Pengaruh Waktu Radiasi Sinar UV terhadap Kariotipe Ikan Cupang Betta splendensRegan

DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU membelah diri berpeluang lebih besar menjadi rusak oleh penyinaran. Pada dosis rendah tidak teramati terjadinya perubahan materi genetik bila sinar hanya melalui sitoplasma, dan jika hanya melalui inti maka akan kerap kali berubah dengan dosis yang tinggi. Jadi penyinaran UV ini merupakan rangsangan yang penting yang dapat merusak sel. Menurut Welsh Mogea 1982 dalam Faradilla, 2008 menyatakan bahwa dosis mutagen yang diberikan mempengaruhi kecepatan mutasi. Semakin tinggi dosis mutagen, semakin sering terjadi mutasi dan kematian gen yang tidak diharapkan. Menurut Wulansari 2008, menyatakan bahwa kematian sel terjadi bila tubuh terkena radiasi dengan dosis relatif tinggi. Bila dalam waktu yang tidak terlalu lama, tubuh tidak mampu untuk menggantikan sejumlah sel yang mengalami kematian. Pada rentang dosis yang rendah, radiasi dapat menginduksi terjadinya serangkaian perubahan pada tingkat molekuler dan seluler yang tidak menyebabkan kematian sel tetapi menyebabkan perubahan pada materi genetik sel baru yang bersifat abnormal. Menurut Gardner 1984, beberapa perubahan fenotipe harus dapat dihubungkan dengan perubahan suatu gen untuk menghasilkan mutasi yang terdeteksi, kemungkinan yang paling kecil terjadi tanpa menghasilkan beberapa penambahan fenotipe. Penambahan beberapa genotipe yang dikenal maka diubungkan dengan nampak secara langsung dari perkawinan atau hubungan dari organisme tersebut. Menurut Royal 1970, hubungan genetika dengan pigmentasi merupakan hal yang menarik. Bukti yang telah terkumpul menunjukkan adanya keberadaan beberapa mutan baru dengan gen berbeda yang ditampilkan dalam variasi warna. Varietas mutan baru memliki pigmen yang berbeda daripada jenis pigmen yang ada atau mungkin peristiwa penurunan kualitatif dalam satu pigmen yang memungkinkan ekspresi pigmen lain sebelumnya tidak bisa diamati..

4.4. Pengaruh Waktu Radiasi Sinar UV terhadap Kariotipe Ikan Cupang Betta splendensRegan

Hasil pengamatan kariotipe ikan cupang dapat dilihat pada gambar 7. Hasil yang diperoleh akibat pengaruh waktu radiasi sinar UV yaitu tidak terjadi perbedaan Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU antara perlakuan kontrol dengan perlakuan penyinaran sinar UV. Hasil tersebut didapat dengan membandingkan gambar kariotipe ikan cupang pada perlakuan kontrol tanpa penyinaran dengan gambar kariotipe pada perlakuan penyinaran sinar UV. Jumlah kromosom ikan cupang sebanyak 42 buah atau 21 pasang. A B Gambar 4.4 Pengaruh waktu radiasi sinar UV terhadap kariotipe ikan cupang. A. Kromosom ikan cupang B. Kariotipe ikan cupang pada perlakuan kontrol Menurut Suryo 1995, kromosom adalah benda-benda halus berbentuk lurus seperti batang atau bengkok yang terdiri dari zat yang mudah menyerap zat warna. Kariotipe adalah pengaturan kromosom secara standar berdasarkan panjang, jumlah serta bentuk kromosom dari sel-sel somatik suatu individu. Menurut Irawan 2008 menyatakan bahwa kromosom adalah suatu struktur yang tersusun dari asam nukleat dan protein. Kariotipe adalah gambaran-gambaran yang ada dalam suatu sel atau individu, biasanya yang digunakan pada stadium metafase. Dalam kariotipe disusun berdasarkan panjangnya dan posisi sentromer Menurut Pai 1992, mutasi-mutasi yang terdapat dalam dalam telur dan sperma dinyatakansebagai mutasi-mutasi germinal, mutasi-mutasi ini akanmengakibatkan pada keturunan mutan, tetapi tidak pada individual itu sendiri. Sebaliknya mengingat definisi mutasi semata-mata sebagai suatu perubahan di dalam gen-gen suatu sel, maka mutasi dapat terjadi pada setiap sel tubuh, tidak hanya di dalam sel-sel benih saja, tetapi juga di dalam sel somatis, mutasi ini dikenal sebagai mutasi somatis.Mutasi somatis menyebabkan perubahan pada individual dan tidak diwariskan ke generasinya. Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU Menurut Ackerman et al. 1988, kelainan DNA yang disebabkan oleh radiasi dapat menyebabkan kelainan somatik atau genetik, tergantung pada jenis sel yang bersangkutan. Perubahan kromosom terjadi pada siklus sel terutama pada fase metaphase meiosis. Oleh karena itu sel-sel yang relatif lebih sering membelah diri berpeluang lebih besar menjadi rusak oleh penyinaran. Pada dosis rendah tidak teramati terjadinya perubahan materi genetik bila sinar hanya melalui sitoplasma, dan jika hanya melalui inti maka akan kerap kali berubah dengan dosis yang tinggi. Menurut Lewis 1997, energi ultraviolet rendah, maka hanya dapat menembus bagian permukaan sel pada organisme multiseluler. Namun ultraviolet mempunyai kemampuan sebagai mutagen dan pada dosis yang tinggi dan membunuh sel. Menurut Jones, R. N and Karp, A 1986, hubungan linier antara frekuensi mutasi dan dosis radiasi penting dalam hubungannya dengan permasalahan “apakah ada suatu tingkat penyinaran yang aman” sekalipun sebenarnya tidak ada yang aman. Pada sperma Drosophila, penyinaran dengan dosis sangat rendah dalam jangka waktu lama terbukti efektif menginduksi mutasi seperti halnya yang diinduksi total dosis penyinaran yang sama itu diberikan pada intensitas tinggi dalam jangka waktu singkat. Pada mencit, penyinaran kronik menginduksi mutasi yang lebih sedikit dibanding dengan yang diinduksi oleh dosis yang sama pada penyinaran akut. Jika mencit diperlakukan dengan dosis penyinaran yang terputus, maka frekuensi mutasi sedikit lebih rendah daripada penyinaran dengan total dosis sama yang diperlakukan tidak terputus-putus. Perbedaan frekuensi mutasi ini mungkin ada hubungannya dengan penggantian DNA yang rusak. Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN