BAB IV KEWAJIBAN PELAKU USAHA TERHADAP PERLINDUNGAN
KONSUMEN RUMAH MAKAN KAMANG JAYA
A. Upaya Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Rumah Makan Kamang Jaya
Universitas Sumatera Utara
Dalam rangka memberikan perlindungan hukum terhadap konsumen Rumah Makan yang kepentingannya dirugikan serta didukung oleh
ketidakberdayaan konsumen dalam menuntut hak-haknya maka dilakukan upaya untuk melindungi konsumen tersebut.
Khusus mengenai konsumen Rumah Makan, produk-produk hukum tersebut sebenarnya telah tersedia, yang dapat dijadikan sebagai pelindung hukum
bagi konsumen Rumah Makan. Adapun ketentuan peraturan-peraturan yang terkait dengan Rumah Makan dan izin pendiriannya, antara lain :
1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengelola bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi danatau barang jadi menjadi barang dengan
nilai yang lebih tinggi dari penggunaannya Pasal 1. Setiap pendirian industri baru maupun perluasannya wajib memperoleh
Izin Usaha Industri Pasal 13. 2.
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Makanan dan minuman yang tidak memenuhi ketentuan standar,
persyaratan kesehatan, danatau membahayakan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilarang untuk diedarkan, ditarik dari peredaran,
dicabut izin edar dan disita untuk dimusnahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Pasal 11 ayat 6.
3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan
Setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan dilarang menggunakan barang apapun sebagai kemasan pangan yang dinyatakan
Universitas Sumatera Utara
dilarang danatau yang dapat melepaskan cemaran yang merugikan atau membahayakan kesehatan jiwa manusia Pasal 16.
Setiap orang dilarang mengedarkan pangan yang mengandung bahan beracun, berbahaya atau dapat merugikan atau membahayakan kesehatan
jiwa manusia; pangan yang mengandung cemaran melampaui ambang batas maksimal yang ditetapkan Pasal 21.
4. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Pelaku usaha dilarang memproduksi danatau memperdagangkan barang danatau jasa yang tidak memenuhi atau tidak sesuai standar yang
dipersyaratkan Pasal 8 ayat 1 huruf a. 5.
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3611. 6.
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 634MPPKep2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pengawasan Barang
danatau Jasa yang Beredar di Pasar. Pengawasan terhadap barang dan jasa yang beredar di pasar dalam
memenuhi standar mutu dilakukan oleh Menteri Pasal 4 ayat 1 huruf a. Pengawasan pemenuhan ketentuan standar mutu dilakukan terhadap
barang danatau jasa yang beredar di pasar, yang telah diberlakukan SNI wajib atau standar lain yang telah dipersyaratkan oleh Menteri
Perindustrian dan Perdagangan atau Menteri Teknis lainnya Pasal 5 ayat 1.
Universitas Sumatera Utara
7. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1995 tentang Izin Usaha Industri
Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 25. Tambahan Lembaran Negaraan Nomor 3516.
Perlindungan hukum yang diberikan UUPK serta peraturan terkait seperti Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907MenkesSKVII2002 tentang Syarat-
syarat dan Pengawasan Kualitas Makanan serta peraturan-peraturan yang lainnya di atas dapat dijadikan pedoman dalam hal pengawasan kualitas pangan Rumah
Makan yang dikonsumsi oleh masyarakat yang harus juga dilakukan dengan peran serta pemerintah, masyarakat juga pihak-pihak terkait yang termasuk di dalamnya
guna mewujudkan perlindungan konsumen yang baik dan sesuai serta keberlangsungan usaha yang ada di masyarakat.
Peningkatan kesadaran hukum juga merupakan salah satu upaya pemberdayaan konsumen dalam melindungi diri sendiri sehingga mampu
mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan menghindari berbagai akses negatif pemakaian, penggunaan dan pemanfaatan barang danatau jasa
kebutuhannya. Dengan memiliki kesadaran hukum maka konsumen akan dapat memperoleh atau menentukan pilihannya atas barang danatau jasa yang
dibutuhkannya serta mempertahankan atau membela hak-haknya apabila dirugikan oleh perilaku pelaku usaha penyedia jasa kebutuhan konsumen tersebut
yang menjamin adanya kepastian hukum.
