IK-4 Prosentase Pemanfaatan Slot Orbit
43
Filing Indonesia tersebut terdiri dari : -
42 iling unplanned band -
6 iling planned band Dari 48 illing tersebut, ada 8 iling satelit Indonesia yang belum dikelola oleh operator satelit
Indonesia. Sedangkan 40 illing satelit Indonesia saat ini telah dikelola oleh operator telekomunikasi dan LAPAN sebagai berikut :
•
Telkom :
10 iling satelit; •
Indosat :
8 iling satelit; •
MCI :
10 iling satelit; •
PSN :
5 iling satelit; •
LAPAN :
3 iling satelit; •
CSM :
4 iling satelit. Berikut merupakan pemetaan iling satelit Indonesia di setiap slot orbit:
44
Hingga akhir Desember 2013 Indonesia menguasai 8 slot orbit sateli yaitu 7 slot orbit Geo Stationer GSO dan 1 slot orbit non Geo Stationer NGSO. Dari 8 slot orbit tersebut hanya 7 slot orbit yang
saat ini dimanfaatkan. Data satelit Indonesia yang beroperasi pada Semester II tahun 2013 adalah sebagai berikut:
45
No Slot Orbit
BT Nama
Satelit Operator
Transponder Jenis Satelit
Tanggal Penempatan
di Orbit 1
108 Telkom 1
TELKOM • C band: 24 Transponder
•Ext C band: 12 Transponder Fixed
Satellite 12 Agustus
1999 2
107.7 Indostar-2
SES-7 MCI
•Ku Band: 22 +5 Transponder •S Band: 10 +3 Transponder
Broadcasting Satellite
16 Mei 2009 3
113 Palapa D
INDOSAT •C band: 24 Transponder
•Ext C band: 11 Transponder •Ku band: 5 Transponder
Fixed Satellite
31 Agustus 2009
4 118
Telkom 2 TELKOM
C band: 24 +4 Transponder Fixed
Satellite 26
November 2005
5 123
Garuda 1 PSN
L band: 88 +22 Transponder Mobile
Satellite 12 Februari
2000 6
150.5 Palapa C2
INDOSAT •C band: 30 Transponder
•Ku band: 6 Transponder Fixed
Satellite 15 Mei 1996
7 NGSO
LAPAN- TUBSAT
LAPAN -
Pengamatan Bumi
10 Januari 2007
Pemeliharaan Jaringan Satelit Indonesia
Untuk menjaga iling Indonesia agar tidak terganggu oleh adanya iling baru yang
didaftarkan oleh Negara lain, Direktorat Jenderal
Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika harus memberikan tanggapan atas publikasi
illing satelit yang dikeluarkan International Telecomunication Union ITUpada waktunya.
Tanggapan ini diberikan dalam rangka proteksi terhadap jaringan satelit dan teresterial nasional
dari potensi interferensi yang dapat ditimbulkan oleh jaringan satelit asing.Kegagalan maupun
keterlambatan memberikan tanggapan kepada ITU pada waktunya, dapat mengakibatkan
berkurangnyaterganggunya spesiikasi iling satelit Indonesia.Tenggat waktu yang tersedia
untuk memberikan tanggapan adalah 4 empat bulan sejak tanggal publikasi iling satelit asing
tersebut dalam BRIFIC ITU.
Publikasi BRIFIC ITU tersebut diterbitkan ITU setiap 2 minggu sekali.Publikasi BRIFIC ITU
berisi data-data jaringan satelit baru yang didaftarkan oleh semua Negara ke ITU serta
data-data proses pengelolaan iling satelit di ITU.
Pada tahun 2013, Ditjen SDPPI merencanakan untuk memberikan tanggapan terhadap
26 publikasi BRIFIC ITU yaitu publikasi BRIFIC no. 2734 s.d. BRIFIC no. 2759. Dalam
pelaksanaannya, pada tahun 2013 telah
46
dilakukan analisa dan penyampaian tanggapan terhadap publikasi BRIFIC 2734 s.d. 2756.
Adapun analisa dan tanggapan terhadap BRIFIC 2757-2759 belum dapat dilaksanakan karena
belum diterimanya DVD BRIFIC yang dikirimkan oleh ITU.
Untuk penyelesaian potensi interferensi yang dapat ditimbulkan oleh jaringan satelit asing
terhadap jaringan satelit nasional, maka dilaksanakan pertemuan bilateral antara
Administrasi Indonesia dengan Administrasi negaralain untuk koordinasi satelit. Koordinasi
satelitdapat dilaksanakan secara home maupun away. Pelaksanaan koordinasi satelit
dilaksanakan berdasarkan ketentuan ITU dalam rangka pendaftaran iling satelit.
Pada tahun 2013, Ditjen SDPPI bersama operator satelit telah melaksanakan 6 pertemuan
koordinasi satelit dengan Administrasi telekomunikasi negara lain yaitu Australia, China,
Korea, Thailand, Malaysia dan Rusia. Kendala yang dihadapi dalam pemeliharaan orbit
satelit di Indonesia antara lain: a. Seringnya terjadi keterlambatan dalam
penerimaan CD Publikasi BRIFIC di Direktorat Penataan Sumber Daya,
sementara dalam penyampaian tanggapan harus memperhatikan batas waktu 4 bulan.
b. Diperlukan data teknis sebagai dasar untuk memberikan tanggapan terhadap IFIC
sesuai 9.52 sehingga analisa dengan melibatkan operator satelit nasional harus
disiapkan lebih awal. c. Sulitnya mencari kesepakatan waktu
pelaksanaan koordinasi satelit antara Administrasi Indonesia dengan Administrasi
Negara Lain.