Obyek Wisata Budaya Potensi Wisata Di Kabupaten Wonogiri

e. Obyek Wisata Museum Kawasan Karst Museum Kawasan Karst terletak di Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro, kabupaten Wonogiri. Dari kota Wonogiri ± 40 Km ke arah Selatan, lokasi Museum Kawasan berada pada kawasan yang dikonservasikan. Hal ini sesuai dengan fungsi Museum sebagai salah satu yang mengkonservasi keberadaan karst yang ada di Indonesia. Konsep pembangunan pada Museum Kawasan Karst yakni memadukan antara bangunan fisik dan lingkungan alam sekitarnya, merupakan proyeksi dari kegiatan in-door dan out-door. Keanekaragaman unsur karst di luar bangunan mendukung arti dan fungsi Museum sehingga konsep back to nature dapat tercapai. Museum Kawasan Karst Indonesia mempunyai tiga lantai utama, antara lain: lantai dasar yang divisualsasikan panel poster mengenai kronologi pembangunan Museum Kawasan Karst dengan tema Karst untuk ilmu pengetahuan. Lantai tengah ditampilkan maket - maket Kawasan Karst serta kehidupan sosial budaya masa lampau dan masa sekarang. Pada lantai atas merupakan ruangan serbaguna dan dapat digunakan sebagai ruang rapat, presentasi dan pemutaran film yang telah di lengkapi dengan proyektor dan layar. Harga tiket masuk adalah sebesar Rp. 2500. Pesona Wisata Kabupaten Wonogiri, 2006.

3. Obyek Wisata Budaya

a. Obyek Wisata Petilasan Gunung Giri Gunung Giri adalah komplek pemakaman kerabat Keraton Surakarta yang dipercayai dapat memberikan berkah kepada siapapun yang berziarah ke makam ini, khususnya untuk permohonan agar usahanya dapat berhasil. Obyek wisata ini juga merupakan petilasan Sunan Giri saat berkelana. Setiap malam Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon banyak sekali dikunjungi orang untuk mendapatkan berkah agar usahanya dapat berhasil atau peziarah mengadakan upacara selamatan atas terkabulnya permohonannya. Obyek wisata ini terletak di Alas Kethu Wonogiri yang berjarak ± 2 km dari Kabupaten Wonogiri. Pesona Wisata Kabupaten Wonogiri, 2006. b. Obyek Wisata Kahyangan Dlepih Obyek Wisata Kahyangan Dlepih terletak di Desa Dlepih Kecamatan Tirtomoyo yang berjarak 50 km arah tenggara dari kota Wonogiri. Wisata spiritual Kahyangan merupakan tempat petilasan Raja-Raja Tanah Jawa Mataram. Sampai sekarang Kahyangan masih dikeramatkan oleh Kasultanan Yogyakarta, terbukti pada setiap 8 tahun sewindu sekali diadakan upacara Labuhan Ageng. Di tempat inilah Danang Suto Wijoyo mendapatkan Wahyu Raja dan kemudian bergelar Panembahan Senopati. Di tempat ini Danang Suto Wijoyo mengadakan perjanjian dengan Kanjeng Ratu Kidul untuk bersama-sama membangun pemerintahan di Jawa. Di obyek wisata Kahyangan pada setiap malam Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon setiap bulan Suro Pemerintah Kabupaten Wonogiri mengadakan upacara Sedekah Bumi. Kemudian dilanjutkan pagelaran wayang kulit semalam suntuk. Upacara Sedekah Bumi tersebut dimaksudkan sebagai wujud terimakasih dan doa rakyat Wonogiri kepada Tuhan Yang Maha Esa agar selalu diberi keselamatan dan ketentraman. Obyek wisata ini banyak didatangi pengunjung yang melakukan meditasi dan berbagai acara ritual lainya dengan beragam permohonan. Kegiatan ini berjalan setiap hari dan mencapai puncaknya pada malam Selasa Kliwon dan malam Jumat Kliwon. Harga tiket masuk adalah sebesar Rp. 2500. Pesona Wisata Kabupaten Wonogiri, 2006. c. Obyek Wisata Sendang Siwani Obyek Wisata Sendang Siwani terletak di Dusun Matah, Desa Singodutan Kecamatan Selogiri yang berjarak ± 4 km dari kota Wonogiri. Sendang Siwani merupakan salah satu petilasan Raden Mas Said Mangkunegara I saat melakukan gerilya melawan penjajah Belanda. Di Sendang Siwani tersebut Raden Mas Said mendapatkan petunjuk dari Yang Kuasa untuk menumpas penjajah Belanda di wilayah Wonogiri. Selanjutnya di tempat tersebut dikembangkan mitos bahwa orang yang melakukan tirakat atau meditasi di tempat ini akan terkabul permohonanya. Hingga sampai sekarang tempat tersebut menjadi salah satu tujuan wisata spiritual di Kabupaten Wonogiri. Pesona Wisata Kabupaten Wonogiri, 2006. d. Tugu Penyimpanan Pusaka Mangkunegoro I Tugu penyimpanan Pusaka Mangkunegoro I merupakan tempat penyimpanan Pusaka Mangkunegaran. Beberapa Pusaka peninggalan Raden Mas Said antara lain yaitu Keris Kyai Baladewa yang tersimpan di sebuah bangunan tugu yang terdapat di Kecamatan Selogiri yang berjarak ± 5 km ke arah utara Kota Wonogiri. Kemudian Keris Kyai Semar Tinandu dan Tombak Kyai Limpung yang tersimpan di Desa Bubakan, Kecamatan Girimarto yang berjarak ± 25 km ke arah timur laut kota Wonogiri. Pada setiap bulan Suro diadakan upacara penjamasan pusaka-pusaka tersebut di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri. Menurut cerita pusaka-pusaka tersebut semuanya milik Raden Mas Said yang pada waktu tinggal di Wonogiri pusaka tersebut tersimpan di Desa Bubakan Kecamatan Girimarto dan Desa Nglaroh. Senjata- senjata tersebut di gunakan sebagai senjata atau alat perang untuk melawan Kompeni, kecuali Gong Kyai Mendung Eko Doyo Wilogo. Dari semua pusaka-pusaka tersebut sangat ampuh dam memiliki aura ghaib, tetapi yang paling menonjol keampuhannya menurut masyarakat adalah Keris Kyai Semar Tinandu, sebab keris tersebut dipercayai oleh khalayak ramai dan bahkan masih dipercayai oleh pihak keraton, bahwa pada pusaka tersebut terdapat aura atau pemomong, maksudnya bagi siapa yang memakai pusaka tersebut tidak akan mengalami kesusahan atau ada masalah. Pemerintah Kabupaten Wonogiri melalui Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga telah melakukan tahap pengembangan untuk event terutama jamasan pusaka harus selalu diadakan, karena merupakan salah satu aset wisata dalam dunia kepariwisataan di Kabupaten Wonogiri. Buku Pintar Kabupaten Wonogiri, 2004:52. e. Obyek Wisata Prasasti Nglaroh Obyek Wisata Prasasti Nglaroh terletak di Desa Nglaroh Kecamatan Pule yang berjarak ± 6 km ke arah utara Kota Wonogiri yang merupakan pintu gerbang masuk Kabupaten Wonogiri. Kecamatan Selogiri terkenal dengan sebutan Bumi Nglaroh, tanahnya yang subur di aliri oleh dua buah sungai yaitu Sungai Pule dan Sungai Krisak yang keduanya bermata air dari pegunungan Gajah Mungkur dan bermuara di Bengawan Solo, di Desa Nglaroh merupakan awal sejarah perjuangan Raden Mas Said dalam melawan penindasan penjajah Belanda, kemudian di Desa Nglaroh tersebut beliau mendirikan pemerintahan darurat. Tanggal terbentuknya pemerintahan darurat tersebut selanjutnya oleh Pemerintah Kabupaten Wonogiri di buatkan sebuah prasasti yang kemudian dinamakan prasasti Nglaroh dan di bakukan menjadi hari jadi Kabupaten Wonogiri yaitu pada tanggal 19 Mei 1741. Di tempat tersebut Raden Mas Said merasa sakit hati dan kecewa karena Belanda telah menginjak-injak dan menindas rakyat sehingga sangat merisaukan rakyat. Akhirnya beliau bangkit dan menentang kekerasan yang terjadi di bangsa ini. Beliau di dukung oleh kakek dan neneknya yaitu eyang Kudunowarso dan Eyang Sumosunarso beserta pamannya Joyo Penambang adalah seorang yang kaya raya dan memiliki harta yang melimpah ruah sehingga dapat mendukung pergerakan Raden Mas Said melawan penjajah. Pada waktu itu Raden Mas Said masih berumur 16 tahun, tetapi tekad dan cita-citanya sangat luhur yang patut di contoh oleh para pemuda-pemudi di era sekarang ini. Perjuangan Raden Mas Said tersebut berlangsung ± 16 tahun, setelah dari Desa Nglaroh di lanjutkan ke Desa Bubakan, Setren, Ponorogo, Madiun hingga sampai ke Mangadeg, karena beliau sangat ramah dan baik maka pengikutnya banyak Buku Pintar Kabupaten Wonogiri, 2004:53.

