Aoi Matsuri Dalam Masyarakat Jepang

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belaakang Masalah
Jepang (Nippon/Nihon) secara harfiah memiliki arti “asal-muasal matahari”

adalah sebuah negara di Asia Timur yang terletak di benua Asia di ujung barat
Samudera Pasifik. Pulau-pulau paling besar adalah dari utara ke selatan Hokkaido,
Honshu, Shikoku, dan Kyushu. Beberapa pulau-pulau kecil berada di dekat keempat
pulau ini, termasuk sebuah kelompok pulau-pulau kecil yang berada di sebelah
selatan di Okinawa.
Sebagian besar Jepang berada dalam zona utara beriklim sedang dan beriklim
lembab, dengan angin tenggara yang bertiup dari Samudera Pasifik selama musim
panas dan angi barat-laut yang bertiup dari benua Eurasia ( Eropa-Asia) pada musim
dingin. Negara Jepang mempunyai empat musim yaitu musim semi, musim gugur,
musim panas, dan musim dingin. Rakyat Jepang menikmati pertanda-pertanda
perubahan musim dan mengamati perkembangannya dengan memperhatikan laporan
cuaca.(http://wikipedia-eksklopedia-jepang.html)
Pada tahun 1990, diantara pulau-pulau besar utama di Jepang kepadatan yang
paling tinggi terletak dipulau Honshu, pulau Kyushu dan pulau shikoku. Penyebaran

penduduk pada abad lalu masih merata, hal ini disebabkan karena kebanyakan
penduduk masih bermata pencaharian di bidang pertanian. Namun setelah beralih
1
Universitas Sumatera Utara

mata pencaharian di bidang industri, mereka mulai terkonsentrasi diwilayahwilayah tertentu saja, seperti Tokyo, Osaka, Nagoya (Danandjaya 1997:2).
Salah satu kota yang kaya akan situs-situs bersejarah dan yang sekarang juga
menjadi salah satu kota terbesar di Jepang adalah Kyoto. Kyoto adalah kota yang
terletak di pulau Honshu, Jepang. Kota ini merupakan bagian dari daerah
metropolitan Osaka-Kobe-Kyoto. Kota ini memiliki banyak situs bersejarah dan
merupakan ibu kota prefektur Kyoto. Di zaman dahulu, Kyoto juga disebut
Kyouraku, Rakuchu dan Rakuyou. Pada abad ke 8 Kyoto merupakan ibukota Jepang,
yang menjadi sebuah pusat kebudayaan sebelum Restorasi Meiji.
Di Kyoto terdapat banyak kuil, misalnya di sebelah timur Kamogawa terdapat
kuil Kiyomizudera dengan bangunan yang dibuat dari kayu terletak di lembah yang
dalam dan sempit. Kuil Yasaka, dimana festival tahunan Gion atau Gion Matsuri
diselenggarakan pada bulan juli. Kuil Heian, dimana festival tahunan Jidai atau Jidai
Matsuri diselenggarakan pada bulan oktober. Kuil-kuil yang patut diperhatikan antara
lain kuil Chion’in Ginkakuji dibangun tahun 1482 terkenal dengan tamannya. Di
sebelah utara terdapat kuil-kuil Kamo, tempat diselenggarakannya Aoi Matsuri setiap

bulan mei. Aoi Matsuri merupakan salah satu matsuri terbesar yang diselenggarakan
di Kyoto.
Sebagai negara dengan alam yang labil dan pergantian musim yang cepat,
Jepang mempunyai beragam tradisi untuk melakukan upacara bagi dewa-dewa

2
Universitas Sumatera Utara

kepercayaan mereka sebagai permohonan keselamatan dan

kelangsungan hidup.

