Perbandingan Penggunaan Model Creative Problem solving (CPS) dengan Means Ends Analysis (MEA) terhadap Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar pada Materi Pokok Sistem Imunitas
ABSTRAK
PERBANDINGAN PENGGUNAAN MODELCREATIVE PROBLEM
SOLVING(CPS) DENGANMEANS ENDS ANALYSIS(MEA) TERHADAP SIKAP ILMIAH DAN HASIL BELAJAR
PADA MATERI POKOK SISTEM IMUNITAS (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI IPA Semester
Genap SMA Negeri 1 Natar Kab. Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014)
Oleh :
Eli Komariah
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan penggunaan model pembelajaran CPS dengan MEA dalam meningkatkan sikap ilmiah dan hasil belajar pada ranah kognitif siswa. Desains penelitian adalah pretes postes kelompok tak ekuivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas XI IPA1dan XI IPA2yang dipilih secarapurposive sampling. Data penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa presentase sikap ilmiah siswa yang diperoleh dari hasil observasi yang dianalisis secara deskriptif. Data
kuantitatif diperoleh dari rata-rata nilai pretes, postes, danN-gain yang dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji-t dan uji U.
Hasil penelitian menunjukan bahwa model pembelajaran CPS dan MEA keduanya dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa. Rata-rata sikap ilmiah siswa dalam semua
(2)
Eli Komariah
iii
aspek yang diamati pada kelas CPS maupun kelas MEA sama-sama berkriteria baik, yaitu pada kelas CPS adalah 84,90%, dan pada kelas MEA adalah 82,38%. Kemudian, peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa pada kelas MEA lebih tinggi dibandingkan pada kelas CPS dengan rata-rataN-gainpada kelas MEA yaitu 53,00 ± 13,70, sedangkan rata-rataN-gainpada kelas CPS yaitu 46,26 ± 15,40. Peningkatan hasil belajar juga terjadi pada indikator aspek kognitif C4 dengan rata-rataN-gainindikator C4 pada kelas MEA sebesar 63,37± 18,61. Dengan demikian, model CPS maupun MEA dapat digunakan untuk
meningkatkan sikap ilmiah siswa. Sedangkan penerapan model MEA lebih berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar ranah kognitif siswa secara signifikan dibandingkan dengan model CPS.
Kata kunci : Sikap Ilmiah, Hasil belajar, Model CPS, Model MEA, Sistem Imunitas
(3)
(4)
(5)
(6)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Titipasan Kec. Tegineneng Kab. Pesawaran pada tanggal 24 Juli 1992, yang merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak M. Arif dan Ibu Siti Maisaroh.
Pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah Sekolah TK Daaruttauhid Titipasan Kec. Tegineneng Kab. Pesawaran diselesaikan tahun 1998, Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Margomulyo Kec. Tegineneng Kab. Pesawaran diselesaikan tahun 2004, Madrasah Tsanawiyah (MTs) Daaruttauhid Kec. Tegineneng Kab. Pesawaran diselesaikan tahun 2007, Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Natar Kab. Lampung Selatan diselesaikan tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung melalui jalur Reguler (SNMPTN).
Pada tahun 2013 penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMPN Satap 1 TB. Udik Kab. Tulang Bawang Barat dan pada tahun 2014 penulis melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Natar Kab. Lampung Selatan untuk meraih gelar sarjana pendidikan (S.Pd.). Nomor HP penulis: 085839396614. Email penulis: [email protected].
(7)
PERSEMBAHAN
Dengan Menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Teriring do a dan rasa syukur yang teramat dalam kupersembahkan skripsi ini kepada :
• Bapakku M. Arif dan Ibuku Siti Maisaroh yang telah mendidik dan memberikan kehidupan yang indah dengan limpahan kasih sayang dan kebahagiaan serta segala do a terbaik yang selalu mengiringi langkahku.
• Mbakku Nisa Maimunah, kakakku Al Fajri, dan adikku Ahmad Tri Wahyudi yang sudah memberiku motivasi dan menemani hari-hari ini dengan banyak canda, tawa dan keceriaan sehingga dapat membuat hari-hari yang kujalani lebih bermakna.
• Almamater tercinta Pendidikan Biologi Universitas Lampung.
(8)
MOTTO
Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah)
dengan sabar dan shalat
(Q.S. Al-Baqarah : 45)
Bersyukurlah, maka kebahagiaan akan
dirasa..
(9)
(10)
xi
SANWACANA
Puji syukur pada Allah SWT, atas segala nikmat dan kehendak-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA, FKIP Unila.Skripsi ini berjudul “Perbandingan Penggunaan ModelCreative Problem Solving(CPS) DenganMeans Ends Analysis(MEA) Terhadap Sikap Ilmiah Dan Hasil Belajar Pada Materi Pokok Sistem Imunitas (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA Negeri 1 Natar Kab. Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014)”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung; 2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung; 3. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi; 4. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Pembimbing I atas kesabaran, bimbingan, dan
masukannya kepada penulis;
5. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd, M.Pd., selaku Pembimbing II dan Pembimbing Akademik atas bimbingan, motivasi, dan kasih sayangnya;
6. Drs. Arwin Achmad, M. Si., selaku pembahas atas saran-saran perbaikan, dan dukungan semangatnya;
(11)
xii
7. Bapak dan ibu dosen pengajar, atas segala bantuan dan ilmu yang telah diberikan;
8. Dra. Hj. Hastutiningsih, selaku guru mitra yang telah banyak memberikan bantuan dan arahan selama penelitian;
9. Sahabat-sahabatku Arinta Winsi, Destra Mutia, Yuliani, Hanni Hanifah, Renita Prahastiani, Gadis Pratiwi, Mayvena Lizora, Novita Sari, Nindi Profithasari, Sisca Puspitasari Nasution, dan Qurratu Aini Na’imaatas bantuan dan dukungan yang selama ini kalian berikan sangat berarti bagi penulis;
10. Teman seperjuanganku Sarvia Trisniati, Mila Vanalita, Dira Tiara atas bantuan dan semangat yang kalian berikan kepada penulis;
11. Sahabat-sahabatku yang lain di Biologi 10, atas motivasi dan kebersamaan selama ini.
Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi baik yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat, Aamiin.
Bandar Lampung, November 2014 Penulis
(12)
xiii DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6
F. Kerangka Pikir... ... 7
G. Hipotesis... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Berbasis Masalah TipeCreative Problem Solving(CPS) ... 10
B. Model Pembelajaran Berbasis Masalah TipeMeans Ends Analysis(MEA)... 13
C. Sikap Ilmiah Siswa... 16
D. Hasil Belajar Aspek Kognitif Siswa ... 20
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24
B. Populasi dan Sampel ... 24
C. Desain Penelitian ... 24
D. Prosedur penelitian... 25
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 31
F. Teknik Analisis Data ... 33
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 36
(13)
xiii V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ... 47
B. Saran ... 47
DAFTAR PUSTAKA ... 49
LAMPIRAN 1. Silabus... 53
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 57
3. Lembar Kerja Siswa ... 77
4. Kisi-kisi Soal Pretes dan Postes ... 119
(14)
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah Tipe CPS ... 12
2. Pengelompokkan Sikap Ilmiah Siswa... 19
3. Tabulasi Data Hasil Observasi Sikap Ilmiah Siswa... 32
4. Kriteria Persentase Sikap Ilmiah Siswa ... 35
5. Rata-rata Sikap Ilmiah Siswa Kelas CPS dan MEA ... 36
6. Hasil uji statistik terhadappretest, postest,danN-gain... 37
7. Hasil uji statistikN-gainuntuk setiap indikator hasil belajar ranah kognitif siswa ... 38
(15)
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Hubungan antara dua variabel bebas
dan dua variabel terikat ... 8
2. Struktur Desain Penelitian... 25
3. Contoh jawaban LKS (Kelas MEA) ... 42
4. Contoh jawaban soalpostest siswa indikator C2 (Kelas CPS)... 44
5. Contoh jawaban soalpostest siswa indikator C2 (Kelas MEA) ... 44
6. Contoh jawaban soalpostest siswa indikator C4 (Kelas CPS)... 45
7. Contoh jawaban soalpostest siswa indikator C2 (Kelas MEA) ... 45
8. Siswa sedang mengerjakan soal pretest (Kelas CPS) ... 125
9. Siswa sedang melakukan berdiskusi kelompok (Kelas CPS) ... 125
10. Siswa membuat hasil karya (Kelas CPS) ... 126
11. Siswa sedang mempresentasikan hasil diskusi (Kelas CPS) ... 126
12. Siswa sedang mengerjakan soal postest (Kelas CPS) ... 127
13. Siswa sedang mengerjakan soal pretest (Kelas MEA)... 127
14. Siswa sedang melakukan berdiskusi kelompok (Kelas MEA) ... 128
15. Guru membimbing siswa dalam mengerjakan LKS (Kelas MEA)... 128
16. Siswa sedang mempresentasikan hasil diskusi (Kelas MEA)... 129
(16)
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran sains (IPA) merupakan salah satu proses pendidikan yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pembelajaran sains seharusnya selaras dengan fungsi dan tujuannya, yakni menumbuhkan sikap ilmiah. Sains merupakan mata pelajaran yang diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Istikomah, Hendratto, dan Bambang, 2010: 40).
Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Pembelajaran Biologi SMA/MA bertujuan memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerjasama dengan orang lain (BSNP, 2006: 175). Terdapat empat sikap ilmiah yang harus dikembangkan dalam sains yaitu, "(a) curiosity, (b) inventiveness, (c) critical thinking, and (d) persistence ".
Keempat sikap ilmiah tersebut sebenarnya tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya karena saling melengkapi (Gegga dalam Anwar, 2009: 106).
(17)
2
Pada kenyataannya , saat ini tujuan pendidikan sains dalam memupuk sikap ilmiah siswa belum sepenuhnya tercapai. Salah satu faktanya diperoleh dari hasil wawancara dengan guru yang mengajar kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Natar Kab. Lampung Selatan. Hasil wawancara
didapatkan bahwa sikap ilmiah siswa masih rendah, terutama sikap rasa ingin tahu sehingga berpengaruh pada hasil belajar siswa yang rendah, yang dapat dilihat dari nilai rata-rata ujian harian kelas XI IPA SMA Negeri 1 Natar Kabupaten Lampung Selatan untuk materi pokok Sistem Imun (68) belum memenuhi standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yaitu≥ 72.
Hasil belajar yang rendah tersebut dapat terjadi karena pada saat penyajian materi, guru kurang tepat memilih metode pembelajaran. Pembelajaran masih berpusat pada guru, siswa kurang berperan aktif dalam proses pembelajaran untuk membangun dan menemukan sendiri pengetahuannya. Sebaiknya dalam hal ini guru harus lebih kreatif dalam memilih metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan sikap ilmiah dan hasil belajar siswa tersebut. Sebagaimana menurut Purnama (dalam Yunita, Fakhruddin, dan Nor, 2012: 2) dalam pembelajaran sangat diperlukan sikap ilmiah oleh siswa karena dapat memotivasi kegiatan belajarnya. Pada sikap ilmiah terdapat gambaran bagaimana seharusnya bersikap dalam belajar, menanggapi suatu permasalahan, melaksanakan tugas, dan mengembangkan diri. Hal ini tentunya sangat mempengaruhi hasil belajar siswa ke arah yang positif.
(18)
3
Model pembelajaran yang diduga dapat digunakan dalam meningkatkan sikap ilmiah dan hasil belajar siswa adalah model pembelajaranCreative Problem Solving(CPS) danMeans-Ends Analysis(MEA). Kedua model pembelajaran ini sama-sama merupakan variasi pembelajaran berbasis masalah. Model pembelajaran tipe CPS lebih mengarah pada gagasan kreatif siswa untuk menyelesaikan suatu permasalahan melalui teknik sistematik dan menghasilkan suatu karya hasil kreativitas siswa (Hikmah dan Nasir, 2009: 3). Sedangkan model pembelajaran MEA lebih
menekankan pada pemecahan masalah dengan strategi heuristik yang dapat memudahkan siswa dalam memecahkan masalah (Suyatni dalam Kusumayanti, Dantes dan Arcana, 2012: 3).
Model CPS pernah digunakan pada penelitian yang dilakukan oleh Hikmah dan Natsir (2009: 8) yang menyimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran CPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Pujiadi (2008: 201) dengan kesimpulan bahwa siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model CPS berbantuan CD interaktif telah memenuhi standar ketuntasan belajar yang meliputi ketuntasan aktivitas siswa, ketuntasan kemampuan pemecahan masalah siswa dan ketuntasan prestasi belajar siswa (KKM). Kemudian, model MEA pernah digunakan dalam penelitian yang
dilakukan oleh Armada, Tegeh dan Sudiana (2013: 9) menyimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang dicapai oleh kelas yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran MEA lebih baik dibandingkan dengan kelas yang mengikuti pembelajaran dengan model
(19)
4
pembelajaran konvensional. Hal tersebut didukung dengan penelitian lain yang dilakukan oleh Kusumayanti, Dantes dan Arcana (2012: 9) yang menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran MEA dengan settingbelajar kelompok berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa dibandingkan dengan model konvensional.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk membandingkan dua model pembelajaran berbasis masalah yaitu tipe CPS dengan model pembelajaran tipe MEA dalam pembelajaran Biologi di SMA Negeri 1 Natar Kab. Lampung Selatan kelas XI IPA terhadap sikap ilmiah dan hasil belajar kognitif siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Adakah perbedaan pengaruh penggunaan model pembelajaran berbasis masalah tipe CPS dengan tipe MEA terhadap sikap ilmiah siswa? 2. Adakah perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa pada materi
pokok sistem imunitas antara yang diajar menggunaan model pembelajaran berbasis masalah tipe CPS dengan tipe MEA? 3. Manakah hasil belajar siswa yang lebih tinggi antara yang diajar
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah tipe CPS dengan tipe MEA?
(20)
5
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Perbedaan pengaruh penggunaan model pembelajaran berbasis masalah tipe CPS dengan tipe MEA terhadap sikap ilmiah siswa. 2. Perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa pada materi pokok
sistem imunitas antara yang diajar menggunaan model pembelajaran berbasis masalah tipe CPS dengan tipe MEA.
3. Hasil belajar siswa yang labih tinggi antara yang diajar menggunakan model pembelajaran berbasis masalah tipe CPS dengan tipe MEA.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat berguna bagi: 1. Siswa yaitu memperoleh suasana belajar yang baru yang dapat
mengekspresikan sikap ilmiah yang mereka miliki dan meningkatkan hasil belajar aspek kognitif pada materi sistem imunitas.
2. Guru yaitu memperoleh referensi baru dalam pembelajaran materi pokok sistem imunitas dan menilai sikap ilmiah yang dimiliki siswa. 3. Sekolah yaitu mendapat referensi baru tentang penerapan model
pembelajaran yang dapat meningkatkan sikap ilmiah dan hasil belajar kognitif siswa pada pembelajaran Biologi.
4. Peneliti yaitu mendapatkan pengalaman mengajar di SMA dan memperoleh pengetahuan tentang penerapan model pembelajaran untuk meningkatkan sikap ilmiah dan hasil belajar siswa.
(21)
6
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Model pembelajaran berbasis masalah tipe CPS merupakan variasi pembelajaran berbasis masalah dengan sintaks: (1) orientasi siswa terhadap masalah; (2) mengorganisasikan siswa untuk belajar mengolah pikiran dalam menentukan solusi; (3) membimbing penyelidikan siswa dalam mengidentifikasi permasalahan; (4) siswa mengembangkan dan menyajikan hasil karya melalui presentasi; (5) menganalisis dan mengevaluasi proses penyelesaian masalah melalui diskusi (Hikmah & Natsir, 2009: 4).
2. Model pembelajaran berbasis masalah tipe MEA merupakan variasi dari pembelajaran pemecahan masalah dengan sintaks: (1) siswa disajikan materi dengan pemecahan masalah berbasis heuristik; (2) mengelaborasi menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana; (3) mengidentifikasi masalah yang sudah terpotong menjadi beberapa bagian; (4) menyusun sub-sub masalah sehingga terjadi koneksivitas; (5) memilih solusi yang tepat untuk memecahkan masalah (Rosalin dalam Armada, Tegeh & Sudiana, 2013: 3).
3. Sikap ilmiah siswa yang diteliti yaitu (1) rasa ingin tahu(Curiosity); (2) bekerjasama dengan orang lain(Co-operation with others); (3) berpikiran terbuka (Open mindedness); dan (4) jujur(Honesty) (Anwar, 2009: 106).Sikap ilmiah ini diukur melalui observasi saat proses pembelajaran berlangsung.
