19
2. Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan Bank Indonesia
mengenai batas maksimum pemberian kredit, pemberian jaminan, atau hal lain yang serupa, yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.
3. Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan Bank Indonesia
mengenai batas maksimum pemberian kredit, pemberian jaminan, atau hal lain yang serupa, yang dapat dilakukan oleh BPR kepada pemegang saham dan
keluarga yang memiliki 10 atau lebih dari modal disetor, anggota dewan komisaris dan keluarga, anggota direksi dan keluarga, pejabat BPR
lainnya, serta perusahaan-perusahaan yang di dalamnya terdapat kepentingan pihak pemegang saham dan keluarga yang memiliki 10 atau lebih dari
modal disetor, anggota dewan komisaris dan keluarga, anggota direksi dan keluarga, pejabat BPR lainnya. Batas maksimum tersebut tidak melebihi 10
dari modal yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.
2.4. Risiko dan Sistem Pengendalian Risiko Perbankan
2.4.1. Pengertian Risiko
Herman Darmawi, menyatakan bahwa ”Resiko adalah probabilitas
suatu hasil yang berbeda dengan yang diharapkan”. Menurut definisi Peraturan Bank Indonesia PBI No.58PBI2003 tentang
Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum, hal 3, 2003 risiko adalah potensi terjadinya suatu peristiwa
events
yang dapat menimbulkan kerugian bank. Menurut Badan Sertifikasi Manajemen Risiko BSMR dan
Global Association of Risk Professionals GARP
hal A: 4, 2007, risiko
20
didefinisikan sebagai peluang terjadinya hasil
outcome
yang buruk
.
Definisi tersebut menyatakan bahwa risiko terkait dengan situasi hasilnya dapat negatif dan besar kecilnya kemungkinan terjadinya
outcome
tersebut dapat diperkirakan. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahas Indonesia
hal 959, 2005 risiko didefinisikan sebagai akibat yang kurang menyenangkan merugikan, membahayakan dari suatu perbuatan atau
tindakan. 2.4.2.
Risiko Perbankan Sesuai PBI No. 58PBI2003 hal 5, 2003, jenis risiko diklasifikasikan
dalam 8 delapan jenis yaitu: 1.
Risiko pasar, adalah risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar dari
portfolio
yang dimiliki oleh bank, yang dapat merugikan bank
adverse movement.
2. Risiko kredit, adalah risiko yang terjadi akibat kegagalan pihak lawan
counterparty
memenuhi kewajibannya, 3.
Risiko operasional. risiko yang antara lain disebabkan ketidakcukupan dan atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia,
kegagalan sistem atau adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasional bank.
4. Risiko likuiditas, risiko yang antara lain disebabkan karena bank tidak
mampu memenuhi kewajiban yang telah jatuh waktu. Risiko likuiditas dikategorikan menjadi:
21
a.
Risiko Likuiditas Pasar, yaitu risiko yang timbul karena bank tidak mampu melakukan Offsetting posisi tertentu dengan harga pasar
karena kondisi likuiditas pasar yang tidak memadai atau gangguan pasar market disruption
b.
Risiko likuiditas pendanaan, yaitu risiko yang timbul karena bank tidak mampu mencairkan asetnya atau memperoleh pendanaan dari
sumber dana lain. 5.
Risiko hukum, adalah risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis. Kelemahan aspek yuridis antara lain disebabkan oleh
adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhinya
syarat sahnya kontrak dan pengikatan agunan yang tidak sempurna. 6.
Risiko reputasi, adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya publikasi negatif yang terkait dengan kegiatan usaha bank atau
persepsi negatif terhadap bank. 7.
Risiko strategik, adalah risiko yang antara lain disebabkan adanya penetapan dan pelaksanaan strategi bank yang tidak tepat, pengambilan
keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan eksternal.
8. Risiko kepatuhan, adalah risiko yang disebabkan bank tidak mematuhi
atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku.
22
2.4.3. Risiko Kredit
Risiko kredit adalah risiko dari kemungkinan terjadinya kerugian bank sebagai akibat dari tidak dilunasinya kembali kredit yang diberikan bank
kepada debitur, Drs. H. masyud Ali, M.BA, MM, Manajemen Risiko, hal 199.
Resiko kredit dalam perbankan adalah risiko kerugian yang dapat diderita sebagai akibat dari kemungkinan nasabah gagal memenuhi kewajiban-
kewajiban yang jatuh waktu pada bank Kasmir, SE, 2001, hal 103-104. 2.4.4.
Pengertian Sistem Sistem menurut Drs. Ibnu Syamsi, S.U. 2004: 16 adalah merupakan
sekumpulan kegiatan yang terdiri dari sub –sistem yang saling berinteraksi
satu dengan lainnya dan berproses untuk mencapai tujuan tertentu. Dari pengertian tersebut yang dimaksud sebagai sub-sistem adalah prosedur,
antara prosedur yang satu dengan prosedur yang lain yang saling berkaitan dalam satu sistem. Sedangkan yang dimaksud dengan pengendalian adalah
kegiatan yang meliputi kebijakan, prosedur dan praktek atau proses, cara, yang memberi keyakinan untuk tercapainya suatu tujuan
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka yang dimaksud dengan sistem pengendalian dalam penelitian ini adalah serangkaian tahapan
–tahapan, proses yang harus dilengkapi oleh nasabah dalam proses pengajuan kredit,
agar kredit dapat disetujui atau dicairkan.