39
Untuk meningkatkan kesadaran hukum diperlukan adanya pembinaan maupun penyuluhan-penyuluhan agar warga masyarakat dengan sukarela mentaati
39
A.Z.Nasution, op.cit, hal.90.
Universitas Sumatera Utara
dan mematuhi peraturan hukum tersebut. Berkaitan dengan Rumah Makan, kesadaran hukum masyarakat sebagai konsumen akan hak dan kewajibannya
dalam mengkonsumsi makanan. Tingkat kesadaran masyarakat yang rendah sebagai akibat dari tingkat pendidikan masyarakat Indonesia yang umumnya
masih tertinggal.
40
Dalam hal peningkatan kesadaran Hukum Konsumen ini, sebaiknya tidak hanya oleh konsumen tetapi juga perlu campur tangan pemerintah khususnya
dalam hal pengawasan intensif terhadap tempat pengelolaan rumah makan atau dengan melakukan penyuluhan-penyuluhan kepada konsumen misalnya mengenai
Hal ini ditunjukkan dengan ketidakpedulian konsumen akan haknya misalnya berkaitan dengan kehigienitas kualitas air minum, jaminan mutu
air minum hingga pada pelayanan yang diberikan pengelola rumah makan tersebut. Begitu juga dengan kewajiban konsumen untuk memeriksa kualitas
makanan sebelum dikonsumsi demi keamanan dan keselamatan ataupun jika terjadi sengketa akibat konsumsi makanan, konsumen wajib melakukan upaya
penyelesaian hukum. Dalam hal ini kesadaran konsumen lebih kepada bagaimana konsumen
dapat aware terhadap hal-hal yang berkaitan dengan makanan maupun tempat rumah makan tersebut yang harus memiliki izin dari pemerintah daerah dan
instansi yang diakui pemerintah. Konsumen harus lebih bersikap bijak dan cerdas dalam hal memilih makanan yang dikonsumsinya. Kehati-hatian konsumen juga
dapat dilakukan dengan mengikuti petunjuk mengenai cara melihat tempat pengolahan makanan yang sehat, aman, dan lain sebagainya.
40
Dedi Harianto, Disertasi : Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Periklanan yang Menyesatkan, Medan :Sekolah Pasca Sarjana USU, 2007, hal.75.
Universitas Sumatera Utara
syarat kualitas makanan yang baik dan sehat dalam hal ini dapat berupa kegiatan sosialisasi.
Untuk mencapai tujuan tersebut, pengelola rumah makan juga memiliki peran yang penting dalam menjaga kualitas makanan tersebut, karena pada
dasarnya jika seandainya makanan tidak memenuhi kualitas dan merugikan konsumen, maka pihak yang pertama kali di tuntut adalah pihak pengelola rumah
makan tersebut. Adanya masalah kualitas makanan dan tempat pengelolaan makanan merupakan suatu fenomena yang harus diteliti dan diselesaikan tidak
hanya oleh pemerintah dan instansi terkait melainkan juga pengelola rumah makan itu sendiri. Menjaga kualitas makanan tersebut dimulai dari proses
pemilihan bahan makan dan rempah-rempah yang digunakan hingga pada pemeriksaan secara berkala.
Pelaku usaha yang memberikan informasi secara benar dan jujur kepada konsumen dan memeriksakan hasil produksinya secara pro-aktif di laboratorium
sesuai dengan tenggang waktu yang ditetapkan di dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907MenkesSKVII2002 akan memberikan dampak positif
bagi keberadaan bisnis rumah makan pada umumnya. Jadi upaya yang dapat dilakukan untuk melindungi konsumen tidak hanya
datang dari pihak konsumen yang harus kritis dan tanggap terhadap pemilihan rumah makan favorit yang dikunjunginya juga dari pelaku usaha rumah makan
agar melindungi konsumennya dan mempertahankan kualitas produk makanan olahannya.
Universitas Sumatera Utara
Bentuk-bentuk pelanggaran yang umumnya dilakukan oleh pengelola atau pelaku usaha rumah makan, antara lain :
1. Minimnya kesadaran pelaku usaha untuk melakukan pengecekan kualitas,
sanitasi dan higienitas makanan secara berkala yaitu selama 6 enam bulan sekali.
