Model Model Model Model Perencanaan Tindak Lanjut

5

B. Tahapan dalam Penelitian Tindakan Kelas

Terdapat beberapa model penelitian tindakan yang diusulkan oleh sejumlah tokoh, seperti model Kemmis dan McTanggart, model Elliot, model Ebbutt, dan model McKernan. Model-model tersebut dikembangkan dari pemikiran Kurt Lewin —orang yang dianggap sebagai penggagas awal penelitian tindakan. Kurt Lewin dalam McNiff, 1992: 22 mengambarkan penelitian tindakan sebagai serangkaian langkah yang membentuk spiral. Setiap langkah memiliki empat tahap, yaitu perencanaan planning, tindakan acting, pengamatan observing, dan refleksi reflecting. Langkah-langkah itu dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini. planning reflecting acting observing Gambar Gambar 2. Model 2. Model Dasar Dasar Penelitian Penelitian Tindakan Tindakan Kelas Kelas Tahap-tahap di atas, yang membentuk satu siklus, dapat dilanjutkan ke siklus berikutnya dengan rencana, tindakan, pengamatan, dan refleksi ulang berdasarkan hasil yang dicapai pada siklus sebelumnya. Jumlah siklus dalam suatu penelitian tindakan bergantung pada apakah permasalahan penelitian yang dihadapi sudah dapat dipecahkan. Pengembangan terhadap model dasar tersebut dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini. 6 Model PTK Model PTK pengembangan pengembangan plan reflect act observe plan reflect act observe Gambar Gambar 3. Model 3. Model Dasar Dasar Penelitian Penelitian yang yang Dikembangkan Dikembangkan Model PTK Model PTK pengembangan pengembangan

2. Penetapan Fokus Masalah Penelitian a. Merasakan Adanya Masalah

Hal yang sangat diperlukan agar Anda dapat menerapkan PTK sebagai upaya memperbaiki danatau meningkatkan layanan pembelajaran secara lebih profesional, Anda dituntut untuk berani mengatakan secara jujur mengenai beberapa sisi lemah yang masih terdapat dalam implementasi program pembelajaran yang Anda kelola. Dengan kata lain, Anda harus mampu merefleksi, merenung, berpikir balik, mengenai apa saja yang telah dilakukan dalam proses pembelajaran dalam rangka mengidentifikasikan sisi-sisi lemah yang mungkin ada. Dalam proses perenungan itu, terbuka peluang bagi Anda untuk menemukan kelemahan-kelemahan praktik pembelajaran yang selama ini mungkin Anda lakukan secara tanpa Anda sadari. Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa permasalahan yang Anda angkat dalam PTK harus benar-benar merupakan masalah-masalah yang Anda hayati sebagai guru dalam praktik pembelajaran, bukan praktik yang disarankan, apalagi ditentukan oleh pihak luar termasuk oleh kepala sekolah yang menjadi mitra. Permasalahan tersebut dapat berangkat bersumber dari siswa, guru, bahan ajar, kurikulum, interaksi pembelajaran, dan hasil belajar siswa. dst. 7

b. Identifikasi Masalah PTK

Sebagaimana telah dijelaskan, penetapan arah PTK berangkat dari diagnosis terhadap keadaan yang bersifat umum. Anda pun dapat memulai proses penemuan permasalahan dengan bertolak pada gagasan-gagasan yang masih bersifat umum mengenai keadaan yang perlu diperbaiki. Menurut Hopkins 1993, untuk mendorong pikiran-pikiran dalam mengembangkan fokus PTK, kita bisa bertanya kepada diri sendiri, misalnya: 1 Apa yang sedang terjadi sekarang? 2 Apakah yang sedang terjadi itu mengandung permasalahan? 3 Apa yang bisa saya lakukan untuk mengatasinya? Pada tahap ini yang paling penting adalah menghasilkan gagasan-gagasan awal mengenai permasalahan aktual yang Anda alami sebagai guru di kelas. Dengan berangkat dari gagasan-gagasan awal tersebut, Anda dapat berbuat sesuatu untuk memperbaiki keadaan dengan menggunakan PTK. Masalah yang Anda rasakan atau pernah Anda alami dapat Anda catat. Masalah dapat berasal dari guru, siswa, bahan ajar, kurikulum, interaksi pembelajaran, hasil belajar, media, dan sebagainya. Sering dijumpai betapa tidak mudahnya mengidentifikasi permasalahan. Jika hal ini terjadi, Anda dapat meminta bantuan pada sesama guru, berdiskusi dengan dosen mitra danatau melacak sumber-sumber kepustakaan yang relevan.

