Politik Anggaran Berbasis Pengarusutamaan Gender (Studi Kasus: Anggaran di Pemerintah Kota Lhokseumawe)

(1)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Pedoman wawancara

A. Pedoman wawancara untuk pemerintah Kota Lhokseumawe Arah kebijakan

1. Nama: 2. Umur: 3. Pendidikan: 4. Jabatan:

5. Menurut saudara, seberapa penting program pengarusutamaan gender di Kota Lhokseumawe ?

6. Apa saja program kegiatan di Kota Lhokseumawe yang dapat di akses antara laki-laki dan perempuan ?

7. Apa saja program-program yang diperioritaskan dalam pengarusutamaan gender ?

8. Dalam penyusunan, siapa saja yang terlibat ? apakah masyarakat umum dilibatkan dalam penyusunan program ?

9. Bagaimana kerjasama antara pemerintah Kota Lhokseumawe dengan lembaga legislatif dalam program pengarusutamaan gender ?

10.Bagaimana akses laki-laki dan perempuan dalam proses pembuatan kebijakan pengarusutamaan gender ?

Implementasi

11.Bagaimana pemerintah Kota Lhokseumawe menyusun anggaran tiap program pengarsutamaan gender ?


(2)

12.Apakah kebijakan anggaran pengarusutamaan gender sesuai dengan kepentingan masyarakat ?

13.Apakah dalam anggaran yang sudah disahkan oleh DPRK, sesuai kebutuhan anggaran?

14.Seadainya tidak sesuai, bagaimana pemerintah Kota Lhokseumawe mengatasi kekurangan anggaran? Apakah progam dihapuskan atau anggaran yang ada diminimalkan?

15.Apa harapan saudara tentang program pengarusutamaan gender ?

B. Pedoman wawancara untuk anggota legislatif Kota Lhokseumawe Pandangan terkait pengarusutamaan gender

1. Nama: 2. Umur: 3. Pendidikan: 4. Jabatan:

5. Menurut saudara, seberapa penting program yang berspektif pengarusutamaan gender?

6. Dalam membuat anggaran, siapa saja yang dilibatkan?

7. Apakah anggaran yang sudah disahkan oleh DPRK, adakah

mempertimbangkan unsur gender didalam pembuatan anggaran?

8. Sejauh mana alokasi anggaran dalam program pengarusutamaan gender di Kota Lhokseumawe ?

9. Untuk menindak lajuti inpres nomor 9 tahun 2000, apakah ada terbentuk perda pengarusutamaan gender? Atau hanya mengikuti inpres nomor 9 tahun 2000 saja ?


(3)

10.Bagaimana DPRK Lhokseumawe mengawasi program tersebut?

11.Apa sanksi yang ditetapkan oleh DPRK Lhokseumawe apabila program yang telah dianggarkan tidak sesuai rencana ?

12.Apa harapan saudara tentang program pengarusutamaan gender?

C. Pedoman wawancara untuk LSM dan tokoh masyarakat 1. Nama:

2. Umur: 3. Pendidikan: 4. Pekerjaan:

5. Menurut saudara, seberapa penting program pengarusutamaan gender ? 6. Sejauh ini, program pengarusutamaan gender apa yang berjalan sesuai

harapan di Kota Lhokseumawe ?

7. Program apa yang menurut saudara penting dalam pengarusutamaan gender ?

8. Bagaimana akses dan kontrol laki-laki dan perempuan terhadap sumberdaya pembangunan dalam pengarustamaan gender ?

9. Bagaimana manfaat dan dampak sumberdaya usaha yang dijalankan oleh masyarakat kota Lhokseumawe ?

10.Bagaimana program yang dibuat oleh pemerintah Kota Lhokseumawe apakah sudah mempengaruhi pengarusutamaan gender ?

11.Bagaimana pandangan saudara mengenai isu gender, hubungannya dengan isu-isu aktual seperti kemiskinan ?

12.Dalam perumusan program maupun anggaran, apakah masyarakat ikut dilibatkan ?


(4)

Lampiran 2: Transkrip wawancara dengan ibu Yulia

Hasil wawancara pada tanggal 31 agustus 2015 pukul 09.45 WIB di kantor Dinas Pemberdaya perempuan Kota Lhokseumawe.

1. Nama: Yulia 2. Umur: 34 Tahun 3. Pendidikan: s1 hukum

4. Jabatan: Kasubid Pengarusutamaan gender

5. Menurut saudara, seberapa penting program pengarusutamaan gender di Kota Lhokseumawe ?

Jawaban : Penting, karena dengan adanya di keluarkan program pengarusutamaan gender dalam inpres nomor 9 tahun 2000 kita bisa melihat kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dan meningkatkan aspirasi-aspirasi terhadap kaum-kaum perempuan

6. Apa saja program kegiatan di Kota Lhokseumawe yang dapat di akses antara laki-laki dan perempuan ?

Jawaban : program yang dijalankan seperti sosialisasi dengan terbentuknya program-program UKM dengan melihat jumlah peserta yang ada. Pada sosialisasi sekarang ini, phak pemberdaya perempuan, apabila berbicara tentang gender tidak hanya berbicara perempuan saja. Tetapi berbicara tentang laki-laki juga, dimana di bentuk dengan 60 % laki-laki dan 40 % perempuan. Namun dalam pembagian kuota ini yang lebih di fokuskan pada pemberdaya ekonomi terhadap perempuan. Dimana pihak dinas pemberdayaan perempuan ingin meningkatkan ekonomi terhadap kaum perempuan, dikarenakan monoritar bukan hanya laki-laki saja yang berkerja tetapi juga perempuan juga bisa berkerja sebagai penopang bagi keluarga. Maka dari pihak dinas pemberdayaan perempuan bersosialisai dengan cara


(5)

memberikan pelatihan-pelatihan usaha dan meningkatkan mutu bagi kaum perempuan di Kota lhokseumawe. namun program-program dalam pengarusutamaan gender ini bertahap dijalankan di Kota Lhokseumawe.

7. Apa saja program-program yang diperioritaskan dalam pengarusutamaan gender ?

Jawaban : yang lebih di utamakan untuk saat ini dalam bidang ekonomi dan kesehatan bagi ibu dan anak.

8. Dalam penyusunan, siapa saja yang terlibat ? apakah masyarakat umum dilibatkan dalam penyusunan program ?

Jawaban : dalam penyusunan program tersebut tidak dilibatkan masyarakat karena melalui program RPJM. apabila dari pihak Gampong (desa) dilibatkan melalui musrembang.

9. Bagaimana kerjasama antara pemerintah Kota Lhokseumawe dengan lembaga legislatif dalam program pengarusutamaan gender ?

Jawab : Belum pernah ada kerjasama dengan lembaga legisatif yang membahas masalah pengarusutamaan gender. Namun pihak dinas ingin membuat diskusi dengan lembaga legislatif dengan terkait program-program pengarusutamaan gender.

10.Bagaimana akses laki-laki dan perempuan dalam proses pembuatan kebijakan pengarusutamaan gender ?

Jawab : dalam proses kebijakan yang dikeluarkan ialah program berbasis gender, tetapi pada saat ini kebijakan gender itu belum dikeluarkan oleh pemerintah Kota lhokseumawe. dan di Kota Lhokseumawe pengarusutamaan gender tersebut baru mulai dengan diadakan sosialisasi.

Implementasi

11.Bagaimana pemerintah Kota Lhokseumawe menyusun anggaran tiap program pengarsutamaan gender ?


(6)

Jawab : untuk anggaran di pemerintah Kota lhokseumawe dana yang dikeluarkan cukup, mulai dari kesehatan ibu dan anak, pemberdayaan perempuan, pendidikan. Sehinggan memperoleh alokasi dana yang cukup di kota Lhokseumawe. anggaran yang di alokasi dari provinsi ke daerah mencapai 1 % untuk gender dari total APBK yaitu 100 Juta untuk Kota Lhokseumawe.

12.Apakah kebijakan anggaran pengarusutamaan gender sesuai dengan kepentingan masyarakat ?

Jawab : tapi dari kebijakan anggaran dengan program yang ajukan oleh dinas pemberdayaan perempuan banyak yang sesuai dan terpenuhi oleh pemerintah kota lhokseumawe. Walaupun yang tidak terpenuhi hanya beberapa kegiatan saja.

13.Apakah dalam anggaran yang sudah disahkan oleh DPRK, sesuai kebutuhan anggaran?

Jawab : sesuai.

14.Seadainya tidak sesuai, bagaimana pemerintah Kota Lhokseumawe mengatasi kekurangan anggaran? Apakah progam dihapuskan atau anggaran yang ada diminimalkan?

Jawab : ada kekurangan dalam anggaran, dan apabila anggaran yang kurang dari 5 program hanya 3 program pengarusutamaan gender yang dapat terpenuhi, 2 program lagi diajukan pada kegiatan tahun depan. Sehingga dengan harapan program yang belum terealisasi program tahun ini dapat di realisasikan pada tahun berikutnya. Dan tidak ada pengurangan atau penghapusan dalam program yang sudah dibentuk.

15.Apa harapan saudara tentang program pengarusutamaan gender ?

Jawab : harapan saya sedikit demi sedikit bisa dimulai dan dijalankan pengarusutamaan gender di kota Lhokseumawe dengan mulai terbentuknya


(7)

perda atau qanun di Kota lhokseumawe. dan program pengarusutamaan gender tersebut tidak hanya di dinas pemberdayaan perempuan saja tetapi di semua dinas pemerintah kota Lhokseumawe, sehingga anggaran berspektif gender merupakan anggaran menyeluruh didalam setiap dinas.

Lampiran 3: Transkrip wawancara dengan ibu Roslina S.kom

Hasil wawancara pada tanggal 2 september 2015 pukul 14.00 WIB di Kantor DPRK Lhokseumawe

Pandangan terkait pengarusutamaan gender 1. Nama: Roslina S.kom

2. Umur: 30 Tahun 3. Pendidikan: S1

4. Jabatan: Wakil ketua komis D (bidang syariat islam dan kesejahteraan rakyat) 5. Menurut saudara, seberapa penting program yang berspektif pengarusutamaan

gender?

Jawaban : penting, karena ada kesamaan hak antara laki-laki dan perempuan dari segi umum maupun anggaran.

- Pertanyaan tambahan : untuk di kota Lhokseumawe apa sudah terlihat kesetaraan gender dan sekarang juga sudah ada yang namanya affirmatif action yaitu kuaota 30 % terhahap perempuan ?

Jawaban: kalau terpenuhi kuota dalam tahap pendaftaran calon legislatif pada tahun 2014 sudah terpenuhi, namun kemenangan belum semua terpenuhi berpihak pada perempuan, dimana belum terpenuhinya kuota 30 % pada perempuan yang duduk di DPRK Lhokseumawe.


(8)

Jawaban : tidak ada yang di khususkan anggaran untuk gender setiap ada pembahasan, tetapi, setiap keperluan perempuan itu akan diperjuangkan sehingga hak-hak perempuan di wakilkan. Biasanya anggaran yang di salurkan melalui dinas-dinas terkait tetapi program yang di ajukakan oleh dinas ada yang berbasis gender.

- Sekarang sedang adanya penambahan anggaran untuk tahun 2015, ada tidak di kaitkan dalam anggaran untuk pengarusutamaan gender ?

Jawaban : kalau pembahasan anggaran 2015 tidak ada dimasukkan untuk khusus gender.

7. Apakah anggaran yang sudah disahkan oleh DPRK, adakah

mempertimbangkan unsur gender didalam pembuatan anggaran?

Jawaban : ada, namun anggaran yang khusus untuk gender belum ada di kota lhokseumawe.

8. Sejauh mana alokasi anggaran dalam program pengarusutamaan gender di Kota Lhokseumawe ?

Jawaban : belum ada

9. Untuk menindak lajuti inpres nomor 9 tahun 2000, apakah ada terbentuk perda pengarusutamaan gender? Atau hanya mengikuti inpres nomor 9 tahun 2000 saja ?

Jawaban : belum ada perda atau qanun yang di keluarkan Pengawasan dalam tugas dan fungsi sebagai anggota dewan 10.Bagaimana DPRK Lhokseumawe mengawasi program tersebut?

Jawaban : ada pertanggung jawaban walikota di bidang pemberdayaan perempuan, dilihat berapa persen program yang berhasil diajukan oleh pihak dinas pemberdayaan perempuan tersebut yang terkait dalam pengarusutamaan gender tersebut, dan anggaran yang dibutuhkan oleh kegiatan antara laki-laki


(9)

dan perempuan. Tetapi dalam anggaran untuk gender tidak ada, namum anggaran tersebut di berikan untuk program-program yang terkait dalam pengarusutamaan gender.

