63
BAB V KOMUNITAS PUNK DI SALATIGA
Bab v ini merupakan isi dari penggambaran tujuan penelitian tentang „keberadaan komunitas punk di Salatiga‟. Keberadaan punk di Salatiga pada bab
ini akan mulai digambarkan dari sejarah lahirnya komunitas punk di Salatiga, keberadaan komunitas anak muda sebagai komunitas punk, punk di Salatiga
dilihat dari prinsip dan tindakannya, hingga pada penggambaran golongan- golongan punk di Salatiga.
5.1. Sejarah Komunitas Punk Di Salatiga
Lahir dan berkembangnya komunitas punk di Salatiga tidak terlepas dari keberadaan Universitas di Kota Salatiga, khususnya keberadaan Universitas
Kristen Satya Wacana. Punk dikenal oleh remaja dan kaum muda Salatiga dari tiga media. Sebagaimana umumnya punk di kenal oleh remaja dan kaum muda di
berbagai belahan dunia melalui media massa, aliran musik punk, dan melalui proses pengenalan. Yang berbeda dengan umumnya adalah jika ditempat lain
lebih dipengaruhi oleh musik dan media massa, di Salatiga lebih dikenal oleh remaja dan kaum muda melalui tindakan pengenalan yang dilakukan oleh aktor.
Punk mulai dijumpai di Salatiga pada sekitar tahun 2001 dan pada tahun 2003-an sampai dengan 2009 mengalami perkembangan yang dapat dikatakan
pesat. Perkembangan komunitas punk ini sangat dipengaruhi oleh semakin banyaknya mahasiswa dari kota-kota besar ataupun komunitas punk dari luar kota
masuk ke Salatiga. Sebelum berkembang seperti saat ini pada awalnya sekitar 2001 punk di Salatiga diperkenalkan oleh seorang mahasiswa Universitas Kristen
Satya Wacana yang berasal dari ibukota Jakarta. Aktor yang dianggap sebagai cikal bakal pentolan atau pionir komunitas punk di Salatiga ini di kenal dengan
nama Rudy, mahasiswa fakultas hukum UKSW angkatan 2001 dan pada saat ini 2007 telah menyelesaikan studinya.
64 Rudy merupakan aktor awal generasi komunitas Punk di Salatiga. Anggota
komunitas punk yang juga menjadi sumber informasi dalam penelitian ini menyatakan bahwa pada awalnya prinsip dan gaya berpakian punk diperkenalkan
oleh Rudy. Daniel salah satu anggota komunitas punk di Salatiga mengakui bahwa awalnya ia mengatahui prinsip-prinsip perlawanan yang dilakukan oleh
komunitas punk, aliran musik dan demontrasi gaya berpakian untuk memperolok kemapanan diperkenalkan oleh Rudy. Rudy sendiri mengetahui dan mempelajari
punk sejak masa SLTP di Jakarta. Pada awalnya Rudy tertarik dengan punk karena aliran musiknya. Atas ketertarikan itu kemudian salah satu saudara Rudy
meperkenalkan punk secara lebih dalam kepadanya. Melalui ketertarikan dan proses penganalan di atas Rudy mendalami
berbagai prinsip-prinsip perlawanan yang diusung oleh komunitas punk sejak awal lahirnya di Inggris. Setelah lulus SLTA pada tahun 2001 Rudy memilih
untuk melanjutkan studi di UKSW, disinilah dimulai proses terbentuknya generasi punk di Salatiga. Proses pengenalan yang dilakukan oleh Rudy dimulai dari
mempertontonkanmendemonstrasikan gaya berpakian yang berbeda dengan masyarakat umumnya. Melalui cara-cara demikian Rudy mulai menunjukkan
eksistensi dirinya sebagai seorang punkers, barikut kutipan wawancara bersama Rudy seorang pionir lahirnya komunitas punk di Salatiga;
„Pada saat masuk untuk menjadi mahasiswa disalah
satu fakultas di UKSW tahun 2001, saya tidak menemukanmelihat
seorangpun mahasiswa
menggunakan asesoris Punk. Dengan tetap pada
pendirian saya, setelah mengenal Punk sejak SLTP
di Jakarta, saya tetap memakai atribut yang menggambarkan bahwa saya adalah salah satu
mahasiswa dengan gaya hidup dan mempunyai prinsip hidup komunitas
Punk‟
1
. Pada saat ini komunitas punk dapat dijumpai baik dalam kampus ataupun
di luar kampus. Komunitas punk Salatiga tidak dapat dengan mudah untuk diketahui jumlah anggotanya. Hal ini karena dipengaruhi oleh, prinsip hidup yang
dianut oleh mereka, bahwa mereka jarang sekali hidup dan menetap dalam suatu
1
Hasil wawancara bersama Rudy pada 21 September 2007.
