51
setiap scenenya mengarah kepada upaya mengenai penerimaan budaya China serta keharmonisan interaksi antar etnis dan agama. Bentuk
interaksi harmonis dapat terlihat dari perayaan tahun baru Imlek etnis Tionghoa di tengah-tengah masyarakat yang beragama Islam dapat
dilihat dengan partisipasi masyarakat mulai dari membantu dalam persiapan Imlek dan hadir dalam pementasan barongsai yang
diselenggarakan oleh etnis Tionghoa.
4.3.1.2 Analisis Superstruktur
Superstruktur berbicara tentang struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian
teks tersusun secara utuh. Pada sub bahasan ini akan menguraikan analisis superstruktur sinetron Tukang Bubur Naik Haji The Series
episode 439-441. Secara keseluruhan bangunan alur cerita dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji The Series episode 439-441 telah
membentuk satu kesatuan arti. Para penonton disuguhkan pada suatu nilai pemahaman tentang toleransi antar etnis dan antar umat
beragama. Alur cerita dalam sinetron ini terbagi tiga bagian yaitu bagian pendahuluan, isi, dan penutup.
Bagian awal sinetron menceritakan tentang sebuah keluarga beretnis Tionghoa yang akan merayakan tahun baru Imlek di daerah
tempat tinggalnya yang mayoritas warganya beragama Islam. Pada pertengahan sinetron muncul konflik
– konflik, dan selanjutnya pada bagian akhir merupakan bagian kesimpulan dari sinetron.
Pada struktur ini akan terlihat bagaimana sutradara serta penulis cerita dan skenario mengemas detail-detail sinetron, yang akan
penulis uraikan dengan bantuan gambar untuk membantu memperjelas analisa.
52
1. Pendahuluan
Tabel 4.2 Pendahuluan Durasi
Keterangan 00:28:39
Cuplikan dialog yang dilakukan Jessi, Syape’i, Wan Wan, dan Acong pada scene 12
Jessi : Pi minggir bentar pi, stop Acong : Ada apa Jessi?
Jessi : Bang Romi sama bang Peii mau kemana?
Romi : Eh Jessi…mau jalan
-jalan
Syape’i :
Eh selamat siang babah Acong, koh Wan Wan, ci leny, ngomong-ngomong ini kok pada penuh? Dari mana mau
kemana to?
Acong : yah biasa…habis belanja keperluan Imlek Hansip Syape’i :
Waaahh Gong Xi Fa Chai, kalo begitu pasti ada yang bisa saya bantu dong nanti buat acara Imlek.
Jessi : Bang Romi sama bang hansip Peii besok pagi ke rumah
aja, ikutan ngehias rumah Jessi… Hansip Syape’i :Boleh
-
boleh Jessi, saya pasti dateng…
Romi mau to?
53
Romi : Insyaallah Jessi…
Wan Wan : Ya sudah nanti dateng aja ke rumah, ajak-ajak temen yang lain biar rame sekalian.
Hansip Syape’i dan Romi : Siap koh Wan Wan Hansip Syape’i :Kami pasti dateng.
Alur yang ditampilkan dalam sinetron ini adalah, bahwa keluarga Wan Wan yang merupakan warga baru di kampung
tersebut akan merayakan tahun baru Imlek. Mereka menyiapkan segala sesuatu keperluan Imlek dalam menyambut perayaan tahun
baru Imlek. Ketika keluarga Wan Wan yang hendak pulang dari berbelanja keperluan Imlek, di dalam mobil membicarakan tentang
perayaan tahun baru Imlek yang datang sebentar lagi. Dalam pembicaraan tersebut Wan Wan mengatakan jika sudah
mempersiapkan segala keperluan Imlek mulai dari pohon sampai lampion sudah dipesan. Keluarga ini sudah siap dalam menyambut
perayaan tahun baru Imlek. Cuplikan dialog diatas terjadi ketika keluarga Wan Wan
akan pulang ke rumah setelah berbelanja keperluan Imlek. Pada dialog diatas, bahwa tokoh SyapeiI dan Romi merupakan anggota
masyarakat beragama Islam dapat menjalin hubungan yang harmonis dengan keluarga beretnis Tionghoa yang ditunjukkan
dengan sikap ramah. Hubungan yang terjalin baik antara keluarga Wan Wan
dengan Syape’i dan Romi yang berbeda etnis dan agama, terlihat dengan dukungan dan antusias mereka terhadap perayaan tahun
baru Imlek yang dirayakan keluarga tersebut, dengan kesediaan mereka membantu keluarga Wan Wan pada acara Imlek.
