Aoi Matsuri Dalam Masyarakat Jepang

BAB II
GAMBARAN UMUM TENTANG AOI MATSURI DAN KEARIFAN LOKAL
2.1. Pengertian Aoi Matsuri
Nama Aoi Matsuri terdiri dari dua kata yaitu Aoi dan Matsuri, Aoi adalah nama
daun semak-semak Aoi (hollyhock) yang berwarna gelap dan berduri. Daun ini
digunakan untuk menghias kostum dan diyakini mempunyai kekuatan untuk
melindungi dari petir, gempa bumi dan proses melahirkan yang sulit. Sedangkan
Matsuri adalah festival. Aoi Matsuri adalah festival yang diselenggarakan di bulan
Mei yang di mulai dari tanggal 3 sampai 15 Mei. Tujuan utama diselenggarakannya
Aoi Matsuri ini adalah untuk memperoleh hasil panen yang melimpah serta memohon
kesejahteraan masyarakat setempat.Aoi Matsuri disebut juga Kamo matsuri karena
pada masa lalu upacara ini diadakan di kuil Kamo.

2.2. Sejarah Aoi Matsuri
Menurut catatan sejarah kuno yang dikenal sebagai Nihon Shoki festival Aoi
Matsuri ini berasal pada masa pemerintahan Kaisar Kinmei (540-571). Catatan kuno
yang dikenal sebagai Honcho getsurei ( 本 朝 月 齢 ) dan Nenchugyoji hissho
mengungkapkan bahwa serangkaian bencana hujan dan angin kencang merusak
panen dan epidemi menyebar di seluruh negeri, karena peramal mengatakan bahwa

14

Universitas Sumatera Utara

dewa-dewa kuil Kamigaomo dan Shimogamo marah karena tidak dihormati oleh
penduduk setempat. Untuk menenangkan para dewa Kaisar mengirim utusannya
untuk mengadakan upacara suci di kedua kuil tersebut dan memohon doa agar
mendapatkan hasil panen yang melimpah. Secara tiba-tiba badai tersebut langsung
berhenti, dan sejak saat itu ritual ini menjadi ritual tahunan. Mengikuti pendirian
Kyoto Di zaman Kamakura dan Muromachi perayaan ini sempat dihentikan, akibat
perang Onin( perang saudara Jepang) di akhir abad ke-15. Pada akhir abad ke-17 di
zaman Edo perayaan ini kembali dihidupkan.Pada tahun 794, Kaisar Kanmu secara
pribadi mengunjungi kedua kuil ini dan menyatakan bahwa dewa-dewa dari kedua
kuil ini sebagai pelindung Kyoto. Tahun 807 ia resmi memulai festival Aoi Matsuri
ini sebagai acara rutin tahunan di kerajaan hingga saat ini.

2.3. Ritual Dalam Aoi Matsuri
2.3.1. Penyucian (Monoimi)
Pembersihan atau penyucian diri secara simbolik monoimi merupakan pintu
gerbang yang dilalui ketika pesertanya meninggalkan dunia sehari-hari (ke) untuk
memasuki dunia khusus (hare).Dalam perayaan Aoi Matsuri ritual penyucian terdapat
beberapa tahapan:


15
Universitas Sumatera Utara

1. Sai-Dai Misogi
Saio-dai Misogi merupakan ritual penyucian diri Saio-Dai beserta para wanita
pengikutnya sebelum dilaksanakannya Aoi Matsuri.Saio adalah seorang wanita muda
di masa periode heian yang merupakan putri istana dan juga merupakan kepala dari
kuil Kamigamo dan Shimogamo. Pada zaman Heian peran Saio dipercayakan kepada
salah seorang putri Kaisar Saga yang diutus sebagai Miko di kuil Kamo. Di zaman
sekarang, wanita yang memerankan Saio disebut Saio-Dai (差王代) karena dipilih
dari rakyat biasa.
Pada tanggal 3 mei mulai pukul 10.00 pada kuil Shimogamo di sungai Nara no
Ogawa maupun Kamigamo di sungai Mitarashi secara bergantian akan melakukan
penyucian diri beserta para wanita pengikutnya. Di sungai tersebut Saio-dai dan para
wanita pengikutnya akan melakukan ritual penyucian dengan menggunakan bonekaboneka kertas yang disebut hitogata. Ritual menggosokkan boneka ke seluruh tubuh
ini dipercaya dapat menyerap dosa dan kemalangan. Kebiasaan itu berasal dari
kepercayaan orang Jepang kuno, bahwa semua penyakit manusia dan kejadian buruk
disebabkan oleh pengaruh jahat yang menguasai tubuh dan untuk menyingkirkan
penyakit maupun malapetaka yaitu dengan pengusiran pengaruh jahat. Melalui ritual

ini pengaruh jahat tersebut dapat pindah ke boneka. Biasanya setelah melakukan
ritual ini boneka tersebut akan dilemparkan atau dihancurkan.

