Ritus-ritus dalam perusahaan Jepang .1 Penerimaan Pegawai

seseorang dan lawan bicaranya contohnya san digunakan untuk sempai, kun untuk kohai dan yang tanpa tambahan untuk doryo Reischauer, 1982:210.didalam kaitannya dengan kemantapan hubungan antar individu ini, kegiatan tukar- menukar kartu nama meishi yang khas Jepang mempunyai implikasi sosial yang penting. Yaitu untuk menampakkan status relatif masing-masing pihak sebelum memulai percakapan sehingga bisa menggunakan tingkat Bahasa dan perilaku yang tepat. ini sangat penting karena suatu kekeliruan dalam hal ini akan menimbulkan rasa malu dan rasa bersalah yang sangat dihindari orang Jepang. 2.2 Ritus-ritus dalam perusahaan Jepang 2.2.1 Penerimaan Pegawai Penerimaan pegawai merupakan suatu yang penting dalam menjalankan organisasi, karena sumber daya manusia adalah objek yang melakukan semua pekerjaan di perusahaan juga sekaligus sebagai subjek yaitu pelaku dalam menjalankan bisnis perusahaan. Dalam perusahaan jepang “ hubungan pribadi” merupakan hal yang sangat penting. Maksudnya adalah semakin lama seseorang mengenal yang lain dan semakin sering bertemu secarapribadi, maka akan semakin baik hubungan tersebut. Boye De Mente : 1986 : 83. Dengan dasar tersebut perusahaan jepang jarang mengganti karyawan, mereka lebih menghargai dalam hal loyalitas kesetiaan dari pegawai tersebut. Sistem perushaan jepang merupakan pola keluarga yaitu shuushinkoyo, atau “bekerja seumur hidup” Boye De Mente: 1986 :79. Dengan demikian mereka benar- benar mengenal pemimpin mereka. Dalam hal perekrutan pegawai, perusahaan Jepang memiliki metode tersendiri. Metode pemilihan karyawan ini dikenal dengan sebutan shikakuseido atau sistem kualifikasi pribadi; yang artinya karyawan baru dipilih berdasarkan pendidikan, watak, kepribadian, dan latar belakang keluarga; tidak berdasarkan pengalaman kerja atau latar belakang teknik Tanuwijaya; 2004; 77. Perusahaan Jepang pada umumnya jarang merekrut pegawai.Mereka biasanya merekrut pegawai sekali setahun, langsung dari sekolah. Beberapa akhir waktu sebelum akhir tahun ajaran sekolah, masing-masing perusahaan dan lembaga pemerintahaan atau kantor- kantor menentukan berapaorang pegawai yang akan diterima. Kemudian lembaga atau perusahaan mengundang mahasiswa-mahasiswa yang akan tamat tahun itu, untuk mengikuti ujian tertulis. Ada juga perusahaan yang mempercayakan guru-guru besar universitas tertentu untuk menyarankan calon-calon pilihan merekakepada perusahaan setiap tahun dan menginginkan mahasiswa terbaik dari kelasnya untuk perusahaan tersebut. Boye De Mente, 1986:79 Pada sistem tersebut dalam penempatan pegawai disesuaikan dengan latar belakang pendidikannya. Bila ia tamatan SLTA maka akan ditempatkan sebagai karyawan biasa dan tamatan universitas ditempakan dibagian administrasi dantenaga ahli. Sistem rekruitmen tenaga kerja yang baru tamat seperti ini dianggap, pegawai yang akan direkrut tersebut adalah orang yang belum berpengalaman dan dengan demikian akan lebih mudah diarahkan utnuk loyal terhadap perusahaan

2.2.2 Ritus Pemujaan Leluhur

Orang Jepang sangat menggantungkan kehidupannya pada upaya menjaga dan mengukuhkan kekuatan ruh leluhur-pendiri senso. Keberadaan ruh leluhur ini dijaga melalui keberadaan senior Apabila kita bertanya pada orang Jepang, apakah mereka memiliki agama. Sering dijumpai bahwa mereka agak sulit untuk menjawab pertanyaan itu. Namun, jika kita perhatikan sikap dan perilaku orang Jepang dalam fenomena kehidupan sehari - hari seperti dalam upacara pemujaan leluhur atau perayaan - perayaan yang berhubungan dengan pemujaan terhadap alam dan perayaan yang bertujuan untuk memanjatkan rasa syukur, maka kita akan mendapatkan kesan bahwa orang Jepang mempercayai atau meyakini adanya sesuatu. Tradisi keagamaan yang terdapat dalam masyarakat jepang pemujaan kepada leluhur. Religi keluarga menjadi kepercayaan mereka, dimana religi keluaga yang dimaksud pada intinya merupakan pemujaan terhadapa leluhur. Pemujaan kepada arwah leluhur disebut sosensuhai 素線巣拝. istilah sosen dapat diartikan sebaga pembuka terdahulu, seperti terlihat pada karakter 祖 dan 先. Penyembahan dari para keluarga yang masih hidup sangat diperlukan bagi roh ini. Karena jika tidak ada penyembahan terhadap roh maka roh akan tetap berada di kukai dunia susah dalam keadaan susah dan menjadi ruh gentayangan muen botoke atau setan kelaparan gaki. Terlihat hubungan emosional antara genkai dunia nyata dengan yuukai dunia roh. Dalam hal ini adalah anggota keluarga yang masih hidup dengan roh orang mati tersebut. Dengan adanya keyakinan ini, maka hubungan batin satu keluarga dengan anggotannya yang telah meninggal akan tetap terpelihara dan tidak putus secara tibia-tiba. Akibatnya secara emosi keluarga yang ditinggal mati oleh keluarganya tidak akan mengalami kekosongan yang dapat mengganggu kesejahteraan jiwa mereka Danandjaja,1997:188 Roh seseorang yang mengalami kematian masih dalam kondisi kekotoran maka dibutuhkan persembahan-persembahan dari keluarganya untuk membantu keluar dari kekotoran tersebut. Menurut Yazima dalam Situmorang,2000:32-33 mengatakan : bahwa begitu manusia mati maka rohnya untuk waktu sementara akan jatuh kedalam dunia kesusahan kukai, hal ini disebabkan dosanya pada waktu hidup. Tetapi akan kemudian akan tertolong oleh kuyo persembahan- persembahan. apabila roh nenek moyang sorei tetap beradadalam kukai.Maka nasib keluarga dalam hal ini Ie akan buruk. Untuk meningkatkan status roh seseorang supaya mencapai tingkat yang lebih tinggi maka diperlukan kuyo persembahan dari anggota keluarga yang hidup. Menurt Yazima dalam Situmorang, 2000:39 jenis-jenis kuyo adalah sebagai berikut: 1. Mendirikan kuil 2. Membuat patung budha 3. Membuat stupa 4. Pembacaan doa Dari jenis-jenis kuyo diatas ada tiga jenis kuyo yang sering dilakukan yaitu: zotou, shakei,dokukei 1. Zotou Zotou artinya membuat stupa, stupa ini disebut “gorintou” stupa 5 tingkat. Stupa melambangkan isi jagad raya, sebagai tempat persembahan bagi orang mati.Pada masing-masing stupa, yaitu masing-masing 4 sisi yang disebut dengan “shimon” stupa tersebut biasanya didirikan ditengah- tengah makam. Kelima tingkat tersebut adalah : a. Persegi empat sebagai dasarnya, melambangkan tanah b. Bulatan diatasnya, melambangkan air c. Lingkaran kecil, melambangkan angina d. Setengah lingkaran melambangkan angina 2. Shakei Shakei adalah penyembahan gambar orang meninggal.Biasanya gambar tersebut diletakkan di batsudan dan kamidan. Di dekat gambar tersebut di beri persembahan dan di puja. 3. Dokukei Dokukei adalah kitab sutra bagi orang yang mati,yaitu kitab sutra di setiap acara yang dilaksanakan pada orang mati tersebut, misalnya pada saat acara pembakaran, pemakaman, dan lain-lain. Acara-acara kuyo tersebut diatas ditujukan kepada orang yang meninggal yang bertujuan untuk menghilangkan kagare atau kekotoran supaya roh almarhum tidak jatuh ke