Refleksi Sistematik dan Pendokumentasian

LPPM Universitas Kanjuruhan Malang, 6 Juni 2015 111 Produk pendukung adalah berupa lembar refleksi dengan format seperti tampak berikut:

d. Refleksi Sistematik dan Pendokumentasian

Systematic reflection and documentation Tahapan ini melukiskan keseluruhan studi tentang pengembangan perangakat pembelajaran pemecahan masalah bangun ruang berorientasi aktifitas Elip-Marc untuk mendukung analisis, kemudian melakukan spesifikasi prinsip disain dan mengartikulasikan hubungannya dengan kerangka berpikir yang telah ditetapkan. KESIMPULAN Spesifikasi produk yang dikembangkan merupakan perangkat Pembelajaran pemecahan masalah bangun ruang yang berorientasi aktifitas Elip Marc dalam upaya menekankan penalaran matematis siswa. Terdapat tiga jenis produk prototipe yang dikembangkan yaitu: rencana pelaksanaan pembelajaran RPP dan skenario proses pembelajaran, Lembar Kerja Siswa dan RAT. Produk yang dikembangkan perlu memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif. Kevalidan produk ditinjau dari isi dan konstruknya. Kepraktisan produk ditinjau dari hasil pengamatan tentang keterlaksanaan aktivitas guru, sedangkan keefektifan produk ditinjau dari penguasaan bahan ajar, aktifitas siswa, dan respon siswa terhadap produk dan aktifitas dalam proses pembelajaran. Dalam penelitian ini, validasi perangkat dilakukan pada dua orang validator, yaitu seorang ahli dan seorang praktisi. Hasil analisis validasi menunjukkan bahwa perangkat pembelajarannya termasuk pada kategori valid dan layak untuk digunakan. Sedangkan ujicoba kepraktisan perangkat dilakukan selama 6 x pertemuan tatap muka mulai minggu ke-1 bulan Maret 2015 pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Kepanjen. Rata – rata keseluruhan masing – masing aspek yang dinilai pada masing - masing pertemuan termasuk pada kategori tinggi, maka dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran praktis untuk digunakan. Keefektifan perangkat diukur dari beberapa indikator, yaitu : penguasaan bahan ajar, aktivitas siswa dalam pembelajaran, dan respon siswa. Rata – rata penguasaan bahan ajar LPPM Universitas Kanjuruhan Malang, 6 Juni 2015 112 dari 4 kelas adalah 7,2. Hasil pengamatan aktifitas siswa dalam bernalar secara matematis tergolong pda kategori tinggi. Secara umum dapat disimpulkan bahwa perangkat Pembelajaran pemecahan masalah bangun ruang yng berorientasi aktifitas Elip – Marc layak digunakan, namun perlu pembenahan dalam hal petunjuk aktivitas siswa dalam meningkatkan aktivitas yang berorientasi Elip - Marc . DAFTAR PUSTAKA Alajmi, A. 2010. Examining Eight Grade Kuwaiti Students‟ recognition and Interpretation of Reasonable Answer . International Journal of Science and Mathematics Education 2010 8: 117 Y 139 National Science Council, Taiwan Brodie . K et.al. 2010 Teaching Mathematical Reasoning in Secondary School Classrooms . School of Education University of the Witwatersrand JohannesburgSouth Africa - karin.brodiewits.ac.za © Springer Science+Business Media, LLC 2010 Dragonosky Presents. 2012: online Evaluating for a Reasonable Solution 8thGrade Module 4 of 15 On Line 11914 Dragon lane, SanAntonio, Texas. 78252 Telp. 210 622-4300 Southwest ISD. 2012 Introduction to Educational Research . Enschede, Netherland : National Institute for Curriculum Development Ivy Kidron Tommy Dreyfus 2010. Justification enlightenment and combining constructions of knowledge Educ Stud Math 74:75 –93 DOI 10.1007s10649-009-9228-7 Joyce, B., et al . 2009. Models of Teaching, 8 th Edition. USA. Allyn and Bacon Kilpatrick J, Swafford J, Findell B eds 2001 Adding it up: helping children learn mathematic s. National Academy Press, Washington, DC Nieveen, N., McKenney, S., van den Akker β006. ― Educational Design Parta, I Nengah. 2008. Penghalusan Pengetahuan Matematika Calon Guru Matematika Melalui Pengajuan Pertanyaan. Makalah. Disampaikan dalam seminar nasional Matematika di Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Plomp, T. 2007. “Educational Design Research : An Introduction”, dalam An Research” dalam Educational Design Research. New York : Routledge Van den Akker, J. et al., β006. ― Introducing Educational Design Research ‖, dalam Educational Design Research. New York : Routledge Wisulah I Ketut Suastika ,: 2009: Pengembangan Pembelajaran Matematika, Malang: FKIP Unikama Wisulah I Ketut Suastika : 2010. Pendidikan Matematika II Untuk PGSD , Malang FKIP Unikama Wisulah. 2013 Mengembangkan Penalaran Matematis dan Membiasakan Memberikan Alasan yang Masuk Akalk dalam Menjawab Permasalahan Matematik . Artikel Disampaikan dalam Konferensi Nasional Pendidikan Matematika V di Universitas Negeri Malang. LPPM Universitas Kanjuruhan Malang, 6 Juni 2015 113 ANALISIS PENGELOLAAN KANTIN SEKOLAH SEBAGAI WADAH PENDIDIKAN KARAKTER SISWA SEKOLAH DASAR STUDI KASUS DI SDN TLOGOMAS 2 Yulianti 1 , Eris Dianawati 2 1 Dosen PGSD Universitas Kanjuruhan Malang. Email: ustnieyahoo.com 2 Dosen FE Universitas Kanjuruhan Malang. Email: eris_dianawatiyahoo.com Abstrak Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif di SDN Tlogomas 2 Malang dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan pengelolaan kantin sekolah. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi: Wawancara mendalam, Observasi berperan serta study dokumentasi. Data yang terkumpul melalui tiga teknik tersebut diorganisasikan, ditafsirkan dan dianalisa guna menemukan tema dan hipotesis, keabsahan data di cek dengan menggunakan teknik triangulasi, serta teknik pengumpulan data. Hasil penelitian lanjutan ini akan digunakan sebagai dasar untuk studi literatur pada penelitian berikutnya. Hasil penelitian ini diperoleh gambaran bahwa kontribusi kantin sekolah di SDN Tlogomas 2 Malang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan siswa terkait makanan dan minuman selama di sekolah. Pengelolaan kantin sekolah meliputi tiga tahap, yakni 1 perencanaan; meliputi pembagian petugas kantin dari walimurid yang daftar dengan sistem giliran, 2 pelaksanaan; ada koordinator kantin dari guru UKS dan guru Koperasi sekolah sebagai pengontrol jajanan yang dijual, 3 laporan; petugas kantin melaporkan hasil penjualan maupun masalah kendala kepada guru koordinator kantin. Selain itu, penjual juga dimohon oleh guru koordinator kantin guna menanamkan pendidikan moral baik pada siswa selama di kantin. Kerjasama antara sekolah dan orang tua siswa dapat dimanfaatkan untuk mengelola kantin sekolah sebagai salah satu pendidikan karakter di SDN Tlogomas 2 Malang. Kata Kunci: Kantin; Pendidikan Karakter; Siswa SD. PENDAHULUAN Kantin Sekolah selain berfungsi sebagai tempat makan juga harapannya sebagai sarana pembelajaran anak sekolah dalam menginternalisasikan nilai-nilai karakter yang baik bagi siswa. Mulai dari pelibatan siswa dalam kegiatan penjualan di kantin, maka penanaman nilai- nilai karakter terbentu dengan pembiasaan yang ada dalam kegiatan di kantin sekolah. Karakter merupakan watak atau sikap yang terbentuk karena kebiasaan atau kegiatan dalam tindakan yang dilakukan secara berulang-ulang dalam kehidupan sehari-hari Samani, 2012; 42. Para ahli di bidang pemasaran menyatakan bahwa bisnis yang baik adalah bisnis yang menawarkan sesuatu yang dibutuhkan oleh konsumen atau dengan kata lain suatu bisnis digulirkan jika ada pasar yang membutuhkannya dan jangan sekali-kali mengoperasionalisasikan bisnis jika tidak ada pasar sasaran yang akan dicapai Suparyanto, 2003:2. Sehingga dapat disimpulkan pengertian Usaha Kantin Sekolah UKS adalah: usaha yang menyediakan produk pemuas kebutuhan para siswa dan guru berupa makanan berat, makanan dan minuman ringan, alat tulis dan perlengkapan sekolah yang dioperasionalisasikan di dalam lingkungan sekolah yang bisa digunakan sebagai wadah pendidikan karakter siswa. Dalam hal ini peran kantin sekolah tidak sekedar sebagai bisnis ataupun tempat pemuas kebutuhan siswa, namun dapat bermanfaat sebagai wadah dalam pembiasaan siswa berkarakter yang baik. Sesungguhnya pendidikan dan pembangunan karakter sudah tertuang dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional, yaitu; ―Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, LPPM Universitas Kanjuruhan Malang, 6 Juni 2015 114 kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab‖ Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional UUSPN . Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini mengkaji tentang analisis pengelolaan kantin sekolah sebagai wadah pendidikan karakter siswa tingkat sekolah dasar di SDN Tlogomas 2 Malang. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk mema-hami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara des-kripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah Moleong, 2007:6. Yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa, petugas kantin, Kepala Sekolah dan beberapa guru koordinator kantin sekolah. Sumber data dalam penelitian ini adalah guru koordinator kantin, Kepala Sekolah dan siswa. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini, langkah-langkahnya tampak pada gambar berikut: Gambar 2.1 Teknik Analisis Data Pada tahap reduksi data, peneliti mengumpulkan semua data yang dibutuhkan yaitu berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan pengelolaan kantin sekolah sebagai wadah pendidikan karakter siswa. Serta kendala dan upaya dalam pengelolaan kantin sekolah sebagai wadah pendidikan karakter siswa. Langkah selanjutnya penyajian data dengan menggunakan teks yang bersifat naratif. Sehingga peneliti menyajikan data dengan mendeskripsikan sesuai rumusan masalah penelitian. Kemudian peneliti tarik kesimpulan dari hasil verifikasi data. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran umum Kantin Sekolah di SDN Tlogomas 2 Malang, meliputi tata tertib atau peraturan dalam pelaksanaan kantin, guru koordinator pelaksanaan kantin, petugas kantin, tempat atau lokasi kantin sekolah. Sarana dan prasarana kantin sekolah dan kegiatan siswa di kantin sekolah. Dokumen tersebut penjelasannya sebagai berikut; a. Tata tertib atau peraturan dalam pelaksanaan kantin; Kantin sekolah SDN Tlogomas 2 Malang sebagai salah satu sarana belajar siswa, ada beberapa peraturan atau ketentuan dalam pengelolaan kantin sekolah di SDN Tlogomas 2 Malang, yakni sebagai berikut; 1. Pengelola dalah wali murid SDN Tlogomas 2 Malang, 2. Jangka waktu pengelolaan kantin paling lama satu semester 6 bulan, 3. Makanan yang di jual adalah makanan siap saji tidak mengandung bahan pengawet, 4. Pengelola kantin tidak membawa peralatan masak dan alat elektronik, 5. Menjaga kebersihan lingkungan, 6. Jika sewaktu-waktu kantin akan digunakan oleh pihak sekolah, maka petugas kantin segera memberikan tanpa syarat. Dari penjelasan di atas sistem pengelolaan kantin sekolah SDN Tlogomas 2 Malang dibina oleh kepala sekolah dibantu guru koordinator kantin dan guru LPPM Universitas Kanjuruhan Malang, 6 Juni 2015 115 UKS. Jadwal petugas kantin dikoordinasikan dengan para wali murid secara bergiliran setiap semester. Setiap petugas kantin wajib bertanggung jawab sesuai kontrak kerja yang tertulis dengan pihak sekolah. b. Guru koordinator pelaksanaan kantin; Setelah