16
Universitas Sumatera Utara

2. Busha Shinji
Busha Shinji adalah upacara penyucian diri yang dilakukan dengan melepaskan
anak panah. Makna dari pelepasan anak panah ini dipercaya sebagai menghalau roh
jahat. Biasanya upacara ini dilaksanakan di kuil Shimogama.

3. Harai Gushi
Harai Gushi ialah ritual penyucian diri menggunakan tongkat yang terbuat
dari kayu sakaki atau bambu yang diberi kain atau sobekan-sobekan kertas
diujungnya. Cara menggunakan harai gushi dengan mengibaskan tongkat ke kiri,
kanan kemudian ke kiri lagi. Fungsinya dipercaya dapat menghilangkan kekotoran
dari diri seseorang.

2.3.2. Persembahan Sesaji (Shinzen)
Shinzen (Persembahan Sesajian) merupakan hal yang penting dalam suatu

matsuri. Sesajian yang paling umum adalah mochi dan sake, sayur-sayuran dan buahbuahan, serta uang dan benda-benda suci. Di Jepang tidak ada sesajian yang berupa
makhluk hidup. Dalam perayaan Aoi Matsuri ritual persembahan terdapat beberapa
tahapan yang diantaranya:

17
Universitas Sumatera Utara

1. Mikage Matsuri
Mikage Matsuri adalah upacara penyambutan kedatangan arwah suci di kuil
Shimogamo dari kuil Mikage di gunung Hiei. Tarian dan musik tradisional
dipersembahkan di hutan bernama tadasu no mori di kuil Shimogamo. Upacara ini
diawali dari kuil Shimogamo, dimana aramitamaakan dikumpulkan. Aramitama
adalah roh dari dewa yang menyebabkan kerusakan atau bencana alam.Roh yang
muncul sebagai Aramitama dapat ditranformasikan menjadi Nigitama dengan
penyucian dan penyembahan.
Upacara ini dilakukan pada tanggal 12 mei dan sebelum melakukan upacara
Mikage Matsuri para peserta menjalani ritual pemurnian atau penyucian diri. Para
pendeta dan peserta yang ikut berpartisipasi akan berjalan selama beberapa jam dari
kuil Shimogamo ke kuil Mikage di gunung Hiei. (http://mikage-matsurigreenShinto.com)


2. Shato no Gi
Shato no Gi yaitu upacara penyerahan persembahan di kuil Shimogamo menuju
kuil Kamigamo dengan melewati kuil Shimogamo, dimulai dari pukul 12.00 .
Persembahan yang diberikan dapat berupa uang, makanan, minuman, dan bendabenda. Sesajian yang berupa uang tidak diletakkan, tetapi uang dimasukkan kedalam
kotak sesaji yang terbuat dari kayu yang terdapat didekat altar. Di tengah upacara

18
Universitas Sumatera Utara

Shato no Gi terdapat penyampaian pesan kepada dewa oleh utusan kakaisaran.
Upacara ini merupakan hari terakhir sekaligus penutupan dari acara Aoi Matsuri. Di
akhir acara terdapat parade berkuda dan persembahan tarian kuno.
(http://www.AoiMatsuri-Ikidane-nippon:Tips on travelling in Japan.html)

3. Mikoshi
Mikoshi adalah kendaraan yang berbentuk seperti miniatur kuil yang dapat di
bawa-bawa. Biasanya mikoshi berbentuk bangunan miniatur dengan pilar, dinding
dan atap. Bentuk-bentuk mikoshi biasanya persegi empat, segi enam, dan segi
delapan. Bagian utamanya terdiri dari dua sisi tiang untuk diusung. Mikoshi biasanya
dihias dengan sangat menarik. Mikoshi yang digunakan dalam Aoi Matsuri terdapat

dua macam bentuk. Bentuk mikoshi yang pertama adalah mikoshi yang dibawa secara
bergotong royong oleh peserta arak-arakan. Biasanya mikoshi ini berbentuk persegi
empat dengan model yang sederhana. Bentuk mikoshi yang kedua adalah mikoshi
yang bentuknya seperti gerobak tertutup, yang dihias dengan sangat menarik dan
biasanya ditarik oleh kerbau dan juga diiringi oleh prosesi arak-arakan. Dari kedua
mikoshi tersebut, ketika Aoi Matsuri berlangsung biasanya hanya salah satunya saja
yang dipergunakan. Mikoshi dalam Aoi Matsuri merupakan kendaraan yang
dipergunakan untuk membawa kami. Kami yang terdapat pada mikoshi dalam Aoi
Matsuri ialah Saio-dai. (http://www.templeJapan.wordpress.com)

