3 Analisis faktor Pendekatan ini secara umum melibatkan beberapa kumpulan alat
pengukuran yang diberikan pada subjek yang sama. Dengan mengkalkulasikan korelasi antara alat pengukuran tersebut kemudian menggunakan teknik analisis
faktor untuk mengidentifikasi beberapa variabel yang mendasari disebut faktor yang menyebabkan variasi pada variabel asli dari alat ukur.
4 Analisis multitrait - multimethod Campbell dan Fiske dalam Murphy Davidshofer, 2003, menguraikan
pendekatan yang sering digunakan dalam menilai validitas konstruk. Mereka mendapati bahwa jika menggunakan beberapa metode untuk mengukur beberapa
konstrak, korelasi antara pengukuran tersebut akan menghasilkan sebuah matriks multitrait – multimethod. Melalui pendekatan multitrait – multimethod ini dapat
dilihat dua macam validitas, yaitu validitas konvergen dan validitas diskriminan.
6. Analisis Karakteristik Alat Ukur
Analisis karakteristik alat ukur sangatlah penting untuk dilakukan. Alat ukur pasti dikonstruksi untuk tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan itu, tentulah
alat ukur tersebut haruslah tepat dalam mengukur valid dan dapat dipercaya reliabel. Sebuah alat ukur dapat dipercaya ketika alat ukur tersebut
menghasilkan hasil yang konsisten ketika diadministrasi berulang kali. Akan tetapi, walaupun alat tersebut dapat dipercaya, belum tentu alat tersebut tepat.
Mungkin saja alat tersebut tepat dalam mengukur hal yang sama sekali berbeda
Universitas Sumatera Utara
dengan tujuan alat itu dikonstruksi. Oleh karena itu, validitas dan reliabilitas tidaklah dapat dipisah dalam menganalisis alat ukur.
Koefisien reliabilitas juga dapat mempengaruhi koefisien validitas. Bila aitem dalam tes bertambah banyak, maka sampai batas tertentu reliabilitasnya
juga akan meningkat. Tes yang meningkat reliabilitasnya akan meningkatkan juga validitasnya. Semakin tinggi varians skor tampak yang merupakan varians skor
murni artinya, semakin tinggi reliabilitas maka semakin besar pula proporsi varians yang sama – sama dimiliki oleh tes dan kriterianya yang artinya, semakin
tinggi validitasnya Azwar, 2009 Analisis terhadap aitem dapat meningkatkan pemahaman kita tentang alat
tes. Analisis aitem dapat menunjukkan mengapa sebuah tes itu reliabel atau tidak reliabel dan dapat membantu dalam memahami mengapa skor tes dapat
digunakan untuk memprediksi beberapa kriteria tertentu dan tidak bisa untuk kriteria yang lain. Melalui analisis aitem juga dapat menemukan cara untuk
meningkatkan kualitas hasil pengukuran dari tes tersebut. Murphy Davidshofer, 2003
Tes terkadang terbatas dalam reliabilitas ataupun validitas karena dalam tes tersebut mengandung aitem yang kata – katanya tidak dimengerti ataupun
aitem yang jelek. Aitem yang jelek maksudnya adalah aitem yang memiliki indeks kesulitan, indeks diskriminasi, ataupun efektivitas distraktor yang buruk. Jika
aitem memiliki indeks kesulitan yang terlalu tinggi ataupun terlalu rendah akan berpengaruh pada indeks diskriminasi. Aitem tersebut tidak dapat membedakan
subjek yang memiliki atribut yang diukur dengan yang tidak. Mungkin juga aitem
Universitas Sumatera Utara
tersebut memiliki efektivitas yang terlalu efektif. Dapat kita lihat bahwa ketiga hal tersebut saling berkaitan satu sama lain, yang pada akhirnya akahn mempengaruhi
reabilitas dan validitas alat ukur.
C. Intelligenz Struktur Test IST
Amthauer mendefinisikan intelegensi sebagai sebuah bagian khusus dalam keseluruhan struktur kepribadian manusia. Intelegensi tidak hanya identik dengan
proses intelektual, melainkan erat kaitannya dengan kehidupan dorongan, kemamuan, dan perasaan. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, intelegensi
merupakan keseluruhan tertruktur dari kemampuan jiwa-rohani yang akan tampak jelas dalam hasil tes. Intelegensi hanya akan dapat dikenali dilihat melalui
manifestasinya—misalnya pada hasil atau prestasi suatu tes. Amthauer berasumsi dari dasar pemikiran tersebut, bahwa hasil tes dan
kemampuan yang disimpulkan dari hasil tes memiliki kaitan satu sama lain dan membentuk suatu struktur—tidak hanya hasil tes nya, begitu pula dengan
pemeriksaannya. Amthauer kemudian menyusun sebuah tes berdasarkan asumsi tersebut.
Tes yang disusunnya dinamakan IST dengan hipotesis kerja sebagai berikut : “komponen dalam struktur tersebut tersusun secara hierarkis; maksudnya
bidang yang dominan kurang lebih akan berpengaruh pada bidang-bidang yang lain; kemampuan yang dominan dalam struktur intelegensi akan
menentukan dan mempengaruhi kemampuan yang lainnya.”
Amthauer kemudian melakukan studi, yaitu studi empirik dan studi psikologis. Studi empirik untuk temuan eksak yang seobjektif mungkin validitas,
Universitas Sumatera Utara