Ketentuan Tradisi Pasai Konsep Pasai dalam Tradisi Perkawinan Adat di Desa Kombutokan

B. Konsep Pasai dalam Tradisi Perkawinan Adat di Desa Kombutokan

1. Ketentuan Tradisi Pasai

Tradisi pasai merupakan salah satu tradisi dalam proses perkawinan yang telah berkembang lama sejak zaman nenek moyang dahulu mendiami wilayah desa Kombutokan. Sejak masih memeluk agama animisme dan dinamisme dan bertuhankan tumbu bisa dewa- dewa, tradisi ini telah dilakukan oleh masyarakat setempat meskipun waktu dan kapan tepatnya tradisi ini dipraktekkan tidak diketahui dengan pasti. 6 Tradisi pasai ini adalah tradisi yang dilakukan setelah lamaran dilangsungkan. Setelah pinangan sudah direstui kedua belah pihak maka tibalah waktunya pertemuan musyawarah permintaan penentuan jumlah harta Pasai yang menjadi tanggungan pihak pria. Mengenai bentuk- bentuk pasai ini terdiri dari beberapa macam: a. Harta pokok yaitu harta untuk ibu dan bapak si perempuan adat tinano tamano 7 . Pada zaman dahulu harta pokok yang diberikan kepada kedua orang tua biasanya berupa dua buah dulang berkaki yang dilengkapi dengan piring dan mangkuk tempat makanan serta satu rumpun pohon sagu. Pohon sagu ini mengandung maksud supaya harta mereka bertambah serta anak dan keturunan banyak seperti sagu yang banyak tunasnya. Dalam perkembangannya, adat tinano 6 Djuin Koloit, Wawancara, Kombutokan, 29 Desember 2014. 7 Adat tinano tamano adalah harta wajib yang harus dibayarkan oleh pihak laki-laki kepada orang tua pihak perempuan dan tidak bisa ditawar karena merupakan ketentuan adat. tamano sekarang bisa berupa kambing putih satu ekor atau kain putih satu pess. b. Sai batango yang merupakan harta terbakar dikarena dibelanjakan atau dihabiskan untuk biaya pernikahan. Bapak Harman Abdul Samad menerangkan bahwa Sai batango deamodo konda sinua Sai Batango adalah harta yang dibakar. Karena pada zaman dahulu uang belum banyak beredar maka yang digunakan untuk pembayaran saibatango adalah barang-barang dari tembaga yang bermacam- macam bentuknya, seperti dulang kendari, singkuing, wajali, cerek tembaga, salangka dan sauba sebagi tempat pinang. 8 Seiring berjalannya waktu, bentuk pasai mengalami pergeseran. Untuk ketentuan pasai yang berlaku sekarang, ketika keluarga kedua belah pihak berkumpul dalam tahapan pobisala harta, pasai yang diminta oleh pihak perempuan telah dirinci berupa catatan-catatan tertentu. Perincian ini kemudian diserahkan kepihak laki-laki. Yang berlaku sekarang, pasai yang harus dipenuhi oleh pihak laki-laki disatukan dalam rincian yang disetorkan dan wajib dipenuhi oleh pihak laki-laki. Rincian ini di bagi untuk adat tinano tamano, pindah 9 , biaya nikah, biaya pelaksanaan perkawinan. Namun ada juga yang diuangkan secara tunai sekaligus, diserahkan kepada pihak perempuan yang membaginya berdasarkan kebutuhan perkawinan. 8 Ibid 9 Pindah adalah syarat memotong kambing putih satu ekor sebagai simbol bahwa pasangan suami istri yang akan menikah tersebut telah membentuk sebuah keluarga baru. Lebih lanjut lagi ibu Halimah Lasibani juga memperjelas dalam wancara yang penulis lakukan dengan menerangkan bahwa: bentuk pasai telah mengalami banyak perubahan seiring dengan berjalanya waktu. biasanya berupa uang, beras, sapi, tempat tidur lengkap, biaya perkawinan dan lain-lain. 10 Jumlah nominal pasai masing-masing pelaku perkawinan juga berbeda-beda. Pesta pernikahan ditentukan oleh besar kecilnya sai batango yang diberikan. Masyarakat desa kombutokan menganggap jumlah pasai 10-20 juta itu hal yang biasa yang wajar dimasyarat. Jika dia orang terpandang dan atau berpendidikan tidak menutup kemungkina bisa mencapai 30-50 juta. bahkan ada yang sampai mencapai 100 juta. Namun tidak menutup kemungkinan sekalipun besar jumlah sai batango tidak mutlak pesta pernikahannya besar. 11

2. Faktor yang Melatarbelakangi Tradisi Pasai

Dokumen yang terkait

Tradisi Masyarakat Desa Janji Mauli Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan (1900-1980)

3 83 104

Tradisi Dalam Perkawinan Adat Muslim Suku Dan I Papua Ditinjau Dari Hukum Islam

0 5 148

Tradisi Tumplek Ponjen dalam Perkawinan Masyarakat Adat Jawa (Studi Etnografi di Desa Kedungwungu Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal Propinsi Jawa Tengah)

2 65 89

PENGARUH KEPEMIMPINAN, KOMUNIKASI, SISTEM KONTROL, DIKLAT DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN (Studi pada Puskesmas Totikum, Kab. Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah)

2 16 172

Tinjauan hukum Islam terhadap adat Ngonse dalam perkawinan di desa Tanjung Kiaok Kecamatan Sapeken Kabupaten Sumenep.

0 10 78

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI SAMBULGANA DALAM PERKAWINAN ADAT SUKU KAILI : STUDI KASUS DI KAMPUNG BARU KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH.

0 6 93

ANALISIS PENDAPATAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATANI UBI BANGGAI DI KECAMATAN TOTIKUM SELATAN KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN | Maika | AGROLAND 8319 27291 1 PB

0 0 10

TRADISI KAWIN LARI DALAM PERKAWINAN ADAT DI DESA KETAPANG KECAMATAN SUNGKAI SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA PROPINSI LAMPUNG DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam

0 0 110

ASPEK MUDARAT TRADISI ANGNYORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TERHADAP HUKUM ADAT (STUDI KASUS DI DESA PABBETENGAN KECAMATAN BAJENG KABUPATEN GOWA)

0 0 92

RAGAM PANDANGAN TOKOH ISLAM TERHADAP TRADISI BUBAKAN DALAM PERKAWINAN ADAT JAWA DI DESA SENDANG KECAMATAN JAMBON KABUPATEN PONOROGO SKRIPSI

0 0 88