Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
Nomor 18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah diubah menjadi Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000. Hal tersebut ditindaklanjuti
oleh pemerintah Kota Surakarta dengan menerbitkan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 9 Tahun 2002 tentang Pajak Hotel dan Peraturan Daerah
Nomor 10 Tahun 2002 tentang Pajak Restoran sebagai perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1998 tentang Pajak Hotel dan restoran.
Perubahan tersebut dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kota Surakarta untuk meningkatkan pendapatan daerah serta memberikan dasar hukum atas
pemungutan Pajak Hotel dan Restoran. Penerimaan Pajak Hotel selalu mengalami perubahan dari Tahun 2005
sampai dengan Tahun 2009. Perubahan tersebut berakibat terhadap besarnya kontribusi yang diberikan oleh Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah.
Melihat pajak merupakan sumber pendapatan daerah yang cukup potensial, maka penulis ingin mengkaji tentang Pajak Hotel di Kota Surakarta. Pajak
Hotel merupakan salah satu penyumbang bagi pendapatan daerah yang dapat dikategorikan prima dan masih memiliki potensi untuk ditingkatkan. Sehingga
diperlukan pembahasan untuk mengetahui besarnya kontribusi Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah sesuai dengan perubahan tingkat penerimaan
Pajak Hotel. Seiring dengan laju ekonomi yang semakin berkembang, besarnya
realisasi penerimaan Pajak Hotel dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penerimaan Pajak Hotel, maka diperlukan pembahasan pada bab selanjutnya.
Sistem yang digunakan dalam pemungutan Pajak Hotel adalah self assessment system, yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang penuh kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, menyetorkan dan melaporkan sendiri besarnya utang pajak Ricard Burton dan
Wirawan, 2004: hal. 9. Dengan menggunakan sistem pemungutan pajak self assessment
system, banyak hambatan yang dihadapi oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset. Seperti masih kurangnya transparansi sebagian pengusaha
dalam membayar pajak sesuai dengan kewajiban yang sebenarnya serta belum adanya tindak lanjut yang konkret dari temuan Tim Audit dalam
mengidentifikasi omzet yang benar. Dengan berbagai upaya yang intensif dari Pemerintah Daerah Kota Surakarta diharapkan mampu mencegah manipulasi
penentuan besarnya pajak terutang yang dilakukan oleh Wajib Pajak dan mampu menumbuhkan kesadaran kepada masyarakat akan pentingnya
membayar pajak. Sehingga pada bab selanjutnya akan dibahas mengenai hambatan-hambatan serta upaya yang dilakukan Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Aset dalam mengoptimalkan penerimaan Pajak Hotel di Surakarta.
Mengingat pentingnya pengoptimalan pendapatan daerah pada sektor Pajak Hotel, maka penulis mengambil judul “KONTRIBUSI DAN
OPTIMALISASI PENERIMAAN
PAJAK HOTEL
TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA SURAKARTA”.