54
Kesediaan Syape’i dan Romi membantu tentunya disambut bahagia keluarga Wan Wan, dengan ajakan Jessi putri dari Wan
Wan untuk menghias rumah dalam rangka menyambut perayaan tahun baru Imlek. Hal tersebut menunjukkan adanya sebuah upaya
untuk mewujudkan sikap toleransi.
2. Isi Tabel 4.3 Isi scene 16
Durasi Keterangan
00:36:57
Dialog Syape’i, Romi, Mali, Tarmiji, dan Acong
pada scene 16
Romi : Bang, bang ada mobil lampion bang.
Syape’i : Wah kayaknya mobil yang bawa keperluan Imlek
keluarganya Koh Wan Wan uda datang. Ya udah kita bantuin yok?
Romi : Ayooo…
Tarmiji : Wah koh, kayaknya lagi banyak kerjaan nih? Acong : sambil tersenyum biasa kan mau imlek.
Mali : Maaf koh, kira -kira perlu bantuan gak?
55 Acong : Boleh, kalo mau bantu. Oek sangat senang, ayo
silahkan
.
Dialog hansip S yape’i dan Acong pada scene 16
Syape’i : Waduh udah pada sibuk aja nih? Bapak Acong, saya
bantu ya? Acong : Iya, boleh-boleh ayo Ayo silahkan ayo.
Cuplikan dialog yang dilakukan oleh Leny, Syape’i, Romi, dan Acong pada scene 16
56
Cuplikan dialog setelah menghias rumah keluarga Wan Wan
Leny : Ini juga untuk Romi sama bang hansip.
Syape’i : Ndak usah Ci Leny, terima kasih. Maaf bukannya
kami ndak mau trima, tapi kami membantu ini dengan tulus kok. Romi : Iya, kami ikhals Ci.
Acong : Sudah trima aja Romi, pak hansip, kami ikhlas kok.
Syape’i : Sekali lagi minta maaf, kami takut ketulusan kami ini
luntur kalau menerima uang ini.
Isi dari sinetron Tukang Bubur Naik Haji The Series episode 439-441 menceritakan tentang persiapan Imek keluarga
Acong. Cuplikan dialog tersebut berlangsung di rumah keluarga Acong yang akan menghias rumah dalam rangka menyambut
perayaan tahun baru Imlek. Melihat ornamen Imlek di depan rumah keluarga Wan Wan, mereka menawarkan diri untuk
membantu. Sikap yang ditunjukkan oleh Mali, Tarmiji, Syape’i
dan Romi untuk membantu persiapan Imlek disambut bahagia oleh Acong. Mereka membantu memasang dan menghias berbagai
ornamen Imlek seperti lampion dan pohon bambu. Tokoh Mali, Tarmiji,
Syape’i dan Romi digambarkan sebagai warga yang dekat dengan orang yang berbeda etnis dan tidak se-agama.
Selesai memasang ornamen Imlek, mereka di jamu oleh keluarga Wan Wan. Bahkan keluarga ini memberikan imbalan
kepada mereka sebagai bentuk menghargai Mali, Tarmiji, hansip Syape’i dan Romi yang sudah membantu keluarganya menghias
rumah. Mali dan Tarmiji menerima pemberian amplop dari Leny istri Wan Wan, karena di sisi lain sikap Mali dan Tarmiji
membantu keluarga Wan Wan karena ingin mendapatkan imbalan.
57
Berbeda dengan Syape’i dan Romi yang menolak pemberian dari Leny.
Hal tersebut terlihat dari perkataan hansip Syape’i: “
Ndak usah Ci Leny, terima kasih. Maaf bukannya kami ndak mau trima,
tapi kami membantu ini dengan tulus kok”. Yang kemudian diperjelas dengan jawaban Romi: “Iya, kami ikhals Ci”. Dialog
tersebut mengga mbarkan bahwa tokoh Syape’i dan Romi yang
memiliki rasa toleransi. Dimana tokoh Syape’i dan Romi yang
digambarkan pada sinetron ini memiliki jiwa sosial yang tinggi terhadap keluarga Wan Wan meskipun bebeda etnis dan agama
dengan kesediaan mereka membantu persiapan Imlek keluarga tersebut. Alur yang ditampilkan pada scene ini terlihat dari salah
satu wujud nilai sosial yang dilakukan hansip Syape’i dan Romi
yakni dengan tulus dan ikhlas membantu menghias rumah keluarga Wan Wan yang akan merayakan tahun baru Imlek.
