BPR dalam Perbankan di Indonesia

10 demokrasi sesuai dengan landasan negara yaitu Pancasila. Hal ini diatur dalam undang-undang Azas Perbankan Indonesia, pada Pasal 2 UU No. 7 Tahun 1992, yang berbunyi: “Perbankan Indonesia dalam menjalankan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan prinsip kehati- hatian”. Demokrasi ekonomi yang dimaksud adalah demokrasi ekonomi berdasarkan pancasila dan UUD 1945.

2.2. BPR dalam Perbankan di Indonesia

2.2.1. Pengertian Bank Perkreditan rakyat BPR Dalam dunia perbankan saat ini terdapat beberapa jenis perbankan yang diatur dalam undang-undang perbankan, salah satunya yaitu Bank Perkreditan Rakyat BPR berdasarkan pasal 5 Undang-undang No. 10 tahun 1989 tentang perubahan Undang-undang No. 7 tahun 992 tentang perbankan, BPR dapat diartikan sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 2.2.2. Asas dan fungsi BPR Dalam melaksanakan usahanya BPR berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Demokrasi ekonomi adalah sistem ekonomi Indonesia yang dijalankan sesuai dengan pasal 33 UUD 1945 yang memiliki 8 ciri positif sebagai pendukung dan 3 ciri negatif yang harus dihindari free fight liberalism, etatisme, dan monopoli. Sedangkan fungsi BPR adalah Penghimpun dan penyalur dana masyarakat. 11 2.2.3. Tujuan BPR dan Sasaran BPR Tujuan BPR adalah menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, penumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Sasaran BPR adalah melayani kebutuhan petani, peternak, nelayan, pedagang, pengusaha kecil, pegawai,dan pensiunan karena sasaran ini belum dapat terjangkau oleh bank umum dan untuk lebih mewujudkan pemerataan layanan perbankan, pemerataan kesempatan berusaha, pemerataan pendapatan,dan agar mereka tidak jatuh ke tangan para pelepas uang rentenir dan pengijon. 2.2.4. Usaha BPR Usaha BPR meliputi usaha untuk menghimpun dan menyalurkan dana dengan tujuan mendapatkan keuntungan. Keuntungan BPR diperoleh dari spread effect dan pendapatan bunga. Adapun usaha-usaha BPR adalah: 1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, danatau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. 2. Memberikan kredit. 3. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah. 4. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia SBI, deposito berjangka, sertifikat deposito, danatau tabungan pada bank lain. 12 SBI adalah sertifikat yang ditawarkan Bank Indonesia kepada BPR apabila BPR mengalami over likuiditas. 2.2.5. Usaha yang tidak boleh dilakukan BPR Ada beberapa jenis usaha seperti yang dilakukan bank umum tetapi tidak boleh dilakukan BPR. Usaha yang tidak boleh dilakukan BPR adalah: 1. Menerima simpanan berupa giro. 2. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing. 3. Melakukan penyertaan modal dengan prinsip prudent banking dan concern terhadap layanan kebutuhan masyarakat menengah ke bawah. 4. Melakukan usaha perasuransian. 5. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana yang dimaksud dalam usaha BPR. 2.2.6. Alokasi Kredit 2.2.6.a. Pengertian Kredit Dalam bahasa latin kredit berarti credere artinya percaya. Pemberi kredit kreditur percaya kepada penerima kredit debitur bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Pengertian kredit pada pasal 1 angka 11 undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan undang-undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank 13 dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. 2.2.6.b. Unsur-unsur Kredit Dari beberapa pengertian kredit diatas dapat ditarik beberapa unsur yang memungkinkan terjadinya kredit. Adapun unsur-unsur kredit Kasmir, 2004 tersebut adalah: 1. Kepercayaan, yaitu suatu keyakinan bagi kreditur bahwa kredit yang diberikan baik berupa uang, jasa atau barang akan benar-benar diterimanya kembali dimasa yang akan datang sesuai jangka waktu kredit. 2. Kesepakatan, kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. 3. Jangka Waktu, setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek dibawah 1 tahun, jangka menengah 1 sampai 3 tahun dan jangka panjang diatas 3 tahun. Jangka waktu merupakan batas waktu pengembalian angsuran kredit yang sudah disepakati kedua belah pihak. 4. Resiko, akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian kredit akan memungkinkan suatu resiko tidak tertagihnya atau macet 14 pemberian suatu kredit. Semakin panjang suatu jangka waktu kredit, maka semakin besar resikonya, demikian pula sebaliknya. 5. Balas jasa, balas jasa bagi bank merupakan keuntungan atau pendapatan atas pemberian suatu kredit. Balas jasa kita kenal dengan nama bunga. Disamping balas jasa dalam bentuk bunga bank juga membebankan kepada nasabah biaya administrasi kredit yang juga merupakan keuntungan bagi bank. 2.2.6.c. Tujuan Kredit Pemberian kredit mempunyai tujuan tertentu. Tujuan pemberian kredit tersebut tidak akan terlepas dari misi bank. Adapun tujuan utama pemberian kredit menurut Kasmir, 2004 adalah sebagai berikut: 1. Mencari keuntungan, tujuan utama pemberian kredit adalah untuk memperoleh keuntungan. Hasil keuntungan ini diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan pada nasabah. 2. Membantu usaha nasabah, tujuan selanjutnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang membutuhkan dana, baik dana untuk investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana itu maka pihak debitur dapat mengembangkan dan memperlas usahanya. 3. Membantu pemerintah, bagi pemerintah semakin banyak kredit yang diberikan oleh pihak bank, maka semakin meningkatkan jumlah kegiatan ekonomi yang akan terjadi. Mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan berbagai sektor. 15 2.2.6.d. Fungsi Kredit Organisasi bank dalam kehidupan perekonomian yang modern, banyak memegang peranan yang sangat penting sehingga bank selalu di ikut sertakan dalam menentukan kebijakan di bidang moneter. Hal ini menyebabkan, bank mempunyai pengaruh yang sangat luas dalam bidang kehidupan khususnya di bidang ekonomi. Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain sebagai berikut Kasmir, 2001: 97: 1. Meningkatkan daya guna uang Jika uang hanya disimpan saja dirumah tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. 2. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang Dalam hal ini uang yang disalurkan atau diberikan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya. 2.2.6.e. Jaminan Kredit Menurut Kasmir 2001: 102 jaminan yang dapat digunakan oleh calon peminjam adalah: 1. Dengan jaminan Jaminan benda berwujud, adalah barang yang dapat dijadikan jaminan seperti tanah, bangunan, kendaraan bermotor, dan lainnya. 16 Jaminan benda tidak berwujud adalah benda-benda yang merupakan surat-surat yang dijadikan jaminan seperti sertifikat tanah, sertifikat deposito. Jaminan orang, adalah jaminan yang diberikan oleh seseorang dan apabila kredit tersebut macet maka, orang yang memberikan jaminan itulah yang menanggung resikonya. 2. Tanpa jaminan Yang dimaksud dengan kredit tanpa jaminan yaitu, kredit yang diberikan tidak menggunakan jaminan barang tertentu. Kredit tanpa jaminan hanya menggunakan penilaian atau pertimbanga- pertimbangan untuk pengusaha-pengusaha ekonomi lemah. Kredit yang diberikan oleh PD.BPR.BKK cabang Prembun harus dijaga keamanannya untuk mengantisipasi terjadinya kredit macet, oleh sebab itu diperlukan jaminan dalam pemberian kredit. Jaminan kredit yang sesuai dan diperlukan oleh BPR .BKK cabang Prembun adalah: Jaminan benda berwujud, berupa kendaraan bermotor, emas. Jaminan benda tidak berwujud, seperti, sertifikat rumah, dan BPKB, sertifikat kepemilikan tanah. Berdasarkan uraian penjelasan diatas, yang dimaksud dengan jaminan kredit yaitu benda berwujud, dan benda tidak berwujud yang diberikan nasabah kepada pihak BPR, untuk mengantisipasi terjadinya kredit macet dari dana yang telah disalurkan. 17 2.2.6.f. Penilaian dalam Pemberian Kredit Bank mempunyai kriteria dan aspek penilaian yang sama sebagai standar penilaian yang digunakan untuk mendapatkan nasabah yang benar- benar menguntungkan, yaitu dengan analisis 5C. Metode analisis 5C menurut Kasmir 2001 : 104 adalah sebagai berikut: 1. Character , suatu keyakinan bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang diberikan kredit dapat dipercaya. Hal ini tercermin dari latar belakang nasabah, baik dari pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti gaya hidup, keadaan keluarga. Ini semua ukuran kemampuan membayar. 2. Capacity , untuk melihat kemampuan nasabah dalam mengembalikan kredit yang sudah diberikan. Dapat dilihat melalui kemampuan nasabah dalam bidang bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan dalam memahami ketentuan pemerintah, dan kemampuan dalam menjalankan usahanya. 3. Capital , untuk mengetahui sumber –sumber yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank. 4. Collateral , merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. 5. Condition , dalam penilaian kredit hendaknya dinilai dari kondisi ekonomi sekarang dan untuk dimasa yang akan datang. 18

