Materi PTK PLPG Fisika

(1)

MODUL

PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU

(PLPG)

Workshop

Penelitian Tindakan Kelas

(PTK)

FISIKA

Oleh :

Dwi Teguh Rahardjo, S.Si, M.Si

Drs. Supurwoko, M.Si

PANITIA SERTIFIKASI GURU RAYON 113

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(2)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT., atas rahmat dan karunia yang

telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penyusunan modul ini dapat terlaksana dengan

baik. Penulisan modul ini dapat terlaksana dengan baik berkat kerja keras penulis dan

partisipasi dari berbagai pihak. Berkenaan dengan itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih

kepada:

1.

Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang sekaligus selaku Ketua Rayon

Panitia Sertifikasi Guru Rayon 113 yang telah mempercayakan penulisan materi ini.

2.

Dekan FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta yang sekaligus selaku Wakil Ketua

Panitia Sertifikasi Guru Rayon 113 yang telah mempercayakan penulisan materi ini.

3.

Rekan-rekan Panitia Sertifikasi Guru atas kebersamaannya sehingga dalam waktu

singkat mampu menyiapkan berbagai hal berkenaan dengan penyiapan PLPG,

khususnya penulisan modul.

4.

Semua pihak yang telah memberikan berbagai jenis bantuan

Semoga segala bantuan dan pengorbanan yang telah diberikan menjadi amal baik dan

dilimpahi rahmat oleh Allah SWT. Akhirnya, semoga modul ini dapat memberikan manfaat

pada kita, khususnya bagi peserta pendidikan dan Latihan Profesi Guru dalam meningkatkan

kompetensinya.


(3)

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I VALIDITAS PENELITIAN TINDAKAN KELAS ... 1

BAB II SISTEMATIKA PROPOSAL PTK ... 11

BAB III CONTOH PENELITIAN TINDAKAN KELAS ... 24

BAB IV BERLATIH MENYUSUN PROPOSAL PTK ... 43

BAB V RAMBU-RAMBU PENYUSUNAN LAPORAN PTK ... 46

LAMPIRAN - LAMPIRAN ... 50


(4)

1

BAB I

VALIDITAS PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Pendahuluan

Saudara adalah guru yang punya banyak pengalaman, baik manis maupun pahit dalam mengajar. Saudara pasti menginginkan siswayang selalu berhasil meraih prestasi terbaik. Namun, mungkin keinginan Saudara yang mulia tersebut lebih sering tidak tercapai karena berbagai alasan. Misalnya, mungkin Saudara sering menemukan siswa-siswa tidak bersemangat, kurang termotivasi, kurang percaya diri, kurang disiplin, Saudara sudah melakukan upaya untuk mengatasinya, tetapi mungkin hasilnya masih jauh dari yang Saudara inginkan.

Mengapa tidak mencoba mengatasinya lewat suatu kegiatan penelitian tindakan? mungkin Saudara ingat pengalaman pahit ketika dulu meneliti untuk skripsi, karena harus mengembangkan instrumen yang berkali-kali direvisi atas saran dosen pembimbing, harus minta ijin ke sana ke sini, harus terjun ke lapangan menemui responden, kecewa karena angket tidak semua dikembalikan, harus menganalisis data dan tersandung masalah statistik, Singkatnya, kegiatan penelitian tidak mudah karena pertanggung jawaban teoretisnya cukup berat.

Mengapa penelitian tindakan tidak sulit ? Karena jenis penelitian tindakan memang berbeda dengan jenis penelitian lain. Kalau jenis penelitian lain layaknya dilakukan oleh para ilmuwan di kampus atau lembaga penelitian, penelitian tindakan layaknya dilakukan oleh para praktisi, termasuk saudara sebagai guru. Kalau jenis penelitian lainnya untuk mengembangkan teori, penelitian tindakan ditujukan untuk meningkatkan praktik lapangan. Jadi penelitian tindakan adalah jenis penelitian yang cocok untuk para praktisi, termasuk guru.

Persyaratan penelitian tindaan kelas (PTK) merupakan kegiatan tindakan perbaikan digarap secara sistemik untuk meningkatkan yang sudah ada bukan teoritik tetapi berpijak pada kondisi yang ada. PTK yang dilakukanan guru saat PLPG, harus memperlihatkan sebagai upaya untuk peningkatan mutu professional guru, sehingga bermakna sebagai bentuk untuk meningkatkan mutu pelayanan kegiatan belajar mengajar (KBM) pada siswa, jadi subjeknya harus siswa. Serta harus dilakukan sendiri oleh guru, bukan minta bantuan orang atau pihak lain.

Ciri-Ciri Penelitian Tindakan Kelas (PTK) :

a) Merupakan kegiatan yang dirancang guru untuk meningkatkan mutu Kegiatan Belajar Mengajar. b) Terjadi minimum dua siklus sebagai eksperimen berkesinambungan.

c) Siswa diberi pedoman yang jelas agar dapat mengikuti tahapan tiap siklus sehingga ada unjuk kerja siswa sesuai pedoman tertulis yang diberikan oleh guru.

d) Ada penelusuran terhadap proses, dengan pedoman pengamatan. e) Ada evaluasi terhadap hasil dengan instrumen yang relevan.


(5)

2

g) Hasil refleksi harus terlihat dalam perencanaan siklus berikutnya

h) Bukan tindakan untuk materi tetapi mencobakan cara, pendekatan atau metode i) Jika menyebut topik, harus yang sifatnya luas, berulang

Prinsip perencanaan harus SMART, sebagai akronim dari : Specific-Managable-Acceptable-Realistic-Time-bound, khusus, dapat di-laksanakan, dapat diterima, terdukung sumber daya, ada batasan waktu.

B. Definisi PTK

Penelitian tindakan merupakan intervensi praktik dunia nyata yang ditujukan untuk meningkatkan situasi praktis. Penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru ditujukan untuk meningkatkan situasi pem-belajaran yang menjadi tanggung jawabnya, maka disebut penelitian tindakan kelas atau PTK.

Apakah kegiatan penelitian tindakan kelas (PTK) tidak akan mengganggu proses pembelajaran? Ttidak, karena justru PTK dilakukan dalam proses pembelajaran yang alami di kelas sesuai dengan jadwal.

Apakah penelitian tindakan kelas (PTK) bersifat situasional, kontekstual, berskala kecil, terlokalisasi, dan secara langsung gayut atau relevan dengan situasi nyata dalam dunia kerja? Benar.

Apakah subyek dalam PTK termasuk murid-murid Saudara? Benar.

Apakah boleh bekerja sama dengan guru lain untuk menjaga kualitas PTK ? Benar. Saudara dapat melibatkan guru lain yang mengajar bidang pelajaran yang sama, yang akan berfungsi sebagai kolaborator Saudara.

Karena situasi kelas sangat dinamis maka peneliti dituntut untuk adaptif dan fleksibel agar kegiatan PTK selaras dengan situasi yang ada, tetapi tetap mampu menjaga agar proses mengarah pada tercapainya perbaikan. Sehingga dituntut komitmen untuk berpartisipasi dan kerdijasama dari semua orang yang terlibat, yang mampu melakukan evaluasi diri secara berkesinambungan sehingga betapapun kecilnya perbaikan demi perbaikan dapat diraih. Tindakan dilaksanakan secara terencana, hasilnya direkam dan dianalisis dari waktu ke waktu sebagai dasar kebijakan dalam melakukan modifikasi.

C. Syarat Keberhasilan PTK

Agar hasil penelitian tindakan kelas berhasil maka , tim peneliti ialah saudara dan kolaborator serta murid-murid harus

1. Komitmen untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan komitmen yang terwujud dalam keterlibatan mereka dalam seluruh kegiatan PTK secara proporsional. Keterlibatan akan mungkin terwujud jika ada peran dan maksud yang jelas dalam melakukan intervensi tindakan.


(6)

3

3. Bertindak berdasarkan pada pengetahun, baik pengetahu an secara konseptual dari tinjauan pustaka teoretis, maupun pengetahuan secara teknis prosedural, yang diperoleh lewat refleksi kritis dan di-padukan dengan pengalaman orang lain dari tinjauan pustaka hasil penelitian tindakan, berdasarkan nilai yang diyakini kebenarannya. Refleksi kritis dapat dilakukan dengan baik jika didukung oleh keterbukaan dan kejujuran terhadap diri sendiri, khususnya kejujuran mengakui kelemahan dan atau kekurangan diri.

4. Tindakan perbaikan dilakukan atas dasar komitmen kuat dan keyakinan bahwa situasi dapat diubah ke arah perbaikan.

5. Penelitian tindakan melibatkan pengajuan pertanyaan agar dapat melakukan perubahan melalui tindakan yang disadari dalam konteks yang ada dengan seluruh kerumitannya.

6. Secara sistematik agar mengetahui dengan mudah arah dan jenis perbaikan, yang semuanya berkenaan dengan pemahaman yang lebih baik terkadap praktik dan pemahaman tentang kriteria sebagai ukuran perbaikan..

7. Perlu dibuat deskripsi otentik objektif bukan penjelasan tentang tindakan yang dilaksanakan dalam riwayat faktual, perekaman video and audio, riwayat subjektif yang diambil dari buku harian dan refleksi dan observasi pribadi, dan riwayat fiksional.

8. Perlu memberi penjelasan tentang tindakan berdasarkan deskripsi autentik yang mencakup

a) Identifikasi makna yang mungkin diperoleh melalui wawasan teoretik yang relevan, pengaitan dengan penelitian lain misal didukung atau ditolak lewat tinjauan pustaka.

b) Masalah deskripsi terkait yang secara kritis mempertanyakan motif tindakan dan evaluasi terhadap hasilnya

c) Dukungan teorisasi yang memberikan penjelasan tentang apa yang dilakukan dengan cara tertentu.

9. Perlu menyajikan laporan hasil PTK dalam berbagai bentuk termasuk:

a) Tulisan tentang hasil refleksi diri, dalam bentuk catatan harian dan dialog, yaitu percakapan dengan dirinya sendiri;

b) Percakapan tertulis yang dialogis, dengan gambaran jelas tentang proses percakapan tersebut berupa narasi dan atau bentuk visual seperti diagram, gambar, dan grafik.

10. Perlu melakukan validasi atas pernyataan tentang keberhasilan tindakan yang dilakukan lewat pemeriksaan kritis dengan mencocokkan pernyataan dengan bukti yang berasal dari data mentah, baik diperoleh sendiri maupun bersama teman sebagai bentuk dari validasi diri, meminta teman sejawat meneliti dengan masukan yang digunakan sebagai perbaikan dari validasi sejawat, dan terakhir menyajikan hasil seminar dalam suatu seminar sebagai bentuk validasi public. Perlu dipastikan bahwa temuan validasi selaras satu sama lain karena semuanya berdasarkan pemeriksaan terhadap penyataan dan data mentah. Jika ada perbedaan, pasti ada sesuatu yang masih harus dicermati kembali.


(7)

4

D. Tujuan PTK

Tujuan utama PTK adalah untuk mengubah perilaku pengajaran murid di kelas, dan atau mengubah kerangka kerja dalam melaksanakan pembelajaran kelas Saudara. Jadi, PTK lazimnya dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan atau pendekatan baru pembelajaran dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di ruang kelas.

PTK berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran kelas. Di ruangan kelas, PTK dapat berfungsi sebagai Alat untuk (Cohen & Manion, 1980: 211):

1. Mengatasi masalah situasi pembelajaran di kelas;

2. Dalam-jabatan, membekali keterampilan guru dan metode baru dan mendorong timbulnya kesadaran guru, khususnya melalui pengajaran sejawat.

