Perkembangan Sarana Komunikasi
33
C. Menceritakan Kembali Cerita Anak yang Dibaca
Cerita anak adalah cerita yang dikemas untuk didengarkan anak-anak. Cerita anak biasanya
berisi ajaran moral, keteladanan, dan contoh budi pekerti yang baik. Upaya yang dapat kalian
gunakan untuk menarik perhatian para pendengar anak yaitu dengan menceritakan sebuah cerita
disertai ekspresi wajah dan gestur yang menarik. Pada umumnya, cerita anak bersifat menghibur,
berisi lelucon dan mengandung pesan moral. Sebelum menceritakan suatu cerita anak, kalian perlu membaca atau
mendengarkan suatu cerita. Semakin banyak referensi cerita yang kalian miliki, semakin banyak ide yang dapat kalian ceritakan.
Bacalah cerita anak berikut ini Carilah hal-hal yang menurut kalian menarik
Jeda Info
Orang yang pandai membawakan atau
menceritakan cerita anak atau
dongeng disebut narator.
“Yang bener, Ver? Masa papamu punya telepon genggam?” tanya Mia. “Iya,”
Vera mengangguk mantap. “Besarnya cuma segini, nih” Ditunjukkan telapak
tangannya. “Ada antena kecil di ujungnya. Bentuk-
nya lucu, deh.” “Aku jadi ingin lihat,” kata Eko. “Bawa
ke sekolah dong, Ver” “Aduh bagaimana, ya? Telepon itu
selalu dibawa Papa ke mana-mana. Mana boleh kubawa ke sekolah?”
“Ah, kan cuma sehari Papamu tentu tidak akan keberatan,” kata Linda.
“Sehari juga tidak akan diizinkan,” kata Vera.
“Aku jadi ragu, nih,” kata Mita. “Papamu benar punya telepon geng-
gam? Jangan-jangan itu hanya karangan- mu saja.”
“Tentu saja Papa punya Memangnya aku pembohong?” kata Vera melotot.
“Yah, siapa tahu. Kita kan belum lihat buktinya. Betul, kan teman-teman?” Mita
memandang yang lainya. Dikerdipkannya sebelah matanya.
“He-eh” angguk Eko. “Jangan cuma omong saja. Buktinya mana?” Dipanas-
panasi begitu, Vera menjadi tersinggung juga. “Baik, baik. Akan aku buktikan. Lihat
saja nanti” katanya. “Begitu dong” senyum Mia. Dia
senang sekali siasatnya berhasil. Seminggu telah berlalu. Sebuah
telepon itu tergeletak di meja makan. Papa baru saja memakainya dan lupa
membawanya. Vera ragu-ragu. Dilihatnya sekeliling. Tak ada orang. C epat-cepat
diambilnya telepon itu dan dimasukkannya ke dalam tas.
“Vera ...?” “Ah-yaa” Vera tergagap. Dikiranya dia
akan tertangkap basah. Ternyata tidak. Mama sama sekali tidak kelihatan. Hanya
suaranya saja. “Cepat Sudah hampir terlambat, nih”
“Iya, Mam” Buru-buru Vera minum. Lalu setengah berlari ke depan. “Vera berangkat
ya, Ma” Diciumnya pipi Mama kemudian membuka pintu mobil dan duduk di sebelah
Papa. Papa sedang asyik menyetir.
Telepon Genggam
Di unduh dari : Bukupaket.com
Bahasa Indonesia untuk SMPMTs Kelas VII
34
Dalam perjalanan ke sekolah, hati Vera bergumul. Papa sama sekali tidak sadar
kalau tidak membawa telepon genggamnya. Ditanyakan tidak, ya? Tanya hati Vera. Tapi
... apa kata teman-teman nanti, sekarang satu-satunya kesempatan. Besok-besok
tak mungkin Vera dapat membawa telepon genggam papanya lagi.