c. Analisis Masalah

Setelah identifikasi masalah dapat dilakukan, Anda sebagai peneliti —secara individu atau bermitra dengan guru lain —melakukan analisis terhadap masalah- masalah tersebut untuk menentukan urgensi pengatasan. Dengan kegiatan tersebut akan dapat ditemukan permasalahan yang sangat mendesak untuk diatasi. Tidak perlu ditekankan lebih kuat lagi bahwa analisis masalah perlu dilakukan secara cermat sebab keberhasilan pada tahap analisis masalah akan menentukan keberhasilan 8 keseluruhan pelaksanaan PTK. Jika PTK berhasil dilaksanakan dengan membawa kemanfaatan yang dapat Anda rasakan dan dapat dirasakan pula oleh sekolah intrinsically rewarding, keberhasilan ini akan menjadi motivasi bagi Anda untuk meneruskan usaha di masa-masa yang akan datang. Di samping itu, temuan-temuan yang dihasilkan melalui PTK itu akan menarik bagi guru lain yang belum mengikuti program PTK untuk juga mencoba melaksanakannya.

d. Perumusan Masalah

Setelah menetapkan fokus permasalahan serta menganalisisnya menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, selanjutnya Anda perlu merumuskan permasalahan secara lebih jelas, spesifik, dan operasional. Perumusan masalah yang jelas akan membuka peluang bagi Anda untuk menetapkan tindakan perbaikan alternatif solusi yang perlu dilakukannya, jenis data yang perlu dikumpulkan termasuk prosedur perekamannya serta cara menginterpretasikannya, khususnya yang perlu dilakukan sementara tindakan perbaikan dilaksanakan dan data mengenai proses danatau hasilnya itu direkam. Di samping itu, penetapan tindakan perbaikan yang akan dilakukan itu juga memberikan arahan kepada Anda untuk melakukan berbagai persiapan termasuk yang berbentuk pelatihan guna meningkatkan keterampilan untuk melakukan tindakan perbaikan yang dimaksud.

3. Perencanaan Tindakan a. Formulasi solusi dalam bentuk hipotesis tindakan

Alternatif tindakan perbaikan juga dapat dilihat sebagai hipotesis dalam arti mengindikasikan dugaan mengenai perubahan dalam arti perbaikan yang bakal terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Misalnya, Jika kebiasaan membaca ditingkatkan melalui penugasan mencari kata atau istilah serapan, perbendaharaan kata akan meningkat rata-tara 10 setiap bulannya. Dari contoh ini, hipotesis tindakan merupakan tindakan yang diduga akan dapat memecahkan masalah yang ingin diatasi dengan penyelenggaraan PTK. 9 Agar dapat menyusun hipotesis tindakan dengan tepat, Anda dapat melakukan kegiatan berikut ini. 1 Pengkajian teoretik di bidang pembelajaranpendidikan. 2 Pengkajian hasil-hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan. 3 Diskusi dengan rekan sejawat, pakar pendidikan, peneliti lain, dan sebagainya. 4 Pengkajian pendapat dan saran pakar pendidikan khususnya yang dituangkan dalam bentuk program. 5 Perefleksian pengalaman Anda sebagai guru.