Masyarakat Jepang merupakan masyarakat memiliki kebudayaan yang khas yang
tidak di miliki bangsa lain. Hal ini dapat terlihat dalam kehidupan masyarakatnya
yang dalam satu tahun secara rutin menyelenggarakan berbaagai macam matsuri
(Dananjaya,1997:12)
Matsuri jika diartikan kedalam bahasa Jepang adalah festival yang memiliki
makna sebagai pesta rakyat sedangkan pengertian matsuri yang sebenarnya adalah
foklor Jepang asli yang berhubungan dengan Shinto ( Danandjaya, 1997:30). Shinto
berasal dari kata shin yang memiliki arti sama dengan Kami (dewa) dan to atau do

yang arti sama dengan kata michi yang mengartikan jalan. Shinto merupakan agama
rakyat Jepang yang memiliki ajaran kepercayaan menurut mitos atau kepercayaan
masyarakat sehingga Shinto tidak memiliki pendirian dan tidak memiliki kitab suci
seperti agama-agama lain di dunia ini. Hal ini dijelaskan oleh Ono yang menyebutkan
“ tidak seperti agama Buddha, Kristen, dan Islam, Shinto tidak mempunyai pendirian
seperti Gautama, Yesus sang Mesias atau Muhammad sang nabi, Shinto juga tidak
mempunyai kitab suci seperti Ttripitaka, Alkitab, atau Alquran”.
Masyarakat Jepang percaya semua kejadian yang terjadi di alam ini adalah
diatas manusia. Hal ini mereka jelaskan melalui legenda tentang pembuatan alam
semesta ini terurama pulau Jepang. Masyarakat Jepang selain mengadakan berbagai
matsuri di dalam kehidupannya juga mengadakan upacara-upacara khusus, contohnya
pada masyarakat pertanian diadakan upacara khusus setelah panen sebagai tanda

3
Universitas Sumatera Utara

terima kasih kepada dewa atas panen yang baik dan agar para dewa memperhatikan
kesuburan tanah pertanian mereka. Dalam setiap upacara selalu ada persembahan
makanan dan minuman yang diberikan kepada para dewa


yang disebut

Shinsen.Shinsen yang disajkan ada 2 jenis yaitu berupa bahan mentah maupun yang
sudah masak (Ono 1992:54)
Jika makanan tersebut merupakan jenis makanan mentah yang belum diolah
seperti ikan, ayam, ataupun daging maka harus disiapkan dengan hati-hati supaya
tidak memperlihatkan adanya unsur darah dalam makanan tersebut karena dalam
Shinto, darah itu merupakan dosa (Ross, 1983:61).`
Pada jalan menuju ke kuil Shinto biasanya terdapat pintu gerbang yang
dinamakan torii. Pintu gerbang ini dipercaya merupakan bangunan dari rintangan
yang berfungsi untuk memisahkan kehidupan kita dengan dunia dimana para dewa
tinggal. Bahkan pada kedua sisi pintu gerbang ini sering terdapat dua hewan penjaga
yang bertugas untuk menjaga pintu masuk (Littleton, 2002)
Torii merupakan sebuah pintu khusus untuk para dewa. Ketika memasuki torii
ini, orang akan meninggalkan dunia yang terbatas dan masuk dunia yang tidak
terbatas dengan kekuatan para dewa yang tidak terhingga (Greider, 2001). Pada
zaman dahulu torii digunakan sebagai pintu gerbang biasa, tapi pada saat ini
penggunaan torii terbatas hanya digunakan dilingkungan kuil, istana, dan beberapa

4

Universitas Sumatera Utara

kuburan. Torii juga sering dijumpai di kaki hutan, di samping batu besar, dan sumur
(Ono, 1992:28)
Setiap torii di kuil Shintoakan ditemui sepasang lentera yang terpasang di kedua
sisi dari tiang torii tersebut. Dalam kepercayaan Shinto, lentera dipercaya sebagai
tempat tinggalnya roh dan juga lentera biasanya digunakan sebagai petunjuk jalan
bagi para dewa ( Ono, 1992:52). Selain lentera pada torii, juga terdapat tali yang
digantung dibagian atas dari torii. Ketika menuju pintu masuk altar kuil Shinto, selalu
terdapat tali yang digantung di pintu masuk menuju altar. Sebagaimana menurut
Yamada (1995), bahwa tali dalam kepercayaan Shinto dapat digunakan untuk
mengusir roh jahat.
Sebagian besar matsuri diselenggarakan dengan maksud untuk mendoakan
keberhasilan tangkapan ikan dan keberhasilan panen, kesuksesan dalam bisnis,
kesembuhan dan kekebalan terhadap penyakit, keselamatan dari bencana, dan sebagai
ucapan terima kasih setelah dalam menyelesaikan suatu tugas berat. Matsuri juga
diadakan untuk merayakan tradisi yang berkaitan dengan pergantian musim atau
mendoakan arwah tokoh terkenal. Makna upacara yang dilakukan dan waktu
pelaksanaan matsuri beraneka ragam sesuai dengan tujuan penyelenggaraan
matsuri.Matsuri yang mempunyai tujuan dan maksud yang sama dapat mempunyai