(22)
7
4. Hasil belajar ranah kognitif siswa diperoleh dari nilai pretes dan posttes.
5. Siswa yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA1 dan XI IPA2semester genap di SMA Negeri 1 Natar Kab. Lampung Selatan tahun pelajaran 2013/2014.
6. Materi pelajaran dalam penelitian ini adalah Sistem Imunitas
(Pertahanan Tubuh Manusia) dengan kompetensi dasar“menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit”.
F. Kerangka Pikir
Pembelajaran Biologi memiliki tujuan yang salah satunya adalah menumbuhkan sikap ilmiah siswa. Upaya untuk menumbuhkan sikap ilmiah siswa tersebut diperlukan peranan seorang guru yang kreatif memilih metode pembelajaran yang tepat diantaranya yaitu model pembelajaran CPS dan MEA. Kedua model pembelajaran ini sama-sama merupakan variasi dari pembelajaran berbasis masalah yang aktivitas pembelajarannya diarahkan untuk menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah sehingga dapat
menumbuhkan sikap ilmiah siswa.
Model CPS adalah suatu model pembelajaran yang memusatkan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah, diikuti dengan penguatan kreativitas melalui hasil karya diskusi kelompok, yang
(23)
8
untuk mengembangkan rasa ingin tahunya dalam pemecahan masalah, dapat bekerjasama dengan orang lain, berpikiran terbuka, serta bersikap jujur saat diskusi berlangsung. Sedangkan model MEA adalah model pembelajaran dengan pemecahan masalah berbasis heuristic yaitu memecahkan masalah ke dalam dua atau lebih sub tujuan, lalu siswa mengidentifikasi masalah yang sudah terpotong menjadi beberapa bagian, menyusun sub-sub masalah sehingga terjadi koneksivitas, dan selanjutnya memilih solusi yang tepat untuk memecahkan masalah. Siswa dilatih untuk mengembangkan rasa ingin tahunya, mampu bekerjasama dengan orang lain, berpikiran terbuka dan bersikap jujur saat berdiskusi kelompok memilih solusi pemecahan masalah tersebut.
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas X1, X2dan variabel terikat Y1, Y2. Variabel X1adalah variabel bebas dengan model
pembelajaran CPS, variabel X2adalah variabel bebas dengan model pembelajaran MEA. Sedangkan variabel Y1adalah variabel terikat yaitu sikap ilmiah siswa dan variabel Y2adalah variabel terikat yaitu hasil belajar kognitif siswa. Paradigma penelitian ini adalah sebagai berikut:
X1 Y1
X2 Y2
Keterangan :X1= Model pembelajaran berbasis masalah tipe CPS X2= Model pembelajaran berbasis masalah tipe MEA Y1= Sikap ilmiah siswa
Y2= Hasil belajar ranah kognitif siswa (dimodifikasi dari Sugiyono, 2011: 45)
(24)
9
G. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah di atas maka hipotesis penelitian ini adalah :
1. Terdapat perbedaan pengaruh penggunaan model pembelajaran berbasis masalah tipe CPS dengan tipe MEA terhadap sikap ilmiah siswa.
2. HO= Tidak ada perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa pada materi pokok sistem imunitas antara yang diajar menggunaan model pembelajaran berbasis masalah tipe CPS dengan tipe MEA.
H1= Ada perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa pada materi pokok sistem imunitas antara yang diajar
menggunaan model pembelajaran berbasis masalah tipe CPS dengan tipe MEA.
3. HO= Rata-rata hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model CPS sama dengan siswa yang diajar menggunakan model MEA.
H1= Rata-rata hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model CPS lebih tinggi daripada siswa yang diajar menggunakan model MEA.
(25)
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran Berbasis Masalah TipeCreative Problem Solving (CPS)
Model CPS awalnya dikembangkan oleh Osborn dan Parnes pada 1960-an, model CPS adalah metode yang ditetapkan dan diterapkan untuk
mengajarkan keterampilan berpikir kritis dan strategi metakognitif, khususnya dalam bidang pendidikan gifted (Treffinger dan Isaksen dalam Richard, Rachelle dan Marissa, 2009: 59). Menurut Pepkin (dalam Zaharah, 2012: 204), model pembelajaran CPS adalah suatu model pembelajaran yang memusatkan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan.Problem solvingdapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat 3 ciri utama dariproblem solving:
1. Problem solvingmerupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasiproblem solvingada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa.problem solvingtidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melaluiproblem solvingsiswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan.
(26)
11
2. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Problem solvingmenempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran.
3. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu; sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
Berhasil tidaknya suatu pengajaran bergantung kepada suatu tujuan yang hendak dicapai. Tujuan dari pembelajaranproblem solvingadalah seperti apa yang dikemukakan oleh Hudojo (dalam Zaharah, 2012: 205), yaitu sebagai berikut :
1. Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.
2. Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsic bagi siswa.
3. Potensi intelektual siswa meningkat.
4. Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan.
(27)
12
Model pembelajaran CPS merupakan variasi pembelajaran berbasis masalah melalui teknik sistematik dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Sintaksnya adalah: mulai dari fakta aktual sesuai dengan materi bahan ajar melalui tanya jawab lisan, identifikasi permasalahan dan fokus-pilih, mengolah pikiran sehingga muncul gagasan orisinil untuk menentukan solusi, persentase, dan diskusi. Pada dasarnya sintaks CPS ini sama dengan sintaks pembelajaran
berdasarkan masalah, hanya saja pada CPS ini masalah yang disajikan telah disusun secara sistematik dan terorganisir.
Tabel 1. Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah Tipe CPS Tahap Tingkah Laku Guru Tahap-1
Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, mengajukan fenomena atau fakta berupa demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah serta memotivasi siswa untuk terlibat dalam penyelesaian masalah yang dipilih (fase-1 CPS) Tahap-2
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru membimbing siswa melakukan identifikasi masalah dan merumuskan sebuah masalah autentik sesuai dengan materi yang diajarkan (fase-2 CPS)
Tahap-3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru memotivasi siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen sehingga muncul gagasan orisinil untuk menemukan solusi (penyelesaian masalah) (fase-3 CPS).
Tahap-4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu dan mengarahkan siswa dalam menyiapkan laporan persentase atau menyelesaiakn soal-soal yang relevan dengan materi (fase-4 CPS)
Tahap-5 Menganalisi dan mengevaluasi proses penyelesaian masalah
Guru membimbing siswa dalam menganalisis dan mengevaluasi proses penyelesaian masalah (fase-5 CPS)
(28)
13
Adapun menurut Pepkin (dalam Pujiadi, 2008: 70), model pembelajaran CPS terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
1. Klarifikasi Masalah.
Klarifikasi masalah meliputi pemberian penjelasan pada siswa tentang masalah yang diajukan, agar siswa dapat memahami tentang
penyelesaian seperti apa yang diharapkan. 2. Pengungkapan Pendapat.
Pada tahap ini siswa dibebaskan untuk mengungkapkan pendapat tentang berbagai macam strategi penyelesaian masalah.
3. Evaluasi dan Pemilihan.
Pada tahap evaluasi dan pemilihan ini, setiap kelompok mendiskusikan pendapat-pendapat atau strategi-strategi mana yang cocok untuk menyelesaikan masalah.
4. Implementasi.
Pada tahap ini siswa menentukan strategi mana yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalah, kemudian menerapkannya sampai menemukan penyelesaian dari masalah tersebut.
B. Model Pembelajaran Berbasis Masalah TipeMeans Ends Analysis (MEA)
Rosalin (dalam Armada, Tegeh dan Sudiana, 2013: 3) menyatakan model pembelajaran MEA merupakan suatu model pembelajaran bervariasi antara metode pemecahan masalah dengan sintaks dalam penyajian materinya menggunakan pendekatan pemecahan masalah berbasis heuristik, yaitu memecahkan suatu masalah ke dalam dua atau lebih subtujuan. Sintaks atau
(29)
14
langkah-langkah pembelajarannya yaitu sajikan materi dengan pemecahan masalah berbasis heuristic, elaborasi menjadi subsub masalah yang lebih sederhana, identifikasi perbedaan, susun sub-sub masalah sehingga terjadi koneksivitas, pilih strategi solusi.