b. Analisis kelaikan hipotesis tindakan

Setelah diperoleh gambaran awal mengenai sejumlah hipotesis tindakan saelanjutnya Anda perlu melakukan pengkajian terhadap kelaikan dan masing-masing hipotesis ti ndakan itu dari segi “jarak” yang terdapat antara situasi nyata dengan situasi ideal yang dijadikan rujukan. Jika terdapat jarak yang terlalu jauh di antara keduanya sehingga dalam praktik akan sulit untuk mengupayakan perwujudannya, tindakan yang dilakukan tidak akan membuahkan hasil yang optimal Imam dkk, 2004. Berdasarkan pada kondisi dan situasi yang dipersyaratkan perwujudannya tindakan yang dilakukan dalam rangka PTK harus diterapkan sedemikian sehingga masih ada dalam batas-batas kemampuan guru serta dukungan fasilitas yang tersedia di sekolah maupun kemampuan rata- rata siswa untuk “mencernakannya”. Dengan kata lain, sebagai aktor PTK, guru hendaknya cukup realistis dalam menghadapi kenyataan keseharian dunia sekolah tempat ia berada dan melaksanakan tugasnya. Hipotesis tindakan harus dapat diuji secara empirik. Itu berarti bahwa baik proses “implementasi” tindakan yang dilakukan maupun dampak yang diakibatkannya dapat diamati oleh guru yang merupakan aktor dalam PTK maupun mitra kerjanya. Sebagian dan gejala-gejala yang dapat diamati itu dapat dinyatakan dengan angka-angka namun sebagian lagi hanya dapat diberikan secara kualitatif. 10 Namun, yang paling penting gejala-gejala tersebut harus dapat diverifikasi oleh pengamat lain, apabila diperlukan Imam dkk., 2004.

c. Persiapan Tindakan

Sebelum PTK dilaksanakan, tim PTK perlu melakukan berbagai persiapan sehingga semua komponen yang direncanakan dapat dikelola dengan baik. Langkah- langkah persiapan yang perlu ditempuh itu sebagai berikut: 1 membuat skenario pembelajaran yang berisikan langkah-langkah yang dilakukan guru di samping bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan siswa dalam rangka implementasi tindakan perbaikan yang telah direncanakan; 2 mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas, seperti gambar-gambar dan alat-alat peraga; 3 mempersiapkan cara merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan perbaikan, kalau perlu juga dalam bentuk pelatihan-pelatihan; dan 4 melakukan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji keterlaksanaan rancangan sehingga dapat menumbuhkan serta mempertebal kepercayaan diri dalam pelaksanaan yang sebenarnya. Sebagai aktor PTK, guru harus terbebas dari rasa takut gagal dan takut berbuat kesalahan.

4. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi-Interpretasi

Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian terdahulu, sangatlah beralasan untuk beranggapan bahwa PTK dilakukan oleh seorang guru atas prakarsanya sendiri, meskipun memang terbuka peluang bagi pelaksana PTK secara kolaboratif itu berarti bahwa observasi yang dilakukan oleh guru sebagai aktor PTK tidak dapat digantikan oleh pengamat luar atau oleh sarana perekam, betapapun canggihnya. Dengan kata lain, penyaturagaan implementasi tindakan dan observasi- interpretasi proses dan hasil implementasi tindakan tersebut terjadi karena keduanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam tindakan alamiah pembelajaran. 11

a. Pelaksanaan Tindakan

Jika semua tindakan persiapan telah selesai, skenario tindakan perbaikan yang telah direncanakan itu dapat Anda laksanakan dalam situasi yang aktual. Kegiatan pelaksanaan tindakan perbaikan ini nmerupakan tindakan pokok dalam siklus PTK, dan sebagaimana telah diisyaratkan di atas, pada saat yang bersamaan kegiatan pelaksanaan ini juga disertai dengan kegiatan observasi dan interpretasi serta diikuti dengan kegiatan refleksi. Observasi dan interpretasi memang lazim dalam konteks supervisi pengajaran, tetapi sebagaimana diisyaratkan pada bagian terdahulu dan kembali ditekankan di atas. PTK bukan supervisi pengajaran, meskipun memang mungkin saja dalam PTK juga tergelar dimensi supervisi pengajaran. Dalam konteks PTK, supervisi pengajaran yang berpeluang terjadi adalah supervisi kesejawatan peer supervision. Dengan kata lain, berbeda dengan konteks supervisi pada umumnya. Dalam supervisi umum, tata hubungan bersifat subordinatif, sebaliknya dalam konteks PTK terdapat keterlibatan dua pihak yang setara sehingga mekanisme yang tergelar lebih menyerupai interaksi kesejawatan peer to peer.

