KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI, DAN MODEL

12

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI, DAN MODEL

PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Ada sejumlah hasil penelitian yang perlu dikaji. Sejumlah hasil penelitian sosiolinguistik khususnya perlu ditelaah kembali relevansinya dengan penelitian ini. Dalam kaitan ini, sudah tentu lebih diutamakan hasil penelitian sosiolinguitik tentang bahasa Lio yang telah pernah dilakukan oleh para linguis, termasuk penelitian makrolinguistik atau linguistik terapan yang ada kaitan substansialnya dengan penelitian ini. Hasil penelitian yang paput ditelaah adalah penelitian Mbete 1992. Peneitiannya yang berjudul “Kedudukan dan Fungsi Bahasa Lio, Ngadha, dan Sikka”, berkaitan erat dengan fokus penelitian ini. Penelitian Mbete tentang Ada sejumlah karya ilmiah ekolinguistik yang secara substansial dan omtologis berkaitan dengan masalah penelitian ini. Kaitan substansial, kesamaan, dan perbedaannya dengan kajian ini dipaparkan secara singkat. Upaya penjelajahan atas beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para pengembang ekolinguistik, khususnya ekoleksikal, bertujuan pula untuk memaknai dan memosisikan penelitian ekoleksikal bahasa Lio, Flores. Penelitian Mbete dkk. 2007 bertajuk “Ungkapan-Ungkapan Verbal Etnik Lio yang Berfunsi Melestarik an Lingkungan”, harus diakui sebagai salah satu sumber inspirasi untuk melanjutkan penelitian ini. Demikian pula penelitian Mbete 1992 13 tentang “Fungsi Bahasa Lio, Flores” membuka ruang peduli akademis yang membuka cakrawala dan peta persoalan kebahasaan dalam perspektif sosiolinguistik. Ungkapan-ungkapan verbal, baik berupa tuturan-tuturan parsial dalam kaitan dengan prinsip-prinsip hidup dan praktek hidup sehari-hari, mengandung makna, nilai, dan pesan-pesan adicita ideology . Di antaranya adalah ungkapan verbal yang menekankan pentingnya kebersamaan, kekompakan, dan kesatuan dalam kehidupan sosial. Selain demi keserasian hidup dengan sesama, keharmonisan hidup dengan sesamaa makhluk yang digolongkan sebagai lingkungan alam, secara khusus amanat pelestarian mata air, adalah fungsi-fungsi ekologis yang sangat penting. Akan tetapi, hasil kajian tersebut juga merampatkan bahwa daya makna ungkapan-ungkapan tersebut sudah tidak kuat lagi. Pemahaman dan kepatuhan sikap untuk menjaga lingkungan telah menyusut. Meskipun tidak menggunakan teori dan metode ekolinguistik, secara tematik penelitian tersebut memiliki kaitan pula dengan penelitian ini. Merosotnya fungsi-fungsi sosial bahasa Lio dalam sejumlah ranah juga telah dideskripsikan oleh Mbete 1992. Dalam penelitiannya ditemukan menurunnya penggunaan bahasa Lio dalam sejumlah ranah pakai bahasa. Kendati telah dilakukan 23 tahun silam, generasi muda dalam guyub tutur bahasa Lio, memang sudah enggan menggunakan bahasa Lio, sudah beralih ke bahasa Indonesia. 2.2 Kerangka Konsep Beberapa konsep operasional digunakan dalam penelitian ini. a Konsep fungsi. Fungsi sosial budaya bahasa adalah pola pemilihan dan penggunaan bahasa atau ragam dan variasi bahasa yang berkaitan dengan konteks situasi tatkala digunakan dalam kehidupan sosial. 14 b Kediwibahasaan. Kedwibahasaan adalah situasi kebahasaan masyarakat, di sisi individual, ketika dalam kurun waktu yang lama dan dinamis hidup dan digunakan lebih dari dua bahasa dalam interaksi dan komunikasi verbal masyarakat. c Ranah domain pemakaian bahasa. Ranah konstelasi pemakaian bahasa konteks yang terdiri atas, tempat, situasi, dan topik yang menentukan pemilihan dan penggunaan bahasa. d Ragam fungsiolek. Ragam fungsiolek adalah ragam tertentu yang kontras dengan ragam lain, dan yang digunakan dalam konteks sosial budaya tertentu. 