Tabel 4.4 Isi scene 35 Durasi
Keterangan 01:27:55
Cuplikan dialog yang dilakukan Wan Wan, H. Muhidin, dan Ki Dawud pada scene 35
Wan Wan : Sebelumnya saya minta maaf pak haji sama semua
58 yang ada disini. Saya mohon bicara sebentar.
Ki
Dawud : Iya silahkan aja ngomong…. H. Muhidin: Iya silahkan….
Wan Wan : Begini, menyambut perayaan Imlek, saya mau minta ijin untuk merayakan pertunjukkan barongsai di rumah saya.
H. Muhidin : dengan nada marah Kagak bisa Enak aja mau ngadain gituan
Wan Wan : Jadi? Gak boleh pak haji? Waduh gimana ya, Kebetulan saya sudah terlanjur memesan barongsainya.
Ki Da wud : Eh Din, lo harus kasih ijin. Emang kenape sih kagak boleh? Itu kan hak nye dia, mau bikin acara menyambut
perayaan hari besarnye dia. Kalo lo kagak kasih ijin, gue tambahin hukuman lo, mau? Si Acong kan temen gue.
H. Muhidin : Iye be, aye ijinin deh. Tapi inget ye jaga keamanannye
Ki Da wud : Nah begitu dong, sekali-sekali biar warga kampung lo nonton barogsai dari deket,kan selama ini nonton dari film-
film sama di TV-TV deh. Cong, Wan Wan, gak pape gua tanggung ja wab.
H. Muhidin :Iye be, ini aye juga kasih ijin, Cuma kasih taunya dadakan. Besok lagi kalo kasih tau jangan dadakan ye?
Wan Wan : Iya, makasih pak haji RW. Acong : Kamsiya, makasih pak haji RW.
Isi dari scene ini menceritakan tentang suasana ketika keluarga Wan Wan datang ke rumah H. Muhidin selaku ketua RW
di kampung tersebut untuk meminta ijin. Dalam kunjungannya ke rumah pak RW, Wan Wan mengutarakan maksud kedatangannya
59
dengan keluarga adalah untuk meminta ijin menyelenggarakan pementasan barongsai pada peryaan tahun baru Imlek. Mendengar
maksud keluarga Wan Wan berkunjung ke rumahnya meminta ijin untuk mengadakan pementasan barongsai, H. Muhidin menjawab
dengan nada marah dan tidak memberikan ijin. Suasana berubah menjadi hening ketika H. Muhidin tidak memberikan ijin, Wan
Wan dan keluarganya pun terlihat bingung karena sudah terlanjur memesan barongsai.
Maksud dari Wan Wan dan keluarganya menemui H. Muhidin, selain meminta ijin juga menunjukkan etika keluarga
Wan Wan menghormati H. Muhidin selaku ketua RW dilingkungan tempat tinggalnya. Jika maksud kedatangan keluarga
Wan Wan selain meminta ijin menyelenggarakan pementasan sebagai bagian dari perayaan Imlek keluarga tersebut, tetapi juga
sebagai pemberitahuan. Dalam cuplikan dialog di atas, Ki Dawud menegur H.
Muhidin yang memberikan penjelasan, jika rencana keluarga Wan Wan ingin mengadakan pementasan barongsai merupakan hak
mereka sebagai wujud memperingati hari besarnya. Sikap Ki Dawud yang berusaha memberikan penjelasan kepada H. Muhidin,
juga menunjukkan betapa dia menghargai hak-hak keluarga Wan Wan sebagai warga yang berketurunan Tionghoa dan beragama
Khonghuchu yang akan merayakan Imlek. Dengan teguran Ki Dawud tersebut, akhirnya H. Muhidin memberikan ijin kepada
keluarga Wan Wan menyelenggarakan pementasan barongsai. Hal tersebut membuat lega dan bahagia keluarga Wan Wan karena
akhirnya mendapat ijin menyelenggarakan pementasan barongsai di kampung yang masyarakatnya beragama Islam.