3. Memasukkan sistem yang ada dengan pendekatan tambahan. 4. Meningkatkan mutu komunikasi antara guru dan peneliti.

5. Menyediakan pilihan pendekatan yang subjektif, impresionistik terhadap pemecahan masalah kelas, diperlukan tiga butir penting :

a) Hasil penelitian tindakan dipakai sendiri oleh peneliti dan orang yang menginginkannya. b) Penelitian terjadi dalam situasi nyata untuk mecahkan masalah segera diperlukan, dan hasilnya

langsung diterapkan dan atau dipraktikkan dalam situasi terkait.

c) Peneliti tindakan melakukan sendiri pengelolaan, penelitian, dan sekaligus pengembangan.

E. Kriteria Penelitian Tindakan

PTK harus memenuhi kriteria validitas. Akan tetapi, makna dasar validitas untuk penelitian tindakan condong ke makna dasar validitas dalam penelitian kualitatif, yaitu makna langsung dan lokal dari tindakan sebatas sudut pandang peserta penelitiannya (Erickson, 1986, disitir oleh Burns, 1999). Jadi kredibilitas penafsiran peneliti dipandang lebih penting daripada validitas internal (Davis, 1995, disitir oleh Burns, 1999). Karena PTK bersifat transformatif, maka kriteria yang cocok adalah validitas demokratik, validitas hasil, validitas proses, validitas katalitik, dan validitas dialogis, yang harus dipenuhi dari awal sampai akhir penelitian, yaitu dari refleksi awal saat kesadaran akan kekurangan muncul sampai pelaporan hasil penelitiannya (Burns, 1999: 161-162, menyitir Anderson dkk,1994). 1. Validitas Demokratik berkenaan dengan kadar kekolaboratifan penelitian dan pencakupan

berbagai pendapat. Dalam PTk, idealnya Peneliti, guru lain dan atau pakar sebagai kolaborator, serta murid masing-masing mendapat kesempatan untuk berpendapat apa yang dipikirkan, dirasakan serta dialami selama penelitian berlangsung. Pertanyaan kunci mencakup :

a) Apakah semua pemangku kepentingan (stakeholders) PTK dapat menawarkan pandangannya? b) Apakah solusi masalah di kelas memberi manfaat kepada mereka?


(8)

5

Semua pemangku kepentingan PTK diberi kesempatan dan atau didorong lewat berbagai cara yang cocok dalam situasi budaya setempat untuk mengungkapkan pendapatnya, gagasan dan sikapnya terhadap persoalan pembelajaran kelas peneliti. Misal kasus PTK untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran fisika pada tahap refleksi awal guru-guru yang berkolaborasi untuk melakukan penelitian tindakan kelas, siswa, Kepala Sekolah, dan juga orang tua siswa, diberi kesempatan dan atau didorong untuk mengungkapkan pendapatnya tentang situasi dan kondisi pembelajaran fisika di sekolah terkait. Akhirnya diperoleh kesepatakan bahwa memang ada kekurangan yang perlu diperbaiki atau disebut kesepakatan tentang latar belakang penelitian.

Selanjutnya, diciptakan proses yang sama untuk mencapai kesepakatan tentang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah penelitian. Kemudian, proses yang sama berlanjut untuk merumuskan pertanyaan penelitian atau merumuskan hipotesis tindakan yang akan menjadi dasar bagi perencanaan tindakan, yang juga dilaksanakan melalui proses yang melibatkan semua peserta penelitian untuk mengungkapkan psaudarangan dan pendapat serta gagasan-gagasannya. Proses yang mendorong setiap peserta PTK untuk mengungkapkan pendapat, gagasan diciptakan sepanjang penelitian berlangsung.

11. Validitas hasil mengandung konsep bahwa tindakan kelas membawa hasil yang sukses di dalam konteks PTK. Hasil yang paling efektif tidak hanya melibatkan solusi masalah tetapi juga meletakkan kembali masalah ke dalam suatu kerangka sedemikian rupa sehingga melahirkan pertanyaan baru.

Apa yang mesti dilakukan, bila setelah dilakukan tindakan ditemukan masalahbaru bahwa hanya sebagian kecil siswa menjadi aktif dan sebagian besar siswa merasa takut salah, cemas, dan malu berbicara.

Pertanyaan baru timbul pada akhir suatu tindakan yang dirancang untuk menjawab suatu pertanyaan, begitu seterusnya sehingga upaya perbaikan berjalan secara bertahap, berkesinambungan tidak pernah berhenti, mengikuti kedinamisan situasi dan kondisi. Validitas hasil juga tergantung pada validitas proses pelaksanaan penelitian, yang merupakan kriteria berikutnya.

12. Validitas Proses berkenaan dengan keterpercayaan dan kompetensi, yang dapat dipenuhi dengan menjawab sederet pertanyaan berikut:

a) Mungkinkah menentukan seberapa memadai proses pelaksana an PTK Saudara? Misalnya, apakah Saudara dan kolaborator mampu terus belajar dari proses tindakan tersebut? Artinya, Saudara dan kolaborator secara terus menerus dapat mengkritisi diri sendiri dalam situasi yang ada sehingga dapat melihat kekurangannya dan segera berupaya memperbaikinya.

b) Apakah peristiwa atau perilaku dapat dipandang dari perspektif yang berbeda dan melalui

sumber data yang berbeda agar terjaga dari ancaman penafsiran yang ‘simplistik’ atau ‘rancu’?


(9)

6

Dalam kasus penelitian tindakan kelas fisika peneliti dapat menentukan indikator kelas, siapa yang aktif, dengan menghitung siswa yang aktif terlibat belajar menggunakan alat praktikum untuk memperoleh data lewat tugas praktikum. Jika keaktifan siswa terlalu rendah, guru secara kritis merefleksi bersama kolaborator untuk mencari penyebabnya dan menentukan cara mengatasinya. Kalau diperlukan, siswa yang tidak aktif didorong untuk menyuara-kan apa yang dirasakan sehingga mereka tidak mau aktif dan siswa yang aktif diminta mengungkapkan mengapa mereka aktif. Perlu juga ditemukan apakah ada perubahan pada diri siswa sesuai dengan indikator bahwa

para siswa berubah lewat tindakan pertama berupa pemberian tugas ‘information gap’ dan tindakan kedua berupa pembelakuan kriteria penilaian, dan perubahan pada diri guru dari peran pemberi pengetahuan ke peran fasilitator dan penolong. Begitu seterusnya sehingga pemantauan terhadap perubahan hendaknya dilakukan secara cermat dan disimpulkan lewat dialog reflektif yang demokratik.

Perlu dicatat bahwa kompetensi peneliti dalam bidang terkait sangat menentukan kualitas proses yang diinginkan dan tingkat kemampu -an untuk melakukan pengamatan dan membuat catatan lapangan. Misal, kualitas proses belajar mengjar (PBM) fisika akan sangat ditentukan oleh wawasan, pengetahuan dan pemahaman sejati peneliti tentang (1) materi fisika (2) ubahan dan alat percobaan (3) karakteristik siswanya (intelegensi, gaya belajar, variasi kognitif, kepribadian, motivasi, tingkat perkembangan siswa terhadap pem-belajaran fisika. Jika wawasan, pengetahuan dan pemahaman tersebut kuat, maka peneliti akan dapat dengan lebih mudah menentukan perilaku yang menunjang tercapainya perubahan yang diinginkan dengan indikator yang tepat.

Peneliti didukung dengan kemampuan untuk mengumpulkan data, misalnya melakukan pengamatan dan membuat catatan lapangan dan harian. Dalam mengamati, tim peneliti dituntut untuk dapat bertindak objektif, selama mengamati perhatiannya terfokus pada gejala yang dapat ditangkap lewat pancainderanya saja;

Pengamatan peneliti harus dijaga agar jangan sampai peneliti melakukan penilaian terhadap apa yang terjadi, dijaga agar tidak terjadi penyampuradukan antara deskripsi dan penafsiran.

Akan lebih baik jika para peneliti merekam pada kaset audio atau audio-visual sehingga catatan lapangan dapat lengkap. Singkatnya, kompetensi peneliti dalam bidang yang diteliti dan dalam pengumpulan data lewat pengamatan partisipan sangat menentukan kualitas proses tindakan dan pengumpulan data tentang proses PTK.

13. Validitas Katalitik terkait dengan kadar pemahaman yang Saudara capai realitas kehidupan kelas Saudara dan cara mengelola perubahan di dalamnya, termasuk perubahan pemahaman Saudara dan murid-murid terhadap peran masing-masing dan tindakan yang diambil sebagai akibat dari perubahan ini.

Validitas katalitik dapat dilihat dari segi peningkatan pemahaman guru terhadap faktor penghambat dan pendukung pembelajaran. Misalnya faktor-faktor kepribadian (lihat Brown,


(10)

7

2000) seperti rasa takut salah dan malu melahirkan inhibition dan kecemasan. Upaya guru untuk menghormati siswa dengan mempertimbangkan pikiran dan perasaan serta mengapresiasi usaha belajar siswa merupakan faktor positif yang medukung proses pembelajaran.

Validitas katalitik dapat juga ditunjukkan dalam peningkatan pemahaman terhadap peran baru yang mesti dijalani guru dalam proses pembelajaran komunikatif sebagai fasilitator dan penolong serta pemantau kinerja.

Validitas katalitik juga tercermin pada peningkatan pemahaman tentang perlunya menjaga agar hasil tindakan yang dilaksanakan tetap memberi motivasi semua yang terlibat untuk meningkatkan diri secara stabil alami dan berkelanjutan. Upaya memenuhi tuntutan validitas katalitik dilakukan melalui siklus perencanaan tindakan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

14. Validitas Dialogik sejajar dengan proses review sejawat yang umum dipakai dalam penelitian akademik. Secara khas, nilai atau kebaikan penelitian dipantau melalui tinjauan sejawat untuk publikasi dalam jurnal akademik. Sama halnya, review sejawat dalam PTK berarti dialog dengan guru-guru lain, bisa lewat sarasehan atau dialog reflektif dengan ‘teman yang kritis’ atau pelaku

PTK lainnya, yang semuanya dapat bertindak sebagai ‘jaksa tanpa kompromi’.

Kriteria validitas dialogis dipenuhi saat penelitian masih ber-langsung, yaitu secara beriringan dengan pemenuhan kriteria demokratik. Yaitu, setelah seorang peserta mengungkapkan pandangan, pendapat, dan atau gagasannya, dia akan meminta peserta lain untuk menanggapinya secara kritis sehingga terjadi dialog kritis atau reflektif. Dengan demikian, kecenderungan untuk terlalu subjektif dan simplistik akan dapat dikurangi sampai sekecil mungkin. Untuk memperkuat validitas dialogik, proses yang sama dilakukan dengan sejawat peneliti tindakan lainnya, yang jika memerlukan, diijinkan untuk memeriksa semua data mentah yang terkait dengan yang sedang dikritisi.

F. Trianggulasi Mengurangi Subjektivitas

Trianggulasi adalah proses validasi yang melibatkan pendapat peneliti, stakeholders dan pakar. Untuk meningkatkan validitas PTK dengan meminimalkan subjektivitas melalui trianggulasi. Saudara sebagai pelaku PTK dapat menggunakan metode saudara dan perspektif kolaborator untuk memperoleh gambaran yang lebih objektif.

Bentuk lain dari trianggulasi adalah: trianggulasi waktu, trianggulasi ruang, trianggulasi peneliti, dan trianggulasi teoretis (Burns, 1999: 164).

1. Trianggulasi waktu dapat dilakukan dengan mengumpulkan data dalam waktu yang berbeda, meliputi rentangan waktu tindakan dilaksanakan dengan frekuensi yang memadai untuk menjamin bahwa efek perilaku tertentu bukan hanya suatu kebetulan. Misalnya, data tentang proses pembelajaran dengan seperangkat teknik tertentu dapat dikumpulkan pada jam awal, tengah dan siang pada hari yang berbeda dan jumlah pengamatan yang memadai, katakanlah 4-5 kali.


