Anatomi Hati Aktivitas Hepatoprotektif Ekstrak Etanol Daun Afrika (Vernonia sp.) pada Tikus Putih yang Diinduksi Parasetamol

metabolit reaktif NAPQI juga lebih banyak terakumulasi di zona sentral Fawcett, 1997. Berat ringannya hepatotoksitas parasetamol tergantung pada beberapa faktor. Puasa saat keracunan parasetamol akan memperberat gejala klinik. Hal ini berkaitan dengan rendahnya cadangan glutation dalam hati. Kecepatan pemberian antidotum N-acetylcystein NAC akan memperingan gejala hepatotoksitas Fawcett, 1997.

2.4 Anatomi Hati

Hati merupakan organ tubuh terbesar dan merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh, dengan berat rata-rata sekitar 1,5 kg atau 2,5 dari berat badan pada orang dewasa normal, terleak dirongga perut dibawah diafragma atau di kuadran kanan atas dari rongga abdomen Fawcett, 1994. Dalam keadaan segar warnanya merah tua atau merah coklat, warna tersebut terutama disebabkan oleh adanya darah yang amat banyak Lee, et al., 1997. Secara anatomis hati dibagi menjadi 4 lobus yaitu, lobus kanan, lobus kiri, lobus quadratus, dan lobus kaudatus. Masing-masing lobus dibentuk oleh lobulus- Gambar 2.3 Gambaran histopatologi hati akibat keracunan parasetamol menunjukkan adanya gambaran nekrosis di sentrilobuler 10x10 Junqueira dan Corneiro, 1998. Universitas Sumatera Utara lobulus yang merupakan unit funsional dasar dari hepar. Secara keseluruhan, hati dibentuk oleh 100.000 lobulus dengan struktur serupa dan terdiri dari hepatosit, saluran sinusoid yang dikelilingi oleh endotel vakuoler, sel kupfer yang meruppakan bagian dari sistem retikuloendotelial. Struktur ini berbentuk heksagonal dengan diameter 1-2 mm yang mengelilingi vena sentral. Pada tiap sudut struktur heksagonal terdapat traktus portal yang masing masing mengandung cabang-cabang arteri hepatika, vena porta, dan duktus biliaris intra hepatik. Terdapat garis khayal dari tiap-tiap sudut heksagonal sampai ke vena sentral, tiap lobulus akan terbagi menjadi 6 area yang disebut asinus yang berbentuk segitiga dengan vena sentral sebagai puncak Junqueira dan Corneiro, 1998. Berdasarkan letaknya terhadap suplai darah dari arteri hepatik, maka parenkim asinus dibagi menjadi 3 zona, yaitu: zona 1 periportal, zona 2 midzonal, dan zona 3 zona sentral. Zona 1 adalah daerah yang paling dekat dengan suplai darah dari arteri hepatika, sedangkan zona 3 adalah daerah asinus hepar yang paling dekat dengan vena sentral. Pembagian zona ini sangat berarti secara fungsional karena mempengaruhi gradien komponen di dalam darah dan hepatosit, yang meliputi: kadar oksigen darah dan heterogenitas kadar protein di dalam hepatosit Fawcett, 1997. Darah yang masuk ke dalam asinus hati 60-70 mempunyai kandungan oksigen rendah yang berasal dari vena porta, sedangkan sekitar 30-40 darah yang banyak mengandung oksigen berasal dari arteri hepatika. Selama perjalanan darah dari traktus porta ke vena sentra, oksigen secara cepat dilepas untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tinggi dari sel parenkim, sehingga terdapat perbedaan kadar oksigen di zona periportal dan zona sentral. Kadar oksigen di Universitas Sumatera Utara zona perip dan Corne Hete mempenga hepatosit y asam lema enzim yan seppanjan tinggi di p terutama besar di zo