b. Observasi dan Interpretasi

Observasi adalah segala upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung dengan atau tanpa alat bantu. Yang penting dicatat pada kesempatan ini adalah kadar interpretasi yang terlibat dalam rekaman hasil observasi. Sesuai dengan hakikat data yang dikehendaki observasi harus dilakukan secara bersamaan dengan interpretasi. Sebagai contoh, interpretasi itu perlu dilakukan pada saat yang bersamaan dengan pelaksanaan observasi seperti yang lazim diperlukan dalam mengamati danatau tindakan profesional Anda dalam interaksi pembelajaran. Observasi semacam ini dinamakan observasi yang berinferensi tinggi high-inference observation yang merupakan pendekatan interpretatif dalam observasi yang digunakan dalam rangka penerapan alat penilai 12 kemampuan guru APKG sebagai piranti penyusunan pengumpulan data mengenai kinerja calon guru dalam pelaksanaan PPL.

c. Diskusikan Balikan

Meskipun dirujuk supervisi klinis dalam menetapkan observasi PTK, perlu diingat kekhasannya, yaitu observasi oleh dan untuk sejawat Hopkins: 1993. Dalam observasi kejawatan ini mitra pengamat dapat menggelar berbagai fungsi sesuai dengan kebutuhan yang kontekstual, melakukan pengamatan secara umum, memusatkan perhatian pada suatu fokus, secara langsung melakukan semacam verifikasi kepada siswa untuk pada saat-saat yang tepat sementara kegiatan pembelajaran berlangsung, danatau mencatat sesuatu kejadian penting yang mungkin luput dari perhatian guru sebagai aktor tindakan perbaikan. Observasi kelas akan memberikan manfaat apabila pelaksanaannya diikuti dengan diskusi balikan review discussion. Balikan yang terburuk adalah yang terlalu dipusatkan pada kekurangan danatau kesalahan guru aktor tindakan perbaikan, diberikan secara satu arah, yaitu dari pengamat kepada guru, yang bertolak dari kesan-kesan yang kurang didukung data, danatau dilaksanakan terlalu lama setelah observasi dilakukan Imam dkk., 2004.

5. Analisis dan Refleksi

Salah satu ciri khas profesionalitas adalah dilakukannya pengambilan keputusan ahli sebelum, sementara, dan sesudah tindakan layanan ahli dilaksanakan. Dengan bermodalkan kemampuan dan wawasan kependidikan. Anda dapat membuat rancangan pembelajaran berdasarkan serentetan keputusan situasional dengan menggunakan apa yang telah belajar dari titik berangkat Imam, 2004. Lebih lanjut dijelaskan oleh Imam dkk. 2004 bahwa untuk dapat melakukan secara efektif, pengambilan keputusan sebelum, sementara, dan setelah program pembelajaran dilaksanakan, Anda sebagai guru dan terlebih –lebih ketika juga berperan sebagai pelaksanaan PTK, melakukan refleksi. Artinya, Anda merenungkan 13 secara intens apa yang telah terjadi dan tidak terjadi, mengapa segala sesuatu terjadi danatau tidak terjadi, serta menjajaki alternatif-alternatif solusi yang perlu dikaji, dipilih, dan dilaksanakan untuk dapat mewujudkan apa yang dikehendaki. Secara teknis, refleksi dilakukan dengan melakukan analisis dan sintesis, di samping induksi dan deduksi. Suatu proses analitik terjadi jika objek kajian diuraikan menjadi bagian- bagian, serta dicermati unsur-unsurnya. Sementara itu, suatu proses sintetik terjadi apabila berbagai unsur objek kajian yang telah diuraikan tersebut dapat ditemukan kesamaan esensinya secara konseptual sehingga dapat ditampilkan sebagai suatu kesatuan.