(11)

8

2. Trianggulasi peneliti dapat dilakukan dengan pengumpulan data yang sama oleh beberapa peneliti sampai diperoleh data yang relatif konstan. Misalnya, dua atau tiga peserta penelitian dapat mengamati proses pembelajaran yang sama dalam waktu yang sama pula.

3. Trianggulasi ruang dapat dilakukan dengan mengumpulkan data yang sama di tempat yang berbeda. Dalam contoh proses pembelajaran fisika, ada dua atau tiga kelas yang dijadikan ajang penelitian yang sama dan data yang sama dikumpulkan dari kelas-kelas tersebut.

4. Trianggulasi teoretis dapat dilakukan dengan memaknai gejala perilaku tertentu dengan dituntun oleh beberapa teori yang berbeda tetapi terkait. Misalnya, perilaku tertentu yang menyiratkan motivasi dapat ditinjau dari teori motivasi aliran yang berbeda: aliran behavioristik, kognitif, dan konstruktivis.

G. Reliabilitas

Reliabilitas data PTK Saudara secara hakiki memang rendah. Mengapa? Karena situasi PTk terus berubah dan proses PTK bersifat transformatif tanpa kendali apapun secara alami sehingga sulit untuk mencapai tingkat reliabilitas yang tinggi, padahal tingkat reliabilitias tinggi hanya dapat dicapai dengan mengendalikan hampir seluruh aspek situasi yang dapat berubah (variabel) dan hal ini tidak mungkin atau tidak baik dilakukan dalam PTK. Mengapa tidak mungkin? Karena akan bertentangan dengan ciri khas penelitian tindakan itu sendiri, yang salah satunya adalah kontekstual/situasional dan terlokalisasi, dengan perubahan yang menjadi tujuannya. Penilaian peneliti menjadi salah satu tumpuan reliabilitas PTK. Cara-cara meyakinkan orang atas reliabilitas PTK termasuk: menyajikan (dalam lampiran) data asli seperti transkrip wawancara dan catatan lapangan (bila hasil penelitian dipublikasikan), menggunakan lebih dari satu sumber data untuk mendapatkan data yang sama dan kolaborasi dengan sejawat atau orang lain yang relevan.

H. Kelebihan dan Kekurangan PTK

PTK memiliki kelebihan untuk menumbuhkan : 1. Rasa memiliki melalui kerja sama dalam PTK;

2. Kreativitias dan pemikiran kritis lewat interaksi terbuka yang bersifat reflektif evaluatif dalam PTK;

3. Kerja sama ada saling merangsang untuk berubah;

4. Kesepakatan lewat kerja sama demokratis dan dialogis dalam PTK. PTK Saudara juga memiliki kelemahan:

1. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik dasar penelitian karena terlalu banyak berurusan dengan hal-hal praktis,

2. Rendahnya efisiensi waktu karena peneliti harus terlibat dalam proses sementara dan harus melakukan tugas rutin.


(12)

9

3. Menuntut pemimpin kelompok yang demokratis dengan kepekaan tinggi terhadap kebutuhan dan keinginan anggota.

I. Persyaratan Keberhasilan PTK

Agar PTK berhasil, persyaratan berikut harus dipenuhi 1. Kesediaan untuk mengakui kekurangan diri;

2. Kesempatan yang memadai untuk menemukan sesuatu yang baru; 3. Dorongan untuk mengemukakan gagasan baru;

4. Waktu yang tersedia untuk melakukan percobaan;

5. Kepercayaan timbal balik antar orang-orang yang terlibat;

6. Pengetahuan tentang dasar-dasar proses kelompok oleh peserta penelitian.

J. Penelitian Tindakan Kolaboratif

Kolaborasi atau kerja sama perlu dan penting dilakukan dalam PTK karena PTK yang dilakukan secara perorangan bertentangan dengan hakikat PTK itu sendiri :

1. PTK sejati adalah penelitian tindakan kolaboratif, yaitu yang dilaku kan oleh sekelompok peneliti melalui kerja sama dan kerja bersama,

2. PTK kolaorasi dilaksanakan melalui tindakan anggota kelompok perorangan yang diperiksa secara kritis melalui refleksi demokratik dan dialogis

3. Optimalisasi fungsi PTK kolaboratif dengan mencakup gagasan-gagasan dan harapan-harapan semua orang yang terlibat dalam situasi terkait

4. Pengaruh langsung hasil PTK pada Saudara sebagai guru dan murid-murid Saudara serta sekaligus pada situasi dan kondisi yang ada.

Kolaborasi atau kerja sama dalam melakukan penelitian tindakan dapat dilakukan dengan: mahasiswa; sejawat dalam jurusan/sekolah/lembaga yang sama; sejawat dari lembaga/sekolah lain; sejawat dengan wilayah keahlian yang berbeda (misalnya antara guru dan pendidik guru, antara guru dan peneliti; antara guru dan manajer); sejawat dalam disiplin ilmu yang berbeda (misalnya antara guru bahasa asing dan guru bahasa ibu); dan sejawat di negara lain (Wallace, 1998).

Tiga tahap PTK kolaboratif adalah: prakarsa, pelaksanaan, dan diseminasi (Burns, 1999: 207-208).

1. Prakarsa yang perlu dipertimbangkan dalam PTK kolaborasi :

a) PTK hendaknya ditarik dari kebutuhan, kepedulian dan persyaratan yang diungkapkan oleh semua pihak yang terlibat dalam konteks pembelajaran di kelas atau sekolah Saudara;

b) PTK hendaknya benar-benar memanfaatkan keterampilan, minat dan keterlibatan guru dan sejawat;


(13)

10

c) PTK hendaknya terpusat pada masalah pembelajaran kelas, yang ditemukan dalam kenyataan sehari-hari. Namun demikian hasil PTK dapat untuk memberikan masukan pengembangan teori pembelajar an bidang studi saudara;

d) PTK hendaknya menggunakan metodologi yang ditentukan dengan mempertimbangkan persoalan pembelajaran kelas yang sedang diteliti, sumber daya yang ada dan siswa sebagai sasaran penelitian.

2. Pelaksanaan yang perlu dipertimbangkan dalam PTK kolaborasi :

a) PTK hendaknya direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara kolaboratif. Tujuan, metode, pelaksanaan dan strategi evaluasi hendaknya Saudara negosiasikan dengan pemangku kepentingan (stakeholders) terutama peneliti, sejawat, siswa, dan kepala sekolah sebagai dukungan kebijakan.

b) PTK hendaknya bersifat antardisipliner, yaitu sedapat mungkin didukung oleh wawasan dan pengalaman orang-orang dari bidang-bidang lain yang relevan, seperti ilmu jiwa, antropologi, dan sosiologi serta budaya. Jadi Saudara dapat mencari masukan dari teman-teman guru atau dosen LPTK yang relevan.

3. Diseminasi yang perlu dipertimbangkan dalam PTK kolaborasi

a) Bentuk pelaporan hasil penelitian tindakan ditentukan oleh audiens sasaran. Jika audiens sasaran adalah guru di SD, misalnya, berbeda dengan jika audiens sasarannya adalah pendidik guru di universitas.

b) Gunakan jaringan kerja dan mekanisme yang tersedia di dalam lembaga pendidikan saudara untuk menyebarkan hasil penelitian terkait. Misalnya, penyebaran hasil penelitian dilakukan lewat simposium guru, sarasehan MGMP, atau seminar daerah.

Kelebihan dan kelemahan PTK kolaborasi :

Proses penelitian kolaboratif memperkuat kesempatan bagi hasil penelitian tentang praktik pendidikan sebagai umpan balik ke sistem pendidikan dengan cara yang lebih substansial dan kritis. Proses tersebut mendorong guru untuk berbagi masalah-masalah umum dan bekerja sama sebagai masyarakat penelitian untuk memeriksa asumsi, nilai dan keyakinan yang sedang mereka pegang dalam kultur sosio-politik lembaga tempat mereka bekerja. Proses kelompok dan tekanan kolektif kemungkinan besar akan mendorong keterbukaan terhadap perubahan kebijakan dan praktik. Penelitian tindakan kolaboratif secara potensial lebih memberdayakan daripada penelitian tindakan yang dilakukan secara individu karena menawarkan kerangka kerja yang mantab untuk perubahan keseluruhan. Kelemahan terbesar PTK kolaboratif terkait dengan sulitnya mencapai keharmonisan kerjasama antara orang-orang yang berlatar belakang yang berbeda.


(14)

11

BAB II

SISTEMATIKA PROPOSAL PTK

PTK dilakukan untuk mengubah perilaku peneliti, sejawat dan murid saudara, atau mengubah kerangka kerja, proses pembelajaran, Singkatnya, PTK dilakukan untuk meningkatkan praktik pembelajaran di kelas. Contoh-contoh bidang garapan PTK:

a) Metode mengajar, mengganti metode tradisional dengan penemuan;

b) Prosedur evaluasi, untuk meningkatkan metode dalam penilaian yang kontinyu.

c) Penanaman sikap dan nilai menjadi lebih positif terhadap aspek kehidupan yang berlaku dalam masyarakat.

d) Pengembangan profesional guru untuk meningkatkan keterampilan mengajar, mengembangkan metode mengajar yang baru, menambah kemampuan analisis, atau meningkatkan kesadaran diri bahwa mengajar memerlukan profesionalisme.

e) Pengelolaan dan kontrol,bertahap pada teknik modifikasi perilaku.

f) Administrasi, menambah efisiensi aspek tertentu dari administrasi sekolah.

A. Judul

Judul penelitian tindakan kelas (PTK) hendaknya dinyatakan dengan akurat dan padat sebagai system perlakuan sebagai bentuk tindakan yang dilakukan peneliti untuk memecahkan masalah. Formulasi judul hendaknya singkat, jelas dan sederhana namun secara tersirat telah menampilkan sosok PTK.

Latihan : Tulislah judul PTK yang saudara usulkan

………...……… ………...……… ………

Teliti apakah usulan judul PTK telah mencantumkan a) Tujuan atau tindakan yang akan dilakukan b) Cara menyelesaikan masalah (solusi) c) Tempat penelitian dilaksanankan (seting) d) Susunan kalimat jelas dan benar

B. Bidang Ilmu

Nyatakan bidang ilmu yang saudara ingin teliti, misalnya fisika jika penelitian berkaitan erat dengan pemahaman konsep, prinsip atau hukum dari materi fisika.


(15)

12

C. Bidang Kajian

Nyatakan bidang kajian yang berkaitan dengan tindakan yang akan saudara lakukan sebagai bentuk penyelesaian masalah diajukan. Misal pendidikan fisika, jika membahas tindakan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar fisika.

D. Latar Belakang Masalah

Seperti dalam jenis penelitian lain, langkah pertama dalam penelitian tindakan adalah mengidentifikasi masalah merupakan langkah yang menentukan. Masalah yang akan diteliti harus dirasakan dan diidentifikasi oleh peneliti sendiri bersama kolaborator meskipun dapat dengan bantuan seorang fasilitator supaya mereka betul terlibat dalam proses penelitiannya. Masalahnya dapat berupa kekurangan yang dirasakan dalam pengetahuan, keterampilan, sikap, etos kerja, kelancaran komunikasi, kreativitas, dsb. Pada dasarnya, masalahnya berupa kesenjangan antara kenyataan dan keadaan yang diinginkan.

Masalah yang diangkat hendaknya bersifat tematik dan dapat diidentifikasi dengan pertolongan tabel dua arah, model Aristoteles. Misalnya dalam bidang pendidikan, ada empat sel lajur dan kolom, sehubungan dengan anggapan bahwa ada empat komponen pokok yang ada (Schab, 1969) yaitu: guru, siswa, bidang studi, dan lingkungan. Semua komponen tersebut berinteraksi dalam proses belajar-mengajar, dan oleh karena itu dalam usaha memahami komponen tertentu peneliti perlu memikirkan bubungan di antara komponen-komponen tersebut.

