92
representasikan melalui sinetron Tukang Bubur Naik Haji The Series episode 439-441.
4.4.2 Harmonisasi Pemeluk Agama Islam dengan Etnis Tionghoa dalam Kehidupan Bermasyarakat
Toleransi sangat diperlukan dalam menjaga keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat yang terdiri dari latar belakang suku dan agama yang
berbeda. Demi menciptakan keharmonisan dalam masyarakat maka diperlukan sikap menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi termasuk didalamnya toleransi
antar suku dan umat beragama. Dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji The Series episode 439-441 tidak
terdapat pembedaan, walaupun berasal dari latar belakang suku dan agama yang berbeda, mereka merasa sebagai bagian dari bangsa Indonesia sehingga
berusaha tetap menjaga kerukunan dengan memelihara sikap toleransi antar umat beragama Islam dengan keluarga yang beretnis Tionghoa.
Analisis yang penulis lakukan pada beberapa scene sinetron Tukang Bubur Naik Haji The Series episode 439-441 menunjukkan adanya harmonisasi
pemeluk agama Islam dengan etnis Tionghoa. Pernyataan tersebut merujuk pada analisis tokoh-tokoh yang diuraikan berikut ini :
1. Syape’i dan Romi
Syape’i dan Romi digambarkan sebagai tokoh yang memiliki sikap toleransi yang ditunjukkan terhadap keluarga beretnis Tionghoa di
lingkungan tempat tinggalnya, dengan kesediaan mereka membantu persiapan perayaan tahun baru Imlek keluarga tersebut. Bantuan yang
diberikan bersifat sukarela tanpa ada paksaan. Kesediaan membantu berupa sumbangan tenaga menghias rumah keluarga Wan Wan sebagai
bagian menyambut perayaan tahun baru Imlek, namun hal itu merupakan wujud dari keharmonisan dan kerukunan antar suku serta umat beragama.
93
2. Ki Dawud
Dalam sinetron ini, Ki Dawud merupakan tokoh yang menjunjung tinggi toleransi. Toleransi yang dilakukan Ki Dawud terwujud melalui
toleransi perkataan dan toleransi perbuatan. Sikap toleransi ditunjukkan Ki Dawud dengan mengusahakan keluarga Acong agar mendapat ijin dari H.
Muhidin selaku ketua RW untuk menyelenggarakan pertunjukkan barongsai di kampung mereka pada perayaan tahun baru Imlek,
menghormati Acong dan keluarganya ketika akan beribadah ke Klenteng serta memberikan semangat kepada keluarga Acong dalam merayakan
tahun baru Imlek, dan menghadiri pertunjukkan barongsai yang diselenggarakan keluarga Acong.
Adanya sikap toleransi yang ditunjukkan oleh tokoh Ki Dawud tersebut menunjukkan sebagai tanda, bahwa hal trsebut sangat diperlukan
untuk tetap menjaga kerukunan, keharmonisan, dan rasa persaudaraan diantara mereka meskipun berbeda suku dan agama.
3. Mali dan Tarmiji
Toleransi antar suku dan umat beragama terjalin antara masyarakat yang beragama Islam dengan warga yang beretnis Tionghoa, tercermin
ketika warga yang beretnis Tionghoa merayakan tahun baru Imlek maka warga lain yang beragama Islam memberikan ucapan selamat. Sikap
toleransi terlihat dari sikap tokoh Mali dan Tarmiji terhadap etnis Tionghoa dengan pemberian ucapan se
lamat dengan kata “Gong Xi Fa Chai” kepada keluarga Acong.
Berdasarkan uraian datas, peneliti menganalisa bahwa sikap toleransi yang ditunjukkan oleh warga yang beragama Islam terhadap keluarga beretnis
Tionghoa merayakan Imlek, menggambarkan harmonisasi antara masyarakat pemeluk agama Islam dengan etnis Tionghoa seperti yang terlihat pada tokoh-
tokoh dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji The Series episode 439-441, seperti yang telah dipaparkan diatas. Perbedaan suku dan agama ternyata tidak
94
menjadi hambatan bagi para warga yang beragama Islam untuk dapat berinteraksi karena sudah memiliki sikap toleransi yang tinggi terhadap warga
yang beretnis Tionghoa. Sehingga meskipun berbeda latar belakang suku dan agama, dengan sikap toleransi maka akan tercipta kehidupan yang damai dan
diliputi sikap saling menghargai dan menghormati antar warga yang berbeda suku serta agama.
4.4.3 Diterimanya Barongsai Sebagai Kebudayaan di Indonesia