11.Apa sanksi yang ditetapkan oleh DPRK Lhokseumawe apabila program yang telah dianggarkan tidak sesuai rencana ?

Jawaban : kalau ada yang tidak sesuai program yang direncanakan, pada tahun selanjutnya tidak disetujui lagi untuk program-program selanjutnya.

12.Apa harapan saudara tentang program pengarusutamaan gender?

Jawaban : kawan-kawan yang di DPRK Lhokseumawe bisa lebih memahami tentang pengarusutamaan gender, dan di dukung oleh masyarakat kota Lhokseumawe dengan adanya hak-hak yang sama antara laki-laki dan perempuan.

Lampiran 4: Transkrip wawancara dengan bapak Jamaluddin S.sos

Hasil wawancara pada tanggal 2 september 2015 pukul 16.30 WIB di kantor DPRK Lhokseumawe

1. Nama: Jamaluddin S.sos 2. Umur: 37 tahun

3. Pendidikan: S1

4. Jabatan: Ketua komisi B

5. Menurut saudara, seberapa penting program yang berspektif pengarusutamaan gender?

Jawaban : penting untuk diterapkan, agar adanya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan

6. Dalam membuat anggaran, siapa saja yang dilibatkan?

Jawaban : dalam pembuatan anggaran, kami dari pihak DPRK mengundang dinas-dinas terkait, dimana anggaran yang di berikan untuk gender ada pada


(10)

dinas-dinas terkait seperti pada bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi maupun pembangunan di kota lhokseumawe adanya anggaran yang diberikan oleh DPRK untuk membangun atau mensosialisikan program-program yang sudah dibentuk.

-pertanyaan tambahan: anggaran yang sudah dikeluarkan untuk pembangunangan kota Lhokseumawe sekitar berapa persen :

Jawaban :kalau persentasenya kurang tahu, tetapi yang lebih besar di perhatikan dalam bidang pendidikan dan kesehatan. Hamper 30 % untuk pendidikan dan kesehatan.

7. Apakah anggaran yang sudah disahkan oleh DPRK, adakah

mempertimbangkan unsur gender didalam pembuatan anggaran?

Jawaban : ada, namun anggaran yang khusus untuk gender itu belum ada di kota lhokseumawe.

8. Sejauh mana alokasi anggaran dalam program pengarusutamaan gender di Kota Lhokseumawe ?

Jawaban : belum ada

9. Untuk menindak lajuti inpres nomor 9 tahun 2000, apakah ada terbentuk perda pengarusutamaan gender? Atau hanya mengikuti inpres nomor 9 tahun 2000 saja ?

Jawaban : belum ada perda atau qanun yang dikeluarkan dalam pengarusutamaan gender

Pengawasan dalam tugas dan fungsi sebagai anggota dewan 10.Bagaimana DPRK Lhokseumawe mengawasi program tersebut?

Jawaban : begitu pemerintah kota Lhokseumawe mengajukan program ke pihak DPRK yang sudah di sahkan anggaran. Sesuai anggaran setelah itu di buat pansus, apakah yang sudah di sahkan ada di kegiatan. Namun apabila


(11)

dalam sebuah program tersebut tidak di jalankan dengan baik akan mendapatkan sanksi dari pemerintah kota lhokseumawe sendiri.

11.Apa sanksi yang ditetapkan oleh DPRK Lhokseumawe apabila program yang telah dianggarkan tidak sesuai rencana ?

Jawaban : program yang telah di anggaran namun tidak sesuai dengan rencana, program tersebut akan di hapus, sesuai dengan hukum.

12.Apa harapan saudara tentang program pengarusutamaan gender?

Jawaban : harapan saya program yang telah ditetapkan lebih difokuskan kepada pendidikan dan ekonomi. Dengan adanya diterapkan qanun atau perda di kota Lhokseumawe pasti adanya kesataraan gender antara laki-laki dan perempuan dan ekonomi pendidikan terhadap perempuan dan laki-laki lebih di perhatian dan tidak ada lahi kekesaran seksual terhadap perempuan.

Lampiran 5: transkrip wawancara dengan ibu Roslina Rasyid

Hasil wawancara pada tanggal 2 oktober 2015 pukul 10.07 WIB di LBH APIK Aceh 1. Nama: Roslina Rasyid

2. Umur: 43 tahun 3. Pendidikan: S1

4. Pekerjaan: sekretaris eksekutif LBH APIK Aceh

5. Menurut saudara, seberapa penting program pengarusutamaan gender ?

Jawaban : sebenarnya itu penting karena itu terkait tentang bagaimana pemerintah lhokseumawe mendukung badan pemberdayaan perempuan, sebenarnya itu badan yang dibentuk dalam pemerintah Indonesia untuk mendukung mempromosikan perlindungan dan kekerasan terhadap perempuan. Itu kewajiban bagi pemerintah untuk memenuhi hak-hak konsitusi perlindungan terhadap perempuan. Kalau di lihat dari konsitusional


(12)

dari 14 rumput itu antara lain : hak atas kewarganegaraan, hak atas hidup, hak unutk mengembangkan diri, hak atas kemerdekaan pikiran dan kebebasan memilih, hak atas informasi,hak atas kerja dan penghidupan layak, hak atas kepemilikan dan perumahan, hak atas kesehatan dan lingkungan sehat,hak berkeluarga,ha katas kepastian hukum dan keadilan,hak bebas dari ancaman,diskriminasi dan kekerasan,ha katas perllindungan,hak atas memperjuangkan hak, hak atas pemerintah. Kalau dilihat dari 14 rumput di atas bahwasanya perempuan dan laki-laki itu sama dalam pengambilan keputusan dan pendapatan hak-hak kewajiban. Pemerintah daerah ini punya kewajiban untuk terus mendukan hak-hak laki-laki dan perempuan. Kalau dilembaga swadaya masyarakat dalam kapasitas bukan yang wajib melakukan tetapi bagian dari masyarakat dan kemudia mendorong sehingga pemerintah daerah bertanggung jawab untuk dilindungi hak-hak perempuan. Namun dalam 14 rumput tersebut tidak berbicara untuk perempuan, tetapi diberlakukan sama antara laki-laki dan perempuan. Karena kebijakan itu bersikap diskriminatif baik anggaran maupun yang lain-lain. namun kenapa Negara dalam prekateknya banyak menimbulkan diskriminasi termasuk anggaran, kenapa dalan kebutuhan perempuan anggaran itu tidak berpihak terhadap perempuan. Alokasi anggaran terhadap perempuan itu sangat minimal, kalau dilihat dari APBN anggaran hanya 1 % dan itu di bagi rata dalam setiap provinsi. Bahwa anggaran yang khusus untuk gender itu belum ada. Kalau bebicara tentang anggaran ketika pemerintah berkomitmen harus di ikutin dengan anggaran yang berpihak juga, dan prasaranan dan saranan harus di buat dengan sebaik mungkin sehingga program-program pengarusutamaan gender tersebut dapat berjalan dengan baik dan bukan hanya berkomitmen saja tetapi harus di jalankan atau diterapkan di daerah khususnya di kota lhokseumawe. sehingga budaya patriaki atau kesenjangan


(13)

yang terus menurus di berikan terhadap kaun perempuan akan hilang baik di tingkat eksekutif maupun di pemerintah. Sehingga kelompok-kelompok perempuan yang sekarang ini memperjuangakan hak-hak perempuan dengan adanya kuaota 30 % itu tidak sia-sia, terpenuhi dan tidak menurun.

6. Sejauh ini, program pengarusutamaan gender apa yang berjalan sesuai harapan di Kota Lhokseumawe ?

Jawaban : belum

Pertanyaan tambahan : - bagaimana dengan tingkat ekonomi terhadap perempuan ?

Jawaban : kalau ada program yang cukup mendukung seperti usaha-usaha home industri yang dikelola dengan baik dari rumah kerumah itu bisa didukung dengan pemasaran dengan baik. Dimana pemerintah memiliki jaringan dan dana dengan baik yang bisa mendukung seperti koperasi. Namun di kota lhokseumawe sendiri tidak berjalan dengan baik. Seperti adanya anggaran desa yang banyak terutama di kota Lhokseumawe, namun hal itu tidak berjalan dengan baik.

7. Program apa yang menurut saudara penting dalam pengarusutamaan gender ? Jawaban : semuanya dalam program tersebut itu penting, berharap pemerintah mendukung semuanya dan keterpihakan anggarannya yang dilihat dalam programnya serius untuk dijalankan oleh pemerintah.

8. Bagaimana manfaat dan dampak sumberdaya usaha yang dijalankan oleh masyarakat kota Lhokseumawe ?

Jawabannya : kalau sumber daya usaha, seperti UKM sendiri belum sepenuhnya terpenuhi bagi ibu-ibu rumah tangga, dimana kita lihat pada Negara-negara berkembang lainnya, Industri yang diberikan sangat oleh pemerintah dinegara luar itu sangat baik untuk bisa mensejahterakan masyakarat. Di bandingkan dengan aceh khususnya kota lhokseumawe sendiri


(14)

belum bisa memenuhi syarat yang baik untuk bisa memajukan industuri-industri rumah yang baik.

9. Bagaimana program yang dibuat oleh pemerintah Kota Lhokseumawe apakah sudah mempengaruhi pengarusutamaan gender ?

Jawaban : belum dijalankan, karena pihak-pihak dinas-dinas terkait masih dalam tahap sosialisasi.

10.Bagaimana pandangan saudara mengenai isu gender, hubungannya dengan isu-isu aktual seperti kemiskinan ?

Jawaban : kalau di lihat dalam kemiskinan, bahwa perempuan lebih besar terdapat kemiskinan di bandingkan dengan laki-laki. Dimana masih adanya pelecehan seksual dan kekerasan dalam rumah tangga. Seperti pada sekarang ini terdapat kasus tentang pelecahan seksual di dalam pengungsian di rohingnya. Kasus tersebut masih dalam penanganan.

11.Dalam perumusan program maupun anggaran, apakah masyarakat ikut dilibatkan ?

Jawaban : tidak semua dalam program di libatkan oleh pihak dinas yang terkait.

12.Apa harapan saudara tentang program pengarusutamaan gender ?

Jawaban : Agar semua masyarakat di Lhokseumawe mampu memahami tentang PUG dan mampu melaksanakan kebijakan PUG ini dengan baik agar tercipta kesetaraan gender dan kebijakan ini juga diharapkan agar secepatnya di realisasikan sehingga tujuan-tujuan mengenai maksud PUG ini juga dapat dipahami oleh masyarakat.


(15)

Lampiran 6: Transkrip wawancara dengan ibu Khairul hasni

1. Nama: Khairul hasni 2. Umur:-

3. Pendidikan: S2

4. Pekerjaan: Direktur LSM JARI

5. Menurut saudara, seberapa penting program pengarusutamaan gender ?

Jawaban : kalau di lihat dari yang sudah di tetapkan, bahwa pengarusutamaan gender itu penting. Dan diperjuangkan hak-hak antara laki-laki dan perempuan.

6. Sejauh ini, program pengarusutamaan gender apa yang berjalan sesuai harapan di Kota Lhokseumawe ?

Jawaban : belum sesuai, karena pemerintah terlalu lambat dalam menjalankan program pengarusutamaan gender.

7. Program apa yang menurut saudara penting dalam pengarusutamaan gender ? Jawaban : pemerintah harus lebih memerhatikan ekonomi, kesehatan dan pendidikan terhadap masyarakat lhokseumawe. dimana pada bidang ekonomi pemerintah harus lebih memerhatikan usaha usaha kecil yang di kelola oleh ibu-ibu rumah tangga.

8. Bagaimana manfaat dan dampak sumberdaya usaha yang dijalankan oleh masyarakat kota Lhokseumawe ?

Jawaban :

9. Bagaimana program yang dibuat oleh pemerintah Kota Lhokseumawe apakah sudah mempengaruhi pengarusutamaan gender ?

Jawaban : belum di jalankan dengan baik.

10.Bagaimana pandangan saudara mengenai isu gender, hubungannya dengan isu-isu aktual seperti kemiskinan ?


(16)

Daftar Pustaka

Buku :

Bungin, Burhan. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

. 2008. Penelitian kualitatif. Jakarta : Kencana.

Creswell, Jhon W. 2012. Research Design. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fakih, Mansour. 2001. Analisis Gender & Transformasi Sosial. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Listiani.dkk. 2002. Gender & Komunitas Perempuan Perdesaan Kondisi Nyata Yang terjadi dilapangan. Medan : Bitra Indonesia.

