Efektivitas Distraktor Reliabilitas Alat Ukur

Ebel dalam dalam Azwar, 2010 menyarankan kriteria evaluasi indeks diskriminasi dalam empat kategori yaitu: Tabel 2 Evaluasi Indeks Daya Beda Aitem Indeks Daya Beda Evaluasi 0,4 atau lebih Bagus sekali 0,3 – 0,39 Lumayan bagus, tidak membutuhkan revisi 0,2 – 0,29 Belum memuaskan, perlu revisi Kurang dari 0,20 Jelek dan harus dibuang

3. Efektivitas Distraktor

a. Pengertian Efektivitas Distraktor Aitem tes yang sempurna akan memiliki dua karakteristik. Pertama, orang yang mengetahui jawaban terhadap suatu pertanyaan akan selalu memilih jawaban yang benar. Kedua, orang yang tidak mengetahui jawabannya akan memilih jawaban secara acak dari jawaban yang ada Murphy Davidshofer, 2003. Ini artinya beberapa orang akan dapat menebak dengan benar. Selain itu, dapat juga berarti setiap jawaban yang salah akan sering dipilih juga. b. Analisis Efektivitas Distraktor Efektivitas distraktor dapat dianalisa dengan melihat jumlah orang menjawab salah dan jumlah distraktor yang ada. Distraktor berfungsi dengan baik jika pilihan orang yang salah menjawab akan tersebara pada distraktor yang ada secara merata. Jika ada distraktor yang tidak berfungsi, yaitu distraktor yang tidak dipilih oleh subjek, maka indeks kesukaran aitem tersebut akan berkurang. Universitas Sumatera Utara