2. Makanan tidak memenuhi standar kesehatan
3. Menggunakan bahan penyedap tambahan dan pengawet secara berlebihan.
B. Pembinaan dan Pengawasan Pemerintah Daerah dan Instansi Terkait Terhadap Produk Rumah Makan Kamang Jaya
Secara umum tugas pembinaan dan pengawasan kegiatan dilaksanakan oleh pemerintah dengan mengkoordinasikan bersama menteri-menteri teknis
terkait, sebagaimana telah diatur dalam 2 dua pasal terpisah, yaitu Pasal 29 UUPK untuk pembinaan yang dimaksudkan untuk membina konsumen untuk
memperoleh haknya dan Pasal 30 UUPK untuk pengawasan. Dalam rangka pembinaan perlindungan konsumen, kegiatan juga
diarahkan pada pembinaan pelaku usaha guna menciptakan iklim usaha dan tumbuhnya hubungan yang sehat antara pelaku usaha dan konsumen. Hal tersebut
hanya dapat terwujud apabila di kalangan pelaku usaha tumbuh kesadaran akan pentingnya perlindungan konsumen, serta sikap jujur dan bertanggung jawab
dalam berusaha, dan pada akhirnya dapat tumbuh perusahaan yang tangguh dalam menghadapi persaingan melalui penyediaan barang danatau jasa yang berkualitas.
Tugas pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen yang menjadi
Universitas Sumatera Utara
tanggung jawab pemerintah dan dilaksanakan oleh menteri danatau menteri teknis terkait sebagaimana ditentukan dalam Pasal 29 UUPK juga telah dijabarkan
lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen.
41
Kementerian Perdagangan sebagai regulator, fungsi bimbingan dan advokasi konsumen, penyeimbang kedudukan atau kepentingan konsumen dan
pelaku usaha, koordinasi antar lembaga sehingga fungsi pembinaan dan pengawasan dapat berjalan dengan baik.
42
Salah satu tugas Kementerian Kesehatan yang cukup penting adalah melindungi masyarakat dari berbagai kemungkinan kejadian yang dapat
menimbulkan gangguan danatau bahaya terhadap kesehatan masyarakat, dalam hal ini penyakit yang disebabkan makanan yang tercemar bakteri. Dinas
Kewenangan Kementerian Perdagangan adalah menerbitkan izin usaha yang dengan itu dapat membina dan
mengawasi perilaku pengusaha Rumah Makan dalam memenuhi tata cara perdagangan yang baik dan benar sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Guna memberi rasa aman dan menjamin mutu produk makanan yang dihasilkan memenuhi persyaratan kualitas makanan dan mendukung terciptanya
persaingan usaha yang sehat dalam upaya memberikan perlindungan kepada konsumen, telah menjadi tugas pengawasan oleh Kementerian Perdagangan yang
dalam hal ini dapat dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Disperindag dan Dinas Kesehatan Kota Medan serta Balai POM dalam
melakukan pengawasan ke tempat-tempat pengelolaan rumah makan.
41
Ibid, hal.75.
42
Ibid, hal.71.
Universitas Sumatera Utara
Kesehatan Dinkes setempat dapat melakukan pengawasan mengenai kualitas dari makanan tersebut yang harus memenuhi syarat berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 907MenkesSKVII2002 di mana makanan memenuhi syarat fisik, kimia dan bakteriologi jika makanan tersebut tidak
memebuhi syarat dan tidak dikelola secara benar maka akan berdampak buruk terhadap kesehatan dan menimbulkan penyakit diare, tifoid, hepatitis atau
keracunan. Saat ini Kementerian Kesehatan lebih banyak membuat standar, peraturan, persyaratan serta pembinaan yang sebenarnya tidak lagi monopoli
pemerintah melainkan dilakukan bersama asosiasi pengusaha dan masyarakat. Jadi antara Disperindag dan Dinkes dalam hal ini harus memiliki
koordinasi yang baik di mana Disperindag harus benar-benar selektif dan memberikan persyaratan yang ketat dalam mengeluarkan izin usaha rumah makan
yang dibuktikan dengan hasil pemeriksaan atau uji laboratorium yang layak dan dinyatakan sehat dan aman berdasarkan pemeriksaan Dinkes yang kemudian
ditandai dengan penerbitan sertifikasi layak hygiene oleh Bagian Pengembangan Sumber Daya Kesehatan PDSK Dinkes setempat. Disperindag juga harus dapat
melakukan upaya-upaya preventif sehingga tidak ada pelaku usaha Rumah Makan yang beroperasi tanpa menggunakan izin yang sah. Tidak hanya dalam pengaturan
izinnya namun terus memantaunya secara ketat sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan.
