Dilatometri Pulsed NMR Kandungan Lemak Padat

menurun dengan bertambahnya ikatan rangkap, serta posisi asam lemak yang simetris dalam molekul trigliserida mempunyai titik lebur yang lebih tinggi dibandingkan dengan posisi yang tidak simetris. Sebagai contoh adalah lemak cokelat yang disusun oleh asam palmitat, stearat dan oleat. Trigliserida yang disusun oleh stearat, oleat dan stearat berturut-turut pada posisi SN , SN , dan SN menyebabkan titik leleh lemak cokelat semakin tinggi Moran, 1994. Pengujian titik leleh dapat dilakukan pada minyak atau lemak hewani dan nabati. Minyak atau lemak nabati pada umumnya pada fase cair, sehingga harus dibekukan terlebih dahulu Ketaren, 1986.

2.5.2. Kandungan Lemak Padat

Kandungan lemak padat merupakan ukuran dari jumlah padatan yang ada dalam lemak. Kandungan lemak padat yang dinyatakan sebagai perbedaan volume antara lemak padat yang stabil dan lemak yang mencair pada temperatur yang sama dan dapat memberi petunjuk perbandingan antara lemak padat dengan minyak cair dalam suatu sampel padatsemi padat. Penentuan kandungan lemak padat dapat dilakukan dengan metode : Dilatometri, Pulsed NMR dan DSC Differential Scanning Calorimetry Silalahi, 2002.

2.5.2.1. Dilatometri

Metode penentuan lemak padat secara dilatometri dilakukan dengan mengukur perubahan volume dari lemak pada saat peleburan. Cara ini lebih lama Universitas Sumatera Utara dan hanya sesuai dengan solid fat index SF ≤ 50 pada 10˚C. Dilatasi lemak dari suatu lemak merupakan ekspansi isotermal yaitu perubahan dari keadaan padat menjadi keadaan cair, yang mana sebelumnya lemak telah dipadatkan pada kondisi yang tepat. Dilatasi lemak diukur melalaui teknik dilatometri menggunakan dilatometer. Pada sistem pengukuran BS Bristish Standard, dilatasi diukur dalam satuan mm 3 per 25 g lemak dengan nilai range dari 10 untuk minyak cair sempurna hingga 2000-2500 untuk lemak padat. Sistem pengukuran AOCS, dilatasi diukur dalam satuan ml per kg. Dengan range dari 0 untuk lemak cair hingga 80-100 untuk lemak padat Hamilton, 1986.

2.5.2.2. Pulsed NMR

Kandungan lemak padat adalah suatu ukuran dari sejumlah padatan yang ada dalam lemak dan diukur sebagai perbandingan jumlah proton cair yang ada pada temperatur tertentu, yang diberikan dengan jumlah total proton dalam suatu sampel. Dengan mengukur signal pada dua waktu yang berbeda maka persen kandungan lemak padat dapat ditentukan. Berdasarkan prinsip ini telah diperkenalkan spektrofotometer pulsa NMR resolusi rendah yang dirancang untuk analisa lemak. Pulsed NMR banyak digunakan untuk menentukan jumlah kandungan minyak dalam biji-bijian dan produk bahan makanan. Pemakaian pulsa NMR dalam analisa lemak yaitu penentuan kandungan lemak padat. Pulsa NMR memberikan pengukuran yang langsung dari padatan yang terdapat dalam lemak yang diukur dibawah temperatur 40˚C Hamilton, 1986. Universitas Sumatera Utara Fraksi dari fase padat yang diukur dengan pulsed NMR dapat didefinisikan sebagai perbandingan jumlah proton-proton fase padat dengan jumlah proton-proton dalam sampel. Tidak ada koreksi yang dibuat untuk membedakan proton antara fase padat dan fase cair. Nilainya dinyatakan dalam persentase, yang selalu disertai dengan penentuan temperatur. Pada tabel 2.2. diperlihatkan kandungan lemak padat dan hubungannya dengan titik lebur. Tabel.2.2. Hubungan kandungan lemak padat dengan titik lebur beberapa lemakminyak Minyaklemak Titik Lebur Solid Fat Content 50˚F 70˚F 80˚F 92˚F 100˚F ˚C ˚F 10.0˚C 21.1˚C 26˚C 33.3˚C 37.8˚C Mentega 36 97 32 12 9 3 Mentega coklat 35 95 62 48 12 2 Minyak Kelapa 26 79 55 27 Lemak Babi 43 110 25 20 12 4 2 Minyak Sawit 39 103 34 12 9 6 4 Minyak Inti Sawit 29 84 49 33 13 Lemak Lembu 48 118 39 30 28 23 18 Sumber: Silalahi 2002 Universitas Sumatera Utara Titik lebur hampir mendekati pada suhu 40˚C 104˚F, dimana nilai SFC seharusnya adalah 0, tetapi nyatanya tidak demikian. Hal ini merupakan ilustrasi lain dari metode SFC alami secara empiris. Berdasarkan data tersebut maka kandungan lemak padat semakin rendah jika titik lebur rendah, dan pada pengukuran kandungan lemak padat pada berbagai temperatur semakin tinggi temperatur pengkuran, kandungan lemak padat juga menurun. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan lemak padat merupakan fungsi temperatur. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat a. Erlenmeyer 250 mL dan 1000 mL b. Hot plate c. Termometer d. Kaca Arloji e. Buret f. Bola Karet g. Corong h. Pipet Tetes i. Neraca Analitik j. Beaker Glass 10 mL, 250 mL dan 500 mL k. Statif dan Klem l. Alat Vakum m. Penangas Air n. Pipet Volume 1 mL dan 5 mL o. Magnetic Stirrer p. Cawan Petri q. Gelas Ukur 50 mL r. Pulsed NMR Analyzer Universitas Sumatera Utara