4. Reliabilitas Alat Ukur

a. Pengertian Reliabilitas Reliabilitas sebuah tes adalah stabilitas dari hasil tes ketika diberikan lagi, yaitu, jika seorang individual diberikan tes dengan cara yang sama maka akan menghasilkan hasil yang konsisten jika atribut yang diukur itu tidak berubah Kumar, 2009. Selain itu, jika sebuah tes memiliki reliabilitas yang tinggi, maka secara relatif eror pengukurannya akan semakin berkurang sehingga alat tes tersebut dapat dipercaya. Reliabilitas alat ukur juga menunjukkan sejauh mana perbedaan – perbedaan skor tampak mencerminkan perbedaan atribut yang sebenarnya. Karena konsepsi mengenai reliabilitas berkaitan dengan derajat konsistensi antara dua perangkat skor tes, maka formula reliabilitas selalu dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi Azwar, 2009. Secara praktis, Kumar 2009 menyebutkan dua pengertian reliabilitas: 1 Reliabilitas adalah proporsi dari varians skor dengan varians skor tampak 2 Reliabilitas adalah proporsi dari varians eror terhadap varians total b. Bentuk Estimasi Reliabilitas Koefisien reliabilitas dalam Classical Tes Theory diperoleh dari korelasi antara tes yang paralel. Akan tetapi, dalam prakteknya, tidak ada pengembang tes yang dapat membuat pengukuran – pengukuran yang paralel secara sempurna. Skor murni dari subjek juga tidak dapat diperoleh. Oleh karena itu, koefisien reliabilitas tidak dapat ditentukan dengan pasti; akan tetapi, dapat diestimasi dari Universitas Sumatera Utara beberapa sampel individu yang merespon beberapa aitem. Beberapa prosedur yang disebutkan oleh Crocker dan Algina 1986 untuk mengestimasi reliabilitas adalah sebagai berikut 1 Prosedur yang memerlukan dua kali administrasi tes a Metode tes paralel Metode ini menggunakan dua bentuk dari tes yang paralel yang diberikan pada subjek yang sama. Kedua bentuk tes tersebut harus diberikan dalam waktu yang dekat untuk menghindari kelelahan. Koefisien korelasi kedua bentuk tes tersebut kemudian dihitung. b Metode tes ulang Metode ini menyajikan tes dua kali pada kelompok yang sama dan kemudian mengkomputasikan koefisien korelasi antara kedua penyajian tes. Kelemahan dalam pendekatan ini adalah kondisi subjek pada penyajian tes yang kedua belum tentu sama dengan kondisinya pada saat penyajian tes yang pertama. c Metode tes ulang dengan tes paralel Koefisien reliabilitas juga dapat diestimasi dengan menggunakan kombinasi dari tes ulang dan tes paralel. Dalam kasus ini, prosedurnya adalah mengadministrasi bentuk pertama dari tes, menunggu, kemudian mengadministrasi bentuk kedua. Jika memungkinkan, urutan adminitrasi dibedakan untuk setengah kelompok. Koefiesien reliabilitas yang didapat dipengaruhi oleh eror pengukuran karena bentuk tes dan juga karena perubahan performansi individu seiring berjalannya waktu. Universitas Sumatera Utara 2 Metode yang memerlukan administrasi tes hanya sekali Jika tes hanya dapat diadministrasi sekali saja, koefisien reliabilitas dapat diestimasi dengan melihat seberapa konsisten performa subjek diseluruh aitem. Prosedur ini disebut metode konsistensi internal. Berikut dua metode digunakan untuk mengestimasi konsistensi internal. a Pembelahan Menggunakan metode pembelahan, penguji mengadministrasi satu bentuk dari tes kepada sekelompok subjek. Sebelum menskor tes, penguji membagi aitem tersebut menjadi dua subtes, dengan tiap – tiap bagian merupakan setengah dari tes aslinya. Jadi, jika tes yang diberikan berisi 20 aitem, maka akan dibagi menjadi dua subtes dengan 10 aitem tiap subtes. Tujuannya adalah untuk membuat dua tes yang mendekati paralel sebisa mungkin. Empat metode yang populer untuk membagi tes adalah: i Membagi berdasarkan aitem dengan nomor ganjil dan aitem dengan nomor genap. ii Mengurutkan berdasarkan tingkat kesukaran yang dilihat dari respon subjek; kemudian membagi dalam peringkat dengan nomor ganjil dan genap. iii Membagi secara acak. iv Membagi aitem sehingga keduanya ”sesuai” dalam isinya. Kedua tes yang telah dibagi kemudian diskor terpisah untuk setiap subjek, dan koefisien korelasi dihitung antara kedua tes tersebut. Universitas Sumatera Utara b Metode berdasarkan kovarians aitem Metode ini menggunakan beberapa cara dalam menentukan reliabilitas, yaitu Kuder Richardson 20, alpha Cronbach, dan analisis varians Hoyt. c. Formula Estimasi Reliabilitas Berikut beberapa formula estimasi yang dapat digunakan untuk menghitung koefisien reliabilitas: 1 Formula Spearman Brown Koefisien korelasi yang didapat dari pembelahan tes umumnya akan lebih rendah dari koefisien reliabilitas untuk tes dengan panjang yang sebenarnya. Untuk mengatasi ini dapat digunakan formula Spearman Brown. AB AB xx ρ ρ ρ + = 1 2 3 Keterangan: xx ρ = koefisien reliabilitas AB ρ = korelasi antara kedua belahan tes 2 Rulon Alternatif lain untuk mengestimasi koefisien reliabilitas dari tes yang dibelah dua adalah metode yang diajukan oleh Rulon pada tahun 1939 : 2 2 1 x D xx σ σ ρ − = 4 Keterangan: 2 D σ = Varians perbedaan skor kedua belahan 2 x σ = Varians skor tes D = Perbedaan skor kedua belahan Universitas Sumatera Utara 3 Koefisien Alpha Cronbach, pada tahun 1951, menyajikan metode untuk mengestimasi konsistensi internal dan membuat sebuah formula umum yang dikenal dengan koefisien alpha Cronbach.         − − = ∑ 2 2 1 1 x i k k σ σ α 5 Keterangan: k = jumlah aitem 2 i σ = varians dari aitem i 2 x σ = varians total tes Alpha dapat digunakan untuk mengestimasi konsistensi internal dari aitem yang dikotomi. 4 Formula Kuder Richardson Salah satu metode yang cukup dikenal selain koefisien alpha adalah Kuder Richardson 20. KR 20 hanya dapat digunakan untuk aitem dikotomi. Formula ini berasal dari usaha Kuder dan Richardson ketika mencari solusi terhadap metode pembelahan tes yang gagal untuk memberi hasil yang unik untuk sebuah tes. Dalam tulisan mereka terdapat dua formula untuk mengestimasi, yaitu KR 20 dan KR 21. Formula untuk KR 20 adalah         − − = ∑ 2 20 1 1 x pq k k KR σ 6 Keterangan : k = banyaknya aitem dalam tes pq = varians dari aitem i 2 x σ = varians total tes Universitas Sumatera Utara Jika asumsinya semua aitem memiliki kesukaran yang sama, Kuder dan Richardson merumuskan formula yang lebih sederhana, yang tidak memerlukan penghitungan varians tiap aitem. Formula KR 21 adalah sebagai berikut:       − − − = 2 21 1 1 x k k k k KR σ µ µ 7 Keterangan : k = banyaknya aitem dalam tes µ = mean skor total 2 x σ = varians total tes Jika semua aitem memiliki tingkat kesukaran yang sama, formula KR 20 dan KR 21 akan menghasilkan estimasi reliabilitas yang setara; akan tetapi, jika tingkat kesukaran tiap aitem berbeda, estimasi reliabilitas dari KR 21 akan lebih rendah dari KR 20. 5 Metode Hoyt Hoyt pada tahun 1941 mengembangkan suatu pendekatan untuk mengestimasi reliabilitas yang juga menghasilkan hasil yang identik dengan hasil yang diperoleh dari koefisien alpha. Metode Hoyt didasarkan atas analisis varians. Menggunakan analisis varians standar, dia mendefinisikan estimasi reliabilitasa sebagai beriku: persons residual persons MS MS MS xx − = ρ Keterangan: MS persons = mean square term for persons kuadrat rata – rata untuk orang dari analisis varians MS residual = mean square term for the residual variance kuadrat rata – rata untuk varians residual Universitas Sumatera Utara Hoyt menghubungkan formulanya dengan definisi teoritis dari koefisien reliabilitas dengan menyatakan bahwa MS persons merepresentasikan varians skor tampak dan MS residual merepresentasikan varians eror dalam ekspresi reliabilitas teoritis 2 2 2 X E X xx σ σ σ ρ − = 8 Keterangan: 2 X σ = varians skor tampak 2 E σ = varians eror d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Koefisien Reliabilitas Crocker Algina 1987 menjelaskan bahwa ada 3 hal utama yang secara tidak langsung mempengaruhi tinggi rendahnya koefisien reliabilitas suatu instrumen, yaitu: 1 Homogenitas Kelompok Homogenitas kelompok perlu diperhatikan ketika menyusun alat tes karena dalam suatu kondisi tes, semakin besar homogenitas kelompok maka akan berkaitan dengan trait-trait tertentu yang diukur dan berdampak pada indeks reliabilitas yang akan semakin rendah bila dibandingkan dengan kondisi ketika kelompok sampel lebih heterogen. 2 Batasan Waktu dalam Tes Tes yang memiliki waktu yang lebih panjang cenderung akan memiliki indeks reliabilitas yang lebih tinggi dibandingkan tes yang memiliki waktu yang lebih pendek. Universitas Sumatera Utara 3 Panjang Tes Panjang dari suatu tes sangat bergantung pada banyaknya aitem-aitem yang menyusun tes tersebut. Semakin banyak aitem yang memiliki kualitas baik dalam suatu tes, maka semakin tinggi pula indeks reliabilitas instrumen tersebut. e. Analisis Reliabiliatas Sebuah alat tes yang sangat reliabel tentu akan lebih dipilih dibandingkan alat tes yang kurang reliabel. Reliabilitas yang tinggi diperlukan ketika tes tersebut digunakan untuk menjatuhkan keputusan tentang orang dan ketika menyeleksi individu dalam kategori – kategori tertentu yang didasarkan pada perbedaan individu yang relatif kecil. Alat tes dengan reliabilitas yang rendah dapat diterima ketika tes tersebut digunakan untuk seleksi awal, bukan ketika akan menjatuhkan keputusan akhir dan ketika membagi individu berdasarkan perbedaan individu yang jelas besar. Tes – tes inteligensi yang terstandarisasi kebanyakan melaporkan estimasi reliabilitas sebesar 0,90. Kisaran sebesar ini dianggap sebagai reliabilitas yang tinggi. Estimasi reliabilitas sebesar 0,70 dianggap sudah rendah untuk alat tes inteligensi.

5. Validitas