“Kenapa?” tanya Papa. “Vera kok kelihatan gelisah? Ada ulangan ya”
“Ah, tidak, Pa” Vera cepat tersenyum. Papa berhenti di depan gerbang
sekolah. “Halo, semua” senyum Vera sangat
ceria. Ketika Vera masuk kelas. Kebetulan sekali Mita, Eko, dan Linda sedang
berkumpul di pojok kelas. “Coba lihat apa yang kubawa” Vera
membuka tasnya. “Wah, telepon genggam beneran” seru
Eko. “Hebat sekali” teriak Linda.
“Boleh dicoba kan, Ver?” tanya Mita. “Silakan” Vera tersenyum bangga.
“Masih berani bilang kalau aku
bohong?” “Nggak Kamu memang hebat”
Sebentar saja kelas jadi ramai. Semua anak ingin melihat telepon itu. Mereka juga
penasaran ingin mencoba. Vera sangat senang akan pandangan
kagum teman-temannya. Dadanya terasa sesak karena bangga.
Bel masuk berbunyi. Pelajaran pertama Matematika dengan guru Bu Agnes yang
terkenal disiplin. Vera buru-buru menyimpan telepon genggamnya. Dia tidak mau
mengambil risiko kalau sampai ada anak yang mencoba telepon saat pelajaran
berlangsung. Bu Agnes bisa marah besar. Bu Agnes menerangkan tentang penjumlah-
an angka pecahan. Kemudian memberikan soal latihan. Kelas sangat hening. Tiit ...
tiit ... telepon genggam itu berbunyi tiba- tiba.
Wajah Vera memucat. Semua anak serentak memandangnya. Tiiit ... . Telepon
itu terus berbunyi. Bu Agnes mendekat. “Suara apa itu, Vera?” suaranya
lantang. Vera ingin pingsan mendengarnya. “Vera?”
“Te .. telepon genggam, Bu” “Coba dijawab. Siapa tahu penting”
“Halo” “Selamat pagi,” sapa seorang bapak.
“Pak Lukasnya ada?” “Papa ... papa ada di kantor.”
“Oh. Ini siapa ya? Boleh tahu nomor telepon kantor Pak Lukas? Saya ada janji
penting ini.” Terbata-bata Vera menyebut nomor
telepon Papa. Untung sekali dia hafal nomor itu. Setelah mengucapkan terima kasih,
telepon di seberang ditutup. “Vera, untuk apa kamu membawa telepon genggam ke
sekolah?” tegur Bu Agnes. Vera tertunduk. Tiit ... Tiit ...
“Hayo teleponnya dijawab” Telepon itu berbunyi sambung-
menyambung. Semua itu dari relasi bisnis papa. Vera merasa sangat tersiksa. Dia
harus menjawab telepon-telepon itu padahal mengganggu suasana belajar. “Kembalikan
telepon itu kepada papamu. Jangan lupa, besok ajak kedua orang tuamu datang ke
sekolah” Mau tak mau Vera menurut. Lemas,
dikemasinya barang-barangnya. Sudah terbayang bagaimana marahnya Papa-
Mama. Dalam hati Vera menyesal. Aduh, kalau saja dia tidak membawa telepon
genggam itu. Kalau saja dia tidak terhasut oleh teman-temannya. Kalau saja dia tak
ingin pamer ... Aduh. Vera menyesali diri sendiri habis-habisan.
Sumber: Bobo, September 2003 dengan pengubahan seperlunya
Di unduh dari : Bukupaket.com
Perkembangan Sarana Komunikasi
35
Tugas
Setelah kalian membaca cerita di atas, kerjakanlah tugas berikut ini
1. Hal menarik apa saja yang kalian temui dari cerita di atas? 2. Pesan moral apa saja yang kalian jumpa dari cerita di atas?
3. Ceritakan hal menarik dan pesan moral cerita tersebut di depan kelas 4. Gunakanlah bahasa yang runtut, gestur, serta mimik yang menarik
sehingga teman-teman kalian tertarik mendengarkan cerita tersebut
D. Menulis Kembali Dongeng yang Dibacakan