Nawawi, Hadari dan Martin Hadari. 1995. Instrumen Penelitian Bidang Sosial.Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Noerdin, Edriana. Rahman, Lisabona.dkk. 2005. Representasi Perempuan dalam Kebijakan Publik di Era Otonomi Daerah. Jakarta: Women Research Institute.

Relawati,Rayahu. 2011. Konsep dan Aplikasi Penelitian Gender. Bandung: Cv.Muara Indah.

Suyanto, Bungong dan Sutinah . 2005. Metode Penelitian Sosial: Berbagai alternative pendekatan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Surbakti,Ramlan. 2010.Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT Gransindo.

Susiana,Sali.Rongiyati,Sulasi.Hilaliyah,Nurul. 2008. Pengarusutamaan Gender dalam Parlemen.Jakarta:Sekretariat Jenderal DPR RI.


(17)

Jurnal :

Evi Novida Ginting. 2011. Representasi Perempuan di Parlemen Indonesia. Jurnal POLITEA,Vol 3.

White dan Hastuti.E.L. 1980. Pola Pengambilan Keputusan Dalam Rumah Tangga dan Masyarakat Luas di dua desa penelitian di Jawa Barat. SDP/SAE.Bogor.

Endang Lestari Hastuti. Hambatan Sosial Budaya Dalam Pengarusutamaan Gender di Indonesia.Bogor:Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Tjandranigsih Indrasari. 1996. Mengindetifikasi Persoalan Perempuan. Jurnal

Analisis Sosial. Edisi 4 November. AKATIGA.

Dra.Sri Sundari. Konsep dan teori gender .Jakarta : BKkbn. 2000

S.R Soemartoyo.2002.Pemberdayaan Perempuan di Indonesia dan Peluang untuk Pemberdayaan Ekonomi Perempuan. Disampaikan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan pada The ACT Seminar and Summit.Japan Indonesia: Dinamic Relationship for Regional Development.

Dokumen :

Badan Pusat Statistik Kota Lhokseumawe.

Panduan Pelaksanaan INPRES nomor 9 Tahun Tentang Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Nasional.

Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Kota Lhokseumawe Tahun 2006-2007.

Internet :

Artikel Politik Anggaran, diakses pada tanggal 10 February 2015, pukul 15.23 WIB. http://edukasi.kompasiana.com. politik-anggaran-strategi-pembangunan-daerah-yang-berkeadilan-atau-menuju-disintegrasi-bangsa-667513.html diaskes pada tanggal 15 February 2015,pukul 19.05 WIB.

http://wdbandaaceh.or.id/index. Diakses pada tanggal 11 February 2015,pukul 11.00 WIB.


(18)

www.Rakyataceh.com. Diakses pada tanggal 10 February 2015,pukul 15.36 WIB http://mediaindonesia.com/indek. Diakses pada tanggal 25 Januari 2015,pukul 21.39 WIB.


(19)

BAB III

Politik Anggaran di Pemerintah Kota Lhokseumawe dalam Pengarusutamaan Gender

Bab tiga berisi penjelasan mengenai hasil data yang diperoleh dilapangan sekaligus menyajikan hasil analisis dari data yang diperoleh dengan menggunakan teori politik anggaran , teori gender dibantu dengan teori kebijakan publik. Untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan maka telah dilakukan wawancara terhadap lembaga ataupun tokoh masyarakat yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.1 Proses Penyusunan Kebijakan Pengarusutamaan Gender

Sesuai dengan amanat GBHN 1999, 2004 dan undang-undang nomor 25 tahun 2000 tentang program pembangunan nasional (PROPENAS) 2000, 2004, dalam rangka mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender perlu dikembangkan kebijakan nasional yang responsif gender. Salah satu strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah strategi pengarusutamaan gender dalam pembangunan. Hal ini dipertegas dengan diterbitkannya inpres nomor 9 tahun 2000 tentang pengarusutamaan gender dalam pembangunan nasional yang menyatakan bahwa seluruh departemen maupun lembaga pemerintah non departemen dan pemerintah propinsi dan kabupaten/kota harus melakukan pengarusutamaan gender dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan dan


(20)

program pembangunan.33

Dalam menindak lanjutkan inpres nomor 9 tahun 2000 tentang pengarusutamaan gender dalam pembangunan nasional, maka pengaturan menteri dalam negeri dan otonomi daerah nomor : 050/1232/SJ tanggal 26 juni 2001 tentang pelaksanaan pengarusutamaan gender perlu di sempurnakan. Keputusan menteri dalam negeri tentang pedoman pengarusutamaan gender di daerah, pada pasal 1 ialah gender adalah konsep yang mengacu pada peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan yang terjadi akibat dari dan dapat berubah oleh keadaan sosial dan budaya masyarakat. pengarusutamaan gender adalah salah satu strategi pembangunan yang dilakukan untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender melalui pengintegrasian, pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki kedalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan dan program proyek maupun kegiatan diberbagai bidang kehidupan dan pembangunan.

Setelah dibentuknya INPRES nomor 9 tahun 2000 tentang pengarusutamaan gender, adanya landasan hukum yang melaksanakan INPRES di daerah kabupaten/kota yaitu keputusan kemendagri nomor 135 tahun 2003 tentang pedoman umum pelaksanaan pengarusutamaan gender dalam pembangunan daerah. bahwa dalam penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan di daerah masih terdapat kesenjangan gender baik dalam perencanaan, pelaksanaan,penganggaran, pemantauan dan evaluasi maupun dalam pengambilan keputusan dan kebijakan publik.

33


(21)

Kesetaraan dan keadilan gender adalah suatu kondisi yang adil dan setara dalam hubungan kerjasama antara perempuan dan laki-laki. Analisis gender adalah proses yang dibangun secara sistematik untuk mengidentifikasi dan memahami pembagian kerja peran laki-laki dan perempuan, akses dan kontrol terhadap sumber daya pembangunan dan partisipasi. Dalam pola hubungan antara laki-laki dan perempuan yang didalam pelaksanaanya memperhatikan faktor-faktor lainnya seperti kelas sosial ras dan suku bangsa. Responsif gender adalah memberikan perhatian yang konsisten dan sistematis terhadap perbedaan-perbedaan antara perempuan dan laki-laki dalam masyarakat dengan suatu pandangan yang ditujukan kepada kesetaraan dan keadilan.34

Dalam program pengarusutamaan gender ialah sebuah upaya untuk mengintegrasikan gender menjadi dimensi intergral dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas program dan kegiatan pembangunan di daerah. dengan tujuan dalam pengarusutamaan gender ini ialah salah satu untuk meningkatkan kesetaraan dan keadilan dalam kedudukan, peranan dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan sebagai insan dan sumberdaya pembangunan. Pemerintah daerah berkewajiban untuk menyusun kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan berperspektif gender yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah atau RPJMD, Rencana Strategis Surat Ketetapan Pajak

34

Peraturan kementrian dalam negeri nomor 135 tahun 2003 tentang pedoman pelaksanaan pengarusutamaan gender.


(22)

Daerah (SKPD). Dalam RPJM Kota Lhokseumawe yang di turun melalui program pengarusutamaan gender membutuhkan anggaran untuk gender. Dimana dalam anggaran untuk gender tersebut belum ada anggaran khusus di Kota Lhokseumawe berbebeda dengan daerah-daerah aceh seperti Kota Banda Aceh dan Sabang yang telah ada perda atau qanun untuk pengarusutamaan gender dan anggaran yang khusus untuk gender.

Dalam Peraturan Gubenur Aceh tentang pelaksanaan perencanaan dan penganggaran responsif gender ini merupakan langkah tepat untuk membantu menjalankan program pengarusutamaan gender. Dalam program pengarusutamaan gender di Kota Lhokseumawe di Dinas Pemberdayaan Perempuan terdapat beberapa program untuk pengarusutamaan gender, yaitu pendidikan, kesehatan, ibu dan anak serta pembangunan ekonomi terhadap kaum perempuan di Kota Lhokseumawe. namun anggaran tersebut belum ada anggaran yang khusus untuk program pengarusutamaan gender di Kota Lhokseumawe. Anggaran untuk program penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender dalam RPJM mulai tahun 2013 sampai dengan 2017 mencapai Rp. 541,019,160, program kelembangaan pengarusutamaan gender dan anak mulai tahun 2013 sampai 2017 mencapai Rp. 29,727,610, evaluasi pelaksanaan pengarusutamaan gender dari tahun 2013 sampai 2017 Rp. 33,443,786, sosialisasi dan pembekalan pengarustamaan gender dari tahun 2013 sampai 2017


(23)

mencapai Rp. 30,347,139 dalam anggaran yang telah di tentukan harus mecapai target 100 % dalam mensosialisasikan program pengarusutamaan gender.

Dalam pembentukan anggaran di Kota Lhokseumawe untuk anggaran pengarusutamaan gender juga terdapat anggaran pembentukan POKJA yaitu kelompok-kelompok kerja dalam program pengarusutamaan gender. Anggaran dalam pembentukan POKJA di Kota Lhokseumawe ini pada tahun 2014 sebanyak Rp. 20.000,000 dan pelatihan POKJA di Kota Lhokseumawe 2014 sebanyak Rp. 30.000,000 dan 2016 sebanyak Rp. 35.000.000. Dalam Pokja ini di adakan rapat Evaluasi pelaksanaan pengarusutamaan gender yang menghabiskan dana sebanyak Rp. 17,500,00. Dana ini di bentuk melalui RPJMD Kota Lhokseumawe pada tahun 2012 sampai dengan 2017 dengan memasuki program pengarusutamaan gender yang masih dalam tahap sosialisasi.

Tabel 3.1 RPJM Kota Lhokseumawe Tahun 2012-2017

Indikator Kinerja Program (outcome)

2013

2014

2015

2016

2017 Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD

terlaksananya penguatan kelembangaan pengarusutamaan gender dan anak 97,162,000 462,520,100 412,346,105 477,403,410 472,823,581

541,019,160

adanya penguatan kelembagaan PUG dan anak

20,000.00 21,000,000 22,050,000 23,152,500 24,773,175

adanya evaluasi pelaksanaan PUG

27,000,000 28,350,000 29,767,500 31,255,875

33,443,786

Terselenggaranya sosialisasi dan pembekalan PUG

24,500,000 25,725,000 27,011,250 28,361,813

30,347,139

terbentuknya POKJA PUG

20,000,000

terlaksananya pelatihan POKJA

30,000,000 35,000,000

37,000,000

Terlaksananya Rapat evaluasi

10,000,000 12,000,000 14,500,000 16,000,000

17,500,000


(24)

Berdasarkan tabel 3.1 dapat dilihat bahwa program-program tentang pengarustamaan gender memiliki anggaran yang cukup besar. Dalam program terlaksananya penguatan kelembangaan pengarustamaan gender dan anak pada tahun 2013 dana yang dikeluarkan Rp. 97,162,000 sedangkan pada tahun selanjutnya 2014 mengalamin kenaikan anggaran mencapai Rp. 462,620,100, namun pada tahun 2015 mengalami penurunan anggaran untuk program terlaksananya kelembangaan pengarustamaan gender dan anak mencapai Rp. 412,346,105. Pada tahun 2015 ini anggarannya menurun dikarenakan tahap-tahap sosialisasi pengarusutamaan gender di Kota Lhokseumawe sudah berjalan melalui program-program yang telah di tetapkan. Perkiraan anggaran pada program tahun 2016 mencapai Rp. 477,403,410 dan pada tahun 2017 mencapai Rp. 472,823,58. Selanjutnya dalam program-program pengarustamaan gender tersebut yang masuk dalam RPJM Kota Lhokseumawe tahun 2012 sampai 2017 memiliki 7 program yang mengenai pengarusutamaan gender.

Dalam peraturan Gubernur Aceh tentang pedoman pelaksanaan perencanaan dan penganggaran responsif gender pada satuan kerja perangkat aceh yang menimbang bahwa dokumen perencanaan dan penganggaran yang selama ini disusun oleh satuan kerja perangkat aceh (SKPA) belum mengakomodasikan permasalah,pengalaman,aspirasi dan kebutuhan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Pemerintah daerah dalam sistem Negara kesatuan republik Indonesia berdasarkan undang-undang dasar Negara republik Indonesia tahun 1945 yang


(25)

menyelenggarakan urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah aceh dan dewan perwakilan rakyat daerah aceh sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-masing. Anggaran pendapatan dan belanja aceh yang selanjutnya disingkat APBA adalah rencana keuangan tahunan pemerintah aceh yang ditetapkan dengan qanun aceh. disebutkan satuan kerja perangkat aceh, disingkat SKPA adalah perangkat pemerintah aceh selaku pengguna anggaran/pengguna barang. Badan perencanaan pembangunan daerah yang selanjutnya disebut bapedda adalah badan perencana pembangunan daerah provinsi aceh. Pengarusutamaan gender adalah startegi untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender melalui kebijakan dan program yang memperhatikan pengalaman,aspirasi,kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki ke dalam perencanaan,pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari keseluruhan kebijakan dan program di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan. Kelompok kerja pengarusutamaan gender yang selanjutnya disebut pokja PUG ialah wadah koordinasi bagi pelaksana dan penggerak pengarusutamaan gender dari berbagai instansi atau lembaga daerah.