BAB II I PROSE SI UPACARA TRADI SI ONAL SUSUK WANGAN

DI AI R TERJUN GIRIMANI K

A. Deskripsi Wilayah Air terjun Girimanik

Air terjun Girimanik berada di Kecamatan Slogohimo merupakan salah satu kecamatan yang menjadi pendukung sektor pariwisata di Kabupaten Wonogiri. Kecamatan Slogohimo terletak di sebelah timur kota Wonogiri dengan jarak ± 36 km. Kecamatan Slogohimo mempunyai luas wilayah 6.414,7955 Ha, terdapat 15 Desa yang menempati Kecamatan tersebut dan terdapat 71 Dusun. Secara Administratif Kecamatan Slogohimo mempunyai batas wilayah utara Kabupaten Magetan, sebelah timur Kecamatan Bulukerto dan Kecamatan Purwantoro, batas wilayah sebelah selatan Kecamatan Jatiroto dan Kecamatan Kismantoro, dan sebelah barat Kecamatan Jatipurno. Pesona Wisata Kabupaten Wonogiri, 2006. Air terjun Girimanik terletak di Desa Stren Kecamatan Slogohimo. Daerah Stren ini bisa dikatakan menyerupai daerah Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, karena potensi alam pegunungan yang menjadikan iklim di Desa Stren dingin. Dengan kondisi alam seperti di atas maka sebagian besar penduduk di Desa Stren bermata pencaharian sebagai petani. Hasil-hasil produksi dari sektor pertanian antara lain: padi, jagung, ubi kayu, kacang tanah, kedelai. Sedangkan dari sektor industri rumah tangga yaitu industri pafing, pembuatan etalase, anyaman kepang, industri genteng. Wawancara dengan Sri Purwanti, Kepala Desa Setren, 2 Agustus 2010 40