gokido atau dunia yang lebih bawah lagi.Pada masyarakat, hal seperti ini menjadi kewajiban bagi keluarga. Setelah menjalani rangkaian-rangkaian upacara tersebut, setelah 33 tahun menurut konsep budha dan 50 tahun menurut konsep Shinto , roh tersebut menjadi tenang dan suci. Roh-roh tersebut sebelum masa 33 tahun, dipercayai tinggal di Ihai papan nama dimana pada papan nama tersebut dituliskan nama baru dan akan terus menerima doa-doa dari keluarga. Namun setelah menjalani masa 33 tahun roh tersebut tidak mempunyai nama pribadi lagi. Dan dia sudah suci dan tenang, dan dia akan disebut roh leluhur. Oleh karena itu tidak memerlukan persembahan-persembahan lagi. Namanya akan diturunkan dari altar keluarga, dari altar budha batsudan maupun dari altar Shinto kamidana. Setelah melewati masa 33 tahun, roh tersebut pergi kegunung.Roh tersebut menjadi hotoke konsep budha dan kami dewa konsepShinto, dan menjadi dewa wilayah ubusunagami atau ujigami. Pemujaan leluhur dalam keluarga juga akan berkembang menjadi pemujaan terhadap dewa wilayah hingga sampai kepada ruang lingkup tertinggi yaitu dewa Negara. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pusat dari kepercayaan dalam masyarakat Jepang adalah keluarga Ie. Keluarga menjadi wadah utama dalam pemujaan roh di Jepang.Anggota keluarga bukan hanya terdiri dari orang-orang yang memiliki hubungan darah saja namun seseorang dapat mendirikan sebuah badan usaha perusahaan, anggotanya adalah para pekerja serta keluarganya.Kepala keluarga tersebut adalahn yang mendirikan perusahaan.apabila seorang kepala keluarga meninggal maka karyawan lain dipilih lagi menjadi kepala. Roh kepala keluarga tersebut akan dipuja sehingga kelak bisa menjadi dewa keluarga atau Ie tersebut. Apabila keluarga tersebut tetap berlangsung, maka pemujaan roh-roh yang mati dari keluarga tersebut akan tersu berlangsung. Bagi masyarakat Jepang dikenal juga roh-roh gentayangan yang disebut dengan istilah muenbotoke, adalah roh-roh yang tidak mempunyai keluarga sehingga tidak ada yang memberikan pemujaan terhadap rohnya, orang yang mati bunuh diri, orang yang dendam, serta orang-orang yang mati karena kekerasan, roh-roh yang mati tersebut akan terus berada dalam kondisi kotor sehingga menjadi roh gentayangan.Namun meskipun muenbotoke tersebut tidak mendapat upacara-upacara penyembahan dari keluarganya, dalam tradisi masyarakat Jepang dikenal adanya upacara Obon bon Matsuri. Dalam perayaan ini setiap keluarga memberikan makanan dan minuman juga pembacaan-pembacaan doa agar roh-roh gentayangan tersebut tidak menganggu persembahan yang persembahan yang mereka berikan kepada roh-roh leluhur mereka. Dan pada waktu Higanatau Ziarah , pada waktu itu didirikan altar bagi roh-roh gentayangan tersebut di pintu- pintu kuil. Menurut Ito kenji dalam Situmorang 2001:103 dikatakan bahwa ada 3 jenis jenjang peyembahan leluhur dalam Ie, penyembahan leluhur kaisar, penyembahan leluhur desa atau wilayah, dan penyembahan leluhur keluarga. Untuk satu keluarga ada leluhur keluarga, untuk satu desa ada penyembahan roh leluhur desa wilayah Ubusunagami, dan untuk satu bangsa dilakukanpenyembahan terhadap dewa bangsa yaitu Amaterasu omikami.“Namun bagi masyarakat Jepang dewasa ini pemujaan terhadap leluhur hanya dilakukan di dalam keluarga saja” Situmorang,2001:103. Pemujaan leluhur merupakan suatu wujud pengabdian seseorang terhadap leluhurnya .pemujaan leluhur menjadi suatu wujud rasa terima kasih dan ucapan syukur atas berkat yang selama ini sudah diterima.Pemujaan leluhur merupakan satu bentuk permohonan akan keselamatan, perlindungan bagi anggota keluarga yang masih hidup dalam kehidupan mereka sehari-hari agar terhindar dari gangguan dan malapetaka. Oleh karena itu sangat penting bagi orang Jepang terjaminnya kelanjutan kesinambungan pemujaan leluhur antara generasi ke generasi selanjutnya.