19
Universitas Sumatera Utara

2.3.3. Norita (Doa)
Norita adalah doa yang dibacakan oleh seorang pendeta dengan menggunakan
gaya bahasa Jepang kuno untuk menjelaskan kepada dewa yang dipuja pada suatu
matsuri tentang arti dan alasan dalam mengadakan matsuri. Tujuan diadakannya
norita adalah untuk memberikan penghormatan atau meminta ijin kepada dewa, untuk
melakukan upacara-upacara suci yang diadakan pada saat itu. Dalam perayaan Aoi
Matsuri ritual doa terdapat beberapa tahapan yang diantaranya:


1. Miare Shingi
Miare Shinji adalah upacara tertutup yang dilangsungkan pada tanggal 13 mei
di malam hari dari kuil Kamigamo. Acara ini tidak terbuka untuk umum. Pada
upacara ini biasanya hanya dilakukan oleh para pendeta dari kuil tersebut dan juga
dilakukan oleh beberapa orang yang ingin berpartisipasi dalam acara pembacaan doa
tersebut. Dalam Aoi Matsuri tujuannya diadakan upacara Miare Shinji ini adalah
untuk memberikan penghormatan atau meminta ijin kepada kami, untuk melakukan
berbagai upacara-upacara suci yang akan diadakan keesokan harinya (Mogi Sakae
2007)

20
Universitas Sumatera Utara

2. Yabusame Shinji
Yabusame Shinji yaitu upacara yang diselenggarakan di kuil Shimogamo ketika
Aoi Matsuri berlangsung. Tujuan diadakan upacara Yabusame Shinji untuk
mendoakan keselamatan selama perayaan. Penunggang kuda dengan kostum prajurit
pada zaman Heian mempertontonkan keterampilan memanah dari atas punggung
kuda yang sedang berlari kencang. Acara tersebut dimulai pada 3 mei dan acara ini

dimulai pukul 13.00 dan berakhir pada pukul 15.30.

2.4. Kelengkapan Ritual
1. Tali
Dalam Aoi Matsuri tali digunakan untuk mengusir roh jahat. Biasanya tali
tersebut digantung bersama kertas putih yang dilipat dengan berbentuk zig-zag.
Ketika Aoi Matsuri berlangsung, tali diikatkan di depan pintu menuju altar kuil
Shimogamo. Tali tersebut diikat mulai dari ujung pintu sebelah kiri sampai ujung
pintu sebelah kanan. Tali tidak hanya digantung di depan pintu altar, tetapi tali juga
digunakan pada hewan kerbau dimana dalam Aoi Matsuri kerbau digunakan untuk
menarik mikoshi. Tali yang digantung pada kerbau juga mempunyai fungsi yang
sama, yaitu untuk mengusir roh jahat. (http://www.wikipedia-tali.html.com)

21
Universitas Sumatera Utara

2. Gohei
Gohei adalah kertas putih yang digunting dan lipat dengan pola zig-zag dan
dijepit oleh tongkat dari bambu atau kayu. Gohei adalah sebuah alat yang digunakan
untuk penyucian diri. Gohei merupakan salah satu persembahan dalam ritual Shinto .

Biasanya gohei dibuat dari kertas atau kain berwarna putih namun sekarang ada juga
yang

dibuat

dari

kertas

berwarna

emas

atau

kertas

berwarna

perak.


(http://www.wikipedia-gohei.html.com)
Bentuk gohei sekarang berasal dari tradisi zaman dulu, yang merupakan
barang persembahan berupa hasil tenunan (kain) yang dijepit pada pohon yang
disebut mitegura. Bentuk zig-zag di kedua sisinya yang fungsinya menandakan
kehadiran kami (dewa) dalam sebuah ruangan (Ono, 1992:52).