65 wilayah tertentu, melainkan berkelana dari satu kota ke kota yang lain. Namun
satu yang dapat dipastikan bahwa pada saat ini komunitas punk pada sore hingga malam hari berkumpul di depan kampus UKSW. Kelompok ini berkumpul di
depan book store UKSW, yang kebetulan juga salah satu anggotanya adalah pedagang kaki lima yang berjualan di depan kampus UKSW.
Sejalan dengan pengakuan Rudy, anggota komunitas punk Salatiga yang juga menjadi informan kunci dalam penelitian ini mengakui bahwa Rudy
merupakan seorang pelopor pionir untuk memperkenalkan punk di Salatiga. Sebagaimana di ungkapkan oleh Daniel ataupun Ahmed bahwa pada awalnya
mereka mengenal punk di Salatiga karena diperkenalkan atau diceritakan oleh Rudy. Untuk lebih detil dibawah ini disampaikankutipan wawancara:
„Kami mengenal Punk secara dalam melalui Rudy.
Memang ada banyak informasi tentang Punk namun Rudy melalui gaya hidup, gaya berpakian dan
pembicaraannya telah memperkenalkan prinsip-
prinsip Punk pada remaja dan kaum muda di
Salatiga, khususnya pada remaja dan kaum muda disekitar kampus UKSW‟
2
. Berdasarkan data di atas, sejarah komunitas punk di Salatiga dipelopori
oleh seorang mahasiswa asal ibu kota Jakarta. Melalui gaya hidup, gaya berpakian dan cerita-cerita dalam tongkrongan Rudy menunjukkan eksistensi dirinya
sebagai punkers dan pada saat yang sama Rudy telah memperkenalkan punk bagi remaja dan kaum muda di Salatiga khususnya remaja dan kaum muda disekitar
kampus UKSW. Sebagai mahasiswa Rudy secara tidak langsung juga telah memperkenalkan punk pada civitas akademika UKSW melalui demontrasi cara
berpakian yang mencolok dan berbeda dengan umumnya. Berdasarkan data di atas punk di Salatiga merupakan sebuah komunitas
yang lahir dari sebuah proses pengenalan. Proses pengenalan ini berjalan secara terus-menerus pada generasi-generasi selanjutnya. Rangkaian proses pengenalan
yang paling nampak adalah bahwa Rudy mengenal punk karena diperkenalkan oleh saudaranya, kemudian pada saat studi di Salatiga Rudy memperkenalkan
2
Hasil wawancara bersama Ahmed salah satu anggota komunitas Punk di Salatiga yang juga merupakan mahasiswa UKSW. Wawancara dilakukan pada September 2007.
66 punk pada kaum muda di Salatiga. Demikian selanjutnya proses pengenalan ini
dilakukan secara turun-temurun antar generasi. Proses mengenal punk ini kemudian membuat kaum muda ikut ambil
bagian didalamnya dengan meniru cara berpakian dan prinsip-prinsip punk seperti punk yang lahir di Inggris. Hal yang jelas berbeda disini adalah bahwa punk di
Inggris lahir atas respon masyarakat tehadap kondisi ekonomi yang kacau balau pada 1970-an tetapi di Salatiga lebih merupakan proses imitasi meniru punk di
Inggris. Kelahiran punk di Inggris erat kaitannya dengan kebeprihakan terhadap kelompok pekerja yang tidak mendapat perhatian dari pemerintahan Inggris. Oleh
karena itu berpengaruh terhadap gaya dandanan yang merepresentasikan keberpihakan terhadap kelompok pekerja.
Jika di Inggris cara berpakian merupakan representasi dari keberpihakan terhadap kelompok pekerja, menurut komunitas punk Salatiga merekapun juga
demikian. Cara-cara berpakian punk di Inggris adalah dengan menggunakan pakian-pakian kelas pekerja sepatu boot, celana jeans, dan baju kaos pada masa
awal 1970-an. Sebagai komunitas yang lahir dari proses meniru komunitas di Inggris, punk di Salatiga juga menggunakan cara berpakian kelas pekerja ala
Indonesia sebagai representasi keberpihakan terhadap kelompok pekerja. Akan tetapi pada saat ini juga terdapat banyak sekali kaum muda dan mahasiswa yang
mengambil gaya berpakian punk sebagai
style
tanpa ikut mengambil spirit dan perlawana arahan perlawanan komunitas punk.
5.2. Kaum Muda Salatiga dan Punk