Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Parameter Pangamatan a. Persentase Pembuahan Persentase Kelangsungan Hidup Larva sampai Hari ke-14 Survival Rate

DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai Mei 2012 di Laboratorium Genetika dan Biologi Molekuler, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan.

3.2. Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol kaca, toples kaca, mikroskop, objek dan cover glass, pipet tetes, saringan ikan, kotak UV, lampu UV 30 watt, label tempel, spidol, razor blade, kamera digital, alu dan lumpang. Sedangkan bahan yang digunakan adalah ikan cupang Betta splendens Regan berwarna merah, pakan ikan berupa jentik nyamuk dan pelet serbuk, kain hitam, kolkisin 0,007, zat warna Giemsa 15, aquadest, etanol, xylen, Canada balsam, larutan KCl 0,4, dan asam asetat. 3.3. Prosedur Penelitian 3.3.1. Ikan Uji Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan cupang hias Betta splendens Regan yang berwarna merah sebanyak 24 pasang yang diperoleh dari lokasi penjualan ikan hias air tawar di kota Medan. Adapun usia ikan adalah 6-7 bulan dengan ukuran panjang tubuh 5-6 cm dan berat ± 20 gram. Ikan cupang jantan yang matang kelamin ditandai dengan jumlah bintik-bintik hitam pada punggungnya yang lebih banyak dari biasanya. Sementara ikan cupang betina mempunyai bintik putih pada bagian abdomennya.

3.3.2. Pemijahan Induk

Induk cupang jantan terlebih dahulu dimasukkan ke dalam botol kaca agar berorientasi pada lingkungannya sehingga mudah mengendalikan induk cupang Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU betina. Selanjutnya induk betina dimasukkan ke dalam toples kaca dan didekatkan ke botol kaca induk cupang jantan agar induk jantan dan betina saling mengenal. Induk jantan akan mengeluarkan gelembung-gelembung busa dari mulutnya selama ± 1 hari. Gelembung-gelembung busa tersebut adalah ciri khas dari ikan cupang jantan yang siap untuk kawin yang didalamnya terdapat sperma ikan cupang jantan. Gelembung-gelembung busa tersebut berfungsi untuk tempat telur- telur yang dikeluarkan oleh ikan cupang betina dan sebagai tempat terjadinya fertilisasi. Selanjutnya setelah terbentuk sarang busa, induk betina dimasukkan ke dalam botol kaca yang berisi induk jantan. Cupang betina akan mengeluarkan telur-telurnya. Telur-telur yang melayang di dalam air akan segera ditangkap oleh induk cupang jantan untuk dibawa naik dan disemburkan pada rangkaian gelembung busa tersebut. Telur-telur yang telah dibuahi didalam gelembung busa akan menetas dalam waktu 48 jam atau lebih seperti yang terlihat pada gambar 3 Tampubolon, 2007.

A. B.

C. D.

Gambar 3.3. Pemijahan Induk Cupang. A. Penjodohan induk cupang; B. Perkawinan ikan cupang; C. Telur yang telah dibuahi; D. Larva ikan yang menetas Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU

3.3.3. Rancangan Percobaan

Penelitian ini dilakukan berdasarkan Rancangan Acak Lengkap RAL, dimana waktu penyinaran dengan sinar UV 30 watt dengan panjang gelombang 254 nm sebagai perlakuan. K = Tanpa perlakuan penyinaran kontrol P 1 = Perlakuan dengan penyinaran selama 5 menit di bawah sinar ultraviolet P 2 = Perlakuan dengan penyinaran selama 10 menit di bawah sinar ultraviolet P 3 = Perlakuan dengan penyinaran selama 15 menit di bawah sinar ultraviolet Berdasarkan Federer dalam Chairul et al, 1992, di dapatkan jumlah ulangan dengan rumus: t-1 n- 1 ≥ 15 dimana, t = jumlah perlakuan n = jumlah ulangan Maka masing-masing perlakuan dikerjakan sebanyak 6 ulangan.

3.3.4. Cara Memberi Perlakuan

Setelah induk betina menghasilkan telur, induk betina dan jantan dikeluarkan dari botol kaca.Sehari kemudian dilakukan perlakuan penyinaran. Telur yang telah dibuahi dibiarkan tetap di dalam botol kaca untuk perlakuan kontrol. Pada perlakuan penyinaran 5 menit, botol kaca yang berisi telur-telur yang telah dibuahi dimasukkan ke dalam lemari UV untuk disinari dengan sinar ultraviolet dari lampu UV 30 watt selama 5 menit lalu didiamkan di dalam lemari UV selama 10 menit. Kemudian botol kaca dilapisi dengan kain hitam agar tidak terkena sinar matahari dan dibiarkan sampai menetas. Pada perlakuan penyinaran 10 menit, botol kaca yang berisi telur-telur yang telah dibuahi dimasukkan ke dalam lemari UV untuk disinari dengan sinar ultraviolet dari lampu UV 30 watt selama 10 menit lalu didiamkan di dalam lemari UV selama 10 menit. Kemudian botol kaca dilapisi dengan kain hitam agar tidak terkena sinar matahari dan dibiarkan sampai menetas. Pada perlakuan penyinaran 15 menit, botol kaca yang berisi telur-telur yang telah dibuahi dimasukkan ke dalam lemari UV untuk disinari dengan sinar Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU ultraviolet dari lampu UV 30 watt selama 15 menit lalu didiamkan di dalam lemari UV selama 10 menit. Kemudian botol kaca dilapisi dengan kain hitam agar tidak terkena sinar matahari dan dibiarkan sampai menetas.

3.4. Parameter Pangamatan a. Persentase Pembuahan

Fertilization Rate Telur-telur yang terdapat di dalam gelembung busa dihitung dengan metode estimasi. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, apabila seluruh permukaan botol penuh dengan busa maka jumlah telur yang diperoleh adalah pada kisaran 274 buah. Jadi, penghitungan telur dilakukan dengan cara memperhatikan banyaknya gelembung busa yang ada di permukaan botol kemudian diestimasi jumlahnya dengan patokan jumlah maksimum sebanyak 274 buah. Setelah 2 hari, telur-telur yang dibuahi tersebut akan menetas. Telur-telur yang telah menetas dihitung dengan metode estimasi seperti metode penghitungan jumlah awal telur. Menurut Tampubolon 2007, persentase pembuahan dihitung dengan rumus: FR =

b. Persentase Kelangsungan Hidup Larva sampai Hari ke-14 Survival Rate

Telur-telur yang telah menetas akan berkembang menjada larva anakan ikan cupang. Larva ikan cupang dipelihara sebaik mungkin. Setelah larva berumur 14 hari, dihitung jumlahnya dengan cara menghitung larva yang berada dipermukaan dan yang melayang di air. Larva yang berada di dasar botol tidak dihitung jumlahnya karena telah mati. Menurut Tampubolon 2007, persentase kelangsungan hidup larva sampai hari ke-14 dihitung dengan rumus: SR 14 = Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU

c. Morfologi Ikan Cupang Betta splendensRegan