petugas kantin sekolah mendapatkan giliran nomor menjaga kantin maka koordinator kantin selalu mensurve jenis makanan dan minuman yang dijualnya di kantin. Dalam hal ini koordinator kantin membagi tiga ruang kantin; pertama menjual aneka jenis minuman, kedua menjual aneka jenis kue dan ketiga menjual aneka jenis nasi dan lauk. Jajanan yang dijual tidak boleh berharga lebih dari Rp.3000,00. Di setiap stand atau tempat jualan ada kaleng kembalian dan ada kaleng pembayaran. Koordinator kantin bertugas menegur petugas jika ada makanan dan minuman yang dijual yang tidak sesuai peraturan Dinkes, maupun blm sesuai peraturan. Selain itu, koordinator kantin bertugas berkunjung ke kantin untuk mengontrol kegiatan siswa selama di kantin. c. Petugas kantin; Petugas kantin selain bertanggung jawab atas jajanan yang di jual juga menyiapkan menu makanan dan minuman yang dijual, juga mengarahkan siswa disaat istirahat ada yang berdesak-desakan dalam membeli ataupun jika terjadi sesuatu yang tidak diharapkan selama di kantin. d. Tempat atau lokasi ruangan kantin sekolah; Kantin sekolah SDN Tlogomas 2 Malang berlokasi di sebelah barat bangunan sekolah, jadi tepat di belakang ruang pembelajaran. Ada 6 ruang di belakang ruang pembelajaran, 2 ruang untuk stand kepramukaan, 1 stand untuk UKS, dan 3 ruang untuk kantin sekolah. Ruangan tersebut dibuat dengan satu pintu masuk dan keluar, sehingga kegiatan siswa dalam lokasi tersebut sangat strategis sebagai tempat pertemuan antar siswa. e. Sarana dan prasarana kantin sekolah; Sarana yang ada pada setiap ruangan kantin berbeda-beda karena menu jajanan yang berbeda pada setiap ruangan. Namun setiap ruangan tidak disediakan kursi karena ruangan di setting khusus untuk pembelian jajanan, sedangkan makan bisa di bawa keluar ruangan kantin. f. Kegiatan siswa di kantin sekolah; Berdasarkan pengamatan kegiatan siswa di kantin ada yang dipakai untuk ngobrol antar siswa, makan, minum bersama, berbagi makanan, diskusi. Belajar jujur dll. KESIMPULAN Hasil penelitian ini diperoleh gambaran bahwa kontribusi kantin sekolah di SDN Tlogomas 2 Malang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan siswa terkait makanan dan minuman selama di sekolah. Pengelolaan kantin sekolah meliputi tiga tahap, yakni 1 perencanaan; meliputi pembagian petugas kantin dari walimurid yang daftar dengan sistem giliran, 2 pelaksanaan; ada koordinator kantin dari guru UKS dan guru Koperasi sekolah sebagai pengontrol jajanan yang dijual, 3 laporan; petugas kantin melaporkan hasil penjualan maupun masalah kendala kepada guru koordinator kantin. Selain itu, penjual juga dimohon oleh guru koordinator kantin guna menanamkan pendidikan moral baik pada siswa selama di kantin. Kerjasama antara sekolah dan orang tua siswa dapat dimanfaatkan untuk mengelola kantin sekolah sebagai salah satu pendidikan karakter di SDN Tlogomas 2 Malang. DAFTAR PUSTAKA Asmani, Jamal Ma‘mur, β011, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah , Jogjakarta: DIVA Press Suparyanto, 2003. Mendirikan Usaha Kantin Sekolah , Bandung: Alfabeta. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional . Bandung: Citra Umbara. LPPM Universitas Kanjuruhan Malang, 6 Juni 2015 116 Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif , Bandung: PT Remaja Rosdakarya. LPPM Universitas Kanjuruhan Malang, 6 Juni 2015 117 DAMPAK PBL TERHADAP KERJA ILMIAH MAHASISWA PADA PERKULIAHAN PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN Sudi Dul Aji, Muhammad Nur Hudha Prodi Pendidikan Fisika Universitas Kanjuruhan Malang sdulajigmail.com , muhammadnurhudhayahoo.com Abstrak Kerja ilmiah pada Fisika perlu dikembangkan mahasiswa ketika proses pembelajaran. Kerja ilmiah terdiri dari keterampilan hands-on dan minds-on. Kemampuan kerja ilmiah ini tidak datang secara otomatis tetapi perlu latihan. Salah satu pembelajaran yang cocok dalam melatihkan kerja ilmiah tersebut adalah Problem Based Learning PBL. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kerja ilmiah mahasiswa setelah melalui pembelajaran Problem Based Learning PBL . Penelitian ini merupakan penelitian kualitiatif deskriptif pada mata kuliah pengembangan media pembelajaran. Data penelitian ini berupa pemaparan kerja ilmiah dan pelaksanaan pembelajaran diambil melalui observasi langsung dan disajikan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerja ilmiah mahasiswa yang dilatihkan dan proporsi mahasiswa yang bisa mencapai kualitas baik adalah menggunakan alat dan bahan 75, mengumpulkan data 69, menganalisis data 61, menyimpulkan 79, dan mengkomunikasikan hasil diskusi 81. Kata Kunci: Kerja Ilmiah; Media Pembelajaran F isika; Problem Based Learning PENDAHULUAN Pembelajaran Fisika menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi mahasiswa. Pemberian pengalaman langsung ini dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam melakukan suatu rangkaian metode ilmiah dan kerja ilmiah. Hal ini sesuai dengan tujuan pembelajaran Fisika yang diarahkan untuk membentuk sikap positif dan kerja ilmiah atau scientific approach terhadap fisika Ullmer, 2011; Wieman, 2007; Wenning, 2011. Kemampuan kerja ilmiah dapat dikembangkan didalam pelajaran Fisika. Kerja ilmiah terdiri dari keterampilan hands-on dan minds-on atau proses mental, sehingga kemampuan ini tidak datang secara otomatis tetapi perlu latihan Wenning, 2007:22. Kemampuan kerja ilmiah merupakan kegiatan yang mengacu pada cara-cara ilmuwan dalam mempelajari dunia dan memberikan penjelasan berdasarkan fakta ilmiah Wenning, 2007:21. Kemampuan kerja ilmiah yang biasanya dikembangkan dalam riset pendidikan Fisika meliputi mendefinisikan masalah, menyatakan hipotesis, merancang percobaan, mengumpulkan dan menganalisis data, mengevaluasi atau menyampaikan hasil percobaan, dan menyimpulkan Etkina dkk, 2006; Karelina Etkina, 2007. Kemampuan kerja ilmiah dapat dikembangkan didalam mata kuliah Fisika. Salah satu mata kuliah tersebut adalah mata kuliah pengembangan media pembelajaran Fisika. Mata kuliah ini bertujuan untuk mengembangkan dan membuat media atau peraga pembelajaran Fisika dan menggunakannya dalam pembelajaran Katalog Prodi Pendidikan Fisika Unikama, 2008. Matakuliah pengembangan media sangat berhubungan dengan kerja ilmiah mahasiswa dalam membuat dan merancang media pembelajaran fisika. Mahasiswa ketika mengembangkan suatu media pembelajaran sebaiknya menggunakan bahan yang mudah didapat dan murah. Dalam mengembangkan suatu media, seorang mahasiswa calon guru Fisika harus memiliki kemampuan kerja ilmiah agar bisa mengembangkan media pembelajaran yang bermanfaat baik bagi dosen maupun bagi mahasiswa. Berdasarkan observasi awal dan wawancara, mahasiswa belum maksimal dalam mengembangkan kerja ilmiah ketika mengembangkan media pembelajaran di program studi Pendidikan Fisika. Mahasiswa tidak memperhatikan beberapa indikator kerja ilmiah dan terkesan mengabaikannya. LPPM Universitas Kanjuruhan Malang, 6 Juni 2015 118 Menyingkapi permasalahan yang ada maka dibutuhkan sebuah solusi alternatif. Solusi alternatif ini memungkinkan dapat mencakup dan memenuhi semua kebutuhan yang ada dilapangan. Solusi alternatif tersebut adalah dengan menggunakan sebuah model berbasis konstruktivistis yang dapat mengembangkan kerja ilmiah mahasiswa. Salah satu model tersebut adalah model PBL problem based learning Arends, 2012; Yuliati, 2008; Sanjaya, 2010; Trianto, 2011. Model PBL adalah model pembelajaran yang berpusat pada siswa yang menggunakan masalah autentik dan bermakna sebagai landasan untuk investigasi dan penyelidikan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, dan untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial Eggen dan Kauchak, 2012: 307; Arends, 2012: 41; Akinoglu dan Tandagon, 2007; Cheong, 2008. Model PBL akan membuat mahasiswa menjadi mandiri untuk memperoleh pengetahuan Bowe dkk, 2003. Penelitian ini diharapkan dapat mendeskripsikan kerja ilmiah terhadap mahasiswa. Disamping itu juga untuk mengetahui bagaimanakah implementasi pembelajaran problem based learning PBL pada matakuliah pengembangan media pembelajaran. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengamati serta memperoleh data atau informasi dalam mengumpulkan berbagai keterangan pada pembelajaran PBL terhadap kerja ilmiah mahasiswa Fisika. Subjek penelitian adalah mahasiswa kelas 2012A perkuliahan Pengembangan Media Pembelajaran 20142015 dengan jumlah mahasiswa sebanyak 17 mahasiswa. Pemilihan subjek penelitian pada kelas A dimaksudkan untuk mendapatkan data yang terperinci dan mendalam dari jumlah mahasiswa yang tidak terlalu banyak. Instrumen kemampuan kerja ilmiah berupa rubrik pengamatan berdasarkan indikator kemampuan kerja ilmiah yaitu menggunakan alat dan bahan, mengumpulkan data, menganalisis data, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan hasil diskusi. Instrumen pengambilan datanya berupa rubrik, catatan lapangan, dan panduan wawancara. Teknik pengambilan datanya berupa observasi dan wawancara. Analisis datanya menggunakan analisis data kualitatif. Langkah- langkah analisis kualitatif Miles Huberman, 1984 yaitu; a pengumpulan data; b reduksi data; c penyajian data; dan d penarikan kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Data penelitian berasal dari observasi kerja ilmiah selama pembelajaran berlangsung dan wawancara di akhir penelitian. Indikator kerja ilmiah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan alat dan bahan, mengumpulkan data, menganalisis data, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan hasil diskusi Etkina dkk, 2006; Karelina Etkina, 2007. Hasil kerja ilmiah ini dinyatakan dalam bentuk angka melalui observasi selama proses pembelajaran menggunakan rubrik kerja ilmiah Karelina Etkina, 2007. 1. Menggunakan alat dan bahan Persentase kualitas mahasiswa dalam menggunakan alat dan bahan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Persentase mahasiswa menggunakan alat dan bahan Menggunakan alat dan bahan Persentase Menggunakan alat dan bahan tetapi tidak membaca petunjuk dan tidak memahami fungsi alat 18 Menggunakan alat dan bahan, membaca petunjuk tetapi tidak memahami fungsi alat 38 Menggunakan alat dan membaca petunjuk dan memahami fungsi alat 44 Pada indikator menggunakan alat dan bahan, dapat dilihat bahwa 44 mahasiswa sudah bisa mengggunakan alat. Hal ini disebabkan kebanyakan mahasiswa sudah mengenal alat untuk LPPM Universitas Kanjuruhan Malang, 6 Juni 2015 119 pembuatan media. Misalnya, palu, gergaji, dll. Sedangkan mahasiswa yang persentasenya 18 tersebut kebanyakan masih sulit menggunakan alat seperti bor dan solder. 2. Mengumpulkan data Persentase kualitas mahasiswa dalam mengumpulkan data dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Persentase mahasiswa mengumpulkan data Mengumpulkan data Persentase Data yang dikumpulkan tidak lengkap dan mahasiswa tidak memahami makna data yang diambil 19 Data yang dikumpulkan lengkap, tapi mahasiswa tidak memahami makna data yang diambil 54 Data yang dikumpulkan lengkap dan mahasiswa memahami makna data yang diambil 27 Indikator yang kedua yaitu mengumpulkan data. Sebanyak 54 mahasiswa dari 17 mahasiswa sudah mengumpulkan data secara lengkap, tapi mahasiswa tersebut tidak memahami makna data yang diambil. Berdasarkan wawancara dan pengamatan mereka hanya mengikuti perintah yang terdapat pada LKS dan ―ikut-ikutan‖ temannya dalam mengumpulkan data. Sedangkan 27 mahasiswa sudah memahami makna data yang diambil dan data yang dikumpulkan lengkap. 