dalam keiretsu perusahaan juga ikut dalam perayaan ini, diperusahaan yang memaksakan untuk bekerja keras hingga proses komunikasi dirasakan kurang oleh para pegawai, pegawai juga butuh waktu untuk berekreasi menghilangkan kepenatan yang dirasakan sewaktu bekerja maka untuk mencairkan kembali komunikasi antar anggota dalam kelompok mereka bersama-sama mengadakan acara dalam pelaksanaan hanami


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Anthony, Athos.1989. SeniManajemenJepang, Jakarta: Binaakasara

Danandjaja, James. 1997. FoklorJepangDilihatDariKacaMataIndonesia,

Jakarta:PustakautamaGrafity.

Gitosudarmo, Indriyo, 2001, Prinsip- PrinsipDasarManajemen, BPFE- YOGYAKARTA

Hadibroto, S, 1965, Methode Research, Medan :FakultasEkonomiUniversitas Sumatra Utara

Imai, Masaaki, 1986, KAIZEN. Jakarta: PPM

Koentjaraningrat. 1976. Metode-MetodePenelitianMasyarakat. Jakarta: PT. GramediaPustakaUtama.

Lawanda , Ike S., 2004, MatsuriUpacaraSosialDalamMasyarakatJepang

WedatamaWidyaSastra

Lawanda, Ike S., 2009, Matsuri&KebudayaaKoorporasiJepang,

ILUNI Kajia Wilayah Jepang Press

Manullang M., 2002, Dasar- DasarManajemen, GadjahMada University Press

Manila, I. GK., 1996, PraktekManajemenPemerintahanDalamNegeri, GramediaPustakaUtama

Nazir, M, 1988, Methode Research, Medan: FakultasEkonomiUniversitas Sumatra Utara

Situmorang, Hamzon, 2009, IlmuKejepangan 1, USU Press

Sudarsono D., 1994, PengantarEkonomi Perusahaan, GramediaPustakaUtama


(2)


(3)

要旨

かいしゃ

;会社での祭

まつ

りの関数

Jepang merupakan salah satu negara yang melestarikan kebudayaannya. Salah satunya yaitu penyelenggaran Matsuri. Matsuri adalah ritual yang dilakukan untuk melepaskan manusia dari kejenuhan dan tekanan yang berasal dari struktur dalam sebuah ruang dan waktu tertentu yang berlangsung secara rutin. Masyarakat Jepang selalu melakukan matsuri dan menjadi identik dalam masyarakat. Matsuri tidak hanya dilakukan dalam keluarga ataupun khalayak umum, tetapi juga dilaksanakan dalam perusahaan.

かんすう

日本

に ほ ん

ぶんか

;文化 を

ほご

;保護 す る

ひと

;一 つ の

くに

;国 で あ る 。 そ

ひと

;一 つの

ぶんか

;文化 は

まつ

;祭 りの

おこな

;行 いである。

まつ

;祭 りというの

そんぞく

;存続して、

くうかんてき

;空間的 にも

じかんてき

;時間的にも

こうぞう

;構造 か

ゆらい

;由来 す る

あっぱく

;圧迫 と

;飽 きか ら

にんげん

;人間 を

はな

;離 れる た め

おこ

;行なっている

ぎしき

;儀式である。

にほんしゃかい

;日本社会は常に

まつ

;祭り

おこ

;行 なっており、

しゃかい

;社会 で

とくちょう

;特徴 になっていく。

まつ

;祭 り

かぞく

;家族や

たいしゅう

;大衆などばかりか、

かいしゃ

;会社にも

Banyak perusahaan Jepang yang tampil menjadi perusahaan kelas dunia, dan yang menjadi faktor dari kemajuan perusahaan salah satunya yaitu kebudayaan koorporasi. Salah satu kebudayaan yang dihasilkan oleh perusahaan antara lain pola kehidupan dan interaksi dalam perusahaan. Adapun pola koorporasi ini diantarannya yaitu pemujaan leluhur. Selain itu didalam perusahaan Jepang juga terdapat pola interaksi senioritas, pola interaksi dalam kelompok maupun interaksi dengan pihak luar perusahaan. Hal itu menyebabkan ada situasi yang harus diperhatikan dan dijaga dalam pola kehidupan perusahaan. Oleh karena itu, kemungkinan ada pola keteraturan didalam perusahaan. Untuk merawat keberadaan tradisi kebudayaan koorporasi maka salah satunya yaitu dengan penyelenggaraan matsuri. Matsuri yang dimaksud berfungsi sebagai pengingat akan keberadaan kebudayaan perusahaan.