23
2.4.5. Sistem Pengendalian Risiko Kredit
Dalam dunia perbankan sistem pengendalian risiko kredit dibadakan menjadi dua, yaitu preventif dan kuratif.
Menurut Djojosoedarno Soeisno 1999: 57 mengendalikan secara preventif adalah menghindari harta, orang atau kegiatan dari explosure
terhadap risiko dengan jalan: Menyerahkan kembali risiko yang terlanjur diterima atau
menghentikan kegiatan begitu diketahui mengandung risiko. Menolak memiliki atau menolak kegiatan itu walau hanya
sementara, Pengendalian secara kuratif atau menanggulangi kerugian yang sudah
terjadi adalah usaha yang dilakukan untuk memperkecil atau mengurangi keparahan bila suatu risiko atau kerugian memang terjadi.
2.4.6. Sistem pengendalian risiko kredit BPR
Sistem pengendalian kredit dalam penelitian ini adalah, merupakan serangkaian tahapan yang terdiri dari prosedur yang digunakan oleh pihak
BPR.BKK cabang Prembun untuk mencegah atau mengantisipasi terjadinya kerugian karena ketidak mampuan debitur dalam memenuhi
kewajiban pokok pinjaman. Pengendalian itu sendiri dapat dilakukan dengan dua cara Kasmir, SE,
2001 103-104 :
24
a. Cara pengendalian risiko sendiri:
1. Dihindari apabila tidak termasuk kategori risiko yang diinginkan, atau
jauh lebih besar dibandingkan keuntungan yang diharapkan. 2.
Diterima dan dipertahankan: apabila risiko berada pada tingkat yang paling ekonomis.
3. Dikurangi: apabila risiko yang ada dapat dikendalikan dengan tatakelola
yang baik. 4.
Dipagari: apabila risiko dapat dinetralisir sampai batas tertentu. b.
untuk pengendalian terhadap kredit macet perlu dilakukan beberapa hal antara lain:
1. Rescheduling, yaitu menggunakan cara:
a. Memperpanjang jangka waktu kredit, dalam hal ini debitur
diberikan keringanan dalam masalah jangka waktu kredit. b.
Memperpanjang jangka waktu angsuran, yaitu dengan memperpanjang angsuran hampir sama dengan jangka waktu
kredit. 2.
Reconditioning, yaitu mengubah berbagai persyaratan yang ada dengan cara:
a. Kapitalisasi bunga, yaitu dengan cara bunga dijadikan hutang
pokok. b.
Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu, jadi hanya bunga yang dapat ditunda pembayarannya, sedangkan pokok
pinjaman tetap harus dibayar seperti biasa.
25
c. Penurunan suku bunga, dengan penunrunan suku bunga
dimaksudkan agar lebih meringankan beban nasabah. d.
Pembebasan bunga, dalam pembebasan suku bunga diberikan kepada nasabah.
3. Restructuring, yaitu dengan menggunakan cara:
a. Menambah jumlah kredit.
b. Menambah equity yaitu:
c. Dengan menyetor uang tunai
d. Tambahan dari pemilik.
e. Kombinasi, merupakan kombinasi dari ketiga metode diatas.
f. Penyitaan jaminan, merupakan jalan terakhir apabila nasabah
sudah benar –benar tidak punya itikad baik atau sudah tidak
mampu lagi untuk membayar semua hutang-hutangnya. 2.4.7.
Faktor-faktor Penyebab Kredit Macet 2.4.7.1. Faktor Intern:
a. Kelemahan bank dalam melakukan analisis, sehingga terjadi kesalahan dalam pengembilan keputusan.
b. Kelemahan nasabah: b.1. Perencanaan:
Perencanaan adalah gambaran sebelum sesuatu dilaksanakan. Tanpa perencanaan maka pinjaman yang diperoleh tidak dapat
digunakan untuk menjalankan usaha secara lancar, dan tidak terarah pada pencapaian tujuan usaha.
26
b.2. Pendapatan yang relative rendah Jika pendapatan yang diperoleh relatif rendah, nasabah sulit
untuk mengembalikan pinjaman, karena pendapatan yang diperoleh hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari .
b.3. Administrasi Administrasi merupakan pengaturan suatu kegiatan secara
teratur. Usaha akan berjalan dengan lancar jika administrasi tentang pemasukan dan pengeluarannya dikendalikan.
c. Kenakalan nasabah
c.1. Penambahan kredit diharapkan dapat digunakan sepenuhnya untuk menambah modal, namun pada kenyataannya belum tentu
hal itu dilakukan sepenuhnya, banyak yng menggunakan pinjaman tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehgari-hari,
sehingga penggunaan pinjaman tersebut tidak optimal. c.2. Itikad nasabah, itikad nasabah adalah niat atau keinginan untuk
membayar pinjaman yang ada pada diri responden. 2.4.7.2. Faktor ekstern
a. Bencana Alam b. Peperangan
c. Perubahan kondisi perekonomian d. Perubahan teknologi
27
2.5. Penggolongan Kwalitas Kredit Bermasalah Berdasarkan Kemampuan