eksperimen dan dengan pembelajaran konvensional kelompok kontrol, dan ada tidaknya perbedaan peningkatan motivasi antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Selama dalam melakukan penelitian ini, peneliti selalu didampingi oleh guru yang mengampu mata pelajaran tersebut.
1. Implementasi Model Pembelajaran dengan media software fluidsim
dalam Proses Pembelajaran Pneumatik.
Berdasarkan Gambar 3 dihalaman 49 diperoleh informasi bahwa secara umum skor hasil pre test siswa mempunyai kecenderungan dalam
kategori gagal. Hal ini disebabkan siswa belum mendapatkan perlakuan apapun mengenai materi pneumatik. Siswa juga belum mendapatkan
materi -materi yang merupakan komponen dari instrumen yang di pre test kan. Pengukuran hasil motivasi sebelum pembelajran juga masuk dalam
kategori cukup. Perlakuan yang diberikan yaitu siswa diberi materi 2 x 45 menit
selama 4
pertemuan. Pertemuan
pertama membahas
tentang Penggambaran Diagram Rangkaian. Pertemuan kedua membahas tentang
Kontrol Langsung Silinder dan Kontrol Tidak Langsung Silinder. Pertemuan ketiga membahas tentang Fungsi Logika AND dan Fungsi
Logika OR. Pertemuan keempat membahas tentang Pengaturan Kecepatan Silinder. Kegiatan pemberian materi ini menggunakan media
software fluidsim. Dalam kegiatan pembelajaran, guru melakukan proses kegiatan belajar mengajar menggunakan modul dan media software
fluidsim. Setelah diberi perlakuan, hasil belajar siswa sebagai subyek penelitian diukur menggunakan instrumen yang sama pada saat pre test.
Berdasrkan Tabel 7 dan Gambar 5 dihalaman 51 dan 52 diperoleh informasi bahwa secara umum skor hasil post test siswa mempunyai
kecenderungan dalam kategori baik. Skor hasil post test tersebut mengalami peningkatkan dibandingkan skor hasil pre test yang memiliki
kecenderungan dalam kategori gagal, begitu pula dengan hasil pengukuran motivasi sesudah pembelajaran juga mengalami peningkatan.
Jadi dapat disimpulkan setelah diberi perlakuan, hasil belajar siswa dan motivasi mengalami peningkatan yang signifikan.
2. Implementasi Model Pembelajaran Konvensional dalam Proses
Pembelajaran Pneumatik.
Berdasarkan Tabel 6 dan Gambar 4 dihalaman 49 dan 50 diperoleh informasi bahwa secara umum skor hasil pre test siswa mempunyai
kecenderungan dalam kategori kurang. Hal ini disebabkan siswa belum mendapatkan perlakuan apapun mengenai materi pneumatik. Siswa juga
belum mendapatkan materi - materi yang merupakan komponen dari instrumen yang di pre test kan. Hasil pengukuran motivasi sebelum
pembelajaran, secra umum masuk dalam kategori sedang. Perlakuan yang diberikan yaitu siswa diberi materi 2 x 45 menit
selama empat pertemuan dengan pokok bahasan pada pertemuan pertama membahas tentang Penggambaran Diagram Rangkaian. Pertemuan kedua
membahas tentang Kontrol Langsung Silinder dan Kontrol Tidak
Langsung Silinder. Pertemuan ketiga membahas tentang Fungsi Logika AND dan Fungsi Logika OR. Pertemuan keempat membahas tentang
Pengaturan Kecepatan Silinder. Kegiatan pemberian materi ini menggunakan model pembelajaran konvensional. Dalam kegiatan
pembelajaran, guru hanya menggunakan modul sebagai aeuan. Setelah diberi perlakuan, hasil belajar siswa sebagai subjek
penelitian diukur menggunakan instrumen yang sama pada saat pre test. Berdasarkan Tabel 8 dan Gambar 6 dihalaman 52 dan 53 diperoleh
informasi bahwa secara umum skor hasil post test siswa mempunyai kecenderungan dalam kategori cukup. Berdasarkan Tabel 11 dan gambar
8 diperoleh informasi bahwa secara umum skor motivasi masuk dalam kategori baik. Skor hasil post test tersebut mengalami peningkatkan
dibandingkan skor hasil pre test yang memiliki kecenderungan dalam kategori kurang. Skor motivasi juga mengalami peningkatan tetapi hanya
sedikit. Jadi dapat disimpulkan setelah diberi perlakuan, hasil belajar siswa dan skor motivasi mengalami peningkatan.
3. Peranan motivasi terhadap hasil belajar siswa dalam penggunaan