Rencana strategis satuan kerja perangkat aceh yang selanjutnya disebut RENSTRA. Rencana strategis di Kota Lhokseumawe merupakan program-program yang disusun untuk 5 tahun ke depan, dimana tujuan dari recana strategis ini untuk bisa memajukan program-program gender, seperti mewujudkna peningkatan peran serta kesetaraan gender dalam pembangunan dan perlindungan anak dan keluarga


(26)

sejahtera yang bernilai islam dan berspektif gender serta meningkatkan penyelenggaraan penguatan kelembangan pengarusutamaan gender dan anak dan perlindungan anak dan keluarga sejahtera di Kota Lhokseumawe. program rencana strategis ini masuk ke dalam SKPA untuk periode 5 tahun yang memuat visi,misi, tujuan,strategi,kebijakan.program dan kegiatan pembangunan di tingkat provinsi yang disusun sesuai dengan tugas dengan tugas dan fungsi SKPA serta berpedoman kepada RPJMD dan bersifat indikatif. Rencana kerja SKPA yang selanjutnya disebut renja SKPA adalah dokumen perencanaan SKPA untuk periode 1 tahun yang membuat kebijakan,program dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah aceh maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. kebijakan umum anggaran yang selanjutnya disingkat KUA adalah dokumen yang membuat kondisi makro ekonomi aceh, asumsi penyusunan APBA dan disebarkan ke daerah-daerah Aceh Kabupaten/Kota melalui anggaran APBD. Perencanaan responsif gender adalah perencanaan untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender yang dilakukan melalui pengintegrasian pengalaman,aspirasi, kebutuhan, potensi dan penyelesaian permasalahan perempuan dan laki-laki. Perencanaan dan penganggaran responsif gender yang selanjutnya disingkat PPRG adalah instrument untuk mengatasi adanya perbedaan akses,partisipasi,kontrol dan manfaat pembangunan bagi laki-laki dan perempuan dengan tujuan untuk mewujudkan anggaran yang lebih berkeadilan yang dimulai perencanaan hingga pengalokasian anggaran.


(27)

Didalam penyusunan anggaran pihak pemerintah dalam penyusunan program tersebut tidak dilibatkan masyarakat karena, pihak pemerintah dalam program pengarusutamaan gender ini masih sebuah program yang didalamnya masih mengikuti Peraturan Gubernur Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Pada Satuan Kerja Perangkat Aceh. Dimana pada dinas pemberdayaan perempuan masih di bentuknya program melalui RPJMD (rancangan pembangunan jangka menengah daerah) dan program SKPD. Namun dalam struktur program di pemerintah apabila dari pihak Gampong (desa) dilibatkan melalui musrembang. Dalam kerja sama antara pemerintah Kota Lhokseumawe dengan lembaga legislatif, Belum ada kerjasama dengan lembaga legislatif yang membahas masalah pengarusutamaan gender. Namun pihak dinas pemberdayaan perempuan ingin membuat diskusi dengan lembaga legislatif dengan terkait program-program pengarusutamaan gender. Jadi, program pengarusutamaan gender tersebut masih dalam program yang dibawahin pada peraturan gubernur Aceh untuk daerah Kota Lhokseumawe.

Pada proses pembuatan kebijakan yang dikeluarkan ialah program berbasis gender, tetapi pada saat ini kebijakan gender itu belum dikeluarkan oleh pemerintah Kota lhokseumawe dan di Kota Lhokseumawe pengarusutamaan gender sendiri masih dalam tahap sosialisasi. Dalam tahap sosialisasi sendiri pihak pemerintah mengadakan tahap-tahap turun ke desa-desa untuk menyalurkan atau memberikan


(28)

pemahaman bagi ibu-ibu rumah tangga tentang usaha-usaha kecil rumahan yang berbasis gender. Dalam anggaran pengarusutamaan gender, kebijakan penting dalam masyarakat. Kebijakan anggaran dengan program yang di ajukan oleh dinas pemberdayaan perempuan banyak yang sesuai dan terpenuhi oleh pemerintah kota lhokseumawe. Walaupun yang tidak terpenuhi hanya beberapa kegiatan saja.35

Didalam gender tidak ada yang di khususkan anggaran untuk gender setiap ada pembahasan, tetapi, setiap keperluan perempuan itu akan diperjuangkan sehingga hak-hak perempuan di wakilkan di Kota Lhokseumawe. Biasanya anggaran tersebut yang di salurkan melalui dinas-dinas terkait saja. Namun program yang di ajukakan oleh dinas ada yang berbasis gender. Dalam pihak DPRK Lhokseumawe anggaran yang sudah di sahkan ada mempertimbangkan unsur gender, tetapi anggaran yang khusus untuk gender belum ada di Kota Lhokseumawe. Dalam alokasi dana yang khusus untuk pengarusutamaan gender belum ada, namun pengarusutamaan gender di Kota Lhokseumawe sudah dimasukkan dalam program di dinas pemberdayaan perempuan dalam tahap sosialisasi dibawah peraturan Gubernur provinsi Aceh. Maka dari itu kebijakan-kebijakan mengenai pengarusutamaan gender di Kota Lhokseumawe belum di bentuknya peraturan daerah atau qanun yang bisa membentuk program-program pengarusutamaan gender di Kota Lhokseumawe.36

35

Hasil wawancara 1

36


(29)

oleh sebab itu pengarusutamaan gender di Kota Lhokseumawe belum di jalankan dengan baik.37

3.2 Anggaran-anggaran untuk Pengarusutamaan Gender

Program pengarustamaan gender tersebut berasal dari turunan Inpres nomor 9 tahun 2000 yang di salurkan di setiap daerah provinsi, kabupaten dan kota. Dalam daerah Kota Lhokseumawe program pengarustamaan gender ini masih dalam bawahan peraturan Gubernur Aceh yang dilaksanakan ataupun dijalankan oleh dinas pemberdayaan perempuan Kota Lhokseumawe. Dalam pemerintah Kota Lhokseumawe memiliki 12 dinas yang di berikan anggaran disetiap dinas tersebut termasuk pada dinas pemberdayaan perempuan yang memiliki program pengarustamaan gender. Dalam jumlah anggaran yang terdapat dalam RPJM Kota Lhokseumawe tahun 2012 sampai dengan 2017 dengan kondisi konerja pada awal RPJM tahun 2012 mencapai anggaran sebesar Rp. 556,108,188 selanjutnya kondisi kinerja pada akhir periode RPJM mencapai Rp. 1.952,814,985.

Tabel 3.2 Anggaran dalam RPJM dinas pemberdayaan perempuan

Capaian kinerja program dan kerangka perdanaan Program prioritas pembangunan Indikator kinerja program (outcome ) Kondisi kinerja pada awal RPJMD 2012

2013 2014 2015 2016 2017 Kondisi kinerja

pada akhir RPJMD

37


(30)

Badan pemberdayaan perempuan,pe rlindugan anak dan keluarga sejahtera 556,108,1 88 687,215, 400 1.807,5 89,670 1.747, 439,15 4 1.883, 535,61 1 2.014 ,973, 169 1,952,814,985

Dalam anggaran yang di salurkan pemerintah Kota Lhokseumawe memiliki nominal yang cukup besar untuk setiap program di dinas pemberdayaan perempuan, dimana anggaran pada awal RPJMD tahun 2012 sebesar Rp. 556,108,188 dan pada tahun 2012 ini untuk program pengarustamaan gender belum dimasukkan, dikarenakan pada tahun 2012 ini awal periode baru untuk pemerintah Kota Lhokseumawe dan hanya menuntaskan program-program yang sudah di bentuk seperti meningkatkan kaum-kaum perempuan dalam kualitas hidup dan peran posisi perempuan dalam pembangunan. Selanjutnya pada tahun 2013 anggaran yang dimiliki meningkat mencapai Rp. 687,215,400 namun pada tahun 2013 sudah terbentuknya program pengarustamaan gender di Kota Lhokseumawe, tetapi belum di jalankan dengan baik oleh dinas pemberdayaan perempuan. Pada tahap awal sosialisasi di tahun 2013 ini membutuhkan anggaran sekitar Rp. 97,162,000 dari anggaran yang dimiliki Dinas pemberdayaan perempuan. Pengarusutamaan gender di Kota Lhokseumawe dalam membentuk kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Pada tahun 2014 anggaran yang di miliki meningkat mencapai 1.807,589,670 untuk keseluruhan program-program pada dinas pemberdayaan perempuan, namun pada


(31)

tahun 2014 ini yang sudah terbentuknya program pengarustamaan gender ini tahap awal di Kota Lhokseumawe melalui tahap sosialisai di masyarakat Kota Lhokseumawe melalui masyarakat gampong atau desa di Kota Lhokseumawe tentang makna dari program pengarustamaan gender tersebut. pada tahun 2014 pencapaian dana meningkat dari tahun sebelumnya, tahun 2014 ini dana yang dibutuhkan mencapai Rp.462,520,100 dengan rata-rata target yang di buat oleh dinas pemberdayaan perempuan dengan program-program pengarutamaan gender harus mencapai 100 %. Pada tahun selanjutnya yaitu tahun 2015 program pengarustamaan gender ini masih dalam tahap sosialisasi di Kota Lhokseumawe, namun sudah sedikit meningkat di bandingkan dengan tahun yang lalu. Pada tahun 2015 ini program pengarustamaan gender sudah terkait dalam segala program di dinas pemberdayaan perempuan dengan mengadakan tahap peningkatan ekonomi bagi ibu-ibu rumah tangga melalui usaha menengah dan memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak di Kota Lhokseumawe. pada program pengarustamaan gender di Kota Lhokseumawe ini yang masih dikembangkan usaha-usaha kecil menengah bagi laki-laki dan perempuan untuk membatasi kemiskinan dalam rumah tangga dan kesehatan ibu dan anak di Kota Lhokseumawe. Anggaran yang dibutuh pada tahun 2015 ini juga sedikit menurun di bandingkan dengan anggaran-anggaran sebelumnya, anggaran pada tahun 2015 ini mencapai Rp. 412,346,105 , dikarenakan pada tahun 2015 tersebut adanya penambahan anggaran dari pihak DPRK Lhokseumawe namun


(32)

tidak untuk dinas pemberdayaan perempuan dan program pengarustamaan gender. Namun anggaran yang dimiliki dinas pemberdayaan perempuan menurut ibu yulia sudah memenuhi dalam program pengarustamaan gender, tetapi program pengarustamaan gender tersebut dalam meningkatkan keadilan dan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan di Kota Lhokseumawe tetap di jalankan walaupun anggaran yang di khususkan untuk gender tersebut belum ada di Kota Lhokseumawe karena program pengarustamaan gender tersebut masih masuk dalam program RPJMD dan masih mengikuti peraturan Gubernur Aceh tentang perencanaan dan penganggaran responsif gender pada satuan kerja perangkat Aceh. Selanjutnya adanya rencana kerja untuk tahun 2016 dan 2017 dalam RPJMD Kota Lhokseumawe dan masih menjalankan program pengarustamaan gender dengan tahap yang lebih dalam lagi, dengan anggaran perkiraan pada tahun 2016 ini mencapai Rp. 477,403,410, dimana pada tahun 2016 ini perkiraan anggaran meningkat dibandingkan dengan tahun 2013 sampai dengan 2015. Pada tahun 2016 ini program pengarustamaan gender yang dikatakan oleh dinas pemberdayaan perempuan masih dalam tahap sosialisasi namun lebih di perluas di gampong-gampong di seluruh Kota Lhokseumawe dengan mengadakan seperti pelatihan bagi ibu-ibu dan membagikan pelatihan untuk usaha-usaha kerajinan yang bisa di kuasai untuk ibu-ibu rumah tangga di Kota Lhokseumawe. selanjutnya pencapaian kinerja dalam program pengarustamaan gender di Kota Lhokseumawe ini pada tahun 2017 dengan anggaran mencapai


(33)

Rp.472,823,581. Dengan capaian kerja untuk program pengarustamaan geder ini mencapai 100 % dari keseluruhan bidang yang terkait dalam pengarustamaan gender tersebut. Dimana pada tahun 2017 ini pihak dinas pemberdayaan perempuan memiliki target untuk meningkatkan peranan antara laki-laki dan perempuan dalam pembangunan di Kota Lhokseumawe.