Kriteria dalam penentuan masalah:

1. Masalah harus penting bagi orang yang mengusulkannya dan sekaligus signifikan dilihat dari segi pengembangan lembaga atau program;

2. Masalahnya hendaknya dalam jangkauan penanganan. Jangan sampai memilih masalah yang memerlukan komitmen terlalu besar dari pihak para penelitinya dan waktunya terlalu lama.

3. Pernyataan masalahnya harus mengungkapkan beberapa dimensi fundamental mengenai penyebab dan faktor, sehingga pemecahannya dapat dilakukan berdasarkan hal-hal fundamental ini daripada berdasarkan fenomena dangkal.

Tabel 3.1. Pola Pelatihan SEQIP

Penataran SEQIP pada guru SD Jam 7 pagi, 15 Juni 2004, guru SD duduk di meja yang telah disiapkan. Dosen memberi salam, uru menjawab,

Dosen mengisi air pada bak transparan dengan air, guru SD diminta mengamati tenggelam terapungnya berbagai jenis benda dalam air : batu, gabus, karet, besi, kayu, plastic dan plastisin.

Dosen bertanya pada guru SD, simpulkan hasil pengamatan bapak/ibu. Jawaban guru dirangkum sebagai berikut : Tenggelam


(16)

13

terapungnya benda dalam air tergantung pada

1)

Berat benda

2)

Masa jenis

3)

Berat jenis

4)

Batu, gabus, karet, besi, kayu, plastic dan plastisin

Diskusi dipimpin dosen untuk konfirmasi jawaban 1 s/d 4 :

1)

Apakah yang dimaksud massa jenis ? jawab massa/volume

2)

Apakah yang dimaksud berat jenis ? jawab berat/volume

3)

Apakah kita menimbang benda ? jawab tidak

4)

Apakah kita membaca atau menyimpulkan ? jawab membaca Pikirkan kembali jawaban bapak/ibu, setelah beberapa waktu

sekitar 15 menit bapak/ibu guru dapat menyimpulkan : “tenggelam terapungnya suatu benda dalam air tegantung pada jenis benda”.

Dosen bertanya pada guru SD, ketika tadi saudara menjawab pertanyan memerlukan waktu 15 menit, kira-kira berapa lama murid saudara mejawab pertanyaan tadi ?.... guru terdiam ..ya lebih lama.

Tetapi ada jawaban guru yang dramatis ….”tidak ada 1 menit” karena hanya diberi ceramah metode “dektesion”…. Ha.haha…..

Akhirnya dosen berhasil menyadarkan guru SD “ diperlukan

perbaikan dalam proses belajar mengajar IPA di SD”

Masalah hendaknya diidentifikasi melalui proses refleksi dan evaluasi, yang dalam model Kemmis dan Taggart disebut reconnaissance, terhadap data pengamatan awal. Masalah rendahnya kualitas pembelajaran IPA di SD ditinjau dari tujuan mengembangkan keterampilan proses pembelajaran IPA, diidentifikasi berdasarkan hasil pengamatan awal terhadap proses pembelajaran IPA di kelas. Sebagai contoh, cuplikan proses pembelajaran bermasalah tersebut disajikan dalam Tabel 3.1 :

Seperti dapat dilihat dalam Tabel 3.1, Dosen sebagai penatar telah melibatkan guru SD dalam kegiatan penataran PBM IPA di SD. Meng-gunakan keterampilan proses. suasana terbuka setiap peserta pe-nataran mendapatkan hak berbicara sehingga terjadi dialog profesional yang enak. Tentu saja masalah yang ditemukan tidak mungkin hanya satu; biasanya ada sederet masalah. Maka, peneliti bersama kolaborator-nya perlu membatasi masalah, atau menentukan fokus penelitian. Dalam kasus pengajaran IPA pola SEQIP melibatkan DINAS, Kepalasekolah, guru SD induk dan SD imbas sebagai kolaborator. Setelah ditentukan, masalah perlu dirumuskan.

Latar belakang masalah hendaknya menguraikan urgensi atau perlunya penanganan rmasalah yang ditemukan dalam PTK. Tunjukkan fakta yang mendukung, baik yang berasal dari pengamatan


(17)

14

guru selama proses belajar mengajar (PBM) berlangsung maupun dari kajian pustaka dan atau hasil penelitian sebelumnya sebagai dukungan yang akan lebih menguatkan argumentasi mengenai penting serta signifikansi permasalahan yang akan ditangani melalui PTK yang diusulkan.

Karakteristik khas PTK yang diusulkan jadikan sesuatu yang sangat penting dan perlu dilakukan, yakinkan bahwa proposal saudara berbeda dari penelitian yang telah dilakukan, hendaknya peneliti mampu menguraikan keistimewaan PTK pada latar belakang masalah.

Beri uraian makna atau penjelasan kalimat yang digunakan dalam judul penelitian tindakan kelas, sebagai sarana untuk menyatakan identifikasi masalah yang secara spesifik akan diselesaikan.

Latihan : Mencermati masalah

a) Kemukakanlah masalah atau kendala yang Anda hadapi ketika melaksanakan KBM fisika berkaitan dengan penggunaan media, strategi, model, lingkungan belajar, sistem penilaian

.………...…

……… ……….

b) Pilihlah salah satu masalah yang menuntut Anda mendesak

………...… ……… …………..

c) Berikan alasan mengapa masalah tersebut penting untuk segera di carikan

pemecahannya!……… …………...……… ………

d) Analisislah penyebab munculnya masalah yang Anda rumuskan tersebut

………...… ……… …………..

e) Pilihlah salah satu pemecahan masalah yang paling urgent, bertolak dari hasil analisis dan didasarkan pada TEORI tertentu.

………...… ……… …………..

E. Perumusan Masalah

Masalah penelitian tindakan yang merupakan kesenjangan antara keadaan nyata dan keadaan yang diinginkan hendaknya dideskripsikan untuk dapat dirumuskan. Pada intinya, rumusan masalah harus mengandung deskripsi tentang kenyataan yang ada dan keadaan yang diinginkan.


(18)

15

Latar belakang masalah biasanya mempunyai cakupan yang sangat luas, sehinga harus diidentifikasi dan dibatasi agar mampu di angkat atau memperjelas masalah yang diusulkan untuk ditangani me-lalui PTK, kemudian dijabarkan secara lebih rinci dalam kalimat tanya pada rumusan masalah.

Masalah hendaknya benar–benar di angkat dari uraian latar belakang masalah yang ditemukan dari keseharian masalah di sekolah yang memang layak dan perlu diselesaikan melalui PTK. Sebaliknya permasalahan yang dimaksud seyogyanya bukan permasalahan yang secara teknis metodologik di luar jangkauan PTK.

Uraian permasalahan yang ada hendaknya didahului oleh identifikasi masalah, yang dilanjutkan dengan analisis masalah serta diikuti dengan refleksi awal sehingga gambaran permasalahan yang perlu di tangani itu nampak menjadi perumusan masalah nyata.

Tabel 3.2. Masalah dan Rumusan Masalah

No. Masalah Rumusan Masalah 1 Rendahnya kemampu

an mahasiswa meng-ajukan pertanyaan kritis

Bagaimana melakukan tindakan pada mahasiswa semester V agar mampu bertanya secara kritis, bukan sekedar bersifat klarifikasi

2 Rendahnya keterlibat an siswa dlm proses pembelajaran Fisika

Apakah pola pembelajaran fisika ber-struktur ilmiah mampu mengubah ke-terlibatan siswa yg pasif menjadi aktif 3 Rendahnya kualitas

pengelolaan interaksi guru-siswa-siswa

Apakah metode diskusi berstruktur ilmiah mampu mengaktifkan interaksi guru-siswa-siswa

4 Rendahnya kemandiri an siswa belajar fisika di suatu SMA ?

Apakah pendekatan proses pada pem-belajaran fisika mampu meningkatkan kemandirian belajar fisika ?

Daftar pertanyaan dapat membantu peneliti dalam memahami situasi yang ada bersama gejala-gejala yang perlu diteliti. Kemampuan untuk melihat kekurangan diri merupakan salah satu persyaratan bagi keberhasilan penelitian tindakan kelas. Beri komentar tntang pernyataan dari Isaac Newton seperti dikutip di bawah ini :

I don’t know what I may appear to the world, but to myself I seem to have been only a boy playing on the sea-shore, and diverting myself in now and again finding a smother pebble or the prettier shell than ordinary, whilst the great ocean of truth lay all undiscovered before me. ( dalam Kemmis dan McTagart, 1988: 99)

(Saya tidak tahu bagaimana saya ini tampak di dunia, tetapi saya sendiri merasa hanyalah seorang bocah laki-laki yang bermain di pantai, dan lari mondar-mandir ke segala arah dari waktu ke waktu untuk menemukan batu kecil yang lebih halus atau kerang yang lebih cantik dari biasanya, sementara samudera kebenaran terbentang di depanku penuh rahasia).


(19)

16

Rumusan masalah harus dikunci secara jelas, hingga akan dapat memudahkan cara dan ukuran keberhasilan tindakan yang dilakukan dalam penelitian.

Latihan merumuskan masalah :

a) Deskripsi rumusan masalah yang Anda hadapi

………...… ……… …………..

b) Apakah deskripsi masalah saudara telah :

o Disesuaikan dengan kondisi nyata tentang kendala yang di-hadapai sewaktu melaksanakan

KBM ?

o Memuat identifikasi satu masalah yang mendesak untuk segera dilaksanakan? o Memuat hasil analisis masalah?

o Memuat tentang refleksi awal? o Mengikuti aturan kalimat Tanya?

o Mencerminkan judul penelitian yang saudara ajukan

F. Cara Pemecahan Masalah

Cara Pemecahan Masalah (hipotesis tindakan) menjelaskan cara yang diajukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi, pilihan pemecahan yang diajukan hendaknya mempunyai landasan konseptual yang mantap yang bertolak dari hasil analisis masalah. Harus menjelas-kan tentang kemungkinan kemanfaatan hasil pemecahan masalah dalam rangka pembenahan dan atau peningkatan implementasi program pem-belajaran dan atau berbagai program sekolah lainnya. Juga harus di-cermati artikulasi kemanfaatan PTK yang lebih menekankan tindakan perbaikan pembelajaran dalam kelas.

Hipotesis penelitian tindakan bukan hipotesis perbedaan atau hubungan, Rumusan hipotesis tindakan memuat tindakan yang diusulkan untuk menghasilkan perbaikan yang diinginkan. Maka untuk sampai pada pemilihan tindakan yang dianggap tepat, peneliti dapat mulai dengan menimbang prosedur yang mungkin dapat dilaksanakan agar perbaikan yang diinginkan dapat dicapai sampai menemukan prosedur tindakan yang dianggap paling tepat.

Tabel 3.3: Masalah, Rumusan Masalah dan Hipotesis Tindakan

N Masalah Rumusan Hipotesis Tindakan 1 Rendahnya

kemampuan mhs meng-ajukan per-tanyaan kritis

Bagaimana melakukan tindakan pada mhs agar mampu bertanya secara kritis, bukan sekedar bersifat klarifikasi

Bertanya secara kritis akan muncul dari mhs jika diberi tenggat waktu yg cukup untuk mengajukan 2 Rendahnya Apakah pola pembelajar Proses pembelajaran fisika


(20)

17

keterlibatan

siswa dlm proses pembe lajaran fisika

an fisika berstruktur ilmiah mampu meng-ubah keterlibatan siswa yg pasif menjadi aktif

berstruktur ilmiah mampu mengubah keterlibatan siswa yg pasif menjadi aktif 3 Rendahnya

kualitas pengelolaan interaksi guru -siswa-siswa

Apakah metode diskusi berstruktur ilmiah mampu mengaktifkan interaksi guru-siswa-siswa

Metode diskusi berstruktur ilmiah mampu mengaktif-kan interaksi guru-siswa-siswa

4 Rendahnya kemandiri an siswa belajar fisika di suatu SMA ?

Apakah pendekatan proses pada pem-belajaran fisika mampu meningkatkan kemandiri an belajar fisika ?