a. Analisis Data

Berbeda dari interpretasi data hasil tiap observasi yang dijadikan bahan tiap diskusi balikan sebagai tindak lanjut dan suatu observasi sebagaimana telah digunakan sebelumnya, menurut Imam dkk. 2004, analisis data dalam rangka refleksi setelah implementasi suatu paket tindakan perbaikan mencakup proses dan dampak seperangkat tindakan perbaikan dalam suatu siklus PTK sebagai keseluruhan. Dalam hubungan ini analisis data adalah proses menyeleksi, menyederhanakan, memfokuskan, mengabstraksikan, mengorganisasikan data secara sistematik dan rasional untuk menampilkan bahan-bahan yang dapat digunakan untuk menyusun jawaban terhadap tujuan PTK. Lebih lanjut dijelaskan bahwa analisis data dilakukan melalui tiga tahap, yaitu reduksi data, paparan data, dan penyimpulan. Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan dan pengabstraksian data mentah menjadi informasi yang bermakna. Paparan data adalah proses penampilan data secara sederhana dalam bentuk paparan naratif, representasi tabular termasuk dalam format matriks, representasi grafis, dan sebagainya. Penyimpulan adalah proses pengambilan intisari dan sajian data yang telah terorganisasi tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat danatau formula yang singkat dan padat, tetapi mengandung pengertian yang luas. 14

b. Refleksi

Refleksi dalam PTK adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah danatau tidak terjadi, apa yang telah dihasilkan atau yang belum berhasil dituntaskan oleh tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Hasil refleksi itu digunakan untuk menetapkan langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan PTK. Dengan perkataan lain, refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan sementara dan untuk menentukan tindak lanjut dalam rangka mencapai tujuan akhir yang mungkin ditetapkan dalam rangka pencapaian berbagai tujuan sementara lainnya. Apabila dicermati, dalam proses refleksi tersebut dapat ditemukan komponen-komponen sebagai berikut. Gambar 4. Proses Refleksi dalam Penelitian

6. Perencanaan Tindak Lanjut

Hasil analisis dan refleksi akan menentukan apakah tindakan yang telah dilaksanakan dapat mengatasi masalah yang memicu penyelenggaraan PTK atau belum. Jika hasilnya belum memuaskan atau masalahnya belum terselesaikan, maka dilakukan tindakan perbaikan lanjutan dengan memperbaiki tindakan perbaikan sebelumnya atau, dengan menyusun tindakan perbaikan yang betul-betul baru untuk mengatasi masalah yang ada. ANALISIS PEMAKNAAN PENJELASAN PENYUSUNAN SIMPULAN IDENTIFIKASI TINDAK LANJUT 15 Jika masalah yang diteliti belum tuntas atau belum memuaskan pengatasannya, maka PTK harus dilanjutkan pada siklus ke-2 dengan prosedur yang sama seperti pada siklus ke-1, yaitu perumusan masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, dan analisis-refleksi. Jika pada siklus ke-2 ini permasalahannya sudah terselesaikan memuaskan, maka tidak perlu dilanjutkan dengan siklus ke-3. Namun, Jika pada siklus ke-2 masalahnya belum terselesaikan, maka perlu dilanjutkan dengan siklus ke-3, dan seterusnya.

C. Penyusunan Proposal Penelitian

Kegiatan penelitian dimulai dengan membuat rencana. Rencana itu disebut usulan penelitian atau yang lazim disebut proposal penelitian. Proposal penelitian merupakan cetak biru blue print dari sebuah penelitian. Untuk dapat menyusun proposal penelitian dengan baik perlu dipahami terlebih dahulu komponen-komponen proposal. Proposal Penelitian Tindakan Kelas pada umumnya terdiri atas komponen- komponen sbb.: Judul Pengesahan jika perlu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori B. Kerangka Berpikir C. Hipotesis Tindakan III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian B. Subjek Penelitian