おこ

;行なわれて

いる。

世界

せ か い

いちりゅうきぎょう

;一流企業 に な っ て

あら

;現 わ れ

にほんがいしゃ

;日本会社 は 多 い 、

かいしゃ

;会社 が

はったつ


(4)

げんいん

;原因 の

ひと

;一 つなのは

ほうじんぶんか

;法人文化 である。その

ひと

;一 つ

ぶんか

;文化 を

かいしゃ

;会社 が

しゅっさん

;出産 す る こ と は

かいしゃ

;会社 で

そうごさよう

;相互作用

せいかつせいど

;生活制度 で あ り 。 さ

て 、

せいかつせいど

;生活制度 は

そせんすうはい

;祖先崇拝 の よう で ある 。そ の

;

にほんがいしゃ

;日本会社 でも

ねんこうじょれつせいど

;年功序列制度 や

しゅうだん

;集団 で

そうごさよう

;相互作用や

たしょ

;他所の

もの

;者と

そうごさよう

;相互作用などがある。

そのために、

かいしゃせいど

;会社制度で

ちゅうい

;注意したり、

ほご

;保護したりし

なければならないことはある。だから、ある

かいしゃ

;会社で

きちん

;キチンと

し た

せいど

;制度 が あ る か も し れ な い 。

ほうじんぶんかかんしゅう

;法人文化慣習

そんざい

;存在 を

ほご

;保護 す るた めに

まつ

;祭 り を

おこ

;行 な う のは

ひと

;一 つ

ほうほう

;方法である。こういう

まつ

;祭りは

かいしゃぶんか

;会社文化の

そんざい

;存在

きおく

;記憶するのに

Perusahaan selalu melaksanakan matsuri ditengah-tengah derasnya masuk arus kebudayaan dari negara lain. Berbagai macam matsuri dilaksanakan seperti hanami, soritsukinensai, sasho, shainryoko, nyuusashiki dan lain-lain. Setiap cara mempunyai simbol-simbol tertentu yang disampaikan terkait dengan pola kehidupan perusahaan. Setiap simbol merupakan pesan yang ingin disampaikan kepada pegawai perusahaan tentang kehidupan dalam perusahaan. Sebelumnya matsuri hanya dilaksanakan di dalam keluarga saja, tetapi kini mengingat kebutuhan koorporasi penyelenggaraan matsuri pun dilaksanakan dalam perusahaan. Dengan memanipulasi makna simbol yang ada dalam matsuri ke dalam pemikiran setiap karyawan, maka perusahaan bisa mengarahkan setiap pegawai kepada tujuan perusahaan.

おこ

;行なわれていることである。

会社

かいしゃ

はいつも

;他の

くに

;国の

ぶんか

;文化が

じんそく

;迅速に

はい

;入って

い る

とちゅう

;途中 で

まつ

;祭 り を

おこ

;行 な っ て い る 。

はなみ

;花見

そうりつきねんさい

;創立記念祭 や

しゃそう

;社葬 や

しゃいんりょこう

;社員旅行

にゅうしゃしき

;入社式 などのようにいろ いろな

まつ

;祭 りが

おこ

;行 なって い

る 。

かくぎしき

;各儀式 は

かいしゃせいど

;会社制度 に

かん

;関 し て

つた


(5)

けってい

;決定 の

しょうちょう

;象徴 をもっている。

かくしょうちょう

;各象徴 というの

しゃいん

;社員に

かいしゃせいど

;会社制度について

つた

;伝えたい

でんごん

;伝言だとい

うことである。

いぜん

;以前 、

まつ

;祭 りは

いえ

;家 だけで

おこ

;行 なわれている

が、

いま

;今のところ、

ほうじんじゅよう

;法人需要のために

まつ

;祭りは

かいしゃ

;会社

で さ え

おこ

;行 な わ れ て い る 。

かいしゃ

;会社 は

かいしゃもくひょう

;会社目標

しゃいん

;社員を

;向けられるように

しゃいん

;社員の

しこう

;思考に

まつ

;祭りにあ

しょうちょう

;象徴の

いみ

;意味を

Dalam perusahaan Matsuri dijadikan alat penghubung dunia nyata dan dunia leluhur. Matsuri dilakukan dengan proses referensi-referensi transformatif. Perusahaan Jepang pada umumnya tidak stabil dan rapuh. Setiap prinsip organisasinya membutuhkan kekuatan dan pertahanan yang diraih dari ruh leluhur pendiri supaya kejayaan perusahaan tetap terjaga. Bagi pegawai dengan mengingat leluhur perusahaan maka akan mengingat jati diri dan cita-cita perusahaan yang diperjuangkan oleh pendiri peruahaan. Matsuri juga dilakukan atas dasar kepentingan kelompok, melalui berbagai acara kebersamaan yang dilaksanakan seperti nyuusashiki, shainryoko dan lain-lain. Dalam kegiatan tersebut matsuri mengajarkan supaya mendahulukan kepentingan kelompok dibandingkan kepentingan pribadi.