Pendekatan proses pada pembelajaran fisika mampu meningkatkan kemandirian belajar fisika ?

Dalam menimbang berbagai prosedur sebaiknya peneliti mencari masukan dari sejawat atau orang yang peduli lainnya dan mencari ilham dari teori atau hasil penelitian yang telah ditinjau sebelumnya sehingga rumusan hipotesis akan lebih tepat. Lihat tabel 3.3

Contoh lain dari hipotesis tindakan :

Situasi kelas yang mempunyai siswa sangat lamban dalam memahami bacaan. Berdasarkan analisis masalah peneliti menyimpulkan bahwa siswa memiliki kebiasaan membaca yang salah dalam

memahami makna bahan bacaannya, dan bahwa ‘kesiapan pengalaman’ untuk memahami konteks

perlu ditingkatkan.

Maka hipotesis tindakannya sebagai berikut : “Bila kebiasaan membaca yang salah dibetulkan

lewat teknik perbaikan yang tepat dan ‘kesiapan pengalaman’ untuk memahami konteks bacaan

ditingkatkan, maka para siswa akan meningkat pula kecepatan membacanya.

Apabila setelah dilaksanakan tindakan yang direncanakan dan telah diamati, hipotesis tindakan ini ternyata meleset dalam arti pengaruh tindakan belum seperti yang diinginkan, peneliti harus merumuskan hipotesis tindakan yang baru untuk putaran penelitian tindakan berikutnya.

Dengan demikian, dalam suatu putaran spiral penelitian tindakan, peneliti merumuskan hipotesis, dan pada putaran berikutnya merumuskan hipotesis yang lain, dan putaran berikutnya lagi merumuskan hipotesis yang lain lagi ... begitu seterusnya, sehingga pelaksanaan tugas terus meningkat kualitasnya.

Latihan Cara Memecahkan Masalah :

a) Deskripsikan tentang cara pemecahan masalah yang Anda ajukan

………...… ……….. .…………

b) Apakah pemecahan masalah yang diajukan memenuhi rambu :


(21)

18

o Apakah pilihan pemecahan masalah berdasarkan teori tertentu? o Apakah pilihan pemecahan masalah bertolak dari hasil analisis?

G. Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian

Tujuan PTK hendaknya dirumuskan secara jelas.paparkan sasaran antara dan akhir tindakan perbaikan.perumusan tujuan harus konsisten dengan hakekat permasalahan yang dikemukakan dalam bagian – bagian sebelumnya. Dengan sendirinya,artikulasi tujuan PTK berbeda dari tujuan formal. Sebagai contoh dapat dikemukakan PTK di bidang IPA yang bertujuan meningkatkan prestasi siswa dalam mata pelajaran IPA melalaui penerapan strategi PBM yang baru, pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar mengajar dan sebagainya. Pengujian dan/atau pengembangan strategi PBM baru bukan merupakan rumusan tujuan PTK. Selanjutnya ketercapaian tujuan hendaknya dapat diverfikasi secara obyektif.Syukur apabila juga dapat dikuantifikasikan.

Disamping tujuan PTK, juga perlu diuraikan kemungkinan kemanfaatan penelitian. Dalam hubungan ini, perlu dipaparkan secara spesifik keuntungan – keuntungan yang dijanjikan, khususnya bagi siswa sebagai pewaris langsung (direct beneficiaries) hasil PTK, di samping bagi guru pelaksana PTK, bagi rekan – rekan guru lainnya serta bagi para dosen LPTK sebagai pendidik guru. Berbeda dari konteks penelitian formal, kemanfaatan bagi pengembangan ilmu. Teknologi dan seni tidak merupakan prioritas dalam konteks PTK, meskipun kemungkinan kehadirannya tidak ditolak.

H. Kerangka Teoretik Dan Hipotesis Tindakan

Karena penelitian tindakan merupakan kegiatan akademik dan profesional, seorang peneliti perlu mencari wawasan teoretis dari pustaka yang relevan untuk dapat menentukan cara-cara yang akan digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitiannya. Pustaka yang ditinjau hendaknya mencakup teori-teori dan hasil penelitian yang relevan. Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa teori dalam penelitian tindakan bukan untuk diuji, melainkan untuk menuntun peneliti dalam membuat keputusan-keputusan selama proses penelitian berlangsung. Wawasan teoretis sangat mendukung proses analisis masalah. Pada akhir tinjauan pustaka, peneliti tindakan dapat mengajukan hipotesis tindakan atau pertanyaan penelitian.

Pada bagian ini diuraikan landasan substantive dalam arti teoritik dan/atau metodologik yang dipergunakan peneliti dalam menentukan alternative, yang akan diimplementasikan. Untuk keperluan itu, dalam bagian ini diuraikan kajian baik pengalaman peneliti pelakju PTK sendiri nyang relevan maupun pelaku – pelaku PTK lain disamping terhadap teori – teori yang lazim termuat dalam berbagai kepustakaan. Argumentasi logic dan teoretik diperlukan guna menyusun kerangka konseptual. Aras kerangka konseptual yang disusun itu, hipotesis tindakan dirumuskan.

Latihan Menyebutkan kajian Pustaka : a) Nyatakan kajian pustaka yang digunakan :


(22)

19

……… ……… ………

b) Apakah kajian pustaka :

o

Disusun menurut urutan abjad pengarang,

o

Relevan dan dipergunakan dalam penelitian.

o

Hasil unduhan dari dunia maya

I. Rencana Penelitian 1. Setting Penelitian

Sebutkan tempat penelitian, kelas berapa, karakteristik dari kelas seperti komposisi siswa pria dan wanita. Latar belakang sosial ekonomi yang mungkin relevan dengan permasalahan,tingkat ke-mampuan dan lain sebagainya. Aspek substantive permasalahan seperti fisika kelas X SMA atau IPA kelas IX SMP juga dikemukakan pada bagian ini.

2. Variabel yang diselidiki

Tentukan variabel penelitian yang dijadikan titik incar untuk men-jawab permasalahan yang dihadapi. Variabel tersebut dapat berupa

a) Variabel input terkait dengan siswa, guru, bahan ajar, sumber belajar, prosedur evaluasi, lingkungan belajar, dan lain sebagainya;

b) Variabel proses pelanggaran KBM seperti interaksi belajar mengajar, keterampilan bertanya, guru, gaya mengajar guru, cara belajar siswa, implementasi berbagai metode mengajar di kelas, dan sebagainya,

c) Varaibel output seperti rasa keingintahuan siswa, kemampuan siswa mengaplikasikan pengetahuan, motivasi siswa, hasil belajar siswa, sikap terhadap pengalaman belajar yang telah digelar melalui tindakan perbaikan dan sebagainya.

3. Rencana Tindakan

Gambarkan rencana tindakan untuk meningkatkan pembelajaran :

a) Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan dengan PTK yang diprakarsai seperti penetapan entry behavior. Pelancaran tes diagnostic untuk menspesifikasi masalah. Pembuatan scenario pembelajaran, pengadaan alat dalam rangka implementasi PTK, dan lain lain yang terkait dengan pelaksana-an tindakan perbaikan yang telah ditetapkan sebelumnya. Uraikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, diuraikan alternative solusi yang akan dicobakan dalam rangka perbaikan masalah. Format kemitraan antara guru dengan dosen LPTK juga dikemukakan pada bagian ini.

b) Implementasi Tindakan yaitu deskripsi tindakan yang akan di gelar. Scenario kerja tindakan perbaikan dan prosedur tindakan yang akan diterapkan.


(23)

20

c) Observasi dan Interpretasi yaitu uraian tentang prosedur perekaman dan penafsiran data mengenai proses dan produk dari implementasi tindakan perbaikan yang dirancang.

d) Analisis dan Refleksi yaitu uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan refleksi berkenaan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan digelar, personel yang akan dilibatkan serta kriteria dan rencana bagi tindakan daur berikutnya.

4. Data dan cara pengumpalannya

Tunjukkan dengan jelas jenis data yang akan dikumpulkan yang berkenaan dengan baik proses maupun dampak tindakan per-baikan yang di gelar, yang akan digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kekurang berhasilan tindakan perbaik -an pembelajaran yang dicobakan. Format data dapat bersifat kualitatif, kuantitatif, atau kombinasi keduanya.

Teknik pengumpulan data yang diperlukan juga harus diuraikan dengan jelas seperti melalui pengamatan partisipatif, pembuatan juranal harian, observasi aktivitas di kelas termasuk berbagai kemungkinan format dan alat bantu rekam yang akan digunakan, penggambaran interaksi dalam kelas atau analisis sosiometrik, pengukuran hasil belajar dengan berbagai prosedur asesmen dan sebagainya.selanjutnya dalam prosedur pengumpulan data PTK ini tidak boleh dilupakan bahwa sebagai pelaku PTK, Para guru juga harus aktif sebagai pengumoul data, bukan semata – mata sebagai sumber data.

Akhirnya semua teknologi pengumpulan data yang digunakan harus mendapat penilaian kelaikan yang cermat dalam konteks PTK yang khas itu. Sebab meskipun mungkin saja memang menjanjikan mutu rekaman yang jauh lebih baik. Penggunaan teknologi perekaman data yang canggih dapat saja terganjal keras pada tahap tayang ulang dalam rangka analisis dan interpretasi data.

5. Indikator Kinerja

Keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan secara eksplisit sehingga memudahkan verifikasinya untuk tindak perbaikan melalui PTK yang bertujuan mengurangi salah konsep siswa.

Misal perlu ditetapkan kriteria keberhasilan dalam bentuk pe-ngurangan jumlah jenis dan atau tingkat kegawatan dari mis-konsepsi yang tertampilkan yang patut diduga sebagai dampak dari implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud.

Latihan Membuat Rencana Penelitian :

a)

Seting penelitian

………

………

………

b)

Apakah seting penelitian telah berisi tentang

o

Lokasi sekolah,


(24)

21

o

Jumlah siswa,

o

Komposisi siswa,

o

Situasi lingkungan siswa,

o

Lama penelitian dilakukan (sebutkan antara waktu)

c)

Indikator keberhasilan;

………

………

d)

Apakah indikator keberhasilan

o

yang menjadi acuan keberhasilan dalam setiap tindakan,

o

berupa gradasi seperti : 80-100 : A, 60-79 : B, 40-59 : C, 20- 39 : D, 0-19 : E

o

Kalau kemampuan kognitif yang diukur angka Kriteria Ketuntasan Minimal bisa

dijadikan sebagai acuan,

e)

Gambaran umum penelitian (siklus tindakan);

………

………

f)

Apakah tindakan tiap siklusnya berupa kegiatan :

o

Perencanaan,

o

Pelaksanaan,

o

Pengamatan

o

Refleksi, refleksi pada siklus pertama bisa dijadikan acuan untuk perencanaan

tindakan pada siklus kedua dan seterusnya.

g)

Instrumen yang digunakan,

………

………

h)

Apakah instrument yang digunakan menunjukkan adanya

o

Pedoman observasi,

o

Format observasi,

o

Alat perekam,

o

Pelaksana observasi

J. Jadwal Penelitian

Jadwal kegiatan penelitian disusun dalam matriks yang menggambarkan urutan kegiatan dari awal sampai akhir.

K. Tim Peneliti Dan Tugasnya

Cantumkan nama ketua dan anggota tim peneliti dan uraian tugas peran setiap anggota tim peneliti serta jam kerja yang dialokasikan setiap minggu untuk kegiatan penelitian.

L. Rencana Anggaran 1. Komponen Pembiayaan

Rencana anggaran meliputi kebutuhan dukungan financial untuk tahap persiapan pelaksanan penelitian, dan pelaporan.