Heyworth (1998: 5) menyatakan bahwa strategi MEA umumnya meskipun tidak secara eksklusif digunakan oleh pemecah masalah kurang terampil dan cenderung untuk digunakan ketika terdapat masalah baru atau asing dan prosedur untuk memecahkan itu tidak mudah tersedia. MEA adalah bentuk penalaran mundur dan melibatkan: (a) mengidentifikasi pernyataan tujuan; (b) menemukan perbedaan antara tujuan dan informasi saat ini; (c)
menemukan sebuah operasi atau solusi yang akan mengurangi perbedaan ini; (d) mencoba untuk melaksanakan operasi atau mencari solusi, dan jika hal ini tidak memungkinkan, maka; (e) mengulangi langkah (b) sampai (d) secara rekursif dengan serangkaian subgoals sampai solusi path ditemukan.
Menurut Suyatno (dalam Kusumayanti, Dantes dan Arcana, 2012: 3), sintaks dari model pembelajaran MEA adalah:
1. Menyajikan materi dengan pendekatan pemecahan masalah berbasis heuristik, yaitu memecahkan masalah ke dalam dua atau lebih sub tujuan. Heuristik,disini dimaksudkan adalah tidak mengikuti prosedur langkah demi langkah secara uniform atau regular. Prosedur heuristik yaitu menemukan dengan cara yang tidak ketat, misalnya menganjurkan murid-murid untuk menemukan jawaban atas masalah yang pelik dengan memikirkan masalah yang ada persamaannya yang lebih sederhana, atau
(30)
15
berpikir secara analogi, berdasarkan simetri, atau dengan melukiskannya atau membuat diagram (Nasution, 2008: 12).
2. Mengelaborasi, menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana, disini siswa dituntut untuk memotong-motong masalah menjadi beberapa bagian, dimana masing-masing bagian bertujuan untuk mempermudah siswa memecahkan masalah.
3. Mengidentifikasi masalah yang sudah terpotong menjadi beberapa bagian.
4. Menyusun sub-sub masalah sehingga terjadi koneksivitas dan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah.
5. Memilih solusi yang tepat untuk memecahkan masalah.
Model MEA memiliki keunggulan dalam penerapannya dalam proses pembelajaran. Adapun keunggulannya adalah sebagai berikut:
1. Siswa dapat terbiasa untuk memecahkan/menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah.
2. Siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan idenya.
3. Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan.
4. Siswa dengan kemampuan rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri.
5. Siswa memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab pertanyaan melalui diskusi kelompok.
(31)
16
6. Strategi heuristik dalam MEA memudahkan siswa dalam memecahkan masalah.
Selain memiliki keunggulan, model MEA juga memiliki kelemahan. Kelemahan tersebut sebagai berikut:
1. Membuat soal pemecahan masalah yang bermakna bagi siswa bukan merupakan hal yang mudah;
2. Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangat sulit sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana merespon masalah yang diberikan;
3. Lebih dominannya soal pemecahan masalah terutama soal yang terlalu sulit untuk dikerjakan, terkadang membuat siswa jenuh;
4. Sebagian siswa bisa merasa bahwa kegiatan belajar mereka tidak menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi (Savitri, 2013).
C. Sikap Ilmiah Siswa
Menurut Gagne (dalam Yudhawati dan Haryanto, 2011: 36), sikap yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain, sikap adalah keadaan dalam diri individu yang akan memberikan kecenderungan bertindak dalam mengahadapi suatu objek atau peristiwa, di dalamnya terdapat unsur
pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan persiapan untuk bertindak.
(32)
17
Dalam kegiatan IPA, siswa sengaja dibiasakan dengan sikap untuk merenung dan mengkaji kembali kegiatan yang sudah dilakukan. Contoh: Apakah prosedurnya perlu disempurnakan? Apakah perlu mengaplikasikan konsep lain? Bagaimana memperoleh hasil yang lebih teliti? Dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari, sikap ini diwujudkan melalui komentar kritis terhadap diri. Karena itu, siswa perlu mengulangi percobaan pada bagian-bagian tertentu. Siswa juga perlu menggunakan cara alternatif lainnya sewaktu akan memecahkan suatu permasalahan. Bagaimana cara mengukur sikap ilmiah? Salah satu cara untuk mengembangkanscientific attitude adalah dengan memperlakukan siswa seperti ilmuwan muda sewaktu siswa mengikuti kegiatan pembelajaran IPA khususnya Biologi (Lestari, 2009:50).
Sesuatu yang bersifat problematis (mengandung masalah dengan tingkat tertentu), akan merangsang seseorang untuk berpikir dalam
memecahkannya. Semakin sulitproblematau masalah yang dihadapi seseorang, akan semakin keras orang tersebut berpikir untuk
memecahkannya. Sesuatu yang bersifat problematis jelas memerlukan pengertian yang mendalam untuk dapat dipecahkan (Hakim, 2008: 2). Menurut Purnama (dalam Suryawati, Syafii dan Aulia, 2012: 2), dalam pembelajaran sangat diperlukan sikap ilmiah oleh siswa karena dapat memotivasi kegiatan belajarnya.Pada sikap ilmiah terdapat gambaran bagaimana seharusnya bersikap dalam belajar, menanggapi suatu permasalahan, melaksanakan tugas, dan mengembangkan diri. Hal ini tentunya sangat mempengaruhi hasil belajar siswa kearah yang positif. Melalui penanaman sikap ilmiah dalam pembelajaran maka siswa lebih
(33)
18
dapat belajar untuk memahami dan menemukan khusus dalam mencari solusi pemecahan masalah yang dihadapi.
Menurut Slameto (dalam Suryawati, Syafii dan Aulia, 2012: 2), faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah sikap. Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari, dan sikap menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalan kehidupan. Kurangnya sikap positif siswa dalam belajar dapat menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa.
Seorang peserta didik yang memiliki sikap rasa ingin tahu yang merupakan salah satu dari sikap ilmiah tidak akan pernah merasa puas akan apa yang telah diketahuinya sekarang, selalu mengembangkan rasa ingin tahu. Sebagian dari rasa ingin tahunya itu dipenuhinya dengan caranya sendiri, sebagian lagi ingin diperolehnya dengan cara bertanya kepada guru atau orang dewasa. Peserta didik semacam ini sangat baik, pembelajar yang tekun, namun sering juga menjengkelkan ketika guru atau orang dewasa selalu dijejali dengan pertanyaan yang aneh-aneh yang kadangkala sulit dijawab. Terlepas dari semua itu, rasa ingin tahu merupakan awal dari akuisisi pengetahuan. Sebaliknya, peserta didik yang sangat rendah rasa ingin tahunya, biasanya statis, kurang pergaulan, dan memiliki pengetahuan yang terbatas (Danim, 2010: 17).
Pitafi dan Faroog (2012: 383) dalam jurnalnya menyatakan bahwa dikatakan bersikap ilmiah berarti bahwa seseorang memiliki sikap seperti rasa ingin tahu, rasionalitas, kesediaan untuk menangguhkan penilaian, berpikir
(34)
19
terbuka, berpikir kritis, objektivitas, kejujuran dan kerendahan hati, dan lain-lain. Sedangkan menurut Gegga (dalam Anwar, 2009: 106) menyatakan empat sikap pokok yang harus dikembangkan dalam Sains yaitu,
"(a)curiosity, (b) inventiveness, (c) critical thinking, and (d) persistence ".
Keempat sikapsebenarnya tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya karena salingmelengkapi. Sikap ingin tahu(curiosity)mendorong akan penemuan sesuatu yang baru(inventiveness)yang dengan berpikir kritis(criticalthinking)akan meneguhkan pendirian(persistence)dan berani untuk berbeda pendapat.Harlen(dalam Anwar, 2009: 106)membuat pengelompokkan sikap ilmiah yang lebih lengkap. Secara singkat
pengelompokkan tersebut dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 2. Pengelompokkan Sikap Ilmiah Siswa
Gegga (1977) AAAS (1993) Harlen (1996) Curiosity(sikap ingin
tahu)
Honesty(sikap jujur)
Curiosity(sikap ingin tahu) Inventiveness(sikap
penemuan)
Curiosity(sikap ingin tahu)
Respect for evidence(sikap respek terhadap data) Critical thinking(sikap
berpikir kritis)
Open minded (sikap berpikiran terbuka)
Critial reflection(sikap refleksi kritis)
Persistence(sikap teguh pendirian)
Skepticism(sikap keragu-raguan)
Perseverance(sikap ketekunan)
Cretivity and inventiveness (sikap kreatif dan penemuan) Open mindedness(sikap pikiran terbuka)
Co-operation with others (sikap bekerjasama dengan orang lain)
Willingness to tolerate uncertainty(sikap keinginan menerima ketidakpastian) Sensitivity to environment (sikap sensitive terhadap lingkungan)
(35)
20
D. Hasil Belajar Aspek Kognitif Siswa
Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengar, meniru dan lain sebagainya (Sudirman, 1986: 20). Sedangkan menurut Hakim (2008: 1), belajar adalah suatu proses perubahan di dalam
kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan
kecakapan, pengetahuan sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemapuan.
