Perbedaan Diferensiasi dan Stratifikasi Sosial

19 kata lain, pertumbuhan dalam pembagian kerja bukan saja meningkatkan suatu perubahan dalam struktur sosial secara vertikal, tetapi juga secara horisontal. Seperti organisme biologis, masyarakat berkembang makin lama makin terspesialisasi dan kompleks atau heterogen. Heterogenitas dan kompleksitas pembagian kerja dalam masyarakat modern diyakini oleh Durkheim tidak akan menghancurkan solidaritas sosial; sebaliknya, karena pembagian kerja semakin tinggi, individu dan kelompok dalam masyarakat merasa semakin lebih tergantung satu sama lain daripada hanya mencukupi kebutuhannya sendiri Johnson, 1986. Apakah keyakinan Durkheim di atas selalu terbukti benar? Apakah seiring dengan tumbuhnya diferensiasi sosial, maka integrasi dan solidaritas antar anggota masyarakat bisa tetap terjaga? Jika ya, faktor- faktor apakah yang menyebabkan integrasi sosial bisa tetap terjaga kendati di dalamnya ada sejumlah perbedaan yang terkadang ekstrim. Di sisi lain, faktor-faktor apa yang menyebabkan integrasi sosial itu rusak dan terjadi disorganisasi sosial?

a. Perbedaan Diferensiasi dan Stratifikasi Sosial

Di masyarakat manapun, struktur sosial yang ada umumnya ditandai dua cirinya yang khas. Secara vertikal, struktur sosial ditandai oleh adanya perbedaan-perbedaan antar kelas sosial dan polarisasi sosial yang cukup tajam. Secara horisontal, masyarakat ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan suku bangsa, perbedaan agama, profesi, ras, adat serta perbedaan kedaerahan Nasikun, 2004:30. Perbedaan masyarakat secara vertikal disebut stratifikasi sosial, sedangkan perbedaan masyarakat secara horisontal disebut diferensiasi sosial. Stratifikasi sosial muncul karena ketimpangan distribusi dan kelangkaan barang berharga yang dibutuhkan masyarakat, seperti uang, kekuasaan, pendidikan, ketrampilan dan semacamnya. Sementara itu, diferensiasi sosial muncul karena pembagian kerja, perbedaan agama, ras, etnis pengelompokan individu atas dasar ciri persamaan 20 kebudayaan, seperti bahasa, adat, sejarah, sikap, wilayah, atau perbedaan jenis kelamin. Di dalam stratifikasi sosial, hubungan antar kelas dalam banyak hal cenderung tidak seimbang dimana ada pihak tertentu yang lebih dominan dan berkuasa daripada pihak yang lain. Sementara itu, di dalam diferensiasi sosial yang dipersoalkan bukanlah antara berbagai kelompok bukan antara berbagai kelas itu seimbang atau tidak melainkan yang lebih ditekankan bahwa masyarakat pada dasarnya bersifat pluralistik dan di dalamnya terdapat sejumlah perbedaan. Secara normatif, di dalam diferensiasi sosial, hak dan kewajiban antara kelompok yang satu dengan yang lain relatif sama di mata hukum. Di dalam kenyataan yang terjadi diferensiasi sosial umumnya selalu tumpang-tindih dengan stratifikasi sosial. Hubungan antar kelompok dalam diferensiasi sosial entah itu atas dasar perbedaan profesi, ras, etnis, agama, atau jenis kelamin selalu tidak pernah netral dari dimensi-dimensi stratifikasi sosial. Hak dan kewajiban seorang buruh dan majikan, misalnya, di mata hukum secara normatif sama. Akan tetapi, karena antara keduanya dari segi kekuasaan dan ekonomi jauh berbeda, maka pola hubungannya pun menjadi tidak seimbang. Seorang majikan, jelas posisinya akan lebih dominan dan berhak memerintah para buruhnya. Sebaliknya, para buruh akan selalu bersikap hormat kepada majikan yang membayarnya. Memperoleh upah yang layak, secara hukum adalah hak kaum buruh. Namun, karena para buruh itu menyadari bahwa mencari pekerjaan itu susah dan tidak memiliki alternatif untuk bekerja di sektor lain, maka sering ditemui banyak kaum buruh bersifat pasrah begitu saja kendati diberi upah di bawah ketentuan upah minimum.

b. Wujud Diferensiasi Sosial