(25)

22

Secara lebih rinci, pembiayaan yang termasuk dalam setiap bidang adalah sebagai berikut : a) Persiapan

Kegiatan persiapan antara lain meliputi pertemuan anggota tim peneliti untuk menetapkan jadwal penelitian dan pembagian kerja, menyusun instrument penelitian, menetapkan format pengumpulan data, menetapkan teknik analisis data, dan sebagainya.

b) Kegiatan operasional di lapangan

Dalam kegiatan operasional dapat tercakup antara lain pelancaran tes diagnostic dan analisis hasilnya, gladi resik implementasi tindakan, perbaikan, pelaksanaan tindakan perbaikan, observasi dan interpretasi pelaksanaan tindakan perbaikan, pertemuan refleksi, perencanaan tindakan ulang, dan sebagainya.

c) Penyusunan Laporan Hasil PTK

Pembiayaan yang termasuk dalam bagian ini adalah penyusunan konsep laporan, review konsep laporan, penyusunan konsep laporan akhir. Seminar local hasil penelitian, seminar nasional hasil penelitian, dan sebagainya. Juga termasuk dalam pembiayaan adalah penggandaan dan pengiriman laporan hasil PTK, serta pembuatan artikel hasil PTK dalm bahasa Indonesia dan bahasa Inggris

d) Cara Merinci Kegiatan dan Pembiayaan

Biaya penelitian harus dirinci berdasarkan kegiatan operasional yang dijabarkan dari metodologi yang dikemukakan. Agar dapat dihitung biayanya, kegiatan operasional itu harus jelas namanya, tempatnya, lamanya, jumlah pesertanya. Sarana yang diperlukan dan output yang diharapkan. Patokan pembiayaan satuan kegiatan PTK

o Honorarium

1) Ketua Peneliti 2) Anggota tim peneliti 3) Tenaga Administrasi

4) Besarnya honorarium tergantung sumber pandanaan

o Bahan dan Peralatan penelitian

1) Bahan habis pakai 2) Alat habis

3) Sewa alat

o Perjalanan

1) Biaya perjalanan sesuai dengan ketentuan 2) Transportasi local sesuai harga setempat

3) Lumpsum termasuk konsumsi sesuai dengan ketentuan

4) Monitoring dari PGSM minimal untuk satu orang, satu kali, selama dua hari 5) Konsultasi ketua tim peneliti ke PGSM selama dua hari


(26)

23

o Laporan Penelitian

1) Penggandaan

2) Penyusuinan artikel berbahasa Indonesia dan inggris 3) Pengiriman

o Seminar

1) Seminar lokal, konsumsi sesuai harga setempat, biaya penyelenggaraan sesuai dengan harga setempat

2) Seminar nasionala minimal untuk dua orang (satu dosen LPTK dan satu guru pelaku PTK)

M. Daftar Pustaka

Daftar pustaka disusun menurut urutan abjad pengarang . hendaknya pustaka benar – benar relevan dan sungguh – sungguh dipergunakan dalam penelitian.

N. Lampiran

Bagian lampiran dapat berisi curriculum vitae ketua dan para anggota tim inti yang memuat identitas ketua anggota tim peneliti, riwayat pendidikan, pelatihan di bidang penelitian yang telah pernah diikuti, baik sebagai penatar/pelatih maupun sebagai peserta, dan pengalaman dalam penelitian termasuk di PTK.

Lampirkan pula sesuatu yang dapat memperjelas karakteristik pelaksanaan PTK yang diusulkan, missal dapat berupa struktur atau format pembelajaran, cara pengamatan, model penilaian dan sebagainya.


(27)

24

BAB III

CONTOH PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Judul Penelitian :

Peningkatan Kualitas Kuliah Micro Teaching Di Program Fisika Yang Memenuhi Struktur Pembelajaran Ilmiah

B. Bidang Ilmu : Pendidikan Fisika C. Bidang Kajian

Masalah pembelajaran “Micro Teaching”, yang berkaitan dengan pendekatan dan metode mengajar Fisika yang memenuhi kaidah pembelajaran ilmiah.

D. Latar Belakang Penelitian

Sejalan dengan visi, misi dan tujuan Universitas, maka visi, misi dan tujuan, serta strategi dan priorinitas yang dipilih oleh Program P.Fisika mengembangkan visi dan misi fakultas (FKIP) sebagai berikut:

Visi P.Fisika ialah : Menyiapkan tenaga kependidikan khususnya adalah guru P. Fisika plus (tidak hanya mampu menjadi guru) yang mampu bersaing baik di tingkat regional maupun nasional serta senantiasa berusaha meningkatkan kualitas lulusannya sehingga mampu mengantisipasi perkembangan tuntutan masyarakat dalam era globalisasi ini. Sedang salah satu misinya ialah : Menghasilkan tenaga kependidikan (guru) P.Fisika yang profesional, sebagai tenaga kependidikan (guru) Sekolah Menengah yang profesional khusus nya dalam bidang P.Fisika sehingga mampu mengantisipasi perkembangan IPTEK di era global.

Kekuatan yang dimiliki jurusan PMIPA saat ini ialah dengan berhasil meraih program Hibah A1 yang diikuti oleh Prodi Fisika, Matematika dan Kimia sehingga dapat digunakan untuk

memperbaiki ruang “micro teaching” dan perlengkapannya.

Meskipun rerata nilai PPL tinggi ialah 3,0 belum mencerminkan kemampuan yang sesungguhnya, masih terbatas pada retorika batas kelulusan. Pencerminan kemampuan tersebut dapat dilihat secara jelas saat mahasiswa praktek mengajar di kelas ditunggu oleh dosen pembimbing, Tidak nampak struktur dan proses pembelajaran secara ilmiah; Prof Walter Klinger Phd (Erzeihungswiss Fakultat der Universitat Erlangen Nurnberg 1997) Pengajaran harus distrukturkan sedemikian rupa hingga para siswa mampu memahami, mengingat dan mengaplikasikan materi yang diajarkan. Untuk memenuhi persyaratan tersebut jam pelajaran harus diberi struktur dengan 8 struktur utama ialah motivasi (1), penjabaran masalah (2) ,penyusunan opini (3),perencanaan dan konstruksi (4), percobaan (5), kesimpulan (6) abstraksi (7), konsolidasi (8)


(28)

25

Karena program P.Fisika akan mendidik colon guru fisika di Sekolah Lanjutan yang menuntut model pembelajaran secara ilmiah maka perlu mengkaji ulang Standar Operasi Pelaksanaan (SOP)

“micro teaching” yang sesuai kaidah pembelajaran ilmiah.

Sikap jujur, obyektif, tak kenal lelah dan proses urutan kerja secara sistematis, rasional dapat dipertanggung jawabkan, diuji ulang kebenarannya dengan hasil yang tetap valid dan reliabel merupakan ciri Fisika sebagai produk pengetahuan yang benar dan dapat diandalkan karena merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan metode ilmiah. Tetapi dalam kegiatan belajar mengajar fisika proses ilmiah belum dilaksanakan secara benar, salah satu kelemahan karena dosen bukan merupakan model pelaksana metode pembelajaran yang baik.

Jamzuri (2006), pembuatan Standar Operasi Pelaksanaan (SOP) “Micro Teaching”

menemukan beberapa contoh kesulitan mahasiswa dalam memenuhi sturuktur pembelajaran ilmiah dan kesulitan dosen sebagai model pembelajaran pada kuliah “micro teaching” .

Contoh 1, Tarik kesimpulan data pada tabel 1 :

Tabel 1. Data Pengamatan Tenggelam Terapungnya suatu Benda No

Jenis Benda

Keadaan benda Di Air Kesalahan Dalam Menarik Kesimpulan Tenggelam Terapung

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Besi V Tenggelam terapungnya suatu benda dlm air tergantung pada

o

Beratbenda...20 %

o

Berat jenis benda...0 %

o

Volume benda...10 % 2 Kaca V

3 Kayu V

4 Gabus V

5 Batu V

Kesalahan mahasiswa dalam menarik kesimpulan tabel 1, dapat dibenar -kan dalam waktu sekitar 10 menit setelah mahahasiswa ditanya tentang :

Apakah saudara menimbang berat dan mengukur volume benda ? Sehingga mahasiswa sadar bahwa ia tidak menyimpulkan berdasarkan data yang ada. Akhirnya disimpulkan secara benar bahwa Tenggelam terapungnya suatu benda dalam air tergantung pada jenis benda.

Contoh 2, ketika dosen menjelaskan metode “bermain peran” dosen tidak melaksanakan

secara benar, tetapi umumnya dosen bercerita tentang metode bermain peran, bukan melaksanakan

metode “bermain peran” saat kuliahnya. Dalam melaksanakan metode demonstrasi dosen lebih

berperan dalam ceramahnya.

Berdasarkan contoh menarik kesimpulan dan penerapan metode mengajar tersebut dapat dinyatakan bahwa diperlukan Peningkatan Kualitas Kuliah Micro Teaching Di Program Fisika Yang Memenuhi Kaidah Nilai Pembelajaran Ilmiah menjadi bagian yang perlu dilakukan.

Tindakan yang diperlukan meliputi Penjelasan 8 Struktur pem-belajaran dan aplikasi Pembelajaran Ilmiah dalam “Micro Teaching” Salah satu indikator yang terkait kuat dengan

keberhasilan mencetak guru fisika yang profesional adalah kegiatan“micro teaching“ sebagai kesiapan


(29)

26

Penelitian untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran (PPKP) yang berjudul Peningkatan Kualitas Kuliah Micro Teaching Di Program Fisika Yang Memenuhi Struktur Pembelajaran Ilmiah menjadi bagian yang sangat perlu dilakukan.

E. Rumusan Masalah

1. Apakah tindakan yang dilakukan agar kuliah “micro teaching” di P.Fisika dapat memenuhi struktur pembelajaran ilmiah ?

2. Bagaimana model pembimbingan agar kuliah “micro teaching” di P.Fisika dapat memenuhi struktur pembelajaran ilmiah ?

3. Bagaimana bentuk evaluasi agar kuliah “micro teaching” di P.Fisika dapat memenuhi Struktur pembelajaran ilmiah ?

F. Cara Memecahkan Masalah

1. Apakah tindakan yang dilakukan agar kuliah “micro teaching” di P.Fisika dapat memenuhi struktur pembelajaran ilmiah ?

Untuk menjawab masalah pertama dilakukan tindakan :

a) Diadakan pelatihan dosen model sebagai pembimbing praktek oleh konsultan.

b) Dibentuk kelompok yang terdiri dari 3 s/d 12 mahasiswa dipimpin oleh 1 pembimbing

2. Bagaimana model pembimbingan agar kuliah “micro teaching” di P.Fisika dapat memenuhi struktur pembelajaran ilmiah ?

Untuk menjawab masalah kedua dilakukan tindakan berupa :

a) Dosen model memberi contoh model pembelajaran dengan struktur pembelajaran ilmiah. b) Dilakukan model refleksi 1 mahasiswa praktek mengajar, 3 mahasiswa sebagai pengamat c) Pembimbing mengevaluasi refleksi mahasiswa.

3. Bagaimana bentuk evaluasi agar kuliah “micro teaching” di P.Fisika dapat memenuhi Struktur pembelajaran ilmiah ?

Untuk menjawab masalah ketiga dilakukan tindakan berupa : a) Menyusun Format pengamatan pembelajaran ilmiah b) Menyusun petunjuk pengisian format pembelajaran ilmiah

Langkah penyelesaian masalah dirinci pada metodologi penelitian

G. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah Apakah tindakan yang dilakukan, bagaimana model

pembimbingan dan bagaimana bentuk evaluasi agar kuliah “micro teaching” di P.Fisika dapat


(30)

27

1. Melakukan tindakan kuliah “micro teaching” di P.Fisika untuk memenuhi struktur pembelajaran ilmiah ?

2. Membuat model pembimbingan agar kuliah “micro teaching” di P.Fisika yang memenuhi struktur pembelajaran ilmiah ?

3. Membuat bentuk evaluasi kuliah “micro teaching” di P.Fisika yang memenuhi Struktur pembelajaran ilmiah ?

H. Manfaat Penelitian

1. Menumbuhkembangkan sikap ilmiah dan menerapkan prosedur ilmiah dalam pembelajaran fisika. 2. Meningkatkan mutu pembelajaran “micro teaching”.