makna ritual yang berbeda tergantung pada daerahnya.

5
Universitas Sumatera Utara

Di antara matsuri-matsuri yang sangat banyak itu Aoi matsuri merupakan salah
satu diantara perayaan keagamaan yang terbesar di Jepang. Aoi matsuri adalah
festival suci yang diselenggarakan untuk memperoleh hasil panen yang melimpah dan
kesejahteraan penduduk setempat. Puncak perayaan adalah prosesi Roto no gi
(upacara yang diselenggarakan di sepanjang jalan) yang berlangsung 15 Mei.
Rangkaian prosesi sudah dimulai sejak 3 Mei, prosesi tersebut diawali dengan adanya
pertunjukkan memanah dari kuda di kompleks kuil shimogamo. Dalam rangkaian
prosesi tersebut tidak hanya mempertunjukkan keahlian, tetapi juga sebagai proses
penyucian untuk prosesi berikutnya. Pada 3 Mei, saio disucikan di kuil kamigamo.
Pada 5 Mei juga terdapat pula lomba memacu kuda antara dua kelompok yang
berpakaian pada zaman Heian. Pada 12 Mei, Mikage Matsuri diselenggarakan pada
pukul 9:30 -16:00. Iring-iringan prosesi berangkat di pagi hari.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik ingin membahas matsuri dalam
bentuk skripsi yang berjudul: AOI MATSURI DALAM MASYARAKAT JEPANG


1.2. Perumusan Masalah
Jepang popular dengan sebutan negara modern dan berteknologi canggih dalam
segala bidang. Sebagai negara yang telah berhasil membangun hampir di semua
bidang, Jepang ternyata tidak begitu saja meninggalkan budaya tradisionalnya.
Jepang sering disebut sebagai negara yang mempunyai wajah tradisional, yaitu

6
Universitas Sumatera Utara

bangsa yang tetap menjalankan budaya-budaya tradisional, terutama tampak dalam
kegiatan ritual yang masih diselenggarakan oleh masyarakat pedesaan maupun
perkotaan.
Masyarakat Jepang dikenal sebagai masyarakat yang sangat menjunjung tinggi
nilai-nilai tradisonalnya (Herniawati, 20111:2). Dalam kehidupan masyarakat Jepang
matsuri masih dijadikan salah satu acara festival yang bersifat ritual yang selalu
dirayakan setiap tahunnya. Salah satu bentuk matsuri yang masih diselenggarakan
oleh masyarakat Jepang terdapat dalam bidang pertanian, yakni ritual panen yang
sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu, yaitu pada tahun 540. Ritual ini dilakukan
dalam bentuk festival yang dinamakan dengan Aoi Matsuri.
Aoi Matsuri adalah festival yang diadakan di bulan Mei dengan tujuan untuk

memperoleh hasil panen yang melimpah dan kesejahteraan masyarakat Jepang. Aoi
Matsuri terdiri dari beberapa prosesi yang masing-masing diantara unsur-unsur ritual
tersebut memiliki maknanya tersendiri. Diantara semua prosesi dan ritual yang
diadakan dalam Aoi Matsuri, terdapat nilai-nilai Shinto dan kearifan lokal yang
melekat dan hingga saat ini masih dipakai oleh masyarakat Jepang.
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana makna yang terkandung dalam setiap ritual pada Aoi Matsuri?