Dalam anggaran untuk pengarusutamaan gender yang dibentuk dalam sebuah program itu sangat Penting, karena dengan adanya di keluarkan program pengarusutamaan gender dalam Inpres nomor 9 tahun 2000 tentang pengarusutamaan gender dan keputusan kemendagri nomor 135 tahun 2003 tentang pedoman umum pelaksanaan pengarusutamaan gender dalam pembangunan daerah. Bahwa dalam penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan di daerah masih terdapat kesenjangan gender baik dalam perencanaan, pelaksanaan,penganggaran, pemantauan dan evaluasi maupun dalam pengambilan keputusan dan kebijakan publik.38

38

Hasil wawancara 1

karena itu terkait tentang bagaimana pemerintah Lhokseumawe mendukung badan pemberdayaan perempuan, dimana badan yang dibentuk dalam pemerintah Indonesia untuk mendukung mempromosikan perlindungan dan kekerasan terhadap perempuan itu kewajiban bagi pemerintah untuk memenuhi hak-hak konsitusi perlindungan terhadap perempuan. Kalau di lihat dari konsitusional 14 rumpun yaitu : hak atas kewarganegaraan, hak atas hidup, hak unutk mengembangkan diri, hak atas


(34)

kemerdekaan pikiran dan kebebasan memilih, hak atas informasi,hak atas kerja dan penghidupan layak, hak atas kepemilikan dan perumahan, hak atas kesehatan dan lingkungan sehat,hak berkeluarga,hak atas kepastian hukum dan keadilan,hak bebas dari ancaman,diskriminasi dan kekerasan,hak atas perlindungan,hak atas memperjuangkan hak, hak atas pemerintah. Dilihat dari 14 rumpun di atas bahwasanya perempuan dan laki-laki itu sama dalam pengambilan keputusan dan pendapatan hak-hak kewajiban.

Pemerintah daerah ini punya kewajiban untuk terus mendukung hak-hak laki-laki dan perempuan. Dilembaga swadaya masyarakat dalam kapasitas bukan yang wajib melakukan tetapi bagian dari masyarakat dan kemudian mendorong sehingga pemerintah daerah bertanggung jawab untuk dilindungi hak-hak perempuan. Namun dalam 14 rumpun tersebut tidak berbicara untuk perempuan, tetapi diberlakukan sama antara laki-laki dan perempuan. Karena kebijakan itu bersikap diskriminatif baik anggaran maupun yang lain-lain. namun kenapa Negara dalam prekateknya banyak

menimbulkan diskriminasi termasuk anggaran. Dalam kebutuhan

perempuan,anggaran itu tidak berpihak terhadap perempuan. Alokasi anggaran terhadap perempuan itu sangat minimal, kalau dilihat dari APBN anggaran hanya sekian % dan itu di bagi rata dalam setiap provinsi.


(35)

Tabel 3.3 Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun 2014 dan Prakiraan Maju Tahun 2015

Rencana Tahun 2014

No Program/

kegiatan

Lokasi Indikator

kinerja Target capaian kinerja Kebutuhan dana Sumber dana Target capaian kinerja Kebutuhan dana

1 Program

peningkatan kapasitas sumber daya aparatur Kota Lhokseumawe

- - 40.000.000 APBK - 30.000.000

2 Pendidikan dan

pelatihan formal

Kota Lhokseumawe

100% 40.000.000 APBK 100% 44.000.000

3 Program

peningkatan dan pengembangan pembangunan

Kota Lhokseumawe

10.250.000 APBK 179.375.000

4 Program

penguatan kelembangaan PUG dan anak

Kota Lhokseumawe

165.780.000 APBK 339.772.125

5 Penyuluhan

Bagi IRT dalam membangun

keluarga sejahtera

Kota Lhokseumawe

1 keg 28.340.000 APBK 1 keg 31.174.000

6 Program

peningkatan peran serta dan

kesetaraan gender dalam pembangunan

Kota Lhokseumawe

690.274.500 APBK 409.743.750

Kalau berbicara tentang anggaran ketika pemerintah berkomitmen harus di ikutin dengan anggaran yang berpihak juga dan prasaranan dan saranan harus di buat dengan sebaik mungkin sehingga program-program pengarusutamaan gender tersebut dapat berjalan dengan baik dan bukan hanya berkomitmen saja tetapi harus di jalankan atau diterapkan di daerah khususnya di kota lhokseumawe. sehingga budaya


(36)

patriaki atau kesenjangan yang terus menurus di berikan terhadap kaum perempuan akan hilang baik di tingkat eksekutif maupun di pemerintah.

affirmatif action yaitu kuota 30 % terhadap keterwakilan perempuan di lembaga legislatif yang diwajibkan oleh partai-partai politik. Dengan adanya kebijakan ini kelompok-kelompok perempuan yang sekarang ini memperjuangkan hak-hak perempuan tidak sia-sia. Kita bisa melihat kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dan meningkatkan aspirasi-aspirasi terhadap kaum-kaum perempuan. Dalam anggaran untuk gender tersebut bisa terwujud kesamaan dan hak-hak kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dari semua bidang pengarusutamaan gender.

Dikarenakan masih adanya budaya-budaya patriaki yang masih menyelimuti Negara Indonesia khusunya di daerah Aceh sendiri. Pada DPRK Lhokseumawe keterwakilan perempuan baik di lembaga legislatif maupu eksekutif belum banyak kaum perempuan yang menduduki posisi yang penting dalam lembaga. Seperti pada DPRK Lhokseumawe keterwakilan perempuan di legislatif hanya 2 orang kaum perempuan dari 20 orang yang mencalonkan diri menjadi anggota DPRK Lhokseumawe.39

39

Hasil wawancara 2

Dalam program pengarusutamaan gender yang telah di keluarkan, yang lebih di utamakan untuk saat ini dalam bidang ekonomi dan kesehatan bagi ibu dan anak. Program yang di unggulkan di Kota Lhokseumawe tentang meningkatkan ekonomi bagi laki-laki dan perempuan dan kesehatan ibu dan anak yang di katakan


(37)

ibu yulia kasubig PUG ini sangat penting. Dimana dengan di bentukan usaha-usaha kecil rumahan bagi ibu-ibu rumah tangga bisa membantu peningkatan ekonomi bagi masyarakat Kota Lhokseumawe dan memberikan obatan-obatan atau posyandu gratis bagi kesehatan ibu dan anak supaya agar menurunnya penyakit kurang gizi bagi anak-anak Kota Lhokseumawe khususnya di daerah perdesaan/gampong di kawasan Kota Lhokseumawe.40

3.3 Kendala dalam Program Pengarusutamaan Gender

Perencanaan dan penyusunan anggaran tahunan adalah proses yang sangat penting untuk diintervensi karena pada tahap inilah sumber daya dimulai dan dibagi-bagikan kepada siapa dan seberapa banyak. Proses perencanaan dan penyusunan pembangunan selama ini memadu prinsip bottom-up (dari bawah ke atas) dan top-dwon (dari atas ke bawah). Dimana dalam proses perencanaan dan penganggaran pembangunan selama ini memadu prinsip bottom-up dan top-up. Dalam proses bottom-up, partisipasi perempuan dan laki-laki sangat krusial untuk meyuarakan kebutuhan dan prioritas mereka. Selama ini, keterlibatan perempuan dalam forum ini masih sangat jauh dibandingkan keterlibatan laki-laki. Kalaupun perempuan ada dalam forum tersebut,mereka tidak diberi kesempatan untuk berpendapat atau lebih banyak diam. Rendahnya keterlibatan ini karena informasi mengenai forum tersebut

40


(38)

tidak sampai kepada mereka atau ada asumsi bahwa forum ini merupakan forum laki-laki.

Sementara intervensi terhadap proses top-dwon dapat dilakukan melalui pendampingan kepada sektor atau satuan kerja pemerintah daerah (SKPD) dalam menyusun rencana kerja anggaran (RKA) mereka. Dibeberapa daerah diuji coba implementasi pengarusutamaan gender, dimana keinginan untuk mencoba menerapkan analisa gender didalam perencanaan sudah cukup kuat, baik dikalangan bapeda maupun disektor lain karena mereka sadar bahwa analisa ini akan mempertajam target atau sasaran dari kegiatan dan program mereka. Idealnya intervensi dapat dilakukan pada tahap perumusan kegiatan dan penentuan sasaran kegiatan. Dimana didalam banyak kasus atau program-program SKPD sudah sangat baku, yang artinya dilakukan secara rutin dari tahun serta mengikuti pedoman dari sektor ditingkat nasional atau ketentuan dari departemen dalam negeri. Dalam konsep dan strategi dalam pengarusutamaan gender ini yang sering dipahami sebagai program atau kegiatan, maka untuk menjalankan program pengarusutamaan gender ini memerlukan anggaran khusus. Dimana wilayah yang telah diturunkan dalam inpres nomor 9 tahun 2000 yang disalurkan mulai dari provinsi dan daerah-daerah kabupaten atau kota yang APBD nya bisa terpenuhi degan baik. Dalam tuntutan alokasi program pengarusutamaan gender ini sulit terpenuhi. Padahal sebenarnya tidak perlu menciptakan program atau kegiatan baru pun sudah cukup melakukan


(39)

intervensi pada penyusunan kegiatan yang sudah ada.41

41

Jurnal perempuan 50 pengarusutamaan gender. Jakarta: YAYASAN JURNAL PEREMPUAN.hal 29-30

Kendala yang di dapat selama di lapangan ialah di Kota Lhokseumawe belum terbentuknya perda atau qanun yang telah di tetapkan pada peraturan gubernur Aceh. Di bandingkan di daerah-daerah Aceh khususnya daerah Banda Aceh dan Sabang yang sudah terbentuk peraturan daerah atau qanun tentang pengarusutamaan gender. Bahkan di daerah Banda Aceh sendiri kesetaraan laki-laki dan perempuan sudah dilibatkan dalam bentuk pembangunan,politik maupun sosial budaya. Walikota banda aceh sendiri ibu illiza saaduddin djamal membuat rumah gender dimana untuk meningkatkan partisipasi perempuan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Dimana pasca tsunami di aceh, kota banda aceh banyak perkembangan dalam segi pembangunan. Sedangkan di Kota Lhokseumawe sendiri pengarusutamaan gender tersebut masih mengikuti peraturan Gubenur Aceh dalam di jalankan masih tahap sosialisasi dari dinas-dinas pemberdayaan perempuan saja. Dimana di kota lhokseumawe anggaran untuk pengarusutamaan gender belum di khususkan secara langsung untuk gendernya dan program pengarusutamaan gender tersebut masih dalam tahap sosialisasi di Kota Lhokseumawe dengan anggaran yang di susun melalui RPJMD Kota Lhokseumawe. Anggaran yang ada untuk gender tersebut hanya pada dinas-dinas terkait saja. Seperti di dinas pemberdayaan perempuan yang lebih di utamakan di bidang ekonomi perempuan dan kesehatan ibu dan anak khususnya di Kota Lhokseumawe.