Proses belajar akan menghasilkan hasil belajar. Namun harus juga diingat, meskipun tujuan pembelajaran dirumuskan secara jelas dan baik, belum tentu hasil pengajaran yang diperoleh mesti optimal. Karena hasil yang baik itu dipengaruhi oleh komponen-komponen yang lain, dan terutama
bagaimana aktivitas siswa sebagai subjek belajar (Sudirman, 1986: 49).
Hasil belajar atau keberhasilan dalam belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Hakim (2008: 11) secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor Internal
Faktor internal berasal dari dalam diri individu itu sendiri yang meliputi faktor biologis dan faktor psikologis.
(36)
21
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal bersumber dari luar individu itu sendiri yang meliputi faktor lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan faktor waktu.
Menurut Sieber dalam Yudhawati dan Haryanto (2011: 152) kecemasan juga sebagai salah satu faktor penghambat belajar yang dapat mengganggu kinerja fungsi-fungsi kognitif seseorang, seperti dalam barkonsentrasi, mengingat, pembentukan konsep dan pemecahan masalah.
Hasil belajar dari aspek kognitif mempunyai hirarki atau tingkatan dalam pencapaiannya. Adapun tingkat-tingkat yang dimaksud adalah: (1) informasi non verbal, (2) informasi fakta dan pengetahuan verbal, (3) konsep dan prinsip, dan (4) pemecahan masalah dan kreatifitas. Informasi non verbal dikenal atau dipelajari dengan cara penginderaan terhadap objek-objek dan peristiwa-peristiwa secara langsung. Informasi fakta dan
pengetahuan verbal dikenal atau dipelajari dengan cara mendengarkan orang lain dan dengan jalan membaca. Semuanya itu penting untuk memperoleh konsep-konsep. Selanjutnya, konsep-konsep itu penting untuk membentuk prinsip-prinsip. Kemudian prinsip-prinsip itu penting di dalam pemecahan masalah atau di dalam kreativitas (Slameto, 1991: 131).
Hasil belajar aspek kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri atas enam aspek, yakni: pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, evaluasi dan kreasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat
(37)
22
tinggi. Berdasarkan rumusan Bloom dalam Dimyati dan Mudjiono (2002: 23-28) aspek kognitif terdiri dari 6 jenis perilaku sebagai berikut :
1. Remember, mencakup ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan.
2. Understand, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna hal yang dipelajari.
3. Apply, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.
4. Analyze, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
5. Evaluate, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.
6. Create, mencakup kemampuan menbentuk suatu pola baru.
Dalam KTSP ketuntasan belajar meliputi aspek kognitif, psikomotorik dan afektif. Nilai ketuntasan belajar untuk aspek pengetahuan (kognitif)
dinyatakan dalam bentuk bilangan bulat, dengan rentang 0 -100. Setiap satuan pendidikan dapat menentukan KKM untuk setiap mata pelajaran yang dilakukan oleh forum guru pada awal tahun pelajaran. Forum guru menentukan KKM melalui analisis kriteria ketuntasan belajar minimal pada setiap kompetensi dasar (KD). Adapun penetapannya harus memperhatikan tingkat kompleksitas (kesulitan dan kerumitan) setiap KD yang harus
dicapai oleh siswa, tingkat kemampuan(intake)rata-rata siswa pada sekolah yang bersangkutan, dan kemampuan sumber daya pendukung dalam
(38)
23
Secara umum, ranah kognitif hasil belajar dapat diukur menggunakan tes tertulis dan/atau tes lisan. Dalam pengukuran hasil belajar ranah kognitif mayoritas menggunakan tes tertulis. Proses tahapan mengkonstruksi tes tertulis secara garis besar yaitu: mengkaji kurikulum, mengembangkan indikator dan kisi-kisi, menulis item soal, uji validasi konsep,
revisi/perbaikan, uji validasi empiris, seleksi soal, dan penyajian tes. Tes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan (Suryantini, 2011: 1).
(39)
24
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Natar Kab. Lampung Selatan pada bulan Mei 2014.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA semester genap SMA Negeri 1 Natar Kab. Lampung Selatan 2013/2014. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknikpurposive sampling, sehingga terpilih kelas XI IPA1yang berjumlah 31 siswa sebagai kelas eksperimen I dan kelas XI IPA2 yang berjumlah 37 siswa sebagai kelas eksperimen II.
C. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pre tes dan pos tes tak equivalen (Riyanto, 2001:44) (Gambar 2). Pada penelitian ini
membandingkan antara dua model pembelajaran berbasis masalah yaitu tipe CPS dan MEA. Kelas eksperimen I maupun eksperimen II menggunakan kelas yang ada dengan kondisi yang homogen. Kelas eksperimen I diberi perlakuan dengan model CPS, sedangkan kelas eksperimen II diberi perlakuan dengan
(40)
25
model MEA. Kedua kelas diberi pretes dan postes yang sama kemudian hasilnya dibandingkan. Struktur desainnya adalah sebagai berikut :
I O1 X1 O2
II O1 X2 O2
Keterangan:
I = kelas eksperimen I; II = kelas eksperimen II; O1 = pretest;
O2 = post test;
X1 = perlakuan model pembelajaran berbasis masalah tipe CPS; X2 = perlakuan model pembelajaran berbasis masalah tipe MEA Gambar 2. Struktur Desain Penelitian
D. Prosedur Penelitian
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah sebagai berikut : a. Menetapkan waktu penelitian;
b. Mengurus surat penelitian pendahuluan (observasi) ke fakultas untuk sekolah;
c. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti;
d. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen I dan II;
e. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Lembar Kerja Siswa (LKS), silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) bagi kelas eksperimen I dan II untuk setiap pertemuan;
f. Membuat instrumen evaluasi yaitu soal pretes/postes untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif siswa;
(41)
26
g. Membuat instrumen penilaian sikap ilmiah siswa yaitu lembar observasi penilaian sikap ilmiah siswa yang diamati pada setiap pertemuan; h. Memberikan pretes kepada siswa untuk memperoleh data kemampuan
awal siswa.
2. Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah tipe CPS untuk kelas eksperimen I dan model
pembelajaran berbasis masalah tipe MEA untuk kelas eksperimen II. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
Kelas Eksperimen I (Pembelajaran dengan model CPS) a. Kegiatan Awal
1) Memberikan apersepsi kepada siswa.(Pertemuan I)memberikan pertanyaan “apakah kalian pernah tertususk duri? Mengapa sering terjadi pembengkakan di sekitar daerah yang tertusuk duri?”;(Pertemuan II) memberikan pertanyaan “apakah kalian tahu sebenarnya disekeliling kita ada berbagai macam virus, bakteri, dan patogen lain yang membahayakan kita? Mengapa kita tidak selalu sakit walaupun disekeliling kita banyak mokroorganisme penyabab penyakit?”;
2) Memberikan motivasi kepada siswa,(pertemuan I)“hari ini kita akan membahas tentang sistem pertahanan nonspesifik beserta
kelainan/penyakitnya agar kalian paham mekanisme apa yang terjadi ketika terdapat peradangan di daerah sekitar luka”;(pertemuan II)“hari
(42)
27
ini kita akan membahas tentang sistem pertahanan tubuh spesifik beserta kelainan/penyakitnya agar kalian tahu bahwa di dalam tubuh kita
memiliki pelindung di dalam tubuh, dan paham bagaimana cara tubuh kita melawan bakteri, virus dan patogen penyebab penyakit”;
3) Menginformasikan topik pembelajaran kepada siswa.
b. Kegiatan inti
1) Menjelaskan tahapan pembelajaran model CPS kepada siswa;
2) Menginformasikan bahwa pada pembelajaran ini mereka akan berdiskusi secara berkelompok yang terdiri dari 4-5 siswa;
3) Membagikan LKS berbasis masalah kepada siswa;
4) Siswa diberi penjelasan mengenai masalah yang akan dipecahkan yang terdapat dalam LKS, agar siswa memahami penyelesaian seperti apa yang diharapkan. Saat penjelasan berlangsung, siswa diberi kesempatan untuk bertanya bila belum paham. Hal ini dimaksudkan untuk membantu siswa mengembangkan rasa ingin tahu;
5) Mempersilahkan siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mendiskusikan permasalahan dan strategi yang cocok untuk menyelesaikan masalah. Dengan berkelompok dan berdiskusi memecahkan masalah yang terdapat dalam LKS, diharapkan siswa memiliki rasa toleransi dan tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan;
6) Mengarahkan setiap kelompok untuk menyiapkan bahan presentasi sesuai permasalahan yang ada di LKS;
(43)
28
7) Mempersilahkan beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil karyanya di depan kelas tentang pemecahan masalah yang telah mereka diskusikan. Tahap ini dapat membuat siswa lebih komunikatif dan
memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas masing masing, serta menunjukkan tingkat kreativitas hasil karya siswa;
8) Memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi atau bertanya tentang hasil pekerjaan temannya kemudian mempersilahkan kepada kelompok yang presentasi untuk menjawab pertanyaan dari temannya. Tahap ini dapat membuat siswa lebih komunikatif; 9) Memberi komentar dan penilaian tentang hasil diskusi siswa;
c. Kegiatan penutup
1) Mengecek pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan dengan mengajukan beberapa pertanyaan.
2) Membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari; 3) Memberikan test akhir kepada siswa berupa postest dari materi yang telah
diajarkan.
Kelas Eksperimen II (Pembelajaran dengan model MEA) a. Kegiatan Awal
1) Memberikan apersepsi kepada siswa.(Pertemuan I)memberikan pertanyaan “apakah kalian pernah tertusuk duri? Mengapa sering terjadi pembengkakan di sekitar daerah yang tertusuk duri?”;(Pertemuan II) memberikan pertanyaan “apakah kalian tahu sebenarnya disekeliling kita ada berbagai macam virus, bakteri, dan patogen lain yang membahayakan
(44)
29
kita? Mengapa kita tidak selalu sakit walaupun disekeliling kita banyak mokroorganisme penyabab penyakit?”;
2) Memberikan motivasi kepada siswa,(pertemuan I)“hari ini kita akan membahas tentang sistem pertahanan nonspesifik beserta
kelainan/penyakitnya agar kalian paham mekanisme apa yang terjadi ketika terdapat peradangan di daerah sekitar luka”;(pertemuan II)“hari ini kita akan membahas tentang sistem pertahanan tubuh spesifik beserta kelainan/penyakitnya agar kalian tahu bahwa di dalam tubuh kita
memiliki pelindung di dalam tubuh, dan paham bagaimana cara tubuh kita melawan bakteri, virus dan patogen penyebab penyakit”;
3) Menginformasikan topik pembelajaran kepada siswa.
b. Kegiatan inti
1) Siswa diberi penjelasan tentang pembelajaran model MEA kepada siswa; 2) Menginformasikan bahwa pembelajaran ini mereka akan berdiskusi secara
berkelompok yang terdiri dari 4-5 siswa;
3) Membagikan LKS berbasis masalah kepada siswa;
4) Siswa diberi penjelasan mengenai masalah yang akan dipecahkan yang terdapat dalam LKS, agar siswa memahami penyelesaian seperti apa yang diharapkan. Saat penjelasan berlangsung, siswa diberi kesempatan untuk bertanya bila belum paham. Hal ini dimaksudkan untuk membantu siswa mengembangkan rasa ingin tahu;
5) Mempersilahkan siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mendiskusikan permasalahan. Dengan berkelompok dan berdiskusi memecahkan masalah yang terdapat dalam LKS, diharapkan siswa
(45)
30
memiliki rasa toleransi dan tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan;
6) Siswa dibantu mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut;
7) Siswa mengelaborasi masalah menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana, disini siswa dituntut untuk memotong-motong masalah menjadi beberapa bagian, masing-masing bagian bertujuan untuk mempermudah siswa memecahkan masalah;
8) Siswa dibimbing untuk memilih solusi yang tepat untuk memecahkan masalah;
9) Menunjuk beberapa kelompok untuk menyampaikan penyelesaian tentang masalah yang telah mereka diskusikan. Tahap ini dapat membuat siswa lebih komunikatif dan diharapkan siswa memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas masing-masing;
10) Memberi kesempatan kepada siswa lain untuk menanggapi atau bertanya tentang hasil pekerjaan temannya dan menjawab pertanyaan dari
temannya. Tahap ini dapat membuat siswa lebih komunikatif;
11) Memberikan respon terhadap jawaban siswa dengan menambahkan materi yang belum diungkapkan siswa;
c. Kegiatan penutup
1) Mengecek pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan dengan mengajukan beberapa pertanyaan.
(46)
31
3) Memberikan test akhir kepada siswa berupa postest dari materi yang telah diajarkan.
E. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data 1. Jenis Data
Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah: a. Data Kuantitatif
Data kuantitatif yaitu berupa data hasil belajar aspek kognitif siswa pada materi pokok sistem imunitas yang diperoleh dari nilai pretes dan postes. b. Data Kualitatif
Data kualitatif berupa data persentase sikap ilmiah siswa yang diperoleh dari hasil observasi selama proses pembelajaran.
2. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Pretes dan Postes
Data berupa nilai pretes yang diambil pada pertemuan awal dan nilai postes pada pertemuan terakhir. Nilai pretes diambil sebelum
pembelajaran, sedangkan nilai postes diambil setelah pembelajaran pada pertemuan terakhir kedua kelas eksperimen. Bentuk soal yang diberikan baik pretes maupun postes adalah sama, jumlah soal sebanyak tujuh butir soal dan berupa essay yang mengandung indikator pencapaian materi. Masing-masing indikator memiliki skor yang tertera pada rubrik penilaian soal pretes dan postes.
(47)
32
Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu :
= 100
Keterangan :
S = Nilai yang diharapkan (dicari);
R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = Jumlah skor maksimum dari tes tersebut
(Purwanto, 2008: 112).
b. Lembar observasi sikap ilmiah siswa
Berisi kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati poin kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi skor pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan.
Tabel 3. Tabulasi Data Hasil Observasi Sikap Ilmiah Siswa
No Nama
Skor
Aspek yang diamati ∑ Xi n
±Sd Kriteria
A B C D
1 2 3 4 dst. ∑ Xi N ±Sd Kriteria
Keterangan: X = Rata-rata skor sikap ilmiah siswa; ∑ xi = Jumlah skor yang diperoleh;
n = Jumlah skor maksimun;
(dimodifikasi dari Sudjana, 2005: 67). Petunjuk:
Berilah skor pada setiap aspek yang diamati sesuai tingkatan sikap ilmiah yang ditampilkan oleh siswa, dengan kriteria sebagai berikut:
Kriteria penilaian sikap ilmiah siswa: A. Sikap ingin tahu(Curiosity):
1. Mencari solusi pemecahan masalah yang terdapat dalam LKK melalui pemikiran sendiri.
(48)
33
2. Mencari solusi pemecahan masalah yang terdapat dalam LKK melalui sumber informasi yang diberikan oleh guru contohnya buku teks pelajaran.
3. Mencari solusi pemecahan masalah yang terdapat dalam LKK melalui sumber informasi selain yang diberikan oleh guru
contohnya artikel atau bacaan yang relevan dengan permasalahan dari buku atau internet.
B. Sikap kerjasama(Co-Operation With Others): 1. Tidak bekerjasama dengan teman (diam saja).
2. Bekerjasama tetapi tidak sesuai dengan permasalahan,
contohnya mendiskusikan hal lain diluar materi pembelajaran. 3. Bekerjasama baik dengan teman sesuai dengan permasalahan. C. Sikap berpikiran terbuka (Open Mindedness):
1. Tidak mendengarkan pendapat atau saran dari kelompok lain tetapi memotong pembicaraan.
2. Mendengarkan pendapat atau saran dari kelompok lain tetapi memotong pembicaraan.
3. Mendengarkan pendapat atau saran dari kelompok lain dengan tidak memotong pembicaraan.
D. Sikap jujur (Honesty):
1. Mencontek hasil pekerjaan kelompok lain dengan tidak melaporkan hasil diskusi apa adanya.
2. Tidak mencontek hasil pekerjaan kelompok lain kemudian melaporkan hasil diskusi apa adanya.
F. Teknik Analisis Data
1. Hasil Belajar Aspek Kognitif Siswa
Data hasil belajar kognitif siswa diperoleh dari rata-rata skor pretes postes. Kemudian dihitung selisih antara nilai pretest dan postest dengan
menggunakan rumusN-gainlalu dianalisis secara statistik.
