Komunitas Adat Trunyan Uraian Materi

97 dikuburkan dalam posisi telungkup atau menghadap tanah. Sebaliknya jika seorang wanita yang meninggal dunia, jenazahnya akan dikuburkan dengan posisi tengadah atau menghadap langit. Tradisi ini sesuai dengan makna seorang laki-laki yang dilambangkan sebagai akasa langit dan wanita sebagai pertiwi Bumi. TUGAS: 1 Sebutkan hak, kekuasaan dan kewajiban-kewajiban masing-masing kelompok di Penglipuran? 2 Bagaimana tradisi perkawinan berlangsung? Bagaimana pula tradisi menetap sesudah menikah? Bagaimana jika ada warga masyarakat yang melakukan pernikahan poligami? 3 Golongan-golongan apa saja yang ada? Serta bagaimana hubungan komunikasi dan interaksi di antara golongan-golongan tersebut? 4 Di tengah situasi yang terlihat homogen bentuk rumah, jalan dan fungsi bangunan hal-hal apa saja yang unik di tengah komunitas? 5 Bagaimana bentuk persaingan yang timbul? 6 Bagaimana sistem penguburan yang dilakukan masyarakat? 7 Bagaimana sistem pertanian yang berlangsung?

3. Komunitas Adat Trunyan

Komunitas adat Desa Terunyan memiliki religi yang unik. Berbeda pada masyarakat bali pada umumnya yang menyembah Dewa dalam bentuk Trumurti, pemujaan komunitas ini bermuara pada pemujaan Dewa tertinggi Ratu Sakti Pancering Jagat dan Ratu Ayu Dalam Dasar. Religi mereka tidak terkait dengan Dewa-Dewa dalam agama Hindu yang disebut Trimurti. Berbagai pimpinan agama Hindu Bali telah mencoba meng”Hindu”kan mereka. Komunitas Terunyan akan selalu mengikuti segala yang diperintahkan oleh para pemimpin agama tersebut. Demikian juga para pemimpin agama Hindu itu akan selalu merasa sudah berhasil meng”Hindu”kan orang-orang Terunyan. Di samping itu Pura Ratu Sakti Pancering Jagat dianggap sebagai salah satu pura tua, sehingga setiap waktu akan menjadi tempat umat Hindu Bali dari berbagai tempat melakukan pemujaan. Namun demikian, jika dilihat dari pemujaan dan sikap hidup mereka berhadapan dengan ajaran Hindu terdapat beberapa perbedaan, bahkan pertentangan. Jika dilihat dari sikap hidup mereka menghadapi 98 para pemimpin Hindu Bali mereka akan selalu menunjukkan sikap “kepatuhan” mereka untuk melakukan perintah-perintgah keagamaan berdasarkan ajaran Hindu. Namun selepas para pemimpin tersebut meninggalkan Terunyan, mereka akan kembali pada tradisi dan keyakinan mereka. Bahkan pada saat umat Hindu di seantero Bali melakukan upacara Nyepi, yang dilakukan dengan tapa brata, dengan tidak menghidupkan api masak, berbicara dan bekerja, komunitas Terunyan pada saat yang sama justru melakukan ritual besar dengan melakukan pujan bakti di pura Desa Terunyan dan di Sema Wayah tempat pemakaman dengan system Mepasah, menyembelih lembu, serta berjudi dengan sabung ayam selama berhari-hari. Keunikan religi Terunyan ini tidak bisa dilepaskan dengan situasi ekologis gunung Batur dan danau batur. Keberadaan dua bentuk ekologis tersebut memunculkan system religi berupa pemujaan terhadap Dewa gunung yang dilakukan bersama-sama dengan komunitas desa- desa lereng gunung Batur di sekitar danau batur, yang disebut sebagai desa-desa Bintang Danu. Sedangkan secara khusus komunitas Terunyan menyertainya dengan pemujaan terhadap penguasa Danau Batur, yaitu Ratu Ayu Dalam Dasar. Adapun Dewa-Dewa dalam Trimurti: Brahma, Wisnu, Siwa, oleh orang-orang Terunyan ditempatkan sebagaai “anak-anak” dari pasangan sesembahan utama mereka: Ratu Sakti Pancering Jagat dan Ratu Ayu Dalam Dasar. Lain dari itu, yang juga sangat menonjol jika berbicara tentang Religi Terunyan adalah keberadaan pemakaman Sema Wayah. Di Bali terdapat tiga komunitas Desa Adat yang melakukan model pemakaman yang berbeda dengan masyarakat Hindu Bali pada umumnya. Ketiga komunitas Desa Adat tersebut adalah: Tnganan-Pegringsingan, Panglipuran, dan Terunyan. Khusus untuk komunitas Desa Adat Terunyan, di samping terdapat tempat pemakaman umum dengan menanam jasad di dalam bumi untuk mereka yang meninggal dengan cara yang tidak dikehendaki mati salah, atau meninggal ketika masih bayi, terdapat tempat pemakaman dengan model pemakaman Mepasah. Model Pemakaman Mepasah inilah beserta dengan pemujaan di seputar kehidupan mitologis suami istri Ratu Sakti Pancering Jagat dan Ratu Ayu Dalam Dasar, yang dianggap sebagai leluhur atau nenek moyang komunitas Terunyan yang akan menjadi pusat kajian tentang 99 Religi komunitas Terunyan dalam tulisan ini. Bagaimana system keyakinan mereka, bagaimana, system symbol dan peralatan mereka, serta bagaimana upacara dan cahaya Ketuhanan yang muncul dalam berbagai prosesi upacara mereka akan menjadi muatan utama dari komunitas Terunyan di lereng Gunung Batur dan danau Batur Hadi. N., 2013. TUGAS: 1 Bagaimanaa pembagian wilayah Desa Trunyan? 2 Terdapat kelompok-kelompok apa saja di Terunyan? 3 Sebutkan hak, kekuasaan dan kewajiban-kewajiban masing-masing kelompok tersebut? 4 Bagaimana tradisi perkawinan berlangsung? Bagaimana pula tradisi menetap sesudah menikah? 5 Golongan-golongan apa saja yang ada? Serta bagaimana hubungan komunikasi dan interaksi di antara golongan-golongan tersebut? 6 Bagaimana sesungguhnya religi komunitas Terunyan? 7 Apa yang terdapat secara eksistensial dalam perayaan Purnama Kapat? 8 Hal-hal penting apa menyangkut tabu dan pantangan di Trunyan? 9 Bagaimana eksistensi dari model pemakaman exposure di Trunyan? 10 Bagaimana sistem pertanian yang berlangsung?

4. Komunitas Adat Sade