2.3. Kredit BPR

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengendalian Kredit: studi kasus pada KSP Artha Prima Kota Salatiga T1 162009096 BAB II

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengendalian Internal dalam Menunjang Pemberian Kredit : Studi Kasus pada KPO PD BPR BKK Boyolali

0 0 1

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengendalian Kredit (Studi Kasus pada KSP Tabita Kota Salatiga) T1 162007049 BAB I

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengendalian Kredit (Studi Kasus pada KSP Tabita Kota Salatiga) T1 162007049 BAB II

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengendalian Kredit (Studi Kasus pada KSP Tabita Kota Salatiga) T1 162007049 BAB IV

1 4 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengendalian Resiko Kredit (Studi Kasus Bpr Bkk Cabang Prembun Kabupaten Kebumen)

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengendalian Resiko Kredit (Studi Kasus Bpr Bkk Cabang Prembun Kabupaten Kebumen) T1 162007074 Bab I

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengendalian Resiko Kredit (Studi Kasus Bpr Bkk Cabang Prembun Kabupaten Kebumen) T1 162007074 Bab IV

0 0 32

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengendalian Resiko Kredit (Studi Kasus Bpr Bkk Cabang Prembun Kabupaten Kebumen) T1 162007074 Bab V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengendalian Resiko Kredit (Studi Kasus Bpr Bkk Cabang Prembun Kabupaten Kebumen)

0 0 28