7
Universitas Sumatera Utara

2. Bagaimana kearifan lokal yang terdapat dalam pelaksanaan ritual yang
terdapat dalam Aoi Matsuri?

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan
Dalam penelitian ini, penulis menggangap perlu adanya pembatasan ruang
lingkup dalam pembahasan. Hal ini dilakukan agar masalah tidak menjadi terlalu luas
sehingga penulis dapat lebih terfokus dan terarah dalam pembahasan terhadap
masalah yang ingin diteliti sehingga dapat memudahkan dalam menganalisis topik

permasalahan.
Dalam penelitian ini, pembahasan akan difokuskan pada makna yang terdapat
pada setiap ritual-ritual yang ada dalam Aoi Matsuri, serta kearifan lokal apa saja
yang terdapat dalam ritual Aoi Matsuri. Untuk mendukung pembahasan Bab II akan
dikemukakan juga tentang pengertian dan sejarah Aoi Matsuri, benda-benda dalam
matsuri, ritual-ritual dalam matsuri, dan kearifan lokal.

1.4. Tinjauan Pustaka Dan Kerangka Teori
1. Tinjauan Pustaka
Ross (1983:3) mengemukakan agama bagi orang Jepang adalah sebuah cara
untuk menjalani hidup, bukan sebuah kepercayaan atau teori seperti yang terdapat
pada agama-agama yang lain yang ada di dunia

8
Universitas Sumatera Utara

Sejak dahulu kala, masyarakat Jepang telah menemukan kekuatan sakral dan
spiritual yang berpusat pada aspek alam, dan memujanya sebagai kami( 神 ) atau
dewa. Ini dipercaya menjadi asal muasal Shinto (Japan National Tourism
Organization, 2011:5). Shinto memiliki karakteristik yang paling benar dari

kepercayaan kuno, termasuk menyembah alam dan tabu terhadap kagare atau
ketidaksucian. Shinto tidak memiliki pengajaran atau doktrin. Shinto muncul dari
kepercayaan rakyat dalam bentuk yang bermacam-macam yang dianggap sebagai
kepercayaan asli Jepang yang merupakan kelanjutan dari garis yang tidak terputus
dari zaman pra sejarah sampai saat ini (Kuroda, 1967:7).
Salah satu penegasan atau praktek dari Shinto adalah matsuri. Istilah matsuri
yang ditulis dalam karakter kanji (祭り) biasa disebut juga girei (儀礼 ) atau gyouji (
行事 ) yaitu ritus atau upacara dan mempunyai arti berdoa, merayakan, mendewakan,
mengabdikan, penyembahan dan pemujaan. Matsuri diadakan di banyak tempat di
Jepang pada umumnya diselenggarakan di jinja atau kuil.
Menurut The Kodansha Billingual Of Japan (1998:57). Matsuri adalah festival
yang berhubungan dengan penanaman padi dan kesejaterahan spiritual penduduk
setempat. Dimana festival ini diambil dari Shinto kuno yang bertujuan untuk
mendamaikan hati dewa serta menjamin kesuburan pertanian masyarakat.
Aoi matsuri, salah satu festival terbesar dan terlama (kuno) di Jepang. Acara
utama festival ini jatuh pada tanggal 15 mei, dimana 600 orang berpakaian seperti

