Penyelesaian Kredit Bermasalah Melalui Jalur Litigasi

sudah menjadi resiko dari perusahaan. Bila hasil penjualan dari lelang lebih besar jumlahnya dari hutang dari konsumen maka perusahaan akan mengembalikan kelebihan tersebut kepada konsumen, tapi menurutnya hal tersebut jarang terjadi 80

2. Penyelesaian Kredit Bermasalah Melalui Jalur Litigasi

. Jalur ini ditempuh apabila jalur non-litigasi tidak dapat dilakukan. Penyelesaian kredit bermasalah di pengadilan tercantum dalam klausul perjanjian yang telah disepakati oleh kedua pihak. Konsumen yang tidak puas akan penyelesaian kredit yang dilakukan oleh perusahaan pembiayaan dapat menggugat perusahaan pembiayaan ke pengadilan jika konsumen merasa dirugikan atas cara yang digunakan oleh perusahaan pembiayaan untuk menyelesaikan kreditnya. Dalam kasus kredit bermasalah yang sampai ke pengadilan sedikit sekali jumlahnya, hal ini dikarenakan konsumen memandang bahwa secara finansial mereka tidak akan kuat untuk melawan lembaga pembiayaan yang mempunyai tim legal sendiri dan dukungan dana yang kuat. Terlebih lagi mereka telah menandatangani perjanjian pembiayaan dengan jaminan fidusia 81 80 Ibid 81 Ibid . Kegiatan usaha pinjaman tunai ini yang dilakukan oleh perusahaan pembiayaan secara administratif belum mempunyai landasan hukum administratif yang mendasari berjalannya kegiatan usaha pinjaman dana tunai ini sehingga belum ada pengaturan penyelesaian kredit bermasalah yang menjadi pedoman bagi perusahaan pembiayaan. Universitas Sumatera Utara Diharapkan nanti apabila pemerintah akan membuat aturan baru mengenai perusahaan pembiayaan dapat juga mengatur mengenai pedoman penyelesaian kredit bermasalah yang dapat melindungi hak konsumen dan perusahaan pembiayaan. Menteri Keuangan Agus Martowardojo secara resmi mengeluarkan peraturan yang melarang leasing atau perusahaan pembiayaan untuk menarik secara paksa kendaraan baik mobil ataupun motor dari nasabah yang menunggak cicilan kredit kendaraan atau macet. Hal tersebut tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130PMK.0102012 tentang pendaftaran fidusia bagi perusahaan pembiayaan. Namun, peraturan ini bukan berarti bisa menjadi alasan bagi nasabah untuk dengan sengaja tidak membayar cicilan atau menunggak pembayaran kredit kendaraannya. Pihak leasing masih berhak menarik benda jaminan berupa kendaraan bermotor asal memenuhi ketentuan dan persyaratan yang telah diatur dalam undang-undang mengenai jaminan fidusia dan telah disepakati oleh para pihak dalam perjanjian konsumen kendaraan bermotor. Dalam peraturan yang dikeluarkan pada tanggal 7 Oktober 2012, perusahaan pembiayaan dilarang menarik benda jaminan fidusia berupa kendaraan bermotor bila kantor pendaftaran fidusia belum menerbitkan sertifikat jaminan fidusia belum menerbitkan sertifikat jaminan fidusia dan menyerahkannya kepada pihak leasing atau perusahaan pembiyaan. Akan tetapi, saat ini hal itu tidak bisa lagi dilakukan oleh para pemilik perusahaan pembiayaan, karena pemerintah dalam hal ini Menteri Keuangan telah Universitas Sumatera Utara jelas-jelas melarang perusahaan pembiayaan melakukan penarikan paksa terhadap kendaraan bermotor milik konsumen. Larangan itu ditegaskan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130PMK.0102012 tentang pendaftaran jaminan fidusia bagi perusahaan pembiayaan. Peraturan Menteri Keuangan itu telah jelas dan dengan tegas melarang bagi perusahaan pembiayaan untuk tidak melakukan penarikan kendaraan bermotor milik konsumen yang menunggak pembayaran kreditnya, apabila kantor pendaftaran fidusia belum menerbitkan sertifikat jaminan fidusia dan menyerahkannya kepada perusahaan pembiayaan. Dalam peraturan menteri tersbeut ungkapnya, Penarikan benda jaminan berupa kendaraan bermotor oleh perusahaan pembiayaan wajib memenuhi ketentuan dan persyaratan sebagaimana diatur dalam undang-undang mengenai jaminan fidusia dan telah disepakati oleh para pihak dalam perjanjian pembiayaan konsumen kendaraan bermotor. Jadi, jika leasing tetap ngotot mengambil alih kendaraan, maka perusahaan pembiayaan akan dikenai sanksi sampai pembekuan dan pencabutan izin usaha. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN