LPPM Universitas Kanjuruhan Malang, 6 Juni 2015
156
2. Pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru
Motivasi kerja merupakan dorongan kebutuhan dalam diri pegawai atau guru yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara perilaku yang berhubungan
dengan lingkungan kerja. Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan bahwa ada pengaruh positif yang signifikan antara motivasi kerja terhadap kinerja guru di SMK NU Sunan Ampel
Poncokusumo Malang. Melihat hasil tersebut agar kinerja guru di SMK NU Sunan Ampel Poncokusumo meningkat maka manajemen sekolah harus selalu berupaya menumbuhkan
motivasi kerja guru baik dari faktor internal maupun eksternal, hal ini dikarenakan motivasi kerja guru semakin baik maka akan baik pula kinerja guru tersebut dalam menjalankan tugas
pokok dan fungsinya sebagai guru, sehingga tujuan sekolah dapat tercapai secara optimal.
Temuan ini mendukung hasil penelitian oleh Roslena S., Ngadiman, dan Elvia Ivada 2013 dengan temuannya bahwa sertifikasi guru dan motivasi kerja guru secara simultan
berpengaruh terhadap kinerja guru SMAN 5 Surakarta; Fatiah KM, Susilaningsih, dan Sohidin 2013 juga menemukan bahwa motivasi kerja berpengaruh dominan terhadap kinerja
guru. Semakin tinggi motivasi kerja semakin baik pula kinerja guru dalam menjalankan tugasnya. Berdasarkan data dari angket, tampak bahwa motivasi kerja guru banyak disebabkan
oleh faktor rasa kebanggaan bisa menjadi guru, artinya guru dalam melaksanakan tugasnya dalam mengajar akan dilaksanakan dengan baik, dikarenakan guru memiliki perasaan bangga
profesi menjadi guru, sehingga guru merasa mendapatkan eksistensinya diakui di masyarakat. Begitu pula faktor yang mendasari motivasi kerja guru adalah dalam budaya kerja keseharian
sekolah, para anggota organisasi guru, kepala sekolah, dan karyawan merasa memiliki komunikasi yang efektif dan interaksi sosial berjalan sangat kondusif. Sementara itu, keinginan
mendapatkan pengakuan gelar merupakan motivasi yang terendah bagi guru, sehingga semangat bekerja bagi guru, khususnya keinginan untuk meningkatkan kualifikasinya dalam pendidikan
kurang tersentuh di guru-guru SMK NU Sunan Ampel Poncokusumo Malang. 3.
Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru
Kepemimpinan kepala sekolah berhasil apabila mereka memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi yang kompleks dan unik, serta mampu melaksanakan peranan kepala sekolah
sebagai seseorang yang diberi tanggung jawab untuk memimpim sekolah. Oleh karena itu kepala sekolah bertanggung jawab dalam melakukan pengelolaan sumber daya yang tersedia
agar dapat mencapai visi dan misi yang telah ditentukan.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada pengaruh positif yang signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja secara simultas terhadap kinerja guru di
SMK NU Sunan Ampel Poncokusumo Malang. Melihat hasil tersebut agar kinerja guru di SMK NU Sunan Ampel Poncokusumo meningkat maka manajemen sekolah harus selalu berupaya
meningkatkan kualitas kepemimpinan kepala sekolah dan menumbuhkan motivasi kerja guru baik dari faktor internal maupun eksternal, hal ini dikarenakan kepemimpinan kepala sekolah
dan motivasi kerja guru jika semakin baik maka akan baik pula kinerja guru tersebut dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai guru, sehingga tujuan sekolah dapat tercapai
secara optimal.
Temuan ini mendukung hasil penelitian dari Fatiah KM, Susilaningsih, dan Sohidin 2013 yang menemukan bahwa kepemimpinan kepala sekolah X1 dan motivasi kerja X2
secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru Y di SMP Negeri Wonosari. Semakin baik kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja semakin baik
pula kinerja guru dalam menjalankan tugasnya. Jika melihat data dari angket dapat disimpulkan bahwa kinerja guru ditentukan oleh keinginan melakukan sharing dengan lembaga
sekolah lain, seperti kegiatan KKG Kegiatan Kerja Guru ataupun MKKS SMK Musyawarah Kepala-Kepala Sekolah SMK, maupun kegiatan lain yang relevan. Lebih lanjut guru juga
merasa telah memiliki keilmuan yang cukup dalam mengajar di kelas, sehingga kinerja guru menjadi lebih baik. Sementara itu keterampilan menggunakan media di kelas menjadi
penghambat bagi guru untuk meningkatkan kinerjanya.
LPPM Universitas Kanjuruhan Malang, 6 Juni 2015
157
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian beberapa hal yang perlu disimpulkan antara lain: 1 terdapat pengaruh yang signifikan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru; 2 terdapat
pengaruh yang signifikan motivasi kerja guru terhadap kinerja guru; dan 3 terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja
terhadap kinerja guru di SMK Nahdlatul Ulama‘ Sunan Ampel Poncokusumo Malang. Beberapa saran yang diajukan untuk sekolah dalam memperbaiki manajemen sekolah adalah: 1 Kepala
sekolah hendaknya meningkatkan sistem pembinaan dan supervisi yang bervariasi. Sistem pengawasan dapat ditingkatkan dengan menggunakan kemajuan sistem informasi untuk
memantau kehadiran guru di sekolah maupun di kelas, khususnya dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran. Selain itu Kepala Sekolah perlu mengintensifkan untuk melakukan
kolaborasi dengan guru serta menyiapkan dan melakukan kreatifitas untuk mengembangkan media pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan variatif; dan 2 Guru diharapkan mampu
meningkatkan kinerjanya dalam bekerja mampu menciptakan budaya organisasi dan motivasi kerja yang baik dalam lingkungan sekolah sehingga dapat meningkatkan proses pembelajaran,
kecakapan akademik, dan hasil belajar untuk siswa. Lebih lanjut untuk mengembangan kinerja guru, maka sangat positif dampaknya jika guru bersedia melaksanakan studi lanjut .
DAFTAR PUSTAKA Ardiansyah, Muhammad, 2013.
Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Organisasi, Kepuasan Kerja, dan Motivasi Kerja terhadap Disiplin Kerja Guru SMK Negeri 1
. Medan : Universitas Negeri Medan.
Byars, Loyd L., Leslie W. Rue, 2003.
Human Resources Management
, Mc Graw-HillIrwin, New York.
Carudin. 2011.
Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Iklim Kerja Sekola h Terhadap Kinerja Guru Studi Deskriptif Analitik pada Guru SMK Negeri se- Kabupaten
Indramayu
. Bandung. Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011 ISSN 1412-565X. Daryanto, 2013.
Administrasi dan Manajemen Sekolah.
Jakarta: Rineka Cipta. Eko Djatmiko. 2006.
Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Sarana Prasarana Terhadap Kinerja Guru Smp Negeri Kot A Semarang The Effect of the Principals
Leadership and Facil ities on the Teacher‟ s Performance of State Junior High
Schools of Semarang Municipality.
Semarang. ISSN 1907-6304 Fokus Ekonomi Vol. 1 No. 2 Desember 2006: 19 - 30.
Fatiah Kharisma Melati, Susilaningsih, Sohidin. 2013. Pengaruh Sertifikasi Guru dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Kinerja Guru SMAN 5 Surakarta. Surakarta. Jupe UNS, Juli, 2013|
Vol. 2 No. 1, Hal 71 sd 82 H. John, Bernandin, 2007.
Human Resources Management
, McGrawHill Irwin, New York. Nurul Astuty Yensy. 2010. Nurul Astuty Yensi. 2010.
Pengaruh Kompensasi Dan Motivasi Terhadap Kinerja Guru Di Sma Negeri 2 Argamakmur Bengkulu Utara.
Bengkulu. Jurnal Kependidikan Triadik, April 2010, Volume 13, No.1.
Mathis, Robert L dan John H. Jackson. 2006.
Manajemen Sumber Daya Manusia
. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat.
Mulyasa, 2012.
Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah.
Jakarta: Bumi Aksara.
LPPM Universitas Kanjuruhan Malang, 6 Juni 2015
158 Roslena Septiana, Ngadiman, Elvia Ivada. 2013.
Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Smp Negeri Wonosari
. Solo. Jupe UNS, gustus 2013 Vol 2 No 1 Hal 107 sd 118
Samsudin, Sadili, 2005.
Manajemen Sumber Daya Manusia
. Bandung: Pustaka Suyanto, dkk., 2013.
Guru Profesional
. Jakata: Erlangga. Sumarno. 2009.
Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Profesionalisme Guru Terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes.
Tesis Pascasarjana Program Studi Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Wahjosumidjo, 2011.
Kepemimpinan Kepala Sekolah,
Jakarta : Raja Grafindo Persada. Yamin, Martinis dan Maisah, 2010. Standarisasi Kinerja Guru. Gaung Persada. Jakarta.
LPPM Universitas Kanjuruhan Malang, 6 Juni 2015
159
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIFITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA
MATAKULIAH METODOLOGI PENELITIAN SEMESTER III PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI STKIP PGRI SITUBONDO
Miftahus Surur, Jefri Aulia Marta STKIP PGRI Situbondo
Surur.miftah99gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar mahasiswa. Penelitian ini dirancang dengan model penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian yaitu
mahasiswa program studi Pendidikan Matematika semester III STKIP PGRI Situbondo. Tindakan yang dilakukan yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Teknik pengumpulan data melalui lembar obsevasi aktivitas belajar mahasiswa pada saaat porses pembelajaran berlangsung dan
evaluasi pada setiap akhir siklus. Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, membuktikan bahwa: 1 terjadi peningkatan aktivitas belajar mahasiswa pada siklus I dan
siklul II. Pada siklus I 69,66 dan pada siklus II sebesar 78,84 . 2 terjadi peningkatan hasil belajar mahasiswa pada siklus I dan siklus II sesuai dengan jumlah mahasiswa yang
mampu mencapai ketuntasan belajar. Pada tahap pra tindakan jumlah mahasiswa yang dinyatakan tuntas belajar berjumlah 8 mahasiswa atau 19,05, kemudian meningkat pada
siklus I menjadi 29 mahasiswa atau 69,05 dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 37 mahasiswa atau 88,10 dan dinyatakan tuntas secara klasikal karena angka tesebut
melebihi angka minimal yaitu 85. Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, aktifitas belajar, hasil belajar.
PENDAHULUAN Pemahaman orang terhadap hakekat belajar dan pembelajaran yang semakin luas
membawa banyak perubahan dalam dunia pembelajaran, secara konseptual, pandangan orang terhadap pendidikan semakin mengarah pada makna yang hakiki dari belajar dan pembelajaran.
Perkembangan pemahaman terhadap makna yang hakiki dari belajar dan pembelajaran itu berimplikasi pada dimunculkanya bermacam-macam pendekatan pembelajaran dan metode
pembelajaran. Menurut Suparyono dalam Masykuri dan Wahid 2009:2 pembelajaran sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Rakib 2009 menyatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses mengolah informasi menjadi kompetensi, perilaku dan kinerja.
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para mahasiswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya
dalam mempelajari materi pelajaran Slavin, 2010:4. Pembelajaran kooperatif merupakan teknik-teknik kelas praktis yang dapat digunakan guru setiap hari untuk membantu siswa belajar
setiap mata peljaran, mulai dari keterampilan-keterampilan dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks, Kemendiknas. 2011: 1
Dari hasil observasi awal penulis, dosen masih menggunakan metode ceramah konvensional dalam proses pembelajaran, dengan pertimbangan bahwa metode ceramah lebih
mudah dilaksanakan karena tidak memerlukan waktu yang lama dan kondisi kelas yang mudah dikontrol. Namun yang terjadi dilapangan berbeda, dalam penerapan metode ceramah justru
membuat mahasiswa bosan, sehingga mahasiswa mencari kegiatan sendiri yang membuat kondusifitas kelas terganggu. Hanya sebagian kecil mahasiswa yang masih fokus terhadap apa
LPPM Universitas Kanjuruhan Malang, 6 Juni 2015
160 yang dosen jelaskan, mahasiswa lain terutama yang mempunyai kemampuan lemah dalam
memahami materi, memilih untuk berbicara dengan temannya yang lain. Tingkat interaksi belajar dan aktivitas kelas rendah, hal ini dibuktikan dengan sedikitnya
mahasiswa yang memperhatikan materi yang diterangkan dosen, demikian juga dengan sedikitnya mahasiswa bertanya baik kepada dosen maupun teman sebangku atau teman sekelas.