3. Menganalisis data Persentase kualitas mahasiswa dalam menganalisis data dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Persentase mahasiswa menganalisis data Menganalisis data Persentase Menunjukkan hubungan variabel dan konsep, tapi keduanya salah 31 Menunjukkan hubungan variabel dengan benar tapi salah menentukan konsep yang sesuai 53 Menunjukkan hubungan variabel dan konsep dengan benar 16 Pada indikator menganalisis data, mahasiswa terlihat memiliki rata-rata nilai yang paling rendah dibandinkan indikator lainnya. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara dengan mahasiswa bahwa selama ini mahasiswa kesulitan menganalisis data ketika dihadapkan pada percobaan dan pembelajaran yang berlangsung sangat jarang menuntut mahasiswa untuk menganalisis data. Oleh karena itu sebaiknya kerja ilmiah perlu diterapkan dan didalam semua pembelajaran Fisika. Kerja ilmiah terdiri dari keterampilan hands-on dan minds-on atau proses mental, sehingga kemampuan ini tidak datang secara otomatis tetapi perlu latihan Wenning, 2007:22. Pembelajaran PBL sangat cocok digunakan untuk pembelajaran Fisika karena menuntut mahasiswa menganalisis data yang sudah diperolehnya. 4. Menyimpulkan Persentase kualitas mahasiswa dalam menyimpulkan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Persentase mahasiswa menyimpulkan Menyimpulkan Persentase Menyimpulkan tidak berdasarkan hasil analisis data dan tidak sesuai dengan teori 15 Menyimpulkan berdasarkan hasil analisis data tetapi tidak sesuai dengan teori 34 Menyimpulkan berdasarkan hasil analisis data dan sesuai dengan teori 51 Pada indikator ini mahasiswa sudah cukup bagus dalam membuat kesimpulan . Mahasiswa dibantu oleh dosen dalam melakukan kesimpulan agar konsep yang berkaitan LPPM Universitas Kanjuruhan Malang, 6 Juni 2015 120 dengan alat yang dibuat tidak mengalami miskonsepsi. Pemberian bantuan ini dinamakan scaffolding. Scaffolding adalah proses bagi seorang mahasiswa yang dibantu dosen atau orang yang lebih mampu untuk mengatasi masalah atau menguasai keterampilan yang sedikit di atas tingkat perkembangannya saat ini Arends, 2012. Menurut Handayanto 2012, scaffolding mempengaruhi mahasiswa baik secara kognitif maupun emosional, berdampak tidak hanya pada pengetahuan dan keterampilan mahasiswa, tetapi juga motivasi dan kepercayaan diri mahasiswa saat menghadapi tugas. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Hudha 2014 tentang kerja ilmiah dan pemberian bantuan scaffolding dapat membantu siswa dalam menyimpulkan. 5. Mengkomunikasikan hasil Persentase kualitas mahasiswa dalam mengkomunikasikan hasil dapat dilihat pada Tabel 5 Tabel 5. Persentase mahasiswa mengkomunikasikan hasil Mengkomunikasikan hasil Persentase Mengkomunikasikan hasil diskusi data, grafik, penjelasan tidak sesuai konsep, dan dijelaskan dengan singkat 10 Mengkomunikasikan hasil diskusi data, grafik, penjelasan sesuai konsep, dan dijelaskan dengan singkat 37 Mengkomunikasikan hasil diskusi data, grafik, penjelasan sesuai konsep, dan dijelaskan dengan rinci hal-hal penting disampaikan 53 Indikator yang terakhir yaitu mengkomunikasikan hasil diskusi. Berdasarkan rata-rata nilai kerja ilmiah mahasiswa, indikator ini memiliki nilai yang paling tinggi. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dan pengamatan langsung selama pembelajaran bahwa mahasiswa sering dilatihkan presentasi atau mengungkapkan pendapat pada pembelajaran Fisika. Jadi, selama diberikan intervensi mahasiswa terlihat lancar dalam berkomunikasi dengan teman kelompoknya atau kelompok lain. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan, maka dapat disimpulkan 1 Kerja ilmiah mahasiswa yang dilatihkan dan proporsi mahasiswa yang bisa mencapai kualitas baik adalah menggunakan alat dan bahan 75, mengumpulkan data 69, menganalisis data 61, menyimpulkan 79, dan mengkomunikasikan hasil diskusi 81. 2 Pembelajaran PBL diterapkan pada penelitian ini berjalan baik dan dapat melatihkan kerja ilmiah dengan melalui suatu permasalahan yang diberikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.1 berikut ini. Gambar 5.1. Gambar Grafik Kerja Ilmiah Mahasiswa 20 40 60 80 100 kerja ilmiah mengguanakan alat dan bahan mengumpulkan data menganalisis data LPPM Universitas Kanjuruhan Malang, 6 Juni 2015 121 DAFTAR PUSTAKA Akinoglu, O Tandagon, R. Ö. 2007. The Effects of Problem-Based Active Learning in Science Education on Students‘ Academic Achievement, Attitude and Cocept Learning. Eurasia Journal of Mathematics, Science Technology Education, 2007, 3 1, 71-81. Arends, R. I. 2012. Learning to Teach: 9th edition. New York: McGraw-Hill. Bowe, B., Flynn, C., Howard, R., and Daly, S. 2003. Teaching Physics to Engineering Student Using Problem- Based Learning. International journal of Engineering Education Vol. 19, No. 5, pp. 742-746. Cheong, F. 2008. Using Problem-Based Learning Approach to Teach an Intelligent systems Course. Journal of Information technology Education Vol. 7. Eggen, P Kauchak, D. 2012. Stategi dan Model Pembelajaran: Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berfikir . Jakarta: PT Indeks. Etkina, E., Van Heuvelen, A., White-Brahmia, S., Brookes, D.T., Gentile, M., Murthy, S., Rosengrant,D., Warren,. A. 2006. Scientific abilities and their assessment. Physics Education Research , 22 : 1-15 Handayanto, S.K. 2012. Pengaruh Strategi Scaffolding-Kooperatif Dan Pengetahuan Awal Terhadap Prestasi Belajar Dan Sikap Pada Mata Kuliah Fisika Dasar. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: PPS UM. Hudha, M.N. 2014. Dampak Authentic Problem Melalui Integrative Learning Terhadap Perubahan Konseptual dan Kerja Ilmiah Fisika Siswa SMA pada Topik Gerak Lurus. Tesis tidak diterbitkan. Malang: PPS UM Karelina, A Etkina, E.2007 Acting like a physicist: Student approach study to experimental design. Physics Education Research 32;1-12 Katalog Prodi Pendidikan Fisika Unikama, 2008. Katalog Prodi Pendidikan Fisika Unikama . Malang: Universitas Kanjuruhan Malang. Miles, M.B. Huberman, A.M.1984. Qualitative Data Analysis: A Sourcebook of New Methods. California; SAGE publications Inc Sanjaya, W. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan. Bandung: Kencana Prenada Media Group. Trianto.2011. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik . Jakarta: Prestasi Pustaka. Ullmer, J.H.2011. The scientific method of Sir William Petty. Erasmus Journal for Philosophy and Economics . online, 42 1-19. http:ejpe.orgpdf4-2-art-1.pdf, diakses 28 April 2014 Wenning, C. J .2007. Assessing Inquiry Skill as a Component Of Scientific Literacy. Journal Physics Teacher Education Online , online , 42 : 21-24, http:www. jpteo.com, diakses 27 Maret 2013 Wenning, C. J. 2011. Experimental Inquiry in Introductory Physics Courses. Journal Physics Teacher Education Online, Online, 62: 2-8, http:www.jpteo.com, diakses tanggal 27 Maret 2013 Wieman,C. 2007.Why Not Try? a Scientific Approach to Science Education?. Change Magazine . online, 395 9-15, www.cwsei.ubc.caSEI_research...Wieman-Change_Sept-Oct_2007.pdf , diakses 23 April 2014 LPPM Universitas Kanjuruhan Malang, 6 Juni 2015 122 Yuliati, L. 2008. Model-model Pembelajaran Fisika: Teori dan Praktek . Malang: Lembaga Pengembangan dan Pembelajaran UM. LPPM Universitas Kanjuruhan Malang, 6 Juni 2015 123 PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN MENULIS ARGUMENTASI BERMUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN STRATEGI LIPIRTUP DI SMA Moh. Mu‘minin Unirow Tuban E-mail : moh.muminin65yahoo.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan desain pembelajaran menulis argumentasi bermuatan pendidikan karakter dengan strategi lipirtup di SMA. Dalam penelitian ini dideskripsikan 1 proses pengembangan desain pembelajaran menulis argumentasi bermuatan pendidikan karakter dengan strategi lipirtup di SMA; 2 kualitas produk desain pembelaharan menulis argumentasi bermuatan pendidikan karakter dengan strategi lipirtup. Kualitas produk dikaji berdasarkan kevalidan produknya skenario, materi, media, dan penilaian pembelajarannya, kepraktisan penggunaan produknya, dan keefektifan penggunaan produknya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian pengembangan dan penelitian terapan. Model yang digunakan adalah model pengembangan menurut Fenrich 1997 dan desain pembelajaran menurut Dick dan Carey 1990. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1 proses pengembangan desain pembelajaran menulis argumentasi bermuatan pendidikan karakter dengan strategi lipirtup dapat dikatgorikan baik; 2 kualitas produk desain pembelajaran menulis argumentasi bermuatan pendidikan karakter dengan strategi lipirtup juga dikategorikan baik, dengan rincian kevalidan produk skenario, materi, media, dan penilaian pembelajaran, kepraktisan penggunaan produk, dan keefektifan penggunaan produk dapat dikategorikan baik. Kata kunci: pengembangan desain pembelajaran, menulis argumentasi, pendidikan karakter, strategi lipirtup Abstract The study is intended to develop instructional design for argumentative writing with character education trough lipirtup strategy at a senior high school. This study describes: 1 the process of developing instructional design for argumentative writing with character education through lipirtup strategy at a senior high school; 2 the product quality of instructional design for argumentative writing with character education through lipirtup strategy. The product quality is studied based on the validity of the product scenario, material, media, and assessment, the practicality of using the product, and the effectiveness of using the product .The method used in the study is research and development method and applied research. The models used are Fenrich development model 1997 and Dick and Carey instructional design 1990.Based on the result of the study it can be concluded that: 1 the process of developing instructional design for argumentative writing with character education through lipirtup strategy a t a senior high school is categorized good; 2 the product quality of instructional design for argumentative writing is with character education through lipirtup strategy is categorized good. The product quality based on the validity of productis categorized good; the practicality of using the product is categorized good andthe effectiveness of using the product is categorized good. Keywords: developing instructional design, argumentative writing, character education, lipirtup strategy. PENDAHULUAN Pembelajaran menulis karangan argumentasi perlu dikembangkan karena dapat melatih kemampuan berpikir kritis. Berpikir kritis adalah kemampuan menginterpretasi dan mengevaluasi secara terampil terhadap informasi atau objek yang diobservasi Fisher, 2007:10.Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Moore dan Parker 1986:193 bahwa dasar berargumentasi adalah berpikir kritis dan logis. Argumentasi yang dikemukakan harus disertai LPPM Universitas Kanjuruhan Malang, 6 Juni 2015 124 fakta-fakta yang dapat dipertanggungjawabkan. Fakta-fakta tersebut dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara lain melalui pengamatan terhadap berbagai peristiwa. Berdasarkan hasil tes awal, kesulitan siswa dalam menulis karangan argumentasi, yaitu a memahami objek yang akan ditulis, b menyertakan bukti-bukti atau fakta-fakta untuk mendukung gagasannya, dan c dan menggunakan bahasa yang logis dan sistematis untuk meyakinkan gagasannya. Untuk mengatasi kesulitan semacam itu diperlukan strategi pembelajaran menulis, yakni strategi lipirtup. Sesuai dengan namanya, lipirtup merupakan akronim dari li = lihat, pi = pilih, r = renungi, tu = tuangkan, dan p = publikasikan. Pada tahap pertama, li lihat, berarti siswa diminta melihat mengamati berbagai ragam objek. Objek yang diperlihatkan tentu saja disesuaikan dengan perkembangan, karakteristik, dan kebutuhan para siswa. Objek inilah yang dijadikan sebagai bahan penulisan dalam kegiatan menulis karangan argumentasi. Prinsip pembelajaran ini sesuai dengan prinsip KTSP yakni berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, serta kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Pada tahap kedua, pi pilih,berarti siswa melakukan kegiatan memilih salah satu dari berbagai objek yang telah diamati untuk dijadikan sebagai bahan penulisan karangan argumentasi. Dengan begitu materi pembelajaran disesuaikan dengan minat, karakteristik, dan kebutuhan para siswa. Pada tahap ketiga, r renungi, berarti setelah memilih objek yang menarik untuk dijadikan sebagai bahan penulisan, siswa merenungisambil menganalisis objek sehingga diperoleh topik, fakta, kerangka, diksi, kalimat, dan gaya bahasa yang akan diwujudkan dalam tulisan. Pada tahap keempat, tu tuangkan, berarti siswa menuangkandalam bentuk tulisan. Penuangan dalam bentuk tulisan ini dilakukan berdasarkan hasil kerja sama atau hasil sumbang saran kelompoknya tentang topik, fakta, kerangka, diksi, gaya bahasa, dan struktur kalimat. Pada tahap kelima, p publikasi, berarti siswa memublikasikan memresentasikan hasil tulisan yang telah dibuat kepada kelompok-kelompok lain. Tulisan akan diperbaiki berdasarkan komentar, tanggapan, dan saran, sehingga diperoleh tulisan yang lebih baik. Demikianlah langkah-langkah pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan strategi lipirtup sehingga pembelajaran menulis dirasakan mudah dan menyenangkan bagi para siswa. Pembelajaran menulis karangan argumentasiperlu dikembangkan dalam penelitian ini karena dapat melatih kemampuan berpikir kritis, logis, dan sistematis. Berdasarkan pengamatan, banyak kaum terpelajar melakukan tindakan tanpa berpikir kritis, logis, dan sistematis. Misalnya tidakan penyalahgunaan narkoba, tawuran pelajar, pengekspresian kelulusan dengan hura-hura, dan lain-lain. Hal ini perlu ditanamkan pendidikan karakter dalam setiap pembelajaran. Melalui pembelajaran menulis karangan argumentasi bermuatan pendidikan karakter diharapkan dapat melatih kemampuan berpikir kritis, logis, dan sistematis yang merupakan bagian dari pembangunan karakter. Penelitian ini bertujuan untuk merndeskripsikan pengembangan desain pembelajaran menulis karangan argumentasi bermuatan pendidikan karakter dengan strategi lipirtup di SMA dengan rincian tujuan berikut ini. 1. Mendeskripsikan proses pengembangan desain pembelajaran menulis karangan argumentasi bermuatan pendidikan karakter dengan strategi lipirtup di SMA. 2. Mendeskripsikan kualitas produk desain pembelajaran menulis karangan argumentasi bermuatan pendidikan karakter dengan strategi lipirtup di SMA dari segi kevalidan, kepraktisan, dan keefektifannya. Produk yang dihasilkan dari pengembangan ini berupa model pembelajaran menulis karangan argumentasi yang meliputi 1 model skenario, 2 model materi, 3 model media, dan 4 model penilaian berdasarkan strategi lipirtup dan bermuatan pendidikan karakter di SMA. LPPM Universitas Kanjuruhan Malang, 6 Juni 2015 125 METODE PENELITIAN Pendekatan, Metode, dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk menjawab rumusan masalah 1 proses pengembangan desain pembelajaran dan 2 kepraktisan penggunaan produk desain pembelajaran yang meliputi aktivitas guru, aktivitas siswa, kendala yang dialami guru, dan kendala yang dialami siswadi SMA. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menjawab rumusan masalah 1 kevalidan produk desain pembelajaran yang meliputi produk skenario, materi, media, dan penilaian, baik berdasarkan pendidikan karakter maupun strategi lipirtup dan 2 keefektifan penggunaan produk desain pembelajaran menulis karangan argumentasi bermuatan pendidikan karakter dengan strategi lipirtup di SMA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan research and development dan penelitian terapan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pembelajaran menurut Dick dan Carey 1990 yang dipadukan dengan desain pengembangan menurut Fenrich 1997 yang meliputi fase 1 penganalisisan analysis, 2 perencanaan planning , 3 perancangan design , 4 pengembangan development , 5 pengimplementasian implementation , serta 6 pengevaluasian dan pererevisian evaluation and revision . Langkah pengevaluasian dan perevisian dilakukan pada setiap fase kegiatan. Data dan Sumber Data Data penelitian ini dikelompokkan menjadi data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa 1 data proses pengembangan desain pembelajaran dan 2 data kepraktisan penggunaan produk desain pembelajaran. Data kuantitatif berupa 1 data kevalidan produk desain pembelajaran yang meliputi produk skenario, materi, media, dan penilaian, baik berdasarkan pendidikan karakter maupun strategi lipirtup dan 2 data keefektifan penggunaan produk desain pembelajaran menulis karangan argumentasi bermuatan pendidikan karakter dengan strtagei lipirtup. Sumber data dalam penelitian pengembangan ini adalah : 1 pakar desain pembelajaran, 2 guru bahasa Indonesia yang menerapkan desain pembelajaran ini, dan 3 para siswa SMA Negeri 2 Tuban dan SMA PGRI 3 Tuban. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumennya Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, teknik wawancara, teknik pencatatan, teknik angket, dan teknik tes. Teknik observasi, teknik wawancara, dan teknik pencatatan digunakan untuk menjaring data kualitatif berupa 1 data proses pengembangan desain pembelajaran dan 2 data kepraktisan penggunaan produk desain pembelajaran yang meliputi aktivitas guru, aktivitas siswa, kendala yang dialami guru, dan kendala yang dialami siswadi SMA. Teknik angket digunakan untuk menjaring data kuantitatif berupa kevalidan produk desain pembelajaran yang meliputi produk skenario, materi, media, dan penilaian, baik berdasarkan pendidikan karakter maupun strategi lipirtup. Teknik tes digunakan untuk menjaring data kuantitatif berupa keefektifan hasil pembelajaran menulis karangan argumentasi bermuatan pendidikan karakter dengan strategi lipirtup. Sesuai dengan jenis data dan teknik pengumpulan data yang dirancang, instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian ini adalah lembar observasi, pedoman wawancara, lembar pencatatan,pedoman angket, dan soal tes. Teknik Penganalisisan Data Teknik penganalisisan data dalam penelitian ini meliputi a teknik analisis data kualitatif dan b teknik analisis data kuantitatif. Teknik analisis data kualitatif digunakan untuk menganalisis data 1 proses pengembangan desain pembelajaran dan 2 kepraktisan penggunaan produk desain pembelajaran yang meliputi aktivitas guru, aktivitas siswa, kendala yang dialami guru, dan kendala yang dialami siswa dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi bermuatan pendidikan karakter dengan strategi lipirtup. Teknik analisis data kuantitatif digunakan untuk menganalisis 1 kevalidan produk desain pembelajaran yang LPPM Universitas Kanjuruhan Malang, 6 Juni 2015 126 meliputi produk desain skenario, materi, media, dan penilain pembelajatran dan 2 keefektifan implementasi produk desain pembelajaran berupa hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi bermuatan pendidikan karakter dengan strategi lipirtup. HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas produk desain pembelajaran menulis karangan argumentasi bermuatan pendidikan karakter dengan strategi lipirtup ini meliputi kevalidan, kepraktisan, dan keefektifannya. Berikut ini dipaparkan rangkuman a kevalidan, b kepraktisan, dan c keefektifan produk desain pembelajaran menulis karangan argumentasi bermuatan pendidikan karaker di SMA Tuban. Rangkuman Kevalidan Produk Desain Pembelajaran Rangkuman kevalidan produk desain pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 1 Rangkuman Kevalidan Produk Desain Pembelajaran Menulis Karangan Argumentasi Ditinjau Berdasarkan Muatan Pendidikan Karakter dan Strategi Lipirtup Produk Desain Pembelajaran Nilai Kevalidan Berdasarkan Pendidikan Karakter Nilai Kevalidan Berdasarkan Startegi Lipirtup Nilai Rerata Setiap Produk Seluruh Aspek Kualitas Kevalidan Setiap Produk Seluruh Aspek Skenario Pembelajaran 75 85 80 Baik Materi Pembelajaran 76,56 87,5 82,03 Baik Media Pembelajaran 82,81 87,5 85,15 Sangat Baik Penilaian Pembelajaran 78,125 83,75 80,94 Baik Nilai Rerata Semua Produk Per Aspek 78,12 85,62 81,87 Baik Kepraktisan Penggunaan Produk Desain Pembelajaran Produk desain pembelajaran menulis karangan argumentasi bermuatan pendidikan karakter dengan strategi lipirtup dianalisis kepraktisannya berdasarkan 1 aktivitas guru, 2 aktivitas siswa, 3 kendala yang dialami guru, dan 4 kendala yang dialami siswa.Produk desain pembelajaran ini diimplementasikan di SMA Negeri 2 Tuban dan SMA PGRI 3 Tuban. 1. Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Menulis Karangan Argumentasi Bermuatan Pendidikan Karakterdengan Strategi Lipirtup Berdasarkan persentase aktivitas pembelajaran, guru SMA Negeri 2 Tuban dapat melaksanakan 86,66 dari seluruh aktivitas yang diharapkan dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi. Hal ini berarti kepraktisan penggunaan produk desain pembelajaran dapat dikategorikan sangat baik karena 86,66 aktivitas pembelajaran dapat dilaksanakan oleh guru SMA Negeri 2 Tuban. Aktivitas yang tidak dilakukan oleh guru SMA Negeri 2 Tuban dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi adalah mengaitkan materi dengan situasi dunia nyata dan memotivasi semua peserta didik untuk berpartisipasi. Berdasarkan persentase aktivitas pembelajaran, guru SMA PGRI 3 Tuban dapat melaksanakan 93,33 dari seluruh aktivitas yang diharapkan dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi. Hal ini berarti kepraktisan penggunaan produk desain pembelajaran dapat dikategorikan sangat baik karena 93,33 aktivitas pembelajaran dapat dilaksanakan oleh guru SMA PGRI 3 Tuban. Aktivitas yang tidak dilakukan oleh guru SMA PGRI 3 Tuban dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi adalah mengaitkan materi dengan situasi dunia nyata. LPPM Universitas Kanjuruhan Malang, 6 Juni 2015 127

2. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Menulis Karangan Argumentasi Bermuatan