4. Puisi dramatik adalah salah satu jenis puisi yang secara objektif
menggambarkan perilaku seseorang, baik lewat lakuan, dialog, maupun monolog sehingga mengandung suatu gambaran kisah tertentu.
5. Puisi didaktik adalah puisi yang mengandung nilai-nilai kependidikan yang
umumnya tertampil secara eksplisit. 6.
Puisi satirik adalah puisi yang mengandung sindiran atau kritik tentang kepincangan atau ketidakberesan kehidupan suatu kelompok maupun suatu
masyarakat. 7.
Romance adalah puisi yang berisi luapan rasa cinta seseorang terhadap sang kekasih.
8. Elegi adalah puisi ratapan yang mengungkapkan rasa pedih seseorang.
9. Ode adalah puisi yang berisi pujian terhadap seseorang yang memiliki jasa
ataupun sikap kepahlawanan. 10.
Himne adalah puisi yang berisi pujian kepada Tuhan maupun ungkapan rasa cinta terhadap bangsa ataupun tanah air.
B. Unsur Pembentuk Puisi
Para ahli bahasa memunyai pendapat yang berbeda tentang unsur-unsur
pembentuk puisi. Perbedaan itu didasari oleh teori yang mereka anut. Ahli bahasa
yang satu aliran pun memiliki pendapat berbeda mengenai unsur-unsur puisi. Menurut Dick Hartoko via Waluyo, 1987: 27, unsur unsur puisi yang penting
terdiri atas dua unsur, yaitu unsur tematik atau unsur semantik puisi dengan unsur sintaksis puisi. Lebih lanjut, menurut Waluyo bahwa unsur tematik atau unsur
semantik puisi menuju ke arah struktur batin sedangkan unsur sintaksis mengarah pada struktur fisik puisi.
1. Struktur Fisik Puisi
Struktur fisik puisi dapat diuraikan dalam metode puisi, yakni unsur estetik yang membangun struktur luar dari puisi. Unsur fisik puisi meliputi: diksi,
pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif majas, versifikasi dan tata wajah puisi tipografi. Berikut akan diuraikan unsur-unsur fisik puisi.
a. Diksi Pilihan Kata
Penyair hendak mencurahkan perasaan dan isi pikirannya dengan tepat seperti apa yang dialaminya. Untuk itu harus dipilih kata yang tepat. Pemilihan kata
dalam sjak disebut diksi Pradopo, 2007: 34. Di samping memilih kata yang tepat, penyair juga harus mempertimbangkan urutan kata dan kekuatan kata-kata tersebut.
Penyair harus hati-hati dalam memilih diksi karena merupakan salah satu unsur yang penting dalam penulisan puisi.
Meyer via Badrun, 1989: 9 mengungkapkan bahwa dalam fungsinya untuk memadatkan suasana, kata-kata dalam puisi hendaknya dapat menyampaikan
makna secara lembut dan bersifat ekonomis. Jadi kata-kata dalam puisi hendaknya disusun sedemikian rupa sehingga dapat menyalurkan pikiran dan perasaan
penulisnya dengan baik. Hendaknya disadari bahwa kata-kata dalam puisi bersifat konotatif artinya memiliki kemungkinan makna yang lebih dari satu. Denotasi dan
konotasi adalah bagian dari diksi Badrun, 1989: 10.