Pengaruh Umur Terhadap Kinerja Reproduksi dan Produksi Conception Rate [CR]

2.7.6. Pengaruh Umur Terhadap Kinerja Reproduksi dan Produksi

Pengaruh umur terhadap fertilitas sapi betina dan jantan sulit untuk diketahui karena faktor penyebabnya sangat komplek dan banyak, jadi sulit untuk memisah- misahkan pengaruh umur terhadap fertilisas. Umur sapi berkisar satu sampai 12 tahun dan ferlititasnya meningkat mulai umur empat tahun dan mulai menurun setelah enam tahun [Ball dan Peters, 2004]. Produksi sapi perah dapat berlangsung jika fungsi reproduksi berjalan normal. Seekor sapi terutama produksi susu dan jumlah pedet yang dihasilkan akan menurun jika reproduksi tidak berfungsi baik. Lama kehidupan reproduksi sapi perah merupakan kemampuan ternak untuk produksi sehingga berpengaruh terhadap ekonomi. Sapi perah menghasilkan anak pada umur dua tahun sehingga akan menghasilkan susu dengan produksi lebih panjang dan jumlah pedet yang dihasilkan lebih banyak selama hidupnya, keadaan selanjutnya tergantung selang perkawinan setelah beranak. Kaitan selang beranak, masa kosong, lama bunting, periode laktasi, dan periode kering dapat dilihat pada Gambar 30. Kemampuan produksi sapi perah berbeda pada setiap tingkatan laktasi dan umur. Produksi susu akan terus meningkat bersamaan dengan bertambahnya umur sapi. Ball dan Peters [2004] menyatakan apabila sapi beranak pertama umur dua sampai tiga tahun dengan jarak beranak 12 bulan, lama laktasi 10 bulan, dewasa produksi atau produksi tertinggi dicapai pada laktasi keempat atau berumur empat sampai lima tahun setelah produksi tinggi dicapai. Pada umumnya produksi menurun secara berangsur setelah 12 tahun keatas, sapi dikeluarkan karena gangguan kesehatan dan reproduksi, kadang sapi dapat menghasilkan susu sampai umur 15 tahun atau lebih. 39 Gambar 30. Kaitan Selang Beranak, Masa Kosong, Lama Bunting, Periode Laktasi dan Periode Kering [Ball dan Peters, 2004] 2.7.7. Conception Rate [CR] Conception rate adalah satu tolok ukur keberhasilan inseminasi buatan [IB] yang ditunjukkan dengan angka kebuntingan dari induk akseptor. Angka CR ini diperoleh melalui pemeriksaan kebuntingan pada usia 3-4 bulan dengan palpasi rektal. Palpasi rektal merupakan suatu cara untuk mendiagnosa kebuntingan ternak sapi. Indikasi ternak bunting dapat diketahui melalui palpasi per rektal terhadap kornua uteri dimana kornua uteri yang membesar berisi cairan placenta yaitu amnion dan allantois. Perabaan dan pemantulan kembali foetus di dalam uterus yang membesar yang berisi selaput fetus dan cairan placenta. Mengurangi resiko yang mungkin timbul dalam melakukan palpasi rektal baik pemeriksa maupun ternak maka diperlukan kandang jepit dan sarung tangan yang menutupi lengan untuk menjaga kebersihan. Palpasi pada 35-40 hari kebuntingan lebih membutuhkan kemahiran dari pada fase berikutnya. Namun demikian bila ketepatan hasil pada fase ini dapat diperoleh maka akan memberikan nilai ekonomis yang tinggi [ Suyadi, 2002]. Kesalahan deteksi estrus, waktu IB, teknik inseminasi , fertilitas pejantan, pakan serta ketinggian tempat yang berhubungan dengan suhu udara serta kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan tingkat kebuntingan yang rendah 40 sehingga mempengaruhi nilai CR [Smith, 1984]. Stres panas yang terjadi pada induk dapat mengakibatkan kematian embrio. Fertilisasi akan terganggu walaupun tetap berkembang dan akan mati pada periode kritis saat implantasi [Jordan, 2003]. Stres karena panas pada usia kebuntingan 8 – 17 hari akan mengubah lingkungan uterus yang tidak sesuai untuk pertumbuhan embrio dan aktifitas sekretori saat bunting [Admin, 2009].

2.7.8. Efisiensi Reproduksi