2.2.3 ritus Sasho

Sasho adalah upacara persembahan yang didedikasikan bagi seorang pemimpin perushaan atau administrator tingkat atas perusahaan yang meninggal dunia. Perusahaan bertanggung jawab penuh dengan keuangan dan sumber dayamanusia untuk mengorganisasikan upacara dan seremoni. Sasho dilakukan di seluruh Jepang, tidak hanya dilakukan oleh perusahaan besar dan dikota saja, perusahaan kecil dan local daerah juga melakukan sasho. Makna internal dan makna eksternal yang direpresentasikan oleh sasho terkait hubungan bisnis dengan pelanggan, pemegang saham, perusahan lain dalam industri yang sama, dan politikus. Upacara sasho sudah dilakukan sejak zaman Meiji, yang dilakukan oleh perusahaan Mitsui sebagai salam penghormatan bagi pendirinya yaitu iwasaki yotaro pada tahun 1885. Sasho merupakan proses rekonstruksi perusahaan dengan melakukan penghormatan dan perpisahan dengan almarhum pemimpin perusahaan .bagi orang Jepang kematian merupakan kelanjutan dari kehidupan, karena kehidupan yang memberikan karakter bagi orang yang sudah mati. Kematian memindahkan kekuatan yang dimiliki oleh individu Selama masih hidup kedalam jalur lain. Maka, ruh penguasa, orang kaya, dan orang penting adalah yang paling ditakuti, begitu juga kerabat dekat yang memiliki kekuatan khusus. Hal ini melahirkan pengkhultusan terhadap pemujaan leluhur sosensuhai. Orang Jepang memberi nilai tinggi terhadap keturunan utilinieal karena membentuk generasi-generasi penting secara struktural untuk kepentingan yang masih hidup dalam mendefenisikan sub divisi keturunan secara terorganisasi.dimana orang yang mati tersebut memiliki arti sosial dimana mempunyai pengaruh besar bagi orang-orang sekitarnya termasuk individu-individu yang menjadi karyawan dalam perusahaan oleh almarhum. Dan sasho menjadi bentuk penghormatan terakhir kepada pemimpin yang meninggal yang telah berjasa dalam menjalankan bisnis perusahaan jadi untuk itu juga dipanggil para petinggi perusahaan lainnya seperti kolega, pemerintah dan lainnya yang pernah menjalin kerjasama kepada perusahan tersebut dianggap sebagai sebuah prestasi bagi orang yang meninggal yang telah lelah dalam menjaga kerjasama antar kedua pihak. Nakami dalam ijin 1999: 24 Sasho dalam pelaksaan sasho juga memperlihatkan prestise perusahaan dimana pelaksanaan sasho yang semakin besar-besaran dalam kaitan ruang dan waktu akan semakin menaikkan prestise perusahaan. prestise mengimpretasikan tingkat kejayaan pemimpin- pendiri yang sudah almarhum. perjamuan penghormatan dilakukan dengan mengundang pemimpin-pemimpin perusahaan dimana mereka merupakan cerminan dari tingkatan perusahaan yang melaksanakan sasho yang itu berarti sebagai cerminan pimpinan dan karyawan perusahan.

2.2.4 ritus Shainryoko darmawisata Pegawai

Shainryoko, darmawisata pegawai perusahaan yang dilakukan pada setiap musim semi dan musim gugur selama dua hari satu malam.Ada perusahaan yang melakukan shainryoko dengan cara seluruh pegawai perusahaan tersebut pergi secara serentak bersama-sama. Tetapi, kebanyakan perusahaan dewasa ini melakukan shainryoko secara kelompok di dalam bagian atau seksi masing- masing. Lokasi tujuan shainryoko biasanya tempat pemandian air panas onsen atau objek wisata yang terkenal. Semua pegawai wajib mengikuti perjalanan ini. Perjalanan ini pada umumnya menggunakan kereta atau bus yang di sewa oleh perusahaan, dan biasannya tempat untuk menginap adalah hotel ala jepang ryokan atau mess perusahaan. kegiatan yang dilakukan adalah jalan-jalan bersama melihat pemandangan, dan olahraga pada tempat yang ditujukan seperti bermain golf, dll. Pada malam harinya, diselenggarakan pesta perjamuan yang disertai makan makanan lengkap teishoku dan minum minuman alkohol sake. Pertunjukan oleh para pegawai itu sendiri seperti menyanyi karaoke dan menari. Acara yang tidak dapat dilewatkan adalah bersulang kanpai dengan mengikut setakan semua orang tanpa terkecuali. Walaupun tidak semua orang bisa minum sake pada acara itu minimal meminumnya dengan porsi sedikit.

BAB III ANALISIS FUNGSI MATSURI DALAM MASYARAKAT JEPANG

3.1 Matsuri dengan Pemujaan leluhur