60
Alur yang ditampilkan pada scene ini terlihat dari tokoh Ki Dawud digambarkan sebagai seseorang yang dekat dengan
keluarga Acong yang berbeda etnis dan agama. Salah satu bentuk sikap toleransi Ki Dawud adalah bersedia bertanggung jawab atas
acara pementasan barongsai yang diselenggarakan keluarga Acong. Dengan sikap tersebut menunjukkan bahwa sosok Ki
Dawud dalam sinetron ini merupakan masyarakat dan umat Islam yang baik dan memiliki rasa toleransi yang tinggi.
Tabel 4.5 Isi scene 39 Durasi
Keterangan 01:38:34
Cuplikan dialog yang dilakukan Ki Dawud dan Acong pada scene 39
Ki Da wud : Waduh, udah rapi ni Cong? Acong : Iya pak mandor, kita mau ke klenteng. Maklum
kampung ini nggak ada klentengnya. Ki Da wud : Emang kagak ada disini. Ngomong-ngomong
kompak banget pake baju merah-merah. Yang semangat ye tahun baru Imlek.
Acong : Oh iya pak mandor, jangan lupa ntar siang kesini ya?
61 Ada itu, pementasan Barongsai.
Ki Da wud : Tenang Cong Insyaallah gua bakal dateng deh, gua pengen liat Barongsai dari deket.
Acong : Kamsiya, terima kasih ya…
Isi dari scene diatas menceritakan tentang suasana perayaan tahun baru Imlek keluarga Wan Wan. Dialog tersebut terjadi ketika
keluarga Wan Wan akan pergi ke klenteng untuk beribadah. Ki Dawud dan Roby yang kebetulan melewati rumah keluarga Acong,
mereka menyapa dan memberikan semangat kepada keluarga tersebut dalam merayakan Imlek. Mendapat semangat dari
temannya yang beragama Islam tentunya membuat Acong dan keluarganya merasa bahagia. Acong mewakili keluarganya
mengucapkan terima kasih atas semangat yang diberikan Ki Dawud dan Roby kepada keluarga mereka. Acong juga
mengundang Roby dan Ki Dawud dengan mengingatkan mereka untuk hadir pada pementasan barongsai yang diselenggarakan oleh
keluarganya. Undangan dari keluarga Acong disambut baik oleh Ki Dawud dengan kesediaannya akan hadir menonton pementasan
barongsai. Pemberiaan semangat dan kesediaan hadir dalam pementasan barongsai oleh Ki Dawud sebagai umat Islam ini
menunjukkan bahwa adanya hubungan toleransi antara umat Islam terhadap keluarga yang beragama Khonghuchu yang merayakan
tahun baru Imlek.
62
Tabel 4.6 Isi scene 41 Durasi
Keterangan 01:40:38
Cuplikan dialog yang dilakukan H. Muhidin dan Mahmud pada scene 41
H. Muhidin : Kayak anak kecil aja lu pada Mahmud : Eh Bang, eh kampung kita belum pernah ada
pementasan Barongsai. Baru sekarang nih, rugi kalo kagak nonton, ikut nonton kagak?
H. Muhidin :Kagak ah, kaki gua juga masih sakit, yang ada ntar diinjek-injek.
Rumanah, Roby, Ki Dawud, Nini : Assalamuallaikum…
H. Muhidin : Nah ini lu juga pada mau kmana sih? Ki Da wud : Mau ke rumah temen gua si Acong, emang nape?
Rumanah : Abah gak mau ikut? H. Muhidin : Kagak, kagak penting nonton begituan rum, udah
sono kalu mau pergi. Rumanah: Kami pergi ya bah, assalamuallaikum.
Tidak lama kemudian, Ustad Zakaria, Umi Zakaria, dan Riyamah lewat depan toko H. Muhidin hendak ke rumah keluarga Wan
Wan
63
01:41:23
Cuplikan dialog yang dilakukan H. Muhidin dan ustad Zakaria pada scene 41
Ustad Zakaria : Assalamualaikum, pak Haji…. Riyamah, Umi Zakaria : Assalamualaikum…
H. Muhidin : Waalaikumsalam….
Ustad Zakaria : Sendirian aja pak Haji? Kagak nonton barongsai?