(40)

Di pemerintah kota Lhokseumawe pada dinas pemberdayaan perempuan untuk anggaran di pemerintah Kota lhokseumawe dana yang dikeluarkan cukup dan sesuai dengan program yang di bentuk dalam pengarustamaan gender di Kota Lhokseumawe, mulai dari kesehatan ibu dan anak, pemberdayaan perempuan, pendidikan. Sehingga memperoleh alokasi dana yang cukup di kota Lhokseumawe. Dari kebijakan anggaran dengan program yang diajukan oleh dinas pemberdayaan perempuan banyak yang sesuai dan terpenuhi oleh pemerintah Kota Lhokseumawe. Walaupun ada beberapa kegiatan yang tidak terpenuhi. Mislakan ada kekurangan dalam anggaran dari program-program pengarusutamaan gender pihak dinas pemberdayaan perempuan di ajukan lagi program yang kurang tersebut pada tahun yang akan datang.42

42

Hasil wawancara 1

Didalam program yang dibuat oleh pemerintah Kota Lhokseumawe sudah mempengaruhi, dimana adanya pertanggung jawaban dari Walikota Lhokseumawe Suadi yahya untuk lebih dikembangkan program pengarustamaan gender. Dilihat berapa persen program yang berhasil diajukan oleh pihak dinas pemberdayaan perempuan tersebut yang terkait dalam pengarusutamaan gender tersebut dan anggaran yang dibutuhkan oleh kegiatan antara laki-laki dan perempuan. Tetapi dalam anggaran untuk gender tidak ada, namum anggaran tersebut di berikan oleh pemerintah kota Lhokseumawe dalam mengajukan program ke pihak DPRK yang sudah di sahkan anggarannya. Sesuai anggaran setelah itu di buat pansus. Namun apabila dalam sebuah program tersebut tidak di jalankan dengan baik akan


(41)

mendapatkan sanksi dari pemerintah kota lhokseumawe sendiri dalam program-program yang terkait dalam pengarusutamaan gender.43 Dalam manfaat sumber daya yang dijalankan di Kota Lhokseumawe menurut lembaga swadaya masyarakat seperti di bidang ekonomi,usaha UKM sendiri belum sepenuhnya terpenuhi bagi ibu-ibu rumah tangga, dimana kita lihat pada Negara-negara berkembang lainnya, Industri yang diberikan oleh pemerintah dinegara luar itu sangat baik untuk dan bisa mensejahterakan masyakarat. Di bandingkan dengan Aceh khususnya Kota Lhokseumawe sendiri belum bisa memenuhi syarat yang baik untuk bisa memajukan industuri-industri rumah yang baik.44

3.4Analisis Politik Anggaran Berbasis Pengarusutamaan Gender

Pengarusutamaan gender yang dilaksanakan di Lhokseumawe mempunyai beberapa tujuan yaitu meningkatkan kesadaran pemahaman dan komitmen para pengambilan keputusan tentang pentingnya keadilan dan kesataraan gender,pengintegrasian permasalahan, aspirasi dan kebutuhan laki-laki dan perempuan di berbagai sektor pembangunan dalam mewujudkan kualitas pembangunan daerah yang berkeadilan gender, serta meningkatkan peran kelembagaan pengarusutamaan gender untuk mempercepat pelaksanaan perencanaan dan penganggaran responsif gender.

43

Hasil wawancara 2

44


(42)

Keterpihakan anggaran pendapatan dan belanja daerah kepada masyarakat kota Lhokseumawe bisa di wujudkan melalui fungsi alokasi, distribusi dan stabilisasi. Anggaran yang mempunyai keterpihakan kepada masyarakat supaya terlepas dari kemiskinan. Dimana anggaran pendapatan belanja daerah merupakan hal yang paling penting dalam kebijakan ekonomi yang di miliki masyarakat Indonesia khususnya untuk meningkatkan ekonomi di daerah Kota Lhokseumawe sendiri. Irene Rubbin alhi politik anggaran mengatakan bahwa anggara publik tidak berbeda dengan anggaran lainnya, yakni dalam membuat pengeluaran,keseimbangan dan proses keputusan. Akan tetapi anggara memiliki tipikal yang berbeda seperti bersifat terbuka dan melibatkan aktor-aktor dalam penyusunan dengan memiliki tujuan yang berbeda-beda.

Dalam proses anggaran yang dimulai perencanaan dan penyusunan seperti dalam program pengarusutamaan gender, yang tidak terlepas dalam anggaran yang responsif gender. Anggaran tersebut ada proses penyusunan dalam program-program pengarusutamaan gender untuk meningkatkan sumberdaya dan pembangunan antara laki-laki dan perempuan. Dalam anggaran tersebut adanya proses politik dan kepentingan-kepentingan, baik itu kelompok kepentingan yang memiliki pengaruh terhadap keputusan politik anggaran. Dalam pendekatan politik anggaran ialah fungsi DPR sangat penting dalam membahas anggaran, pada program pengarusutamaan gender khusus anggaran untuk gender sebenarnya di bahas dalam Inpres nomor 9


(43)

tahun 2000 namun pada kenyataannya anggaran pengarusutamaan gender di Kota Lhokseumawe ini belum di khususkan untuk gender, jadi anggaran untuk gender hanya terdapat pada dinas-dinas terkait seperti dinas pemberdayaan perempuan. Di badingkan dengan daerah lain yang ada di Indonesia khususnya Banda Aceh sudah ada anggaran yang berdasarkan gender melalui adanya peraturan daerah atau qanun di Kota Banda aceh. Namun di Kota Lhokseumawe sendiri anggaran yang di keluarkan menurut program-program yang dibuat oleh dinas pemberdayaan perempuan yang mengenai tentang pengarusutamaan gender melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD Di Kota Lhokseumawe.

Pengarusutamaan gender merupakan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, Dalam pengarustamaan gender ini tidak terlepas dalam teori gender yang menyatakan peran antara laki-laki dan perempuan yang lebih bersifat perilaku yang konstruksi secara sosial maupun kultural dan berlangsung berubah dari waktu ke waktu dan tidak bersifat universal yang artinya masyarakat yang satu dengan yang lain mempunyai pengertian yang berbeda-beda dalam memahami gender. Analisis gender di dalam program pengarusutamaan gender sudah tercantum di peraturan Gubernur Aceh. Analisis yang sudah tercantum tersebut ialah yang dimaksudkan untuk mengetahui situasi dan permasalahan isu kesenjangan gender. Selanjutnya, analis gender di dalam pengarustamaan gender ini untuk mengetahui faktor-faktor dan penyebab kesenjangan gender baik internal maupun eksternal yang di fokuskan


(44)

pada level program dan kegiatan. Fakih Mansour mengatakan bahwa gender itu berbeda dengan sex, dimana sex menunjukkan pada perbeda jenis kelamin yang secara biologis melekat pada diri perempuan dan laki-laki sedangkan gender ialah kesetaraan antara laki-laki dan perempuan.

Dalam politik anggaran berbasis pengarusutamaan gender ini merupakan strategi untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender. Kesetaraan dan keadilan gender adanya perubahan baik yang kasat mata maupun tidak kasat mata. Dengan tujuan untuk bisa meningkatkan dan mewujudkan kualitas hidup perempuan dan laki-laki dengan adanya keadilan gender di Kota Lhokseumawe. Menurut Inpres nomor 9 tentang pengarusutamaan gender ini bisa kita lihat tentang adanya keadilan gender antara laki-laki dan perempuan dalam segi pembangunan maupun sumberdaya lainnya. Di Kota Lhokseumawe sendiri dalam keadilan gender belum terlihat secara baik, dikarenakan masih adanya sistem patriaki yang bahwa laki-laki lebih unggul di bandingkan dengan perempuan. Dalam program-program yang telah di susun untuk program gender khususnya untuk program pengarustamaan gender merupakan langkah awal untuk bisa merealisasikan kesetaraan laki-laki dan perempuan di Kota Lhokseumawe, dimana dengan adanya peningkatan peran serta kesetaraan gender dalam pembangunan dan perlindungan anak dan keluarga sejahtera yang bernilai islam dan berspektif gender di masyarakat Kota Lhokseumawe, terselenggarakannya penguatan kelembangaan pengarusutamaan gender dan perlindungan anak dan


(45)

keluarga sejahtera di Kota Lhokseumawe serta mewujudkan keadilan dan peningkatan ekonomi bagi kaum perempuan dalam pembangunan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dan mitra kerja untuk menyukseskan pembangunan dan kegiatan yang berkaitan dengan gender di Kota Lhokseumawe. hal ini merupakan agar program pengarusutamaan gender d Kota Lhokseumawe bisa menjadi program khusus dan berjalan dengan baik seperti di daerah-daerah lain untuk mengurangi kesenjangan sosial terhadap laki-laki dan perempuan. Bahwa apabila dalam kesetaraan gender ini harus ada perbedaan status, pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin. Seperti meningkatnya kuota 30% di dalam parlemen untuk menandakan sudah terlihatnya kesetaraan gender di Indonesia, namun pada nyatanya perempuan yang duduk di parlemen atau lembaga legislatif itu sedikit di bandingkan dengan laki-laki.

Dalam teori gender adanya kesetaraan dan keadilan gender menurut para ahli dan politisi Edward Wilson dari Harvard University yang membagikan teori gender ini menjadi tiga(3) kelompok besar yaitu teori nurture, teori nature dan teori equilibrium. Pada teori nurture ialah adanya perbedaan perempuan dan laki-laki pada hakikatnya adalah hasil kontruksi sosial budaya sehingga menghasilkan peran dan tugas yang berbeda. Perbedaan tersebut menyebabkan perempuan selalu tertinggal dan terabaikan peran dan konstruksi dalam hidup berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pada teori nature adanya perbedaan perempuan dan


(46)

laki-laki adalah kodrat sehingga tidak dapat berubah dan bersifat universal. Perbedaan biologis ini memberikan indikasi dan implikasi bahwa di antara kedua jenis tersebut memiliki peran dan tugas yang berbeda sedangkan pada teori equilibrium ialah terdapat paham kompromistis yang dikenal dengan keseimbangan yaitu menekankan pada konsep kemitraan dan keharmonisan dalam hubungan antara perempuan dan laki-laki. Oleh sebab itu dalam teori gender ini ialah perbedaan konsep gender secara sosial yang telah melahirkan perbedaan peran perempuan dan laki-laki dalam masyarakat. dimana dengan adanya gender telah melahirkan perbedaan peran, tanggung jawab, fungsi, bahkan ruang tempat manusia beraktivitas.

Kebijakan pemerintah Kota Lhokseumawe dalam bentuk kebijakan program pengarustamaan gender yang bertujuan untuk memastikan apakah perempuan dan laki-laki memperoleh manfaat yang sama dari pembangunan. Seperti yang dinyatakan oleh James Anderson: Kebijakan publik merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan. Konsep kebijakan ini kita anggap tepat karena memusatkan perhatian pada apa yang sebenarnya dilakukan dan bukan pada apa yang diusulkan atau dimaksudkan. Pemerintah Kota Lhokseumawe telah menetapkan sebuah kebijakan publik mengenai Pengarustamaan gender.

Keterlibatan aktor-aktor dalam perumusan kebijakan kemudian menjadi ciri khusus dari kebijakan publik. Ini disebabkan oleh kenyataan bahwa kebijakan itu


(47)

diformulasikan oleh apa yang dikatakan David Easton sebagai “penguasa” dalam suatu sistem politik, yaitu para sesepuh tertinggi suku, anggota-anggota eksekutif, legislatif, yudikatif, administrator, penasihat, raja, dan semacamnya. Menurut Easton, mereka ini merupakan orang-orang yang terlibat dalam masalah sehari-hari dalam suatu sistem politik, diakui oleh sebagian terbesar anggota sistem politik, mempunyai tanggung jawab untuk masalah-masalah ini, dan mengambil tindakan-tindakan yang diterima secara mengikat dalam waktu yang panjang oleh sebagian terbesar anggota sistem politik selama mereka bertindak dalam batas-batas peran yang diharapkan.

Aktor-aktor yang terlibat didalam pembuatan program pengarustamaan gender adalah pihak pemerintah Kota Lhokseumawe terutama Dinas Pemberdayaan Perempuan yang membawahi program tersebut. Adapun aktor lainnya yaitu anggota DPRK Lhokseumawe yang mengawasi anggaran dari program pengarusutamaan gender tersebut. Lembaga Swadya Masyarakat (LSM) juga mnjadi salah satu aktor untuk memantau jalannya program ini walaupun program tersebut belum menjadi peraturan daerah atau qanun di Kota Lhokseumawe. Sifat kebijakan publik sebagai arah tindakan dapat dipahami secara lebih baik bila konsep ini dirinci menjadi beberapa kategori. Pertama, tuntutan-tuntutan kebijakan (policy decisions) adalah tuntutan-tuntutan yang dibuat oleh aktor-aktor swasta atau pemerintah, ditujukan kepada pejabat-pejabat pemerintah dalam suatu sistem politik. Diketahui bahwa tuntutan yang muncul terhadap pengarusutamaan gender di Kota Lhokseumawe


(48)

berasal dari Inpres no.9 Tahun 2000 dan Peraturan Kemendagri no. 135 Tahun 2003 yang kemudian diturunkan ke Provinsi untuk diterapkan di daerah-daerah Kota ataupun Kabupaten yang bertujuan untuk memastikan apakah perempuan dan laki-laki memperoleh manfaat yang sama dari pembangunan. Hasil analisis dengan menggunakan teori kebijakan publik dapat diketahui bahwa kebijakan tentang pengarusutamaan gender merupakan bentuk kebijakan yang baik karena mempunyai tujuan, tindakan, bersifat positif, dan telah melalui setiap kategorinya mulai dari tuntutan, keputusan, pernyataan, hasil, dan dampaknya bagi masyarakat. Seharusnya program kebijakan ini sudah dapat dijadikan peraturan daerah gara mampu menjadi penentu arah tindakan yang dilakukan oleh para aktor politik. Namun faktanya dalam upaya pencapaian program diketahui belum berhasil karena belum adanya peraturan daerah ataupun qanun yang mengikat mengenai program tersebut.