3. Meningkatkan kerjasama antar dosen dan dosen dengan mahasiswa dalam memecahkan masalah

pembelajaran “micro teaching”

4. Mempersiapkan mahasiswa mengikuti PPL di Sekolah Lanjutan. I. Kerangka Teoretik Dan Hipotesis Tindakan

1. Reflective Teaching

Prof Dr Joko Nurkamto ( FKIP UNS ) dalam pengukuhan guru besar mengemukakan pendapatnya, Pengembangan Profesionalisme Guru Melalui Reflective Teaching Guru merupakan ujung tombak pelaksanaan pendidikan karena gurulah yang secara langsung memimpin kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas, yang menjadi inti kegiatan pendidikan. Guru menjadi orang pertama yang bertanggung jawab atas kualitas pendidikan di sekolah.

Karena perannya yang sangat penting, guru dituntut memiliki profesionalisme yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya. Guru yang profesional adalah guru yang mampu: (1) merencanakan program belajar-mengajar, (2) melaksanakan dan memimpin kegiatan belajar-mengajar, (3) menilai kemajuan kegiatan belajar-mengajar, dan (4) menafsirkan serta memanfaatkan hasil penilaian kemajuan belajar-mengajar dan informasi lainnya untuk melakukan kegiatan tindak lanjut (Soedijarto, 1993). Keempat gugus kemampuan tersebut dianggap sebagai kemampuan profesional karena memerlukan cara kerja yang tidak mekanistik dan memerlukan penguasaan dasar-dasar pengetahuan yang kuat terhadap pelaksanaan pekerjaan dan cara kerja dengan dukungan cara berpikir yang kreatifdan imajinatif.

Karakteristik profesionalisme guru dituntut guru untuk secara terus menerus memikirkan secara reflektif apa yang telah, sedang, dan akan dikerjakannya di dalam kelas (Raka Joni, 1992). Inilah yang kemudian lazim dikenal sebagai pengajaran reflektif Makna pengajaran reflektif dapat disimpulkan dari pendapat John Dewey (dalam Henke, 2001: 1) yang mendefinisikan refleksi sebagai "that which involves active, persistent, and careful consideration of any belief or practice in light of the reasons that support it and the further consequences to which it leads". Apabila diterapkan dalam pengajaran, maka diperoleh pengertian bahwa pengajaran reflektif adalah penggunaan kesempatan oleh guru dalam melaksanakan tugas secara sistematis mengeksplorasi, mempertanyakan, dan


(31)

28

membingkai kembali praktek pengajarannya secara holistik untuk dapat membuat interpretasi secara benar berdasarkan keadaan di lapangan dan kemudian dapat menentukan pilihan yang tepat untuk memperbaiki kinerjanya.

Untuk dapat melakukan pengajaran reflektif tersebut guru perlu memiliki kesadaran akan praktek pengajarannya dan kesediaannya untuk berubah ke arah yang lebih baik. Sehingga melahirkan keterbukaan (open-mindedness), keterlibatan secara penuh (hole-heartedness), dan tanggung jawab (responsibility) (Dewey, 1996).

Pengajaran reflektif memiliki empat langkah yang terkait satu sama lain, yaitu deskripsi, analisis, eksplanasi, dan refleksi. Deskripsi berarti menggambarkan peristiwa kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas sebagaimana adanya; dapat dilakukan melalui teknik rekaman videotapes, rekaman audiotapes, dan deskripsi tertulis. Analisis adalah suatu pemecahan masalah yang melibatkan guru melakukan pengujian terhadap apa yang efektif dan tidak efektif di dalam kelas. Eksplanasi menuntut guru mengkomunikasikan hasil analisis, yaitu tentang derajat keefektifan kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas. Dan, refleksi menuntut guru mengidentifikasi makna pribadi dari apa yang telah dikerjakannya di dalam kelas (Reiman, 1999: 1).

Pengajaran reflektif bukanlah metode mengajar tetapi beyond the methods dan memiliki perspektif yang lebih holistik. Diharapkan dengan melaksanakan pengajaran reflektif ini, guru mampu meningkatkan profesionalismenya.

2. Struktur Pembelajaran Ilmiah

Prof Walter Klinger Phd ( Erzeihungswiss Fakultat der Universitat Erlangen Nurnberg 1997) yang pendapatnya menjadi dasar model pembelajaran IPA SEQIP (Science Education Quality Improvement Project) Pengajaran harus distrukturkan sedemikian rupa hingga para siswa mampu memahami, mengingat dan mengaplikasikan materi yang diajarkan. Untuk memenuhi persyaratan tersebut jam pelajaran harus diberi struktur dengan 8 struktur utama

a.

Motivasi

b.

Penjabaran masalah

c.

Penyusunan Opini

d.

Perencanaan dan konstruksi

e.

Percobaan

f.

Kesimpulan

g.

Abstraksi

h.

Konsolidasi

Makna masing-masing langkah dapat sangat bervariasi. Bobot tergantung pada materi yang akan diajarkan maupun kepada situasi dan didaktik suatu kelas, dalam praktek pengajaran ada transisi terus menerus dari satu langkah ke langkah berikutnya, sehingga sulit menarik garis tegas masing-masing langkah. Kadang ada langkah yang diabaikan atau dua langkah terjadi secara bersamaan atau saling susul menyusul dengan begitu cepat sehingga sulit menarik garis pembatas yang tegas antara masing-masing langkah. Misalnya antara konstruksi dan percobaan, abstraksi percobaan dan kesimpulan, antara kesimpulan dan abstraksi. Terutama di kelas rendah, langkah-langkah “konstruksi”


(32)

29

Tergantung pada struktur dan pengaturan materi yang diberikan, ada langkah-langkah yang berulang secara teratur, kadang dalam jangka waktu yang sangat singkat dalam satu unit pelajaran. Misalnya langkah-langkah dua sampai lima

Tetapi sebelum mampu menangani langkah-langkah di atas maupun variasinya secara mantap, sangat perlu untuk praktek menggunakan bentuk yang sederhana dulu, yang mempunyai langkah-langkah yang terpisah secara jelas, berdasarkan suatu protokol pelaksanaan pendidikan yang ditulis sebelumnya. Adapun penjelasan tiap langkah sebagai berikut :

a) Langkah Motivasi

Tujuan motivasi adalah menuntun siswa ke arah materi pendidikan, untuk membangkitkan rasa ingin tahu siswa, antusiasme dan kesediaan belajar siswa. Maka motivasi harus sesuai dengan tujuan unit belajar, motivasi jangan sampai mendahulukan hasil; Dalam keadaan ideal, perlu berfungsi sebagai penyatu seluruh proses pendidikan yang mungkin saja melebisi satu unit pendidikan.

Motivasi siswa melalui dorongan yang berulang dan terencana dengan baik, dipengaruhi oleh kepribadian guru dan latar belakang kelas. dapat dipilih dari lima katagori :

1) Motivasi Berlandaskan Lingkungan Sekeliling Siswa

o Laporan pengalaman pribasi siswa,

o Instruksi untuk melakukan pencarian data yang berkaitan dengan ekskursi atau pekerjaan

rumah.

o Berita surat kabar, radio , TV

o Masalah yang berasal dari lingkup perhatian siswa.

2) Motivasi Berlandaskan pada Kegiatan Guru

3) Konflik kognitif, yang berkaitan dengan materi, untuk men-jelaskan masalah yang saling bertentangan.

4) Motivasi melalui ekskursi kelas, gambar, film pendidikan, buku, tabel dan diagram, cerita, deskripsi atau kunjungan ke musium

5) Motivasi Berlandaskan Pesentasi Peristiwa Sejarah

Misal penemuan tentang kemagnetan dari “Orsted” atau berita ilmiah tentang penemuan sinar

X pada zaman dulu

6) Motivasi Berlandaskan Peralatan Teknik Yang berfungsi Misal bel listrik, lembaran bimetal, termometer, dinamo sepeda 7) Motivasi Berlandaskan Ingatan Kembali Peristiwa Sebelumnya

Motivasi yang paling efektif kalau mengandung komponen ”emosional” yang kuat, ialah kalau mengandung aspek mengejutkan, misterius, estetika atau persaingan atau berasal dari lingkungan sekeliling siswa. Tetapi yang paling penting motivasi yang diberikan harus sesuai dengan usia siswa.


(33)

30

b) Langkah Penjabaran Masalah

Tujuan dalam merumuskan masalah secara jelas untuk menjalani langkah berikutnya, peluang menciptakan masalah atau menyadar -kan masalah secara seragam terhadap suatu masalah adalah : 1) Kenyataan yang dialami, semua siswa suatu kelas mengalami suatu situasi nyata bersama. Misal hasil kunjungan suatu kelas untuk mengamati sesuatu kejadian pembuatan kontruksi bangunan, kehidupan ikan, keadaan alam

2) Kenyataan yang direproduksi atau disediakan, yang dapat dilakukan dengan cara demonstrasi fenomena alam. Misal dengan bantuan KIT percobaan, presentasi peralatan listrik pemainan, mineral atau produk kimia.

3) Menyadarkan adanya masalah, sebagai salah satu tuntutan utama pengajaran ilmu pengetahuan agar obyek-obyek yang akan di bahas dapat diprensentasikan secara nyata.

“kenyataan” harus selalu menjadi tuntutan sebagai proses pengetahuan ilmiah yang

berlangsung secara akurat bukan sekedar melihat-lihat saja. Untuk mencetuskan kegiatan yang secara metodologis diperlukan deduksi hipotesis pada langkah berikutnya; Sehingga perlu dipisahkan antara obyek dan subyek, semacam proses pematangan yang akan menghasilkan

kesadaran “disini” ada sesuatu yang masih dipertanyakan, “disini” ada sesuatu yang dapat

diamati. Maka siswa telah sadar adanya masalah yang perlu diamati. Guru harus

“merencanakan masalah” pada perencanaan unit pelajaran. Meskipun pada saat pelajaran berlangsung guru “membiarkan perumusan masalah terjadi”

4) Kesulitan siswa kelas rendah merumuskan masalah antara lain :

o Jarang mampu membahas fenomena alam secara rasional dan obyektif

o Sering mengabaikan efek-efek yang penting dan lebih mem-perhatikan fakta-fakta dan ciri

yang tidak penting

o Secara tidak sengaja, para siswa memproyeksikan pengalam-an lain dalam deskripsi

penghamatan meraka sesungguhnya dan kadang sulit meyakinkan bahwa pengalaman tersebut tidak sah

o Kemampuan siswa untuk menilai besaran sangat terbatas

o Kesulitan menyebutkan istilah teknis, kosa kata terbatas, bahkan tidak mempunyai konsep

behasa seharihari, apalagi istilah teknis yang diperlukan. Maka pengajaran bahasa menjadi penting dalam penjabaran masalah agar dapat diverbalkan observasi, opini dan hasil secara tepat.

o Bahaya penilaian terburu-buru, ialah melompat hingga mencapai kesimpulan sebelum

masalah dikenali secara tepat. Kelas tiba-tiba merumuskan hipotesis tanpa sebelumnya merumuskan masalah. Guru harus secara konsekuen berkali kali kembali pada masalahnya dan melanjutkan kelangkah berikutnya kalau pertanyaan ilmiahnya sudah tertera di papan tulis.