H. Muhidin : Kagak pak ustad, eh Ini mamah ngomong-ngomong mau nonton barongsai juga?
Riyamah : Iya pak Haji….
H. Muhidin : hening Ustad Zakaria : Gimana pak Haji jadi mau nonton kagak?
H. Muhidin : Oh jelas dong, ikut dong Kan aye ketua RW, Acong sama Wan Wan aje ngundang saya secara khusus. Pak ustad,
tunggu sebentar ye? Mamah tunggu ye?
64
Isi dari scene diatas menceritakan tentang para warga yang akan pergi ke rumah keluarga Wan Wan untuk menonton
barongsai. Terlihat Mahmud dan keluarganya yang bersemangat untuk menonton pementasan barongsai. Ketika melewati depan
toko H. Muhidin, dia berkata “
Kayak anak kecil aja lu
pada”. Mendengar perkataan H. Muhidin tersebut, Mahmud memberikan
jawaban jika di kampungnya baru pertama kali ada pementasan barongsai dan rugi jika tidak menonton. Dari jawaban Mahmud
tersebut, kehadirannya untuk menonton pementasan barongsai sebagai bentuk menghormati perayaan imlek yang dirayakan oleh
keluarga Wan Wan. Mahmud juga mengajak H. Muhidin untuk menonton pementasan barongsai namun ditolaknya.
Beberapa saat kemudian Ki Dwaud, Nini, Roby, dan Rumanah juga pergi ke rumah keluarga Wan Wan untuk menonton
pementasan barongsai. Melihat keluarga, H. Muhidin menanyakan mereka akan pergi kemana. Kemudian di jawab oleh Ki Dawud
“
Mau ke rumah temen gua si Acong, emang nape?
”. Sikap yang ditunjukkan oleh Ki Dawud, Nini, Roby dan Rumanah datang ke
rumah keluarga Acong menunjukkan jika mereka sebagai non Tionghoa sama halnya dengan Mahmud dan keluarganya yaitu
menghormati dan menghargai acara pementasan barongsai sebagai bagian dari perayaan Imlek yang dirayakan oleh keluarga Acong.
Tidak beberapa lama setelah keluarga Mahmud, Ki dawud, Nini, Roby, dan Rumanah pergi ke rumah Acong, keluarga ustad
Zakaria dan Riyamah melewati toko H. Muhidin. Mereka juga hendak pergi ke rumah keluarga Acong untuk menonton
pementasan barongsai. Melihat H. Muhidin di depan tokonya dan terlihat sedang melamun ustad Zakaria menyapa H. Muhidin
dengan salam. Kemudian ustad Zakaria mengajak H. Muhidin
65
menonton pementasan barongsai yang terlihat pada dialog: “Gimana pak Haji jadi mau nonton kagak?”,yang kemudian
dijawab H. Muhidin dengan bersemangat “
Oh jelas dong, ikut dong Kan aye ketua RW, Acong sama Wan Wan aje ngundang
saya secara khusus. Pak ustad, tunggu sebentar ye? Mamah tun
ggu ye?”. Dari dialog tersebut terlihat, jika sebelumnya H.
Muhidin tidak mau datang ke rumah keluarga Acong, karena ada Riyamah perempuan yang disukainya, akhirnya dia memutuskan
untuk ikut rombongan ustad Zakaria pergi ke rumah keluarga Acong menyaksikan pementasan barongsai. Selain karena
Riyamah, sikap yang ditunjukkan H. Muhidin juga untuk menghargai undangan keluarga Acong yang secara khusus
mengundangnya selaku ketua RW di kampung tersebut. Kesediaan keluarga ustad Zakaria hadir ke rumah keluarga
Acong menunjukkan sikap sebagai anggota masyarakat dan umat Islam yang menghormati keluarga Acong yang pada saat hari
tersebut merayakan tahun baru Imlek dan menghargai kebudayaan keluarga Acong yaitu budaya Cina dengan menonton pementasan
barongsai yang diselenggarakan. Berdasarkan dari uraian diatas menampilkan alur sikap
menghormati masyarakat yang beragama Islam terhadap etnis Tionghoa yang merayakan Imlek, ditunjukkan dengan menghadiri
acara yang diselenggarakan yaitu pementasan barongsai sebagai tradisi etnis Tionghoa sebagai wujud toleransi.