Menurut hasil pengamatan pembelajaran, ‖Para mahasiswa sulit untuk fokus dalam pelajaran,
banyak dari mereka yang sibuk dengan kegiatan sendiri waktu dosen menerangkan pelajaran. Dan tidak sedikit yang berbuat gaduh dan mengganggu teman lain yang sedang memperhatikan
pelajaran‖.
Hasil belajar yang dicapai juga rendah hal ini berdasarkan data ulangan harian mahasiswa. Dari total mahasiswa yang berjumlah 42 orang hanya 8 orang atau 19,05 yang
mencapai Standar Ketuntasan Minimal SKM. Sedangkan mahasiswa yang tidak mencapi SKM sebanyak 34 orang atau 80,95 . Dengan demikian perlu adanya penerapan suatu model
pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mahasiswa. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model yang cocok untuk meningkatkan aktifitas
dan hasil belajar mahasiswa. Hal ini disebabkan oleh beberapa keunggulan yang dimiliki dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memperhatikan
kehiterogenan, bekerjasama positif dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota
kelompok yang lain. Sehingga mahasiswa lebih terpacu untuk aktif dengan adanya penugasan kelompok ahli yang mengharuskan mahasiswa menjelaskan sub pokok materi yang sebelumnya
didiskusikan dalam kelompok ahli. Hal ini juga akan mempermudah mahasiswa dalam memahami materi, karena masing-masing mahasiswa akan saling membantu untuk mengatasi
kesulitan yang ada dalam kelompok.
Jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aroson dan teman-teman, yang mana langkah-langkah pembelajaran Jigsaw antara lain: 1 siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok; 2 materi peljaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi menjadi beberapa sub bab; 3 setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan
bertanggung jawab untuk mempelajarinya; 4 anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk
mendiskusikannya; 5 setiap anggota kelompok ahli setelah kembali kekelompoknya bertugas mengajar teman-temannya; 6 pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai
berupa kuis individu.
Jigsaw memiliki dua ciri utama, 1 Jigsaw dirancang untuk mengerjakan bangunan pengetahuan sistematis organized bodies of knowledge; 2 Jigsaw mencakup satu elemen
bernama spesialisasi tugas task Specialization. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui bagaimana penerapan pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah metodologi penelitian program studi pendidikan Ekonomi semester III STKIP PGRI
Situbondo. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti: Bagi mahasiswa memberikan kemudahan untuk meningkatkan keterampilan bekerjasama dalam
kelompok, menigkatkan aktifitas belajar dan memudahkan mahasiswa untuk mengemukakan ide dalam kelompok. Bagi dosen dapat meningkatkan kemampuan untuk mengatasi permasalahan
didalam kelas dan mengembangkan pembelajaran dengan model yang variatif.
LPPM Universitas Kanjuruhan Malang, 6 Juni 2015
161
METODE PENELITIAN
Sesuai dengan tujuan penelitian dan permasalahan yang akan diteliti maka penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas. Arikunto
β008 :109 menyatakan ― penelitian tindakan kelas memiliki karakteristik yang khas, yaitu adanya tindakan tertentu untuk memperbaiki
proses belajar mengajar di kelas. Tanpa tindakan tertentu, suatu penelitian juga dapat dilakukan di dalam kelas, yang kemudian sering disebut dengan penelitian kelas‖. penelitian tindakan
sebagai kajian dari sebuah situasi sosial dengan kemungkinan tindakan untuk memperbaiki kualitas situasi sosial, Elliott 1991.
PTK ini merupakan penelitian proses pembelajaran di kelas yang terdiri dari 4 empat tahap,
yaitu; 1
perencanaanplanning, 2
pelaksanaan tindakanaction,
3 pengamatanobservation, 4 refleksireflection. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua
suiklus yang menggunakan langkah-langkah model Kemmis Mc Taggart Susilo: 2008. Penelitian tindakan kelas ini peneliti bertindak sebagai pengajar yang membuat rancangan
pembelajaran sekaligus menyampaikan bahan ajar selama kegiatan berlangsung. Dalam penelitian ini peneliti bekerjasama dengan seorang dosen lain yang disebut pengamatobserver
yang mengamati pelaksanaan PTK, pengumpul dan penganalisa data serta pelapor hasil penelitian. Pengamatobserver juga dosen yang mengajar mata kuliah yang sama dengan dosen-
peneliti.
Penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan terdiri dari dua siklus dimana masing- masing siklus terdiri dari dua kali pertemuan sesuai dengan jadwal peneliti. Adapun tahapan
pada siklus ini adalah perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Subyek yang diteliti dalam penelitian ini adalah mahasiswa program studi pendidikan
Ekonomi semester III STKIP PGRI Situbondo dengan jumlah 42 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Lembar Observasi digunakan untuk mengamati gejala-gejala yang terjadi dalam variabel
yang diteliti secara langsung. 2.
Soal tes juga dipakai sebagai instrumen untuk mengumpulkan data untuk mengetahui ranah kognitif . tes dilakukan pada setiap akhir siklus.
3. Dokumentasi berupa daftar nilai mahasiswa, instrumen ini digunakan untuk mengumpulkan
nilai-nilai mahasiswa dan mengetahui jumlah hasil belajar mahasiswa yang tinggi sedang dan rendah.
Analisis data dilakukan setiap kali siklus pembelajaran berakhir. Data mengenai aktivitas belajar dan hasil belajar yang diperoleh dianalisis sebagai berikut:
1. Aktivitas Belajar
Data aktivitas belajar mahasiswa dianalisis secara deskriptif berdasarkan hasil observasi peneliti yang dibantu pengamatobserver. Rumus yang digunakan sesuai dengan Agustiningsih
2009:30 yaitu Presentase keberhasilan tindakan = Persentase aktivitas mahasiswa. Adapun rumus yang dimaksud yaitu
100
x maksimal
deskr iptor skor
dicapai yang
aktivitas deskr iptor
1 2.
Hasil Belajar Data hasil belajar diperoleh dari skor tes pada akhir setiap siklus. Rumus yang
digunakan sesuai dengan Arikunto 2010:172 yaitu S = R 2
S = skor yang diperoleh R = jawaban yang betul
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam diskusi dengan pengamat diketahui permasalahan yang dihadapi oleh mahasiswa program studi pendidikan Ekonomi semester III sebagai berikut: 1Sebagian besar mahasiswa
cenderung pasif; 2 minimnya kesempatan untuk diskusi bersama; 3 prestasi belajar terutama aspek kognitif mahasiswa program studi pendidikan Ekonomi semester III secara umum kurang
LPPM Universitas Kanjuruhan Malang, 6 Juni 2015
162 memuaskan, hal ini tampak dari data ulangan harian, dimana mayoritas mahasiswa tidak
mencapai SKM. Mahasiswa yang dinyatakan tuntas berjumlah 8 orang dari 42 mahasiswa atau 19,05
karena telah mencapai tingkat ketuntasan individu ≥ 65, sedangkan sebanyak 34 mahasiswa atau 80,95 belum mampu mencapai ketuntasan belajar karena nilainya ≤ 65. Oleh karena itu
peneliti tertarik untuk menerapkan penelitian tindakan kelas dengan model Jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa, yang selama ini belum pernah diterapkan dosen mata
pelajaran Metodologi Penelitian dalam kegiatan pembelajaran. Diharapkan dengan penerapan model Jigsaw permasalahan-permasalahan belajar yang dihadapi dapat teratasi, sehingga hasil
belajar mahasiswa meningkat. Siklus I
Siklus I merupakan pelaksanaan tindakan penelitian. Pelaksanaan ini sesuai dengan langkah-langkah dalam penelitian tindakan kelas yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi,
dan refleksi. Deskripsi pelaksanaan siklus I sebagai berikut. Perencanaan Tindakan
Sebelum tindakan dilaksanakan, peneliti melakukan perencanaan pembelajaran. hal-hal yang dilakuan dalam perencanaan pembelajaran adalah 1 Menyiapkan rencana anggaran
pembelajaran SAP siklus I, 2 Menyiapkan bahan ajar berupa ringkasan materi Metodologi Penelitian Kuantitatif, 3 Menyiapkan soal tes dan kunci jawaban, 4 Menyiapkan lembar kerja
kelompok ahli, 5 Menyiapkan lembar observasi aktivitas individu, 6 Membagi mahasiswa menjadi 7 kelompok dengan anggota setiap kelompok berjumlah 6-7 orang.
Pelaksanaan Tindakan
1. Pertemuan Pertama