Untuk mendapatkan skorN-gainmenggunakan formula Hake sebagai berikut: 100 X Y Z Y X Gain N
(49)
34
Keterangan : X = Nilai rata-rata postes Y = Nilai rata-rata pretes Z = Skor maksimum
(modifikasi dalam Loranz, 2008: 3)
Data penelitian yang berupa nilai pretes, postes, dan skorgainpada kelompok eksperimen 1 dan eksperimen 2 dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS 17, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa: 1) Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan menggunakan ujiLillieforsdengan program SPSS versi 17.
a. Hipotesis
Ho: Sampel berdistribusi normal H1: Sampel tidak berdistribusi normal b. Kriteria Pengujian
Terima Ho jika p-value > 0,05, tolak Ho untuk harga yang lainnya (Pratisto, 2004: 10).
2) Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan uji U karena diperoleh data yang tidak normal.
1. Hipotesis
H0= Rata-rataN-gainkedua sampel sama H1= Rata-rataN-gainkedua sampel tidak sama 2. Kriteria Uji
- Jika–Ztabel< Zhitung< Ztabelatau p-value> 0,05, maka Ho diterima
(50)
35
- Jika Zhitung< -Ztabelatau Zhitung> Ztabelatau p-value< 0,05, maka Ho ditolak (Martono, 2010: 158).
2. Sikap Ilmiah Siswa
Data sikap ilmiah siswa diperoleh ketika proses pembelajaran berlangsung melalui observasi oleh beberapa observer. Kemudian dikumpulkan dalam bentuk tabel data hasil penelitian kedua kelas eksperimen yaitu eksperimen 1 dan eksperimen 2. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dengan
menghitung persentase sikap ilmiah siswa. Langkah–langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Menghitung persentase sikap ilmiah dengan menggunakan rumus:
X = ∑ Xi x 100% n
Keterangan: X = Rata-rata skor sikap ilmiah siswa; ∑ xi = Jumlah skor yang diperoleh;
n = Jumlah skor maksimun; (dimodifikasi dari Sudjana, 2005: 67).
2) Menafsirkan atau menentukan persentase sikap ilmiah siswa sesuai kriteria pada Tabel 4.
Tabel 4. Kriteria Persentase Sikap Ilmiah Siswa
Persentase Kriteria
87,50-100 75,00-87,49 50,00-74,99
0-49,99
Sangat baik Baik Cukup Rendah Sumber: dimodifikasi dari Hidayati, dkk (2011: 17).
(51)
47
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Tidak ada perbedaan pengaruh penggunaan model pembelajaran berbasis masalah tipe CPS dengan tipe MEA terhadap sikap ilmiah siswa. Kedua model sama-sama dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa dengan rata-rata keseluruhan aspek yaitu berkriteria baik.
2. Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa pada materi pokok sistem imunitas antara yang diajar menggunaan model pembelajaran berbasis masalah tipe CPS dengan tipe MEA.
3. Hasil belajar siswa pada kelas MEA lebih tinggi daripada kelas CPS dengan rata- rata N-gainkelas MEA lebih tinggi dari pada CPS.
B. Saran
Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut:
1. Model pembelajaran CPS dan MEA dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa. Penggunaan model MEA lebih dapat meningkatkan hasil belajar ranah kognitif siswa khususnya pada materi Sistem Imunitas.
(52)
48
2. Sebaiknya bila peneliti ingin menggunakan model CPS harus tepat menentukan alokasi waktu pembelajaran, karena membutuhkan banyak waktu khususnya untuk siswa membuat hasil karya.
3. Sebaiknya peneliti dapat mengetahui karakter siswa agar peneliti mendapat penguasaan pembelajaran di kelas secara efektif dengan model yang digunakan .
(53)
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, H. 2009.Jurnal Pelangi Ilmu volume 2 No.5, Mel. Penilaian Sikap llmiah Dalam Pembelajaran Sains.
Armada, I. N., I. M. Tegeh, dan I. W. Sudiana. 2013.Pengaruh Model Pembelajaran Means-Ends Analysis (MEA) Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas V SD Gugus V Kecamatan Sukasada. Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja.
BSNP. 2006.Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus SMA/MA. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Danim, S. 2010.Perkembangan Peserta Didik. Alfabeta. Bandung.
Dimyati, dan Mujiono. 2002.Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Hakim, T. 2008.Belajar Secara Efektif. Puspa Swara. Jakarta.
Heyworth, R. M. 1998.Education Journal,Vol. 26, No.I,Summer. Quantitative Problem Solving In Science: Cognitive Factors And Directions For Practic. Department Of Educational Psychology, The Chinese University Of Hong Kong.
Hidayati, A. N. Rustaman., N. S. Redjeki., dan Munandar. 2011.Training of Trainer Berorientasi Higher Order Learning Skills dan Pengaruhnya pada Prestasi serta Performance Guru.(Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2011).Kerjasama FKIP Unila HEPL Bandar Lampung.
Hikmah, D., dan M. Natsir. 2009.Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Tipe Creative Problem Solving (CPS) Untuk Meningkatkan Ketuntasan Belajar Fisika Siswa Kelas VIII-E SMPN1 Ma’rang Kabupaten Pangkep. Jurusan Fisika Universitas Negeri Makassar. Makasar.
Istikomah, H., S. Hendratto, dan S. Bambang. 2010.Penggunaan Model
Pembelajaran Group Investigation Untuk Menumbuhkan Sikap Ilmiah Siswa. Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Kusumayanti, N. P. A., N. Dantes, I. N.Arcana. 2012.Pengaruh Model Pembelajaran Means-Ends Analysis (MEA) Dengan Setting Belajar
(54)
Kelompok Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas IV SD. FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.
Lestari, T. 2009.Pembelajaran Kimia Dengan Inkuiri Terbimbing Melalui Metode Eksperimen dan Demonstrasi Ditinjau Dari Kemampuan Awal dan Sikap Ilmiah Siswa.Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Loranz, D. 2008. Gain Score. Online.http://www.tmcc.edu/vp/acstu/
assessment/downloads/documents/reports/archives/discipline/0708/SLOAPH YS Disciplin Rep0708.pdf.(24 November 2013; 16:20 WIB).
Martono, N. 2010.Statistik Sosial. Grava Media.Yogyakarta.
Nasution, S. 2008.Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
Pitafi, A., dan M. Farooq. 2012. Academic Research International. Issn-L: 2223-9553, Issn: 2223-9944.Vol. 2, No. 2, March. Measurement Of Scientific Attitude Of Secondary School Students In Pakistan. Ghss Dajal, Jampur, Rajan Pur, Pakistan.
Pratisto, A. 2004.Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan Dengan SPSS Versi 12. Gramedia. Jakarta.
Pujiadi. 2008.Pengaruh Model Pembelajaran Matematika Creative Problem Solving (CPS) Berbantuan CD Interaktif Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Siswa SMA Kelas X. Program Pascasarjana Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Purwanto, N. 2008.Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Richard, H. C., R. Moes, dan M, Ross. 2009.Journal Of Invitational Theory And Practice Volume 15. Curriculum Construction And Teacher
Empowerment: Supporting Invitational Education With A Creative Problem Solving Model. University Of North Florida.
Riyanto, Y. 2001.Metodologi Penelitian Pendidikan. SIC. Surabaya.
Savitri, E. 2013.Model Pembelajaran Means-Ends Analysis (MEA). Tersedia dalam id.scribd.com/doc/170879977/RPP-MEA (22 November 2013; 19:14 WIB).
Slameto. 1991.Proses Belajar Mengajardalam Sistem Kredit Semester.Bumi Aksara. Jakarta.
(55)
Sudirman. 1986.Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Pt Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sudjana. 2005.Metode Statistika Edisi Keenam. Penerbit PT Tarsito. Bandung. Sugiyono. 2011.Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Alfabeta.
Bandung.
Suryantini, S. 2011.Desain Dan Analisis Instrumen Tes Hasil Belajar. Dipublikasi17-06-2011 19:57:46.
Suryawati, E., W. Syafii, dan A. Afza. 2012.Pengembangan Pembelajaran Kontekstual Rangka Berbasis Pendidikan Karakter Untuk Meningkatkan Sikap Ilmiah Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Dalam
Pembelajaran Biologi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau. Riau.