(49)

BAB IV

PENUTUP

4.1Kesimpulan

Sesuai dengan amanat GBHN 1999, 2004 dan undang-undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang program pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender perlu dikembangkan kebijakan nasional yang responsif gender. Salah satu strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan ialah adanya strategi dalam pengarusutamaan gender dari segi pembangunan. Diterbitkannya Inpres Nomor 9 Tahun 2000 tentang pengarusutamaan gender merupakan langkah tempat untuk pemerintah provinsi dan pemerintah daerah kota atau kabupaten. Dimana yang harus dilakukan dalam pengarusutamaan gender ini ialah dalam segi perencanaan,pelaksanaan,pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan dan program pembangunan.

Dalam pengarusutamaan gender adalah salah satu strategi pembangunan yang diajukan untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender melalui pengintegrasian, pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki kedalam perencanaan,pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan dan program proyek maupun kegiatan diberbagai bidang kehidupan dam pembangunan.


(50)

Kesetaraan dan keadilan gender juga sesuatu kondisi yang adil dan setara dalam hubungan kerjasama antara perempuan dan laki-laki. Dalam anggaran untuk gender yang terdapat pada anggaran responsif gender ini memberikan perhatian yang konsisten dan sistematis terhadap perbedaan-perbedaan antara perempuan dan laki-laki dalam masyarakat dengan suatu pandangan yang ditujukan kepada kesetaraan dan keadilan gender. Dengan tujuan untuk meningkatkan kesetaraan dan keadilan dalam kedudukan, peranan dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan sebagai insan dan sumberdaya pembangunan. Pemerintah daerah berkewajiban menyususn kebijakan, program dan kegiatan pembangunan berperspektif gender yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Strategis Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPPD).

Menurut peraturan Gubernur Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang pedoman pelaksanaan perencanaan dan penganggaran responsif gender bahwa perencanaan dan penganggaran yang selama ini disusun oleh Satuan Kerja Perangkat Aceh (SKPA) belum mengakomodasi permasalahan, pengalaman, aspirasi dan kebutuhan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Dalam kebijakan program dan kegiatan pembangunan responsif gender di tuangkan dalam RPJMD untuk mewujudkan penyusunan dan pengalokasian anggaran pendapatan dan belanja Aceh (APBA) sesuai dengan strategis pengarusutamaan gender. Kebijakan yang dikeluarkan di pemerintah Kota Lhokseumawe masih dalam tahap sosialisasi. Pihak pemerintah


(51)

mengadakan tahap-tahap turun ke gampong-gampong atau desa-desa untuk menyalurkan atau memberikan pemahaman bagi ibu-ibu rumah tangga tentang usaha-usaha kecil rumahan yang berbasis gender. Dikota Lhokseumawe sendiri belum ada anggara yang dikhususkan untuk gender, biasanya anggaran tersebut disalurkan melalui dinas-dinas terkait saja, namun pengarusutamaan gender di Kota Lhokseumawe sudah dimasukkan ke dalam program di Dinas pemberdayaan perempuan. Maka dari itu kebijakan-kebijakan mengenai pengarusutamaan gender di Kota Lhokseumawe belum ada peraturah daerah yang khusus di Kota Lhokseumawe, karena masih mengikuti peraturan Gubernur Aceh.

Dalam kebutuhan perempuan, anggaran belum berpihak sepenuhnya terhadap perempuan , dimana alokasi anggaran untuk gender hanya 1 % untuk kebutuhan pembangunan. Program-program yang di unggulkan di Kota Lhokseumawe ialah untuk meningkatkan ekonomi bagi laki-laki dan perempuan dan kesehatan ibu dan anak. Di Kota Lhokseumawe yang masih mengikuti peraturan Gubernur Aceh berbeda di bandingkan dengan daerah-daerah lainnya seperti Banda Aceh dan Sabang, pada Daerah Banda Aceh pengarusutamaan gender tersebut sudah di masukkan dalam peraturan daerah atau qanun agar bisa berjalan dengan baik, bahkan di Banda Aceh sendiri kesetaraan antara laki-laki dan perempuan sudah terlihat didalam bentuk pembangunan, politik maupun sosial budaya. Sedangkan di Kota Lhokseumawe pengarustamaan gender tersebut masih di masukkan di dalam program


(52)

di dinas pemberdayaan perempuan dan masih dalam tahap sosialisasi. Dimana anggaran untuk gender di Kota Lhokseumawe belum di khususkan untuk program gender sendiri.

4.2Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan memberikan kekurangan yang ada dan harus di perbaiki agar pengarusutamaan gender lebih bisa di terapkan dengan baik. Pertama, pemerintah harus segera memuculkan peraturan daerah atau qanun pengarusutamaan gender di Kota Lhokseumawe seperti di daerah-daerah lainnya yang telah menjalankan pengarusutamaan gender menurut Inpres tersebut. Dengan adanya peraturan daerah atau qanun bisa lebih baik dalam menjalankan pengarusutamaan gender agar tidak ada lagi kesimpangan antara laki-laki dan perempuan.

Kedua, bisa lebih di kembangkan pengetahuan konsep-konsep gender di masyarakat Kota Lhokseumawe, supaya tidak ada lagi kekerasan terhadap rumah tangga dan pelecehan seksual yang sering terjadi sekarang ini. Dengan berkembangnya program pengarusutamaan gender di pemerintah Kota Lhokseumawe bisa memajukan ekonomi di Kota Lhokseumawe melalui usaha usaha kecil menengah.


(53)

BAB II

PROFIL KOTA LHOKSEUMAWE

Bab dua berisi penjelasan secara umum mengenai profil Kota Lhokseumawe, Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di Kota Lhokseumawe, mata pencaharian dan jumlah DPRD Laki-laki dan perempuan periode tahun 2014-2019 Kota Lhokseumawe. pentinng untuk diketahui mengenai profil Kota Lhokseumawe merupakan objek di dalam penelitian ini. Hal ini penting untuk menjelaskan secara umum mengenai profil Kota Lhokseumawe dengan di bentuknya program politik anggaran berbasis pengarusutamaan gender di Kota Lhokseumawe. dimana program pengarusutamaan gender ini merupakan program kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam pembangunan di dalam Inpres nomor 9 tahun 2000 tentang pengarusutamaan gender. Maka penjelasan pertama yang dipaparkan pada bab dua adalah profil Kota Lhokseumawe, jumlah penduduk laki-laki dan perempuan, mata pecaharian dan Jumlah DPRD laki-laki dan perempuan periode tahun 2014-2019 Kota Lhokseumawe.


(54)

2.1Profil Kota Lhokseumawe

Gambar 2.1 Peta Kota Lhokseumawe

Profil Kota Lhokseumawe yang akan dijelaskan didalam penelitian ini dimulai dari sejarah terbentuknya Kota Lhokseumawe, batas-batas dan luas wilayah,


(55)

kedudukan, tugas dan fungsi, visi misi, dan jumlah DPRD laki-laki dan perempuan di Kota Lhokseumawe.

2.1.1 Sejarah Terbentuknya Kota Lhokseumawe

Asal kata Lhokseumawe adalah ‘Lhok’ dan ‘Seumawe’. Artinya dalam teluk, palung laut. Dan seumawe arrtinya air yang berputar-putar atau pusat dan mata air pada laut sepanjang lepas pantai Banda Sakti dan sekitarnya. Sebelum abad ke XX negeri ini telah diperintah oleh Ulee Balang Kutablang. Tahun 1903 setelah perlawanan pejuang Aceh terhadap penjajag Belanda melemah dan Aceh mulai dikuasai. Lhokseumawe menjadi Bestuur van Lhokseumawe tunduk dibawah aspiran Controeleur dan di Lhokseumawe berkedudukan juga wedana serta asisten residen atau bupati.

Pada dasawarsa kedua abad ke XX diantara seluruh daratan Aceh, salah satu pulau kecil luas sekitar 11 km2 yang dipisahkan sungai Krueng Cunda diisi bangunan-bangunan pemerintah umum, militer dan perhubungan kereta api oleh pemerintah Belanda. Pulalu kecil dengan desa-desa kampung Keude Aceh, kampung jawa, kampung kutablang, kampung Mon Geudong, kampung Teumpok Teungoh, kampung Hagu, kampong Uteun bayi, kampong ujong blang yang keseluruhannya baru berpenduduk 5.500 jiwa di Lhokseumawe. Bangunan demi bangunan mengisi daratan ini sampai terwujud embrio kota yang memiliki pelabuhan, pasar, stasiun kereta api dan kantor-kantor lembaga pemerintah. Sejak proklamasi kemerdekaan,


(56)

pemerintah Negara kesatuan Republik Indonesia belum terbentuknya sistematik sampai kecamatan ini. Pada mulanya Lhokseumawe digabung dengan Bestuurder van cunda. Penduduk di daratan ini makin ramai berdatangan dari daerah sekitarnya seperti Buloh blang ara, Matangkuli, Lhoksukon, Blang Jreun, Nisam, Cunda serta Pidie.

Pada tahun 1956 dengan Undang-undang DRT nomor 7 tahun 1956, terbentuknya daerah-daerah otonom kabupaten dalam lingkup daerah propinsi Aceh. Dimana salah satu kabupaten diantaranya adalah Aceh utara dengan ibukota Lhokseumawe. kemudian pada tahun 1964 dengan keputusan Gubernur Daerah Istimewa Aceh nomor 24/G.A/1964 tanggal 30 November 1964, di tetapkan bahwa kemukiman Banda Sakti dalam Kecamatan Muara Dua dijadikan kecamatan tersendiri dengan nama kecamatan Banda Sakti.

Berdasarkan Undang-undang nomor 5 tahu 1974 tentang pokok-pokok pemerintah di daerah, berpeluang meningkatkan status Lhokseumawe menjadi Kota administratif. Pada tanggal 14 Agustus 1986 dengan peraturan pemerintah nomor 32 tahun 1986 pembentukan Kota Administratif Lhokseumaw ditandatangani oleh presinden Suharto yang diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Soeparjo Roestam pada tanggal 31 Agustus 1987. Dengan adanya hal tersebut maka secara de jure dan

de factor Lhokseumawe telah menjadi kota administratif dengan luas wilayah 253,87 km2 yang meliputi 101 desa dan 6 kelurahan yang terbesar di lima kecamatan yaitu :


(57)

kecamatan banda sakti, kecamatan muara dua, kecamatan dewantara, kecamatan muara satu dan kecamantan blang mangat.

Kota Lhokseumawe merupakan pemekaran dari kabupaten Aceh utara dan terletak di pesisir timur pulau Sumatra. Posisi Kota Lhokseumawe berada di antara Kota Banda Aceh dan Medan, menjadikan kota ini sangat startegis sebagai jalur disstribusi dan perdagangan di Aceh. Sejak tahun 1988 gagasan peningkatan status kotif Lhokseumawe menjadi Kotamadya mulai diupayakan sehingga kemudian lahir Undang-undang nomor 2 tahun 2001 tentang pembentukan Kota Lhokseumawe tanggal 21 juni 2001 yang ditanda tangani presiden RI Abdurrahamn Wahid yang wilayahnya mencakup tiga Kecamatan yaitu : kecamatan Banda Sakti, kecamatan Muara dua dan kecamatan Blang mangat. Pada tahun 2006 kecamatan Muara dua mengalami pemekaran menjadi kecamatan Muara dua dan kecamatan Muara satu sehingga jumlah kecamatan di Kota Lhokseumawe menjadi empat kecamatan.

2.1.2 Batas-batas dan Luas wilayah

Kota Lhokseumawe terletak di antara 04o 54’ – 05o 18’ Lintang Utara dan 96o 20’ – 97o 21’ Bujur Timur dengan batas-batas sebagai Berikut:

- Sebelah utara dengan selat malaka.

- Sebelah barat dengan kecamatan dewantara kabupaten aceh utara. - Sebelah selatan dengan kecamatan kuta makmur kabupaten aceh utara.


(58)

- Sebelah timur dengan kecamatan syamtalira bayu kabupaten aceh utara.