2.4.1 Fisio

Kerj 1. pengam melalui pportal seki eiro, 1998. erogenitas aruhi gradie yang kaya m ak, glukone ng terlibat d ng asinus h periportal d isoenzim ona sentral Ga ologi Hati ja terpenting mbilan kom i pembuluh tar 9-13, kadar prot en fungsi m mitokondria eogenesis, s dalam bioak hati. Glutati dibandingka CYP2E1 t dibandingk ambar 2.4 A g hati adala mponen bah porta ke da sedangkan tein sepanj metabolisme a, sehingga serta detoks ktivitasi dan ion mempu an zona sen terdapat da kan periporta Anatomi ha ah: han makana alam hepar. di zona sen jang peripo hepatosit. Z lebih bany ifikasi amo n detoksifik unyai kadar tral, sedang alam jumlah al Fawcett, ati Lee, et a an yang dia ntral hanya 4 ortal samp Zona peripo yak terjadi k niak menja asi xenobio r dan aktiv gkan protein h dan aktiv , 1997 al., 1997 antarkan da 4-5 Junq pai zona se ortal mempu kegiatan ok adi urea. Gr otik juga be vitas yang n sitokrom vitas yang ari saluran queira entral unyai sidasi radien rbeda lebih P450 lebih cerna Universitas Sumatera Utara 2. biosintetis senyawa-senyawa dalam tubuh, penyimpanan, perubahan, dan pemecahan menjadi molekul yang dapat disekresikan. 3. menyediakan secara tetap metabolit dan bahan-bahan pembentuk yang kaya energi bagi organisme. 4. detoksifikasi senyawa-senyawa toksik melalui biotransformasi. 5. eksresi bahan-bahan bersama-sama dengan empedu, pembentukan, serta pemecahan dari banyak komponen plasma darah Himawan, 1973.

2.4.2 Histologi Kerusakan Hati karena Obat

Sitoplasma berwarna merah jambu agak basofilik dengan pengecatan HE. Warna basofilik berasal dari ribosomal RNA rRNA. Pada manifestasi awal kerusakan hepar, sejumlah besar rRNA berkurang sehingga warna kebiruan pada sitoplasma menjadi hilang dan sitoplasma nampak pucat. Pembengkakan retikulum endoplasma dan mitokondria membuat gambaran bercak berawan pada sitoplasma cloudly swelling. Gambaran mikroskopik menunjukkan sel serta organel serta membengkak dan menyebabkan pelebaran kapiler pada sinusoid hati. Hal ini merupakan bentuk degenerasii albuminosa yang bersifat reversible. Penimbunan air dalam sel berlanjut karena jejas terhadap sel semakin berat, akan timbul vakuola-vakuola yang nampak cerah dalam sitoplasma. Bentuk jejas yang lebih parah dibandingkan degenerasi albuminosa ini disebut degenerasi hidropikdegenerasi vakuoler. Apabila jejas berlanjut, maka akan terjadi kerusakan ireversibel pada organel sel yang berakhir dengan kematian sel secara keseluruhan nekrosis sel. Sel yang nekrotik menunjukkan warna yang lebih eosinofilik karena hilangnya warna basofilik yang dihasilkan oleh rRNA pada sitoplasma serta meningkatnya pengikatan eosin oleh protein sitoplasma yang Universitas Sumatera Utara rusak. Sel menjadi lebih mengkilap homogen dibandingkan sel normal, kemungkinan karena hilangnya partikel glikogen. Pada inti sel, kematian sel akan memberikan gambaraninti sebagai berikut Junquiera dan Corneiro, 1998: a. kariolisis, berupa hilangnya gambaran basofilik dari gambaran kromatin. b. kariopiknosis, inti melisut dan terjadi peningkatan warna basofilik. Pada keadaan ini, DNA nampak padat dan menjadi massa basofilik yang solid. c. kariorheksis, inti yang piknotik atau sebagian piknotik mengalami fragmentasi Junquiera dan Corneiro, 1998.