3. Lentera
Lentera (tōrō) berasal dari tradisi Cina.Sudah ada sejak zaman Heian. Pada kuil
lentera digunakan untuk penerangan di malam hari dan sebagai hiasan.
Lentera juga dapat diartikan sebagai perangkat pencahayaan yang berfungsi
untuk penerangan atau sumber cahaya. Biasanya lentera ditemui terpasang di kedua
sisi dari tiang pintu masuk ke kuil. Lentera digunakan sebagai petunjuk jalan bagi
para dewa dan dipercaya sebagai tempat tinggalnya roh (Ono: 1992:52)

22
Universitas Sumatera Utara

2.5. Kearifan Lokal
Menurut sibarani (2012:135) istilah kearifan lokal (local wisdom) terdiri atas

dua kata, yaitu kearifan (wisdom) dan lokal (local).Kata “kearifan” berarti
„kebijaksanaan‟, sedangkan kata “lokal” berarti „setempat‟. Dengan demikian,
kearifan lokal atau kearifan setempat (local wisdom) dapat dipahami sebagai gagasangagasan dan pengetahuan setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai
baik, dan berbudi luhur yang dimiliki, dipedomani, dan dilaksanakan oleh anggota
masyarakatnya. Kearifan lokal itu diperoleh dari tradisi budaya atau tradisi lisan
karena kearifan lokal merupakan kandungan tradisi lisan atau tradisi budaya yang
secara turun-temurun diwarisi dan dimanfaatkan untuk menata kehidupan sosial
masyarakat dalam segala bidang kehidupannya atau untuk mengatur tatanan
kehidupan komunitas. Pengertian kearifan lokal itu sangat perlu dipahami agar dapat
digali dari tradisi lisan sebagai warisan budaya leluhur dan agar dapat dimanfaatkan
untuk menata kehidupan sosial pada generasi muda sekarang ini.
Banyak pendapat mengenai kearifan lokal dan berdasarkan pemahaman
terhadap kearifan lokal, dapat didefinisikan kearifan lokal sebagai berikut”Kearifan
Lokal” adalah kebijaksanaan atau pengetahuan asli suatu masyarakat yang berasal
dari nilai luhur tradisi budaya untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat.Jika
kearifan lokal itu difokuskan pada nilai budaya, maka dapat juga didefinisikan
dengan cara lain. “Kearifan lokal” adalah nilai budaya lokal yang dapat dimanfaatkan
untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat secara arif atau bijaksana. Definisi

23
Universitas Sumatera Utara

yang pertama lebih menekankan pada kebijaksanaan atau kearifan untuk menata
kehidupan sosial yang berasal dari nilai budaya yang luhur, sedangkan definisi yang
kedua menekankan nilai budaya luhur yang digunakan untuk kebijaksaan atau
kearifan menata kehidupan sosial.
Menurut Balitbangsos Depsos RI dalam sibarani (2005:5-15), kearifan lokal itu
merupakan kematangan masyarakat di tingkat komunitas lokal yang tercermin dalam
sikap, perilaku, dan cara pandang masyarakat yang kondusif di dalam
mengembangkan potensi dan sumber lokal (material maupun non material) yang
dapat di jadikan sebagai kekuatan di dalam mewujudkan perubahan kearah yang lebih
baik atau positif. Dalam penelitian terhadap tradisi budaya atau tradisi lisan terdapat
berbagai nilai dan norma budaya sebagai warisan leluhur yang menurut fungsinya
dalam menata kehidupan sosial masyarakat dapat diklasifikasikan sebagai kearifan
lokal. Jenis-jenis kearifan lokal itu antara lain:
1.Kesejahteraan
Kata kesejahteraan berasal dari kata dasar sejahtera yang berarti dalam
keadaan aman, sentosa, makmur, dan selamat. Kesejahteraan merupakan keadaan
terpenuhinya segala bentuk kebutuhan hidup, khususnya bersifat mendasar, seperti
makanan, pakaian, perumahan, pendidikan, keamanan dan kesehatan. Namun secara
umum, kata sejahtera kemudian mengerucut pada tiga keadaan kondisi manusia yakni
keadaan “makmur”, “sehat”, dan “damai”. Kesejahteraan ini dapat direfleksikan

24
Universitas Sumatera Utara

berdasarkan kehidupan ekonomi seseorang yang dipercaya dapat membawa
kebahagiaan dalam kehidupannya. Kesejahteraan juga dapat diartikan sebagai tata
kehidupan dan penghidupan sosial, baik material maupun spiritual yang diliputi rasa
keselamatan, kesusilaan, dan ketenteraman secara lahir dan batin.
2.Kerja Keras
Kerja keras adalah berusaha dengan sepenuh hati dengan sekuat tenaga untuk
berupaya

mendapatkan

keinginan

pencapaian

hasil

yang

maksimal

pada

umumnya.sebuah kerja keras bertujuan untuk mensejahterakan diri, dengan kerja
keras yang kreatif dan inovatif yang akan membawa keuntungan dan akan menjadi
sebuah proses dari pensejahteraan diri dengan sebuah kerja keras.
3. Disiplin
Secara etimologi disiplin adalah perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai
yang dipercaya termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi tanggung
jawabnya. Jika dilihat dari psikologis disiplin ialah kemampuan mengendalikan
perilaku yang berasal dari dalam diri seseorang sesuai dengan hal-hal yang telah di
atur dari luar atau norma yang sudah ada.
4. Pendidikan
Pendidikan adalah proses kecakapan individu dalam sikap dan perilaku
bermasyarakat, proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh suatu lingkungan