Yudhawati, R., dan D. Haryanto. 2011.Teori-teori Dasar Psikologi Pendidikan. Prestasi Pustaka. Jakarta.
Yunita, F., Z. Fakhruddin, dan M. Nor. 2012. Hubungan Antara Sikap Ilmiah Siswa Dengan Hasil Belajar Fisika Di Kelas XI IPA MA Negeri Kampar. Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Riau.
Zaharah, I. 2013.Meningkatkan Kemampuan Penjumlahan Bilangan 1-20 Melalui Model Pembelajaran Creative Problem Solving Dengan Video Compact Disk (VCD) Pada Anak Tunarungu.http://ejournal.unp.ac.id/index. php/jupekhu (22 November 2013; 11:56 WIB).
(1)
35
- Jika Zhitung< -Ztabelatau Zhitung> Ztabelatau p-value< 0,05, maka Ho ditolak (Martono, 2010: 158).
2. Sikap Ilmiah Siswa
Data sikap ilmiah siswa diperoleh ketika proses pembelajaran berlangsung melalui observasi oleh beberapa observer. Kemudian dikumpulkan dalam bentuk tabel data hasil penelitian kedua kelas eksperimen yaitu eksperimen 1 dan eksperimen 2. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dengan
menghitung persentase sikap ilmiah siswa. Langkah–langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Menghitung persentase sikap ilmiah dengan menggunakan rumus:
X = ∑ Xi x 100% n
Keterangan: X = Rata-rata skor sikap ilmiah siswa;
∑ xi = Jumlah skor yang diperoleh; n = Jumlah skor maksimun; (dimodifikasi dari Sudjana, 2005: 67).
2) Menafsirkan atau menentukan persentase sikap ilmiah siswa sesuai kriteria pada Tabel 4.
Tabel 4. Kriteria Persentase Sikap Ilmiah Siswa
Persentase Kriteria
87,50-100 75,00-87,49 50,00-74,99
0-49,99
Sangat baik Baik Cukup Rendah Sumber: dimodifikasi dari Hidayati, dkk (2011: 17).
(2)
47
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Tidak ada perbedaan pengaruh penggunaan model pembelajaran berbasis masalah tipe CPS dengan tipe MEA terhadap sikap ilmiah siswa. Kedua model sama-sama dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa dengan rata-rata keseluruhan aspek yaitu berkriteria baik.
2. Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa pada materi pokok sistem imunitas antara yang diajar menggunaan model pembelajaran berbasis masalah tipe CPS dengan tipe MEA.
3. Hasil belajar siswa pada kelas MEA lebih tinggi daripada kelas CPS dengan rata- rata N-gainkelas MEA lebih tinggi dari pada CPS.
B. Saran
Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut:
1. Model pembelajaran CPS dan MEA dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa. Penggunaan model MEA lebih dapat meningkatkan hasil belajar ranah kognitif siswa khususnya pada materi Sistem Imunitas.
(3)
48
2. Sebaiknya bila peneliti ingin menggunakan model CPS harus tepat menentukan alokasi waktu pembelajaran, karena membutuhkan banyak waktu khususnya untuk siswa membuat hasil karya.
3. Sebaiknya peneliti dapat mengetahui karakter siswa agar peneliti mendapat penguasaan pembelajaran di kelas secara efektif dengan model yang digunakan .
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, H. 2009.Jurnal Pelangi Ilmu volume 2 No.5, Mel. Penilaian Sikap llmiah Dalam Pembelajaran Sains.
Armada, I. N., I. M. Tegeh, dan I. W. Sudiana. 2013.Pengaruh Model Pembelajaran Means-Ends Analysis (MEA) Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas V SD Gugus V Kecamatan Sukasada. Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja.
BSNP. 2006.Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus SMA/MA. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Danim, S. 2010.Perkembangan Peserta Didik. Alfabeta. Bandung.
Dimyati, dan Mujiono. 2002.Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Hakim, T. 2008.Belajar Secara Efektif. Puspa Swara. Jakarta.
Heyworth, R. M. 1998.Education Journal,Vol. 26, No.I,Summer. Quantitative Problem Solving In Science: Cognitive Factors And Directions For Practic. Department Of Educational Psychology, The Chinese University Of Hong Kong.
Hidayati, A. N. Rustaman., N. S. Redjeki., dan Munandar. 2011.Training of Trainer Berorientasi Higher Order Learning Skills dan Pengaruhnya pada Prestasi serta Performance Guru.(Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2011).Kerjasama FKIP Unila HEPL Bandar Lampung.
Hikmah, D., dan M. Natsir. 2009.Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Tipe Creative Problem Solving (CPS) Untuk Meningkatkan Ketuntasan Belajar Fisika Siswa Kelas VIII-E SMPN1 Ma’rang Kabupaten Pangkep. Jurusan Fisika Universitas Negeri Makassar. Makasar.
Istikomah, H., S. Hendratto, dan S. Bambang. 2010.Penggunaan Model
Pembelajaran Group Investigation Untuk Menumbuhkan Sikap Ilmiah Siswa. Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Kusumayanti, N. P. A., N. Dantes, I. N.Arcana. 2012.Pengaruh Model Pembelajaran Means-Ends Analysis (MEA) Dengan Setting Belajar
(5)
Kelompok Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas IV SD. FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.
Lestari, T. 2009.Pembelajaran Kimia Dengan Inkuiri Terbimbing Melalui Metode Eksperimen dan Demonstrasi Ditinjau Dari Kemampuan Awal dan Sikap Ilmiah Siswa.Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Loranz, D. 2008. Gain Score. Online.http://www.tmcc.edu/vp/acstu/
assessment/downloads/documents/reports/archives/discipline/0708/SLOAPH YS Disciplin Rep0708.pdf.(24 November 2013; 16:20 WIB).
Martono, N. 2010.Statistik Sosial. Grava Media.Yogyakarta.
Nasution, S. 2008.Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
Pitafi, A., dan M. Farooq. 2012. Academic Research International. Issn-L: 2223-9553, Issn: 2223-9944.Vol. 2, No. 2, March. Measurement Of Scientific Attitude Of Secondary School Students In Pakistan. Ghss Dajal, Jampur, Rajan Pur, Pakistan.
Pratisto, A. 2004.Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan Dengan SPSS Versi 12. Gramedia. Jakarta.
Pujiadi. 2008.Pengaruh Model Pembelajaran Matematika Creative Problem Solving (CPS) Berbantuan CD Interaktif Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Siswa SMA Kelas X. Program Pascasarjana Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Purwanto, N. 2008.Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Richard, H. C., R. Moes, dan M, Ross. 2009.Journal Of Invitational Theory And Practice Volume 15. Curriculum Construction And Teacher
Empowerment: Supporting Invitational Education With A Creative Problem Solving Model. University Of North Florida.
Riyanto, Y. 2001.Metodologi Penelitian Pendidikan. SIC. Surabaya.
Savitri, E. 2013.Model Pembelajaran Means-Ends Analysis (MEA). Tersedia dalam id.scribd.com/doc/170879977/RPP-MEA (22 November 2013; 19:14 WIB).
Slameto. 1991.Proses Belajar Mengajardalam Sistem Kredit Semester.Bumi Aksara. Jakarta.
(6)
Sudirman. 1986.Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Pt Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sudjana. 2005.Metode Statistika Edisi Keenam. Penerbit PT Tarsito. Bandung. Sugiyono. 2011.Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Alfabeta.
Bandung.
Suryantini, S. 2011.Desain Dan Analisis Instrumen Tes Hasil Belajar. Dipublikasi17-06-2011 19:57:46.
Suryawati, E., W. Syafii, dan A. Afza. 2012.Pengembangan Pembelajaran Kontekstual Rangka Berbasis Pendidikan Karakter Untuk Meningkatkan Sikap Ilmiah Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Dalam
Pembelajaran Biologi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau. Riau.
Yudhawati, R., dan D. Haryanto. 2011.Teori-teori Dasar Psikologi Pendidikan. Prestasi Pustaka. Jakarta.
Yunita, F., Z. Fakhruddin, dan M. Nor. 2012. Hubungan Antara Sikap Ilmiah Siswa Dengan Hasil Belajar Fisika Di Kelas XI IPA MA Negeri Kampar. Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Riau.
Zaharah, I. 2013.Meningkatkan Kemampuan Penjumlahan Bilangan 1-20 Melalui Model Pembelajaran Creative Problem Solving Dengan Video Compact Disk (VCD) Pada Anak Tunarungu.http://ejournal.unp.ac.id/index. php/jupekhu (22 November 2013; 11:56 WIB).