66
Tabel 4.7 Isi scene 42 Durasi
Keterangan
Cuplikan gambar pementasan barongsai, scene 42
Cuplikan dialog yang dilakukan Tarmiji dan Acong pada scene 42
Tarmiji : Gong Xi Fa Chai Acong :Eh, terima kasih ya. Doain keluarga gue a wet, sukses
merayakan Imlek ini Tarmiji : Iya koh, mudah-mudahan keluarga koh rejekinya makin
banyak. Gong Xi Fa Chai, Gong Xi Fa Chai Mali : bersalaman dengan keluarga Wan Wan Gong Xi Fa Chai,
Gong Xi Fa Chai
67
Isi dari scene 42, melalui visualisasi gambar disuguhkan tentang pementasan barongsai di rumah keluarga Wan Wan.
Pertunjukkan barongsai yang diselenggarakan oleh keluarga beretnis Tionghoa tersebut terlihat sangat meriah. Seluruh warga
yang mayoritas beragama Islam ikut berpartisipasi dengan hadir ke rumah keluarga Wan Wan dan menyaksikan pertunjukkan
barongsai. Terlihat para warga terhibur dan senang dengan acara yang disuguhkan oleh keluarga Wan Wan, karena pertunjukkan
barongsai baru pertama kali diselenggarakan di kampung tersebut. Sikap yang ditunjukkan oleh seluruh warga dengan hadir di acara
acara tersebut yang merupakan bagian dari perayaan Imlek etnis Tionghoa menggambarkan jika berbeda etnis, budaya dan agama
tetapi dapat hidup berdampingan dan harmonis dengan saling menghormati.
Setelah pementasan barongsai selesai, diceritakan mengenai keluarga Acong yang membagikan angpau kepada para warga
setelah pementasan barongsai selesai. Seperti yang dapat diketahui jika perayaan Imlek identik dengan pembagian angpau oleh orang-
orang berketurunan Tionghoa. Terlihat para warga dengan antusias mengantri untuk mendapatkan angpau. Ketika Tarmiji menerima
angpau dia juga mengucapakan “Gong Xi Fa Chai” kepada keluarga Acong.Ucapan “Gong Xi Fa Chai” merupakan ucapan
pada perayaan tahun baru Imlek. Keluarga Acong terlihat sangat senang dengan ucapan yang diberikan Tramiji dan meminta doa
agar keluarganya awet serta sukses dalam merayakan Imlek. Yang kemudian dijawab oleh Tarmiji pada dialog berikut: “
Iya koh, mudah-mudahan keluarga koh rejekinya makin banyak. Gong Xi
Fa Chai, Gong Xi Fa Chai”. Sikap yang ditunjukkan Tarmiji sebagai umat Islam, merupakan bentuk menghormati dan
68
menghargai keluarga Acong yang merayakan Imlek. Tidak hanya Tramiji, Mali juga mengucapakan
“Gong Xi Fa Chai” kepada keluarga Acong. Memberikan ucapan selamat tahun baru dan
mendoakan keluarga Acong menunjukkan adanya sikap toleransi dan menghargai perbedaan baik etnis, budaya, dan agama.
4. Penutup
Tabel 4.8 Penutup Durasi
Keterangan 02:05:36
Cuplikan dialog yang dilakukan H. Muhidin dan Rumanah pada scene 50
H. Muhidin : Assalamualaikum…. Rumanah, Roby : Waalaikumsalam…..
H. Muhidin : Wah udah pulang seneng-seneg yah? Anak jaman sekarang bukannya banyak istighfar, dzikir, sholat, eh hobinya
seneng-seneng doang, kalo ada tontonan heboh, pengen nonton terus.
Rumanah : Bah, abah kenapa sih suka banget berpra sangka yang enggak-enggak dari dulu? Kenapa sih bah? Lagian kan
69 apa yang kita lakuin tadi juga gak dosa, nggak menyebabkan
kemusyrikan kan? Karena itu semua sifatnya hanya hiburan semata bah.