Kota Lhokseumawe memiliki luas wilayah 181,10 km2 yang secara administratif Kota Lhokseumawe terbagi kedalam 4 kecamatan dan 68 gampong. Kecamatan-kecamatan di Kota Lhokseumawe yaitu :

1. Kecamatan banda sakti. 2. Kecamatan muara dua. 3. Kecamatan blang mangat. 4. Kecamatan muara satu.

2.1.3 Luas Wilayah dan Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan

Kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam pembangunan. Dalam nilai universal penduduk merupakan pelaku dan sasaran pembangunan sekaligus yang menikmati hasil pembangunan. Dalam kaitan peran penduduk tersebut, kualitas mereka perlu ditingkatkan dan pertumbuhan serta mobilitasnya harus dikendalikan.

Dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan memanfaatkan jumlah penduduk yang besar sebagai kekuatan pembangunan bangsa, maka perlu ditingkatkan upaya pembinaan, pengembangan dan pemberdayaan potensi sumber daya manusia serta upaya meningkatkan aktivitas ekonomi di berbagai sektor yang mendorong perluasan lapangan kerja. Dengan usaha-usaha tersebut diharapkan dapat tercipta


(59)

manusia-manusi pembangunan yang tangguh, berbudi luhur, terampil, percaya diri dan bersemangat membangun dalam berbagai lapangan kerja produktif.

2.1.3.1Struktur penduduk berdasarkan jenis kelamin dan struktur umur

Jumlah total penduduk pada wilayah Kota Lhokseumawe pada tahun 2009 berjumlah 159.239 jiwa, terjadi kenaikan sebesar 7 % bila di bandingkan dengan jumlah penduduk tahun 2010 yaitu berjumlah 171.163 jiwa. Penyebaran penduduk pada tiap kecamatan belum merata, dimana jumlah penduduk tertinggi berada pada kecamatan Banda Sakti yaitu pada tahun 2009 berjumlah 71.749 jiwa dan pada tahun 2010 berjumlah 73.542 jiwa. Sedangkan penduduk terendah terdapat di kecamatan Blang Mangat yaitu pada tahun 2009 berjumlah 18.869 jiwa dan pada tahun 2010 berjumlah 21.689 jiwa.

Struktur penduduk menurut jenis kelamin di wilayah Kota Lhokseumawe pada tahun 2009 terdiri dari 79.254 jiwa laki-laki dan 79.985 jiwa perempuan dan untuk tahun 2010 terdiri dari 85.436 jiwa laki-laki dan 85.727 jiwa perempuan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut:


(60)

Tabel 2.1

Jumlah penduduk dan jenis kelamin menurut Kecamatan di Kota Lhokseumawe Tahun 2009-2010

No Kecamatan Laki-Laki 2009 Tahun 2010

Perempu

an

Total Laki-laki

Perempu an

Total

1 Blang

Mangat

9,426 9,443 18,869 10,83

6

10,853 21,689

2 Muara Dua 18,466 18,666 37,132 21,92

9

22,280 44,209

3 Muara satu 15,677 15,812 31,489 15,81

5

15,908 31,732

4 Banda Sakti 35,685 36,064 71,749 36,85

6

36,686 73,542

Total 79,254 79,985 159,23

9

85,43 6

85,727 171,16 3 Sumber : Lhokseumawe dalam Angka 2009-2010.


(61)

2.1.3.2Jumlah penduduk miskin

Kemiskinan merupakan suatu persoalan yang pelik dan multidimensional. Merupakan bagian tak terpisahkan dari pembangunan dan mekanisme ekonomi, sosial dan politik yang berlaku. Setiap upaya penanggulangan masalah kemiskinan secara tuntas menuntut peninjauan sampai ke akar masalah, tidak ada jalan pintas untuk menanggulangi masalah kemiskinan ini.

Dikota Lhokseumawe dengan jumlah penduduk miskin pada tahun 2009 berjumlah 22.530 jiwa, terjadi penurunan sebesar 3,3 % bila dibandingkan pada tahun 2010 berjumlah 21.770 jiwa. Sedangkan persentase jumlah penduduk miskin terhadap jumlah total penduduk Kota Lhokseumawe pada tahun 2009 sebesar 14,00 % dan persentase jumlah penduduk miskin terhadap jumlah total penduduk Kota Lhokseumawe pada tahun 2010 sebesar 12,00 %.

Tabel 2.2

Jumlah penduduk miskin Kota Lhokseumawe tahun 2009-2010

No Tahun Jumlah Penduduk

Jumlah Penduduk Miskin (jiwa)

Persentase (%)

1 2009 159,238 22,530 14,00 %

2 2010 171,163 21,770 12,00 %


(62)

2.1.3.3Jumlah Pengangguran

Masalah pengangguran umumnya lebih banyak oleh daerah perkotaan sebagai efek dari perindustrialisasi. Pengangguran terjadi sebagai akibat dari tidak sempurnanya pasar tenaga kerja atau tidak mempunyai pasar tenaga kerja dalam menyerap tenaga kerja yang ada. Akibatnya timbul sejumlah pekerja yang tidak diperdayakan dalam kegiatan perekonomian. Ini merupakan akibat tidak langsung dari penawaran (supply) tenaga kerja di pasar tenaga kerja melebihi permintaan (demand) untuk mengisi kesempatan kerja yang tercipta.

Di Kota Lhokseumawe tingkat pengangguran pada tahun 2009 berjumlah 8.228 jiwa mengalami penurunan sebesar 4,6 % di bandingkan tahun 2010 yaitu berjumlah 7.848 jiwa. Sedangkan persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah penduduk Kota Lhokseumawe terhadap jumlah total penduduk Kota Lhokseumawe pada tahun 2009 sebesar 5,2 % dan pada tahun 2010 persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah total penduduk sebesar 4,0 %

Tabel 2.3

Jumlah pengangguran Kota Lhokseumawe Tahun 2009-2010

No Tahun Jumlah Penduduk Jumlah Pengangguran (jiwa) Persentase (%)

1 2009 159.238 8.228 5,2 %

2 2010 171.163 7.848 4,0%


(63)

2.1.3.4 Target dan Realisasi Sumber Penerimaan Pendapatan Daerah Kota Lhokseumawe

Dalam Anggaran pendapat daerah Kota Lhokseumawe tertulis dalam target dan realisasi dalam sumber penerimaan pendapatan daerah Kota Lhokseumawe, dimana dapat di lihat pada tabel berikut :

Tabel 2.4

Target dan realisasi Sumber Penerimaan Pendapatan Daerah Kota Lhokseumawe

Sumber Penerimaan Target Realisasi Persenta

se

A Pendapatan Daerah 662 434 773

104,00

643 373 365 018,02

97,12

1 Pendapatan asli Daerah 38 350 390

000,00

36 213 933 082,26

94,43

Pajak Daerah 15 135 000

000,00

16 132 259 567,00

106,59

Restribusi Daerah 9 950 390 000,00 6 795 080

768,00


(64)

Hasil Pengelolaan

Kekayaan Daerah Yang

dipisahkan

2 865 000 000,00 2 454 417 855,26

85,67

Lain-lain Pendapatan

Daerah yang sah

5 700 000 000,00 4 688 039 132,00

82,25

Zakat dan Infaq/ Sadaqah 4 700 000 000,00 6 144 135 760,00

130,73

2 Dana Perimbangan 534 159 262

520,00

550 942 083 884,00

103,14

Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak

65 475 072 520,00

82 257 893 884,00

125,63

Dana Alokasi Umum 437 793 850

000,00

437 793 850 000,00

100,00

Dana Alokasi Khusus 30 890 340

000,00

30 890 340 000,00

100,00

3 Lain-lain Pendapatan

Daerah yang sah

89 925 120 584,00

56 217 348 051,76


(65)

Dana bagi hasil pajak dari Provinsi

10 804 595 477,00

10 838 242 051,76

100,31

Dana penyesuaian dan

Otonomi Khusus

47 024 090 212,00

44 979 106 000,00

95,65

Bantuan Keuangan dari

Provinsi

10 000 000 000,00

400 000 000,00

4,00

Lain-lain Pendapatan

Daerah yang sah

22 096 434 895,00

Sumber : Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Lhokseumawe

2.1.3.5Mata Pecaharian di Kota Lhokseumawe

Tingkat mata pecaharian penduduk di Kota Lhokseumawe sebagai berikut :

1. Wiraswasta 2. PNS 3. Nelayan 4. Pedagang

5. Karyawan Swasta 6. Guru


(1)

Reni, Mantily, dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan semua disini.

Medan, 10 Desember 2015

Hayatun Nufus 110906059


(2)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Halaman Pengesahan ... iv

Halaman Persetujuan ... v

Lembar Persembahan ... vi

Kata Pengantar ... vii

Daftar isi ... ix

Daftar Tabel dan Gambar ... xii

BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 12

1.3 Pembatasan Masalah ... 13

1.4 Tujuan Penellitian ... 13

1.5 Manfaat Penelitian ... 14

1.6 Kerangka Teori ... 15


(3)

1.6.2 Teori Gender ... 17

1.6.3 Teori Kebijakan Publik ... 22

1.7 Metode Penelitian ... 25

1.7.1 Jenis Penelitian ... 25

1.7.2 Lokasi Penelitian ... 26

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data ... 26

1.7.4 Teknik Analisa Data ... 27

1.8 Sistematika Penulisan ... 28

BAB II: PROFIL KOTA LHOKSEUMAWE 2.1 Profil Kota Lhokseumawe ... 31

2.1.1 Sejarah Terbentuknya Kota Lhokseumawe ... 32

2.1.2 Batas-batas dan Luas Wilayah ... 34

2.1.3 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan ... 35

2.1.3.1 Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan struktur Umur 36

2.1.3.2 Jumlah Penduduk Miskin ... 38

2.1.3.3 Jumlah Pengangguran ... 39

2.1.3.4 Target dan Realisasi Sumber Penerimaan Pendapatan Daerah Kota Lhokseumawe ... 40


(4)

2.2 Profil DRPK Lhokseumawe ... 44

2.2.1 Sejarah Singkat DPRK Lhokseumawe ... 44

2.2.2 Jumlah Kursi DPRK Lhokseumawe Periode 2014-2019 ... 45

2.2.3 Nama-Nama Anggota DPRK Lhokseumawe Periode ... 55

BAB III: POLITIK ANGGARAN DI PEMERINTAH KOTA LHOKSEUMAWE DALAM PENGARUSUTAMAAN GENDER 3.1 Proses Penyusunan Kebijakan Pengarusutamaan Gender ... 48

3.2 Anggaran-anggaran Untuk Pengarusutamaan Gender ... 58

3.3 Kendala Dalam Program Pengarusutamaan Gender ... 66

3.4 Analisis Politik Anggaran Berbasis Pengarusutamaan Gender ... 70

BAB IV: PENUTUP 4.1 Kesimpulan ... 78

4.2 Saran ... 81

Daftar Pustaka ... 87 Daftar Lampiran:

Lampiran 1. Pedoman Wawancara

Lampiran 2. Transkrip Wawancara dengan Ibu Yulia

Lampiran 3. Transkrip Wawancara dengan Ibu Roslina S.Kom Lampiran 4. Transkrip Wawancara dengan Bapak Jamluddin S.Sos


(5)

Lampiran 5. Transkrip Wawancara dengan Ibu Roslina Rasyid Lampiran 6. Transkrip Wawancara dengan Ibu Khairul Hasni


(6)

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Daftar Tabel

Tabel 1.1 Data Pendidikan Kota Lhokseumawe Berdasarkan jenis Kelamin 10 Tabel 2.1 Jumlah Penduduk dan Jenis Kelamin Menurut Kecamatan Kota Lhokseumawe Tahun 2009-2010 ... 37 Tabel 2.2 Jumlah Penduduk miskin Kota Lhokseumawe Tahun 2009-2010. 38 Tabel 2.3 Jumlah Pengangguran Kota Lhokseumawe tahun 2009-201 ... 39 Tabel 2.4 Target dan realisasi sumber penerimaan pendapatan daerah Kota Lhokseumawe ... 40 Tabel 2.5 Jumlah Gampong, Jumlah Penduduk dan Rasio jenis kelamin .... 43 Tabel 2.6 Nama-Nama Partai Politik yang Mendapatkan Kursi di DPRK Lhokseumawe ... 45 Tabel 3.1 RPJM Kota Lhokseumawe Tahun 2012-2017 ... 52 Tabel 3.2 Anggaran dalam RPJM Dinas Pemberdayaan Perempuan ... 59 Tabel 3.3 Rumusan Rencana Program dan kegiatan SKPD Tahun 2014 dan prakiraan maju tahun 2015 ... 64 Daftar Gambar