2.3 Kerangka Teori Penelitian ini menggunakan teori sosiolinguistik kerangka teoretik yang menyandingkan sosiologi dan linguistik. Sosiolinguistik adalah bidang kajian yang interdisipliner atau lintas bidang. Kajian yang lintas bidang ini dapat dilihat secara makrososiolinguistik maupun mikrososiolinguistik lihat Fishman, 1977; Bell, 1976. Bahasa dalam penggunaan atau pemakaiannya language in used selalu berdimensi sosial lihat Fishman, 1977. Dimensi sosial yang dimaksudkan adalah siapa berbisacara dan siapa mitra tutur , di mana yang berkaitan dengan tempat dan situasi resmi dan tidak resmi, topik-topik apa yang dituturkan atau dituliskan. Dalam kehidupan sosial, selain faktor struktur dan sistem sosial melandasinya, ragam atau variasi bahsa memang berkaitan dengan dimensi mitra tutur interlocutor . Mitra tutur juga sangat kompleks. Baik penutur maupun mitra tutur pasti memiliki kedudukan sosial dalam struktur sosial. Dengan demikian struktur sosial tercermin dalam penggunaan dan sosok bahasa atau variasi sosial sosiolek yang hadir dalam 15 konteks pertuturan atau pertulisan itu. Dengan kata lain struktur sosial berkorelasi atau ada kovariasi antara struktur sosial dan struktur bahasa Bright, 1971. Secara sosiolinguistik, fungsi bahasa juga berkaitan dengan atau tiada terpisahkan dari kedudukan bahasa secara sosial politik, bahkan dengan politik bahasa language police . Politik bahasa secara nasional yang memayungi hajat hidup dan dinamika kebahasaan di suatu Negara, selalu pada pilihan politik kebahasaan yang bersifat tunggal, dalam arti lebih mengutamakan bahasa Negara dan bahasa nasional, karena menyangkut ikatan kebangsaan dan kenegaraan dalam batas-batas wilayahnya. Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional dan bahasa Negara. Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia memang sangat berbeda dengan bahasa-bahasa daerah, atau bahasa-bahasa lokal. Kendati dijamin hak hidupnya oleh Negara, namun perubahan sikap dan tingkat kesetiaan pada bahasa daerah di Indonesia yang semakin meluntur, jelas memengaruhi pemakaian bahasa-bahasa daerah atau bahasa lokal. Cakupan dan ruang hidup bahasa nasional, bahasa Indonesia lihat Halim, 1985, mulai melemahkan kedudukan fungsi bahasa daerah di habitat aslinya. Ke dwibahasaan yang “bocor” dan tidak berimbang merupakan faktor-faktor yang mendasari pola pemakaian atau penggunaan bahasa-bahasa daerah dalam konteks kelokalan sekalipun. 2.4 Pendekatan Penelitian tentang fungsi sosial budaya bahasa Lio ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik statistik sederhana. Pendekatan kuantitatif bekerja dengan menggunakan daftar tanyaan kuesioner yang berdasarkan ranah-ranah dan variabel sosiolinguistik. Selian itu, pendekatan kualitatif yang ditunjang pula dengan pendekatan lapangan dengan human instrument sebagai alat penjaring data, juga digunakan. 16 Penggalian pengalaman-pengalaman pribadi personal experienc e diandalkan dalam penelitian ini. Pendekatan fungsional dalam konteks penggunaan bahasa juga digunakan dalam penelitian ini. Menurut Bell 1976, pendekatan fungsional berkaitan dengan pilh- memilih bahasa ataupun ragam bahasa dalam konteks hidup sosial dan kebudayaan tempat bahasa tertentu hadir di dalamnya. Kajian ini memang menyasari pola guyub tutur memilah dan memilih bahasa dan atau ragam bahasa tertentu sesuai dengan konteks sosial dan konteks budaya. 17

BAB III METODE PENELITIAN