25
Universitas Sumatera Utara

yang terorganisir, seperti rumah atau sekolah sehingga dapat mencapai perkembangan
diri dan kecakapan sosial.
5.Kesehatan
Kesehatan ialah suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan
bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan. Menurut UUD No.23 Tahun
1992, kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan semua orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan
juga behubungan erat dengan keseimbangan biopsiko, sosial, cultural dan spiritual.
6. Gotong royong
Gotong royong merupakan salah satu sikap yang perlu dipupuk sejak
dini.Gotong royong sendiri juga dapat diartikan sebagai bentuk kerja sama antara
sejumlah orang atau warga masyarakat dalam kehidupan sosial dalam menyelesaikan
sesuatu atau pekerjaan tertentu yang dianggap berguna untuk kepentingan bersama.
7. Pengelolaan gender
Pengelolaan gender atau kesetaraan gender adalah kesamaan kondisi bagi
laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai
manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hokum,
sosial budaya, dan sebagainya.

26
Universitas Sumatera Utara

8. Pelestarian dan kreativitas budaya
Pelestarian adalah upaya atau proses untuk membuat sesuatu tetap selamalamaanya tidak berubah, sedangkan

pelestarian budaya adalah upaya untuk

mempertahankan agar/supaya budaya tetap sebagaimana adanya. Kreativitas budaya
adalah melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru untuk budaya dari
sesuatu yang telah dimiliki.
9. Peduli lingkungan
Peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
10. Kedamaian
Istilah kedamaian berkaitan dengan tiga hal yaitu kerukunan, keamanan, dan
kenyamanan. Kedamaian merupakan keadaan manusia yang hidup rukun, aman, dan
nyaman. Masyarakat dan daerah yang damai berarti masyarakat dan daerah yang
penduduknya hidup dengan harmonis, yang aman dari kejahatan serta konflik.
11. Kesopansantunan
Kesopansantunan pada umumnya berkaitan dengan hubungan antara dua
partisipan yang dapat disebut „diri sendiri‟ dan „orang lain‟. Kesopansantunan
merupakan inti dasar kebaikan (kepribadian yang baik). Apabila seseorang sopan

27
Universitas Sumatera Utara

santun, maka orang itu termasuk orang yang berkepribadian baik dan lingkungan
sosial orang-orang yang sopan santun akan damai.
12. Kejujuran
Kejujuran adalah perilaku yang dilaksanakan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
Jujur adalah energi yang positif yang menyatakan sesuatu dengan lansung, spontan,
lugas, apa adanya.
13. Kesetiakawanan sosial
Kesetiakawanan sosial atau rasa solidaritas merupakan nilai dasar
kesejahteraan sosial, modal sosial yang ada dalam masyarakat terus digali,
dikembangkan dan didayagunakan dalam mewujudkan cita-cita bangsa untuk
masyarakat sejahtera.
14. Kerukunan dan penyelesaian konflik
Kerukunan adalah kondisi dan proses tercipta dan terpeliharanya pola-pola
interaksi yang beragam diantara unsur yang otonom. Sedangkan penyelesaian konflik
adalah berusaha mengatasi secara tegas dan dengan cara yang baik, serta berusaha
membina hubungan yang baik dengan pihak lain ditandai dengan adanya kemauan
baik untuk saling mengerti serta memahami alasan, pertimbangan, dan kepentingan
pihak lain tersebut.

28
Universitas Sumatera Utara

15. Komitmen
Komitmen adalah kemampuan dan kemauan untuk menyelaraskan perilaku
pribadi dengan kebutuhan, prioritas dan tujuan tertentu dan berupaya serta berkarya
dan memiliki hasrat yang kuat untuk tetap bertahan.
16. Pikiran positif
Pikiran positif adalah cara berpikir secara logis yang memandang sesuatu dari
segi positifnya baik terhadap dirinya sendiri, oang lain, maupun keadaan lingkungan.
17. Rasa syukur
Rasa syukur adalah sikap berterima kasih kepada sang pencipta. Sikap syukur
ini merupakan sikap hidup terbaik yang dimiliki orang-orang yang bahagia.

29
Universitas Sumatera Utara