Selain itu pengawasan oleh Disperindag dan Dinkes, pengawasan juga dilaksanakan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan BPOM. BPOM
merupakan lembaga pemerintah non-kementerian yang mempunyai tugas untuk
Universitas Sumatera Utara
melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan obat dan makanan yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung pada presiden serta
berkoordinasi dengan Menteri Kesehatan.
43
1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan obat
dan makanan; BPOM dibentuk di tingkat pusat
sedangkan di tingkat daerah dibentuk Unit Pengelola Teknis BPOM. Dalam melaksanakan tugasnya, BPOM menyelenggarakan fungsi :
2. Pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang pengawasan obat dan makanan;
3. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPOM;
4. Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan
instansi pemerintah lembaga non-departemen di bidang pengawasan obat dan makanan;
5. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang
perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan dan rumah
tangga. Di samping itu, BPOM memiliki secara makro di bidangnya;
1. Menyusun rencana nasional secara makro di bidangnya;
2. Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan
secara mikro; 3.
Penetapan sistem informasi di bidangnya;
43
Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2001 Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Struktur Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Non-Departemen.
Universitas Sumatera Utara
4. Penetapan persyaratan penggunaan bahan tambahan zat adiktif tertentu
untuk makanan dan penetapan pedoman pengawasan peredaran obat dan makanan;
5. Pemberian izin dan pengawasan peredaran obat serta pengawasan industri
farmasi; 6.
Penetapan pedoman penggunaan, konservasi, pengembangan dan pengawasan tanaman obat.
Peran BPOM dalam hal pengawasan ini adalah upaya antisipasi terhadap penggunaan kimia berbahaya dalam Rumah Makan yang dikonsumsi masyarakat.
BPOM bertugas menguji kandungan bahan kimia yang terdapat dalam sampel Makanan tersebut dan kemudian menindaklanjutinya yaitu dengan menentukan
apakah Rumah Makan tersebut telah memenuhi standar kesehatan dan layak dikonsumsi atau tidak sama sekali. Dalam hal ini sampel yang diuji laboratorium
oleh BPOM merupakan hasil kerja sama atau temuan awal kegiatan pemeriksaan dan pengawasan yang dilakukan oleh Dinkes.
Selain melakukan himbauan kepada para pelaku usaha pengelolaan Makanan, BPOM juga terkait dalam melakukan pengecekan langsung ke lapangan
untuk menemukan industri Rumah Makan mana yang tidak memenuhi syarat atau tidak memenuhi kualitas kesehatan. Dalam menemukan hal ini dapat mengambil
tindakan selanjutnya bersama Dinkes dan Disperindag atau instansi terkait lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat LPKSM juga merupakan wadah yang melakukan pengawasan terhadap pelaku usaha Rumah
Makan. LPKSM merupakan wadah yang dibentuk oleh masyarakat untuk secara bersama-sama memperjuangkan dan melindungi hak-hak konsumen. Inisiatif
pembentukan LPKSM ini berasal dari masyarakat sendiri sebagai wujud rasa keprihatinan melihat kondisi konsumen di Indonesia yang belum memperoleh
perlindungan secara maksimal dan agar pergerakan perjuangan hak-hak konsumen dapat dilakukan secara terorganisir.
44
1. Menyebarkan informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran atas hak
dan kewajiban dan kehati-hatian konsumen dalam mengkonsumsi barang danatau jasa;
Secara tegas Pasal 1 angka 9 UUPK menguraikan pengertian LPKSM sebagai lembaga non-pemerintah yang terdaftar dan diakui oleh pemerintah yang
mempunyai kegiatan menangani perlindungan konsumen. Apabila dilihat dari definisi tersebut, LPKSM merupakan lembaga swadaya masyarakat yang
memusatkan aktivitasnya guna memberikan perlindungan terhadap konsumen. Walaupun sebagai lembaga non-pemerintah, LPKSM harus mendapat pengakuan
dari pemerintah dengan tugas-tugas yang masih harus diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Adapun tugas-tugas LPKSM sebagaimana diatur dalam Pasal 44 ayat 3 UUPK meliputi kegiatan :
2. Memberikan nasehat kepada konsumen yang memerlukannya;
44
Dedi Harianto, op.cit., hal.92.