9
Universitas Sumatera Utara


kerajaan jaman Heian (794-1185). Dimana pada saat pemerintah Kinmei (540-571)
terjadi kegagalan panen yang diakibatkan cuaca buruk yang berkepanjangan. Pada
saat itu rakyat dilanda wabah penyakit dan kelaparan. Ada orang suci yang
mengatakan bahwa dewa-dewa kuil Kamigamo dan Shimogamo marah karena tidak
dihormati penduduk. Untuk menenangkan para dewa kaisar Kinmei mengadakan
upacara suci di kedua kuil tersebut, dua kuil tertua di Kyoto. Secara tiba-tiba badai
tersebut langsung terhenti, sejak saat itu petinggi-petinggi istana rutin menghadiri
kedua kuil tersebut. Sejak saat itu ritual ini menjadi ritual tahunan kekaisaran. .
Aoi Matsuri merupakan salah satu matsuri terbesar yang diselenggarakan di
Kyoto. Tujuan utama diselenggarakannya Aoi Matsuri ini adalah untuk memperoleh
hasil panen yang melimpah serta memohon kesejahteraan masyarakat setempat.
(http://www.japan festival of aoi matsuri.html)
Pada agama Shinto kesucian adalah syarat utama, oleh sebab itu masyarakat
harus bersih dari berbagai kekotoran seperti penyakit, luka bahkan menstruasi. .
Dalam setiap upacara selalu ada persembahan makanan dan minuman yang diberikan
kepada para dewa yang disebut Shinsen.Shinsen yang disajikan ada 2 jenis yaitu
berupa bahan mentah maupun yang sudah masak (Ono 1992:54)
2. Kerangka Teori
Kerangka teori menurut Koenjtaraningrat (1976:1) berfungsi sebagai pendorong
proses berfikir deduktif yang bergerak dari bentuk abstrak ke dalam bentuk yang

10
Universitas Sumatera Utara

nyata. Dalam penelitian suatu kebudayaan masyarakat diperlukan satu atau lebih teori
atau konsep pendekatan yang sesuai dengan objek dan tujuan dari penelitian ini.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori ritual dari Barth. Menurut Barth
dalam febriyanti (2013:8) ritual merupakan kegiatan kolektif, artinya ritual tersebut
merupakan beberapa simulasi kegiatan dari beberapa pelaku. Ritual bukanlah
monolog, artinya dalam ritual dibutuhkan dialog yang menjadikan ritual kental
dengan interaksi. Aoi Matsuri dilakukan dengan beberapa prosesi, dimana terdapat
beberapa ritual yang terkandung di dalam prosesi tersebut. Masing-masing dalam
ritual tersebut dilaksanakan oleh peserta Aoi Matsuri. Pada pelaksanaan ritual Aoi
Matsuri dalam masyarakat Jepang mengandung beberapa unsur kearifan lokal juga.

1.5. Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan makna yang terkandung dalam setiap ritual
pada Aoi Matsuri
2. Untuk mendeskripsikan kearifan lokal pada ritual yang terdapat dalam
Aoi Matsuri

2. Manfaat Penelitian
1.

Bagi peneliti sndiri diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan tentang aoi matsuri

11
Universitas Sumatera Utara

2.

Bagi para pembaca khususnya para pembelajaar bahasa jepang
diharapkan dapat menambah informasi tentang aoi matsuri

3.

Bagi para pembaca, penelitian ini juga dapat dijadikan sumber ide dan
tambahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti aoi
matsuri dalam masyarakat jepang.

1.6. Metode Penelitian
Metode adalah alat untuk mencapai tujuan dari suatu kegiatan. Dalam
melakukan

penelitian,

sangat

diperlukan

metode-metode

untuk menunjang

keberhasilan tulisan yang akan disampaikan penulis kepada para pembaca. Untuk itu,
dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif. Menurut
Koentjaraningrat (1976:30), penelitian yang bersifat deskriptif yaitu memberikan
gambaran yang secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala, atau
kelompok tertentu. Oleh karena itu, data-data yang diperoleh dikumpulkan, disusun,
diklasifikasikan, sekaligus dikaji dan kemudian diinterpretasikan dengan tetap
mengacu pada sumber data dan informasi yang ada.
Selain itu untuk pengumpulan data penulisan menggunakan metode penelitian
kepustakaan (Library research) yaitu serangkaian kegiatan yang berkenan dengan
pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian
(Zed, 2004:3). Hal ini dimaksudkan guna memperoleh informasi penelitian sejenis
dan memperdalam kajian teoritis suatu penelitian. Dalam hal ini penulis

12
Universitas Sumatera Utara

memanfaatkan Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, Perpustakaan Japan
Foundation. Selain itu, penulis juga memperoleh data dengan memanfaatkan media
internet untuk mencari data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti seperti
melalui jurnal dan surat kabar online.

13
Universitas Sumatera Utara