そうさ

;操作することである。

会社

かいしゃ

で は

まつ

;祭 り が

げんじつ

;現実 の

せかい

;世界 と

そせん

;祖先

せかい

;世界 と の

はしわた

;橋渡 し を し て い る 。

まつ

;祭 り は

へんげん

;変幻

さんしょう

;参照 の

てじゅん

;手順 で

おこ

;行 な わ れ る 。

にほんがいしゃ

;日本会社

いっぱんてき

;一般的 に

もろ

;脆 く て

ふあんてい

;不安定 な の で 、

かいしゃ

;会社

えいこう

;栄光 が

そんぞく

;存続 で き る よ う に 、

そしき

;組織 の

げんそく

;原則

そせん

;祖先 か ら

;受 け た

ほご

;保護 と

ちから

;力 を

ひつよう

;必要 と す

る 。

しゃいん

;社員 に とっ て 、

かいしゃ

;会社 の

そせん

;祖先 を

おも

;思 い

;出 し た

ら 、

かいしゃ

;会社 の

そうぎょうしゃ

;創業者 に

ふんとう

;奮闘 し た

みもと

;身元

かいしゃ

;会社の

りそう

;理想を

おぼ

;覚える。

まつ

;祭りもいろいろな

れんたい

;連帯

ぎょうじ

;行事で

しゅうだん

;集団の

りえき

;利益 によって

おこ

;行なわれ、

たと


(6)

ば、

にゅうしゃしき

;入社式 や

しゃいんりょこう

;社員旅行 などのようである。こうい

ぎょうじ

;行事 で は

まつ

;祭 り は

こじん

;個人 の

りえき

;利益 よ り

しゅうだん

;集団

りえき

;利益を

おも

;重んじるように

おし

;教え

;

Nyuushashiki mengenalkan kepada pegawai baru tentang kehidupan perusahaan, diantaranya ada pola senioritas dalam perusahaan yang harus dihormati. Keberadaan pegawai dalam perusahaan harus diyakini melalui meishi

agar suatu saat berguna dalam rangka pertemuan dengan pegawai yang lain.

んだ。

入 社 式

にゅうしゃしき

は 新 社 員

しんしゃいん

に 会社制度

かいしゃせいど

に つ い て を 紹 介

しょうかい

し 、 会社

かいしゃ

に 年 功 序 列

ねんこうじょれつ

という制度

せ い ど

を 尊 重

そんちょう

しなくてはいけないようである。いつか他

の 社員

しゃいん

との 集 会

しゅうかい

で役

えき

に立

つように 会社

かいしゃ

で 社員

しゃいん

の 存在

そんざい

は名刺

め い し

で 信

しん

Matsuri membuat kehidupan dalam perusahaan menjadi berpola, menjadikan ada sesuatu hal yang harus dihormati dan harus dijaga dalam perusahaan itu agar tetap berjalan dengan lancar. Dengan sikap saling menjaga maka kehidupan perusahaan akan lebih terarah dan lebih harmoni. Kemudian juga menjadikan perusahaan sebagai sebuah arena yang mempunyai misi yang akan dicapai oleh pegawai sesuai dengan cita-cita perusahaan.

じな ければならない。

まつ

りは制度

せ い ど

がある 会社

かいしゃ

の 生活

せいかつ

を 作

つく

り、 順 調

じゅんちょう

に 進

すす

んでいるよ うにその 会社

かいしゃ

で保護

ほ ご

したり、 尊 重

そんちょう

したりせねばならないことはある。 保護

ほ ご

しあったら、 会社

かいしゃ

の 生活

せいかつ

はキチン

き ち ん

と釣

り合

うかもしれない。また、 祭

まつ

りは 会社

かいしゃ

の理想

り そ う

によって 社員

しゃいん

に受

ける 目的

もくてき

をもっている 闘 技 場

とうぎじょう

とし てもそうである。