Ketinggian Tempat TINJAUAN PUSTAKA

kebuntingan sekitar sembilan bulan [Anonymous, 2009]. Berat lahir pedet yang sehat 30 – 35 kg atau lebih, pertumbuhan cepat dan dapat mencapai 0,9 kg per hari, sehingga baik untuk penghasil daging [Sudono, dkk., 2003]. Kemampuan produksi susu sapi FH lebih tinggi dibandingkan bangsa sapi perah lainnya. Di Amerika dan Inggris sapi perah FH menghasilkan susu sebanyak 8.000 kg setahun, ada juga produksi susu sapi perah FH yang mencapai antara 12.000-15.000 kg [DeLaval, 2005]. Menurut Sudono, dkk. [2003] menyatakan sapi perah FH di daerah tropis dapat menghasilkan susu lebih dari 5000 liter dalam satu masa laktasi, dan kadar lemak bervariasi antara 2,5 sampai 4,3 persen dengan rata- rata 3,5 persen. Di negara asalnya produksi susu sapi FH berkisar 6.000 - 7.000 liter dalam satu masa laktasi. Produksi susu sapi FH di Inggris tahun 2001 sebanyak 6.320 liter per laktasi [Ball dan Peters, 2004]. Sedangkan, di Indonesia sapi FH menghasilkan susu sebanyak 2.500-5.000 liter per laktasi. Produksi susu sapi FH di Jawa Barat, Indonesia mencapai 4.239,5; 4.665; 5.063,5; 5.581,5; dan 4.697 liter per ekor untuk laktasi 1, 2, 3, 4, dan 5 [Anonimus, 2002].

2.2. Ketinggian Tempat

Produktivitas ternak dicerminkan oleh penampilannya [performance], sedangkan penampilan ternak merupakan manifestasi pengaruh genetik dan lingkungan ternak secara bersama. Penampilan ternak dalam setiap waktu adalah perpaduan dari sifat genetik dan lingkungan yang diterimanya. Ternak dengan sifat genetik baik tidak dapat mengekspresikan potensi genetiknya tanpa didukung oleh lingkungan yang menunjang [Karnaen dan Arifin, 2009 ; Hammack, 2009]. Faktor lingkungan yang langsung berpengaruh pada kehidupan ternak adalah Iklim. Iklim adalah keadaan rataan cuaca di suatu tempat. Berdasarkan letak astronomis dan ketinggian tempat, iklim terbagi menjadi dua yaitu iklim matahari dan iklim fisis. Iklim matahari yaitu iklim yang didasarkan atas perbedaan panas matahari yang diterima permukaan bumi. Daerah-daerah yang berada pada lintang tinggi lebih 6 sedikit memperoleh sinar matahari, sedangkan daerah yang terletak pada lintang rendah lebih banyak menerima sinar matahari, berdasarkan iklim matahari terbagi menjadi: iklim tropik; iklim sub tropik; iklim sedang dan iklim dingin [Kottek,et al., 2006], dapat dilihat pada Gambar 3. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis yang terletak antara 6 LU – 11 LS dan 95 - 141 BT [Bayong, 2004]. Gambar 3. Iklim Matahari [Kottek, et al., 2006] Keadaan iklim suatu daerah berhubungan erat dengan ketinggian tempat, yang merupakan faktor penentu ciri khas dan pola hidup dari suatu ternak [Bayong, 2004]. Kemampuan berproduksi sapi perah FH menurut penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan perbedaan produksi dengan adanya perbedaan ketinggian tempat pemeliharaan dari permukaan laut [Berman, 2005]. Berbeda dengan faktor lingkungan yang lain seperti manajemen pemeliharaan, ketinggian tempat lokasi usaha peternakan tidak dapat diatur atau dikuasai sepenuhnya oleh manusia. Peningkatan produktivitas ternak yang efisien, harus disesuaikan dengan kondisi lokasi usaha ternak tersebut. Unsur cuaca yang berhubungan dengan ketinggian tempat adalah suhu dan kelembaban udara [Bayong, 2004]. Pada daerah dataran tinggi memperlihatkan terjadinya penurunan suhu dengan semakin bertambahnya ketinggian tempat. 7 Pembagian daerah iklim, menurut Junghuhn [Kottek,et al., 2006] berdasarkan tinggi tempat dari permukaan laut dan suhu udara dapat dibedakan sebagai berikut: 1. Daerah panastropis Tinggi tempat antara 0 – 600 m dari permukaan laut. Suhu 22°C - 26,3°C 2. Daerah sedang Tinggi tempat 600 – 1500 m dari permukaan laut. Suhu 17,1°C - 22°C 3. Daerah sejuk Tinggi tempat 1500 – 2500 m dari permukaan laut. Suhu 11,1°C - 17,1° C 4. Daerah dingin Tinggi tempat lebih dari 2500 m dari permukaan laut. Suhu 6,2°C - 11,1° C Suhu dan kelembaban udara menurut Berman [2005] merupakan dua faktor yang berhubungan dengan ketinggian tempat dapat mempengaruhi produktivitas sapi perah, karena dapat menyebabkan perubahan-perubahan yang meliputi: - keseimbangan panas dalam tubuh ternak - keseimbangan air - keseimbangan energi - keseimbangan tingkah laku ternak

2.3. Keseimbangan Panas