Universitas Sumatera Utara
3. Bekerja sama dengan instansi terkait dalam upaya mewujudkan
perlindungan konsumen; 4.
Membantu konsumen dalam memperjuangkan haknya, termasuk menerima keluhan atau pengaduan konsumen;
5. Melakukan pengawasan bersama pemerintah dan masyarakat terhadap
pelaksanaan perlindungan konsumen. Tugas-tugas tersebut menandai fungsi strategis LPKSM bagi upaya
perlindungan konsumen, yang bersama-sama dengan pemerintah dapat melaksanakan fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan perlindungan konsumen,
meningkatkan kesadaran konsumen akan hak dan kewajibannya, memberikan advokasi konsumen serta menerima pengaduan konsumen dan membantu
konsumen dalam memperjuangkan hak-haknya. Dalam kaitannya dengan Rumah Makan, jika didapati kecurangan dengan adanya usaha Rumah Makan, maka
LPKSM dapat menyuarakan kepentingan konsumen dengan meminta konfirmasi pada pihak-pihak yang terlibat dan mempertanggungjawabkan kesalahannya.
Semakin beragam tindak pelanggaran hak-hak konsumen yang dilakukan pelaku usaha menuntut pemerintah untuk selain melakukan pembinaan juga
meningkatkan pengawasan pelaksanaan perlindungan konsumen. Hal tersebut dilaksanakan dengan turut melibatkan partisipasi masyarakat dan LPKSM untuk
lebih menjamin terlaksananya perlindungan terhadap konsumen. Partisipasi tersebut tergambar dalam ketentuan Pasal 30 UUPK yang pada pokoknya
menentukan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a. Pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan konsumen serta
penerapan ketentuan peraturan perundang-undangannya diselenggarakan oleh pemerintah, masyarakat dan lembaga perlindungan konsumen
swadaya masyarakat. b.
Pengawasan oleh pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan oleh menteri danatau menteri teknis yang terkait.
c. Pengawasan oleh masyarakat dan lembaga perlindungan konsumen
swadaya masyarakat dilakukan terhadap barang danatau jasa yang beredar di pasar.
d. Apabila pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 ternyata
menyimpang dari peraturan perundang-undangan yang berlaku dan membahayakan konsumen, menteri danatau menteri teknis mengambil
tindakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. e.
Hasil pengawasan yang diselenggarakan masyarakat dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat dapat disebarluaskan kepada
masyarakat dan dapat disampaikan kepada menteri danatau menteri teknis.
f. Ketentuan pelaksanaan tugas pengawasan sebagaimana dimaksud pada
ayat 1, 2 dan ayat 3 ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Pemerintah sangat menyadari masih lemahnya penerapan peraturan
perundang-undangan berkaitan dengan perlindungan terhadap konsumen. Oleh karena itu, dipandang perlu untuk melibatkan peran serta masyarakat dan LPKSM
untuk bersama-sama dengan pemerintah guna melakukan pengawasan secara
Universitas Sumatera Utara
intensif terhadap barang danatau jasa yang menyimpan dari peraturan perundang- undangan yang berlaku serta dapat membahayakan konsumen. Laporan dan
pengaduan dari masyarakat serta LPKSM dapat dijadikan sebagai masukan bagi pemerintah untuk mengambil tindakan terhadap pelaku usaha yang melakukan
pelanggaran, serta melakukan upaya pencegahan dengan mengoptimalkan fungsi pengawasan oleh menteri maupun teknis terkait.
Berkaitan dengan pengawasan terhadap Rumah Makan, LPKSM berhak melakukan pengawasan yaitu memeriksa tempat pengolahan Rumah Makan yang
tidak memenuhi syarat dalam hal sterilisasi atau menemukan hal-hal yang membuat pengolahan dan sterilisasinya diragukan.
C. Penyelesaian Sengketa Antara Konsumen Dengan Rumah Makan Kamang Jaya