(1)

54 No Jenis Benda Posisi benda

tenggelam Terapung 1 Kayu

2 Gabus 3 Karet 4 Kaca 5 Plastisin 6

b) Berdasarkan hasil pengamatan siswa diminta mengisi tabel pengamatan.

c) Kesimpulan : Tenggelam terapungnya benda dalam air tergantung pada jenis benda

o Percobaan kedua :

No Plastisin dibentuk Posisi benda tenggelam Terapung 1 Kubus berongga

2 Kubus Pejal 3 Silinder berongga 4 Silinder Pejal 5

6

a) Persiapan, guru membuat berbagai bentuk pejal besar dan yang paling besar berongga dari bahan plastisin, Siswa di -minta menebak apa yang terjadi jika berbagai bentuk plastisin dimasukkan dalam air.

b) Siswa diminta membuat bentuk lain agar tidak tenggelam dalam air c) Berdasarkan hasil pengamatan siswa diminta mengisi tabel pengamatan

d) Kesimpulan : Tenggelam terapungnya benda dalam air ter-gantung pada bentuk benda

o Percobaan Ketiga :

Kayu Gabus Karet Kaca Plastisin

Kubus berongga Silinder berongga Silinder pejal Kubus pejal


(2)

55

a) Siswa diminta mengatur tabung reaksi agar mengapung, melayang, tenggelam dalam air

b) Siswa akan menemukan bila tabung reaksi didisi air penuh atau sebagian akan dapat tenggelam atau mengapung atau melayang dalam air. Diskusi agar siswa menemukan penenggelam dan pengpung

c) Kesimpulan :

o Udara sebagai pengapung kaca sebagai penenggelam.

o Dengan mengubah perbandingan penenggelam dan pengapung, benda yang tenggelam dapat diubah menjadi mengapung.

o Percobaan Keempat :

a) Kembali pada neraca Cartesius dengan pengamatan yang lebih cermat pada perubahan volume udara pada tabung reaksi jika tabung aqua di tekan.

5. Kesimpulan : Berdasarkan percobaan 1 sampai 4 dapat disimpulan bahwa :

o Tenggelam terapungnya suatu benda dalam air tergantung pada jenis dan bentuk benda. o Dengan mengatur perbandingan jumlah pengapung dan penenggelam dapat dibuat benda

mengapung mengapung menjadi tenggelam atau sebaliknya. 6. Aplikasi

o Guru menjelaskan peran gelembung pada ikan o Guru menjelaskan cara kerja kapal selam 7. Abstraksi

o Siswa diminta menjelaskan mengapa kapal dari besi dapat terapung dalam air ? 8. Konsolidasi

Siswa diminta untuk menjelaskan, memperagakan botol minuman dari kaca agar terapung, tenggelam atau melayang dalam air.

a) Kesimpulan : Bila tabung aqua ditekang makin keras udara dalam tabung reaksi makin kecil, maka tabung reaksi akan lebih mudah tenggelam dalam air. Posisi kolom udara dalam tabung


(3)

56 Lampiran 4 :

Format Pengamatan Pembelajaran Fisika 1. Rencana Pembelajaran :

a RPP hasil konsultasi ya tdk b Sesuai dengan GBPP ya tdk 2. Penggunaan Waktu Oleh guru

a Alokasi Waktu cukup ya tdk b Waktu disia-sia kan ya tdk c Waktu sesuai rencana ya tdk 3. Pelaksanaan Kegiatan Mengajar

a Menyenangkan ya tdk

b Tertekan ya tdk

c Memberi perhatian ya tdk

4. Mengikuti Aturan Pembelajaran

a 1. Motivasi dg cerita 1 2 3 4 2. Motivasi dg fenomena 1 2 3 4 3. Motivasi dg eks 1 2 3 4 b Menggali kemampuan awal 1 2 3 4 c Perhatian pd pokok masalah 1 2 3 4 d Melakukan pengamatan 1 2 3 4 e Mengumpulkan data 1 2 3 4 f Meenarik kesimpulan ya tdk g Menemukan konsep Fisika 1 2 3 4

h Sesuai tujuan 1 2 3 4

i Sesuai lingkungan siswa 1 2 3 4 5. Guru Mengevaluasi hasil belajar

a Sesuai tujuan pembelajaran 1 2 3 4

b Memberikan PR 1 2 3 4

6. Penggunaan Papan tulis

a Mengikuti urutan logis 1 2 3 4 b Tulisan mudah dibaca 1 2 3 4 7. Penggunaan KIT / Laboratorium Fisika

a Menggunakan KIT yg cocok 1 2 3 4 b Merangkai alat eksperimen 1 2 3 4 c Membimbing merakit alat 1 2 3 4

d Membimbing eksp 1 2 3 4

e Mengembalikan alat 1 2 3 4 8. Penggunaan Alat Bantu Belajar Mengajar

a Penggunaan alat yg relevan 1 2 3 4 b Penggunaan buku yg lain 1 2 3 4 c Penggunaan sumber lain 1 2 3 4 9. Interaksi Selama Pelajaran

a Pertanyaan yg relevan 1 2 3 4 b Pertanyaan bervariasi 1 2 3 4 c Memberikan penguatan 1 2 3 4 d Memberi umpan balik 1 2 3 4 10. Metode Mengajar

a Berpusat pada siswa 1 2 3 4

b Memberi tugas untsiswa 1 2 3 4 c Merangsang interaksi siswa 1 2 3 4


(4)

57 11. Penjelasan Guru :

a Bahasa jelas dan sederhana 1 2 3 4

b Contoh relevan 1 2 3 4

12. Jawaban Siswa :

a Siswa menjawab bersama 1 2 3 4 b Siswa melengkapi kalimat 1 2 3 4 c Siswa melengkapi suku kata 1 2 3 4 13. Pergetahuan Konsep Fisika Guru :

a Sesuai perkembangan ilmu 1 2 3 4 b Mengandung miskonsepsi 1 2 3 4 c Dpt meghubungkan konsep 1 2 3 4 14. Tingkah Laku Guru :

a Antusias 1 2 3 4

b Suara jelas tak monoton 1 2 3 4


(5)

58 Lampiran 5 :

Panduan Pengisian Format Pengamatan Pembelajaran Fisika Di Kelas

1. Rencana Pembelajaran :

a. Tanyakan apakah pelajaran dipersiapkan sesuai hasil konsultasi b. Tanyakan apakah persiapan guru sesuai dengan GBPP

2. Penggunaan Waktu Oleh Guru :

a. Amati kriteria tertentu, misal pelajaran tidak selesai atau kriteria lain yang menunjuk kan waktu yang disediakan cukup atau kurang

b. Jawab YA jika guru membicarakan hal-hal yang tidak penting dan tidak relevan c. Jawab YA jika pelajaran tepat waktu dan sesuai tujuan

3. Pelaksanaan Kegiatan Mengajar :

a. Jawab YA jika interaksi guru dan siswa dalam kelas menyenangkan; Misalnya berindikasi bahwa guru tidak mengabaikan pendapat anak, memberi penghargaan pada pendapat anak dan selingan humor yang sehat

b. Amati apakah guru menyuruh anak cepat menjawab pertanyaan, selalu membandingkan prestasi anak, mengolok atau tindakan lain sehingga anak menjadi cemas tidak aman dan sebagainya

c. Amati perilaku guru mengenai pembagian giliran menyelesaikan pertanyaan atau tugas pada siswa, apakah hanya siswa tertentu atau seluruh siswa

4. Mengikuti Aturan Pembelajara :

a. 1/2/3 pilih salah satu cara guru memberi motivasi siswa yang paling dominan Ialah (1) bercerita (2) Fenomena (3) Ekperimen

b. Perhatikan, apakah guru menggunakan pengetahuan awal siswa untuk memulai dan mengembangkan pembel-ajarannya

c. Amati, apakah guru selalu mengarahkan siswa pada masalah pokok ? Misal dengan demostrasi, eksperimen atau membawa sesuatu yang dibawa guru dalam kelas selalu dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa mengikuti pelajaran.

d. Amati, apakah guru membimbing siswa mengamati semua aspek yang relevan dan berusaha melibatkan semua siswa melakukan pengamatan yang relevan

e. Amati, apakah guru membimbing siswa merekam data hasil pengamatan yang relevan, lengkap; Misal mengisi tabel, membuat gambar, menggolongkan dsb.

f. Amati, apakah guru membimbing siswa memberi arti pada data hasil pengamatan anak dalam pembelajaran.

g. Jawab YA, jika langkah pembelajaran guru sesuai dengan konsep Fisika.

h. Amati, apakah langkah-langkah pembelajaranm guru cocok untuk mencapai tujuan pembelajaran secara utuh atau hanya sebagian saja.

i. Amati, apakah pembelajaran yang dilakukan guru berhubungan dengan lingkungan dan kehidupan sehari hari yang dialami siswa

5. Guru mengevaluasi Hasil Belajar :

a. Amati, apakah evaluasi/assesmen yang dilakukan guru sesuai tujuan

b. Amati, apakah guru memberi tugas rumah yang relevan dan menarik pada siswa

6. Penggunaan Papan Tulis :

a. Amati, apakah guru menggunakan papan tulis secara efisien, ialah tertulis informasi teratur, runut sesuai urutan yang logis untuk dapat dicatat oleh siswa

b. Amati, apakah tulisan guru di papan tulis dapat terbaca, menarik dan bermakna.

7. Penggunaan KIT / Peralatan Laboratorium :

a. Amati, apakah guru selalu menggunakan komponen KIT yang cocok.


(6)

59

c. Amati, apakah guru membimbing siswa merangkai alat eksperimen. Misal menunjuk kan cara, kemudian menyuruh atau menuntun siswa melakukan sendiri.

d. Amati, apakah guru membimbing siswa melakukan eksperimen dengan benar, tuntas dan logis yang memungkinkan adanya variasi percobaan.

e. Amati, apakah guru mengembalikan semua peralatan ke tempat secara benar, bersih dan kering.

8. Penggunaan Alat bantu belajar mengajar :

a. Amati, apakah guru menggunakan alat / bahan eksperimen lain selain KIT yang relevan dengan eksperimen yang dilakukan.

b. Amati, apakah guru menggunakan sumber lain selain Buku Fisika, misal koran. c. Amati, apakah guru menggunakan Buku Fisika lain dan Buku apa saja

9. Interaksi Selama Pelajaran :

a. Perkirakan berapa kali guru mengajukan pertanyaan yang relevan. Apakah pertanyaan menstimulasi anak untuk berpikir dan tidak hanya pertanyaan ingatan.

b. Amati, apakah guru hanya menggunakan satu macam atau beberapa pertanyaan yang berupa menggali, menuntun, menegaskan dan sebagainya.

c. Amati, apakah guru memberi penguatan, misal dengan memberi pujian

d. Amati, apakah guru memberi umpan balik terhadap kesalahan siswa, misal membantu membetulkan atau memberi tugas untuk mencari yang benar dsb

10.Metode mengajar :

a. Amati, apakah guru memberi berbagai aktivitas kepada siswa untuk menemukan sendiri

b. Amati, apakah guru memberi tugas pada siswa.

c. Amati, apakah guru merangsang siswa untuk berinteraksi dengan teman sekelasnya selama pembelajaran

11.Penjelasan Guru :

a. Amati, apakah guru menggunakan bahasa jelas, sederhana mudah dimengerti

b. Amati, apakah guru menggunakan contoh yang relevan pada penjelasan pembelajaran

12.Jawaban Siswa :

a. Amati, berapa banyak perilaku siswa menjawab secara bersama.

b. Amati, berapa banyak jawaban siswa yang hanya melengkapi kalimat guru. c. Amati, berapa banyak jawaban siswa yang hanya melengkapi satu kata guru

13.Pengetahuan Guru :

a. Amati, apakah guru memiliki informasi yang cukup tentang perkembangan Fisika yang mutakhir pada saat memberi contoh pembelajaran Fisika.

b. Amati, apakah guru memberi informasi yang miskonsepsi.

c. Amati, apakah guru dapat menghubungkan konsep dengan konsep lain.

14.Tingkah laku Guru :

a. Amati, apakah guru antusias dalam mengajar. b. Amati, apakah suara guru jelas dan tidak monoton. c. Amati, apakah penampilan guru rapi, berkomunikasi dsb