BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan sehari – hari manusia selalu dipenuhi dengan tes. Ketika akan masuk sebuah sekolah, calon siswa akan diberi tes untuk melihat apakah dia lulus
atau tidak di sekolah tersebut. Di sekolah, seorang siswa diberi tes untuk menentukan apakah dia tamat atau tidak. Setelah itu, untuk masuk ke perguruan
tinggi seorang calon mahasiswa akan diberi tes lagi. Saat akan memasuki dunia kerja, calon karyawan juga akan diberi tes untuk menentukan apakah dia diterima
atau tidak. Di dunia modern, sebagian besar kehidupan dan kesuksesan seseorang tergantung dari hasil tes.
Tes adalah alat untuk mengukur atau teknik yang digunakan untuk mengkuantifikasi perilaku atau bantuan untuk mengerti dan memprediksi tingkah
laku Kaplan Saccuzzo, 2005. Sebagai contoh, tes matematika mengukur kemampuan berhitung seseorang atau sejauh mana seseorang menguasai pelajaran
matematika yang telah diajarkan. Kaplan dan Saccuzzo 2005 membagi tes menjadi dua macam,
personality test tes kepribadian dan ability test tes kemampuan. Tes kepribadian mengukur perilaku khusus, yaitu sifat, temperamen, dan disposisi.
Tes kemampuan mengukur kemampuan berdasarkan kecepatan, ketepatan, ataupun keduanya. Salah satu tes yang termasuk tes kemampuan adalah tes
inteligensi. Tes inteligensi adalah tes yang digunakan untuk mengukur potensi
Universitas Sumatera Utara
untuk menyelesaikan masalah, beradaptasi pada lingkungan yang berubah, dan belajar dari pengalaman.
Berdasarkan kegunaan dari tes inteligensi, yaitu untuk mengukur potensi untuk menyelesaikan masalah, maka banyak pihak seperti sekolah atau
perusahaan yang menggunakan tes inteligensi untuk menyeleksi orang yang akan masuk ke sekolah atau perusahaan tertentu. Tujuannya adalah agar orang yang
telah lolos dari seleksi akan dapat menunjukkan kinerja yang baik, memecahkan masalah yang akan dihadapi di sekolah atau perusahaan. Jadi, hasil tes inteligensi
tersebut dijadikan tolak ukur apakah seseorang berkompeten masuk ke sekolah ataupun memiliki karakter yang diinginkan perusahaan. Melihat penggunaan hasil
tes inteligensi yang cukup luas di sekolah dan perusahaan, maka sangatlah penting bahwa instrumen tes tersebut benar – benar berkualitas, yaitu benar – benar sesuai
fungsi dasarnya dan dapat dipercaya. Salah satu alat untuk mengukur inteligensi adalah IST Intelligenz Struktur
Test. IST adalah alat ukur inteligensi yang dikembangkan oleh Rudolf Amthauer pada tahun 1953 dan populer di Jerman. IST telah direvisi beberapa kali yaitu
pada tahun 1973 dikenal dengan nama IST-70 dan pada tahun 1999 IST 2000 dan yang paling terbaru adalah IST 2000R pada tahun 2007. IST dirancang untuk
mengukur kemampuan verbal, numerikal, dan spasial yang dinilai dari 9 subtes. IST yang digunakan di Indonesia merupakan hasil dari adaptasi yang
dilakukan pada versi IST yang pertama oleh Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran selanjutnya disebut Unpad pada tahun 1970 dan digunakan oleh
Psikologi Angkatan Darat. Sebagai salah satu alat untuk mengukur inteligensi,
Universitas Sumatera Utara
IST cukup populer digunakan di Indonesia, salah satunya digunakan di Unit Pelayanan Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat selanjutnya disebut
P3M Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara selanjutnya disebut USU. IST diberikan atas permintaan perusahaan tertentu ketika melakukan seleksi
komunikasi personal dengan staff P3M Novi, 15 Oktober 2010, pukul 12.00 WIB di ruang P3M. Akan tetapi, versi IST yang digunakan hingga sekarang adalah
versi adaptasi pada tahun 1973, dengan norma yang juga masih sama. Berdasarkan pengamatan peneliti, belum pernah dilakukan evaluasi maupun revisi
terhadap IST yang digunakan. Melihat bahwa IST yang digunakan di Indonesia belum pernah dilakukan
revisi, maka akan sangat wajar jika aitem – aitem yang terdapat di dalamnya sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman. Bahasa yang digunakan
juga tentu sudah mengalami perubahan, yang akan mengakibatkan orang yang mengikuti tes tidak mengerti pertanyaannya, sehingga dia menjawab sembarangan
dan skornya menjadi jelek atau tidak merepresentasikan kemampuannya. Tujuan dari tes inteligensi adalah mengukur potensi untuk menyelesaikan
masalah, beradaptasi pada lingkungan yang berubah, dan belajar dari pengalaman. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil skornya, yang dibandingkan dengan norma.