H. Muhidin : Yaa.. tapi baiknya itu kan tenang di rumah. Kesana itu kagak ada manfaatnya nonton begituan.
Rumanah : Ya mungkin buat abah sama sekali gak ada manfaatnya, tapi buat keluarga babah Acong, mereka punya
kebahagiaan sendiri bah. H. Muhidin :Ah sok tau lu
… Rumanah : Ya… Rum bukan sok tau bah. Ya udah terserah deh
bah kalo abah nilainya seperti itu, yang jelas kedatangan kita tadi tujuannya baik.
Bagian penutup dari sinetron ini menjelaskan tentang maksud kedatangan Rumanah dan Roby di rumah keluarga Acong, yang
menurut H. Muhidin anak sekarang heboh jika ada tontonan dan menonton pementasan barongsai tidak ada manfaatnya. Perbedaan
pendapat terjadi diantara Rumanah dengan H. Muhidin mengenai pandangan mereka menonton pementasan barongsai di rumah
keluarga Acong. Pernyataan dari Rumanah yang mengatakan “
Ya mungkin buat abah sama sekali gak ada manfaatnya, tapi buat
keluarga babah Acong, mereka punya kebahagia an sendiri bah
”. Rumanah menjelaskan kepada Abahnya jika tujuannya dengan
Roby menonton barongsai sebagai bentuk menghormati keluarga Acong yang merayakan tahun baru Imlek karena menonton
pementasan barongsai sifatnya sebagai hiburan yang tidak menimbulkan dosa dan kemusyrikan. Alasan lain juga dijelaskan
70
Rumanah kepada Abahnya, mengenai kedatangannya dengan Roby dan juga para warga lain tentunya juga akan memberikan
kebahagiaan tersendiri bagi keluarga Acong yang merupakan satu- satunya keluarga yang berketurunan Tionghoa dan beragama
Khong Hu Chu di kampung tersebut. Sikap yang ditunjukkan oleh Rumanah dan Roby hadir ke
rumah keluarga Acong tidak hanya sekedar menonton pementasan barongsai saja, melainkan juga menghargai budaya keluarga
Acong sebagai etnis Tionghoa. Selain itu juga sebagai bentuk diterimanya barongsai sebagai budaya China Tionghoa di tengah-
tengah masyarakat yang beragama Islam. Berdasarkan analisa peneliti pada superstruktur, alur teks pada
sinetron mengenai konsep Imlek yaitu menayangkan toleransi masyarakat yang beragama Islam terhadap perayaan tahun baru Imlek
etnis Tionghoa. Dalam menyuguhkan toleransi antar suku dan umat beragama, hampir seluruh tokoh sinetron ini menunjukkan sikap
toleransinya yang ditunjukkan dengan berbagai bentuk. Strategi tersebut menekankan wacana mengenai masyarakat Indonesia yang
terdiri dari berbagai suku, budaya, serta agama sebagai upaya mewujudkan keharmonisan dalam kehidupan multikultural.
Alur pada sinetron ini menempatkan barongsai sebagai budaya yang penting sebagai bagian dari perayaan Imlek oleh sinetron Tukang
Bubur Naik Haji The Series pada episode 439-441 sebagai media, barongsai bukan lagi hal yang dilarang seperti masa Orde Baru.
Pengemasan pertunjukkan barongsai sebagai wujud kebebasan bagi etnis Tionghoa dalam melestarikan dan mengekspresikan budaya
Tionghoanya.
71
Pada bagian isi sinetron merupakan penggambaran sikap toleransi antar suku dan umat beragama masyarakat yang beragama
Islam terhadap perayaan tahun baru Imlek yang dirayakan oleh salah satu keluarga yang beretnis Tionghoa. Pada beberapa scene, bagian isi
digambarkan secara detil mengenai sikap toleransi, baik membantu persiapan Imlek dan memberikan ijin menyelenggarakan pertunjukkan
barongsai sebagai adat istiadat etnis Tionghoa saat tahun baru Imlek, menghormati dan menghargai keluarga etns Tionghoa yang akan
beribadah ke klenteng, serta menghadiri acara yang untuk menonton pertunjukkan barongsai sebagai bagian dari perayaan tahun baru Imlek
keluarga tersebut. Sedangkan pada bagian penutup menjelaskan bahwa sikap toleransi yang ditunjukkan oleh masyarakat Islam terhadap
perayaan Imlek sesuai dengan batasan dari ajaran agama.
4.3.1.3 Analisis Struktur Mikro