2.4.3 Gangguan Fungsi Hati Akibat Toksikan

Kondisi toksisitas hati dipersulit oleh berbagai kerusakan hati dan mekanisme yang menyebabkan kerusakan tersebut. Hati sering menjadi organ sasaran zat toksikan karena sebagian besar toksikan memasuki tubuh melalui sistem gastroinestinal dan setelah toksikan diserap lalu dibawa ke vena porta kedalam hati. Hati mempunyai kadar enzim yang tinggi untuk memetabolisme xenobiotic terutama sitokrom P-450, yang membuat sebagian besar toksikan menjadi kurang toksik dan lebih mudah larut dalam air sehingga mudah dieksresi Lee, et al., 1994. Jenis-jenis kerusakan hati yang disebabkan oleh toksikan Lu, 1994, yaitu: a. Steatosis Perlemakan hati Steatosis atau perlemakan hati yaitu jika hati mengandung berat lipid lebih dari 5 , sehingga terjadi lesi yang bersifat akut maupun kronik. Contoh, tetrasiklin yang menyebabkan banyak butiran lemak kecil dalam suatu sel dan etanol menyebabkan butiran lemak besar sehingga menggantikan inti pada sel. b. Nekrosis Universitas Sumatera Utara Nekrosis hati adalah kematian hepatosit. Nekrosis dapat bersifat lokal sentral, pertengahan, atau perifer atau masih, dan biasanya nekrosis merupakan kerusakan akut. Beberapa zat kimia telah dibuktikan atau dilaporkan sebagai penyebab nekrosis hati. Nekrosis hati merupakan suatu manifestasi toksik yang berbahaya tetapi tidak selalu kritis karena mempunyai kapasitas yang luar biasa untuk pertumbuhan kembali. Contoh penyebab nekrosis yaitu parasetamol, isoniazid, karbon tetraklorida CCl 4 , kloroform, dan tetrakloroetan. c. Sirosis Sirosis ditandai oleh adanya septa kolagen yang terbesar disebagian besar hati. Kumpulan hepatosit muncul sebagai nodul yang dipisahkan oleh lapisan berserat. Pada sebagian besar kasus, sirosis disebabkan nekrosis sel tunggal karena kurangnya mekanisme perbaikan sehingga terjadi aktivitas fibroblastik dan pembentukan jaringan parut. Penyebab sirosis yang paling penting adalah penggunaan kronis alkohol. d. Kolestasis Kolestasis bersifat akut dan lebih jarang ditemukan dibandingkan steatosis dan nekrosis. Kolestasis ditandai dengan berkurangnya aktivitas ekskresi empedu pada membran kanalikulus. Contoh penyebabnya yaitu ANIT α- naftilisosianat, klorpromazin, dan eritromisin laktobionat. e. Karsinogenesis Karsinoma hepatoseluler dan kolangiokarsinoma adalah jenis neoplasma ganas yang paling umum pada hati. Jenis kanker lain yaitu angiosarkoma, karsinoma kelenjar, karsinoma trabekular, dan karsinoma sel hati yang tidak Universitas Sumatera Utara berdiferensiasi. Contoh penyebab karsinogenesis seperti vinil klorida, aflatoksin, dan dioksin. f. hepatitis yang mirip hepatitis virus g. Obat-obat tertentu mengakibatkan suatu sindroma klinis yang tidak dapat dibedakan dari hepatitis virus. Mekanismenya dapat melalui reaksi hipersensitivitas atau melalui kelainan metabolisme. Contoh halotan, fenitoin, dan iproniazid Underwood, 1999. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tahapan penelitian yaitu pengumpulan tumbuhan, identifikasi tumbuhan, pembuatan simplisia, karakterisasi simplisia, skrining fitokimia serbuk simplisia, pembuatan ekstrak, skrining fitokimia ekstrak, karakterisasi ekstrak, pengujian efek hepatoprotektif ekstrak etanol daun afrika terhadap tikus putih jantan dengan parameter gambaran kerusakan histologi hati dari tikus putih jantan. 3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat gelas laboratorium, aluminium foil, blender National, lemari pengering, oven listrik, neraca kasar OHAUS, neraca listrik, seperangkat alat destilasi penetapan kadar air, desikator, stopwatch, mortir dan stamfer, rotary evaporator Heidolph VV- 300, neraca hewan Presica, spuit 1 ml Terumo, vial, water bath, hot plate, object glass , cover glass, oral sonde, alat bedah wells spencer, mikroskop Boeco, mikropipet, microtube, mikroskop Boeco, BM-180, Halogen Lamp

3.1.2 Bahan-bahan

Daun afrika, etanol 96 destilasi, toluena p.a, air suling, kalium iodida p.a, merkuri II klorida, bismut nitrat, asam nitrat, iodium, α-naftol, asam asetat anhidrat, asam sulfat pekat, kloroform, besi III klorida, timbal II asetat, natrium hidroksida, asam klorida pekat, etanol teknis, eter minyak tanah teknis, etil asetat teknis, serbuk seng, serbuk magnesium, isopropanol, karboksi metil selulosa CMC teknis, parafin histoplast Fisherfinest TM . Universitas Sumatera Utara 3.2 Pembuatan Larutan Pereaksi 3.2.1 Larutan Pereaksi Mayer