Norma suatu tes seharusnya sering diperbarui. Hal ini dikarenakan seiring berjalannya waktu, terjadi perubahan karakteristik atau kemampuan dari populasi.
Penelitian Flynn 1987 menemukan adanya peningkatan skor inteligensi dalam jangka waktu beberapa puluh tahun. Oleh karena itu, jika norma yang ada belum
Universitas Sumatera Utara
pernah diperbarui, maka akan memberikan hasil skor inteligensi yang lebih tinggi dari seharusnya.
Norma yang tidak sesuai, juga berkaitan dengan validitas sebuah tes. Valid artinya sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan
fungsi ukurnya Azwar, 2009. Jika hasil tes tidak tepat, maka tes tersebut tidak valid. Imbasnya adalah, jika tes tersebut digunakan untuk menyeleksi orang,
tentulah orang yang diseleksi bukan merupakan orang yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Jika data yang tidak valid tersebut dievaluasi dengan norma,
maka tentu saja salah. Begitu juga sebaliknya, hasil tes yang valid, jika dikaitkan dengan norma yang tidak tepat, maka hasilnya juga pasti menjadi salah. Selain
valid, tes diharapkan juga memberikan hasil yang reliabel. Konsep reliabilitas adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat
dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil
yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Bila terjadi perbedaan besar dalam hasil pengukuran, maka hasil
pengukuran tersebut tidak dapat dipercaya dan dikatakan sebagai tidak reliabel. Reliabilitas ini juga berkaitan dengan validitasnya. Jika alat ukur tidak dapat
mengukur apa yang diinginkan, maka tentu saja alat ukur tersebut tidak dapat dipercaya.
Validitas dan reliabilitas juga dipengaruhi oleh faktor dari luar, seperti kebocoran soal. Jika soal yang dipakai tidak pernah berubah selama bertahun –
tahun, maka kemungkinan bocor tentu makin besar. Indikasi kebocoran soal
Universitas Sumatera Utara
ditemukan peneliti di internet. Salah satu situs di internet menyediakan jasa pelatihan psikotest, dan IST termasuk dalam program pelatihan mereka. Jika
kunci jawaban telah bocor, maka tentu hasil tes seorang individu bukan menunjukkan kemampuan dari individu tersebut.
Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan pada subtes ZR Zahlenreihen yang memiliki arti deret angka. Dalam subtes ini subyek diminta unuk
melanjutkan deret angka dengan mengisi angka pada posisi terakhir dari deret berdasarkan pola yang terlihat dari angka – angka yang tersedia sebelumnya.
Subtes ini bertujuan untuk mengukur kemampuan berpikir induktif dengan bilangan serta momen ritmis ritme dalam pola angka. Pola berpikir induktif
cukup penting dalam kehidupan manusia karena manusia umumnya memperoleh pengetahuan dari cara berpikir seperti ini. Oleh karena itu, orang yang dapat
berpikir secara induktif dengan baik akan dapat mempelajari sesuatu dengan lebih mudah.
Fokus penelitian ditujukan pada subtes ZR untuk melihat apakah hasil pengukuran dari ZR ini masih valid dan reliabel. Bias bahasa mungkin tidak
terjadi dalam subtes ini karena subtes ini terdiri dari angka – angka. Akan tetapi, perhitungan dalam ZR sudah pernah dipelajari di sekolah dan mungkin sudah
sangat dikuasai, sehingga tingkat kesulitan ZR mungkin menjadi menurun bagi individu tersebut karena proses belajar. Selain itu, dalam penelitian Tiarsarani
2008 ditemukan bahwa beberapa aitem dalam subtes ZR memiliki daya diskriminasi yang tidak baik. Sehingga peneliti ingin melihat apakah ZR masih
sesuai untuk digunakan.
Universitas Sumatera Utara
Melihat pada hal tersebut, maka dilakukan pengujian karakteristik psikometri pada subtes ZR untuk melihat apakah subtes ZR mampu menyeleksi
orang yang dapat berpikir secara induktif. Karakteristik psikometri yang dilihat berupa indeks diskriminasi, indeks kesukaran aitem, indeks reliabilitas, dan indeks
validitas. Mengingat bahwa ZR digunakan untuk mengukur pemikiran induktif, maka penting bahwa tes tersebut valid, reliabel, dan norma yang digunakan sudah
diperbarui.
B. Identifikasi Masalah