Sarana dan Prasarana Komponen Kelompok Bermain

32 c Administrasi Kegiatan Kemendiknas 2011: 41 – 42, buku administrasi kegiatan untuk pengelolaan Kelompok Bermain, meliputi: 1 buku rencana program pembelajaran tahunan, bulanan, mingguan, dan harian; 2 jadwal kegiatan pembelajaran; 3 buku laporan perkembangan anak; 4 buku komunikasipenghubung antara pendidik dan orangtua.

f. Pembiayaan

Kemendiknas 2011: 38 – 39, pembiayaan dalam Kelompok Bermain mencakup: 1 biaya investasi, dipergunakan untuk pengadaan sarana prasarana, pengembangan SDM, dan modal kerja tetap; 2 biaya operasional, digunakan untuk gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta tunjangan yang melekat, bahan atau peralatan pendidikan habis pakai dan biaya operasional pendidikan tak langsung; 3 biaya personal, meliputi biaya pendidikan yang dikeluarkan oleh peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Martuti 2009: 59, sumber dana Kelompok Bermain dapat berasal dari swadaya masyarakat, orangtua, pemerintah maupun organisasi nonpemerintah. Operasional kegiatan yang memerlukan pendanaan di antaranya: 1 penyediaan sarana bermain; 2 administrasi kelompok; 3 kegiatan pembelajaran meliputi dana pembelian bahan ajar, konsumsi anak, dan lain-lain; 4 peningkatan kompetensi pendidik dan insentif kader.

g. Proses Pembelajaran

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik 33 dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistemik dan disengaja untuk menciptakan kondisi- kondisi agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu peserta didik dan pendidik yang melakukan kegiatan pembelajaran. Dewi Salma Prawiradilaga 2007: 19, menyatakan bahwa, “pembelajaran diartikan sebagai kegiatan belajar mengajar konvensional di mana pendidik dan peserta didik langsung berinteraksi”. Dari definisi tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran adalah suatu sistem yang terdiri atas tujuan pembelajaran, kajian isi atau materi ajar, strategi pembelajaran metode, media, waktu, sistem penyampaian, serta asesmen belajar. Martuti 2009: 77, model pembelajaran di Kelompok Bermain menggunakan pendekatan BCCT Beyond Centers and Circle Time yang dipopulerkan Maria Montessori 1870 – 1952. Montessori 2008: 11, ahli pendidikan anak tingkat dunia menyatakan, setiap reformasi pendidikan harus didasarkan pada kepribadian manusia. Manusia itu sendiri harus menjadi pusat pendidikan dan kita jangan pernah lupa bahwa manusia tidak hanya berkembang melalui universitas, namun memulai perkembangan mentalnya sejak lahir, dan mewujudkannya dengan intensitas terbesar sepanjang usia tiga tahun pertama kehidupannya. Untuk masa perkembangan inilah, melebihi masa-masa yang lain, tugas pemberian kepedulian yang aktif wajib dilakukan. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran BCCT merupakan pijakan pengalaman main yang dilakukan berdasarkan perkembangan anak, yaitu: 34 1 Pijakan Lingkungan Main Kemendiknas 2011: 29 – 30, sebelum anak didik datang, pendidik menyiapkan tempat yang memungkingkan anak dapat bermain dan bergerak dengan aman dan nyaman. Penataan lingkungan main berhasil apabila: a anak dapat membuat pilihan kegiatan sendiri; b anak dapat menggunakan bahan dan alat main secara tepat; c anak bersemangat saat bermain; d anak dapat bertahan lama saat main; e anak merasakan berhasil dengan kegiatan; f anak peduli dengan bahan-bahan dan alat yang telah dimainkan. Yuliani Nurani Sujiono 2009: 218, pijakan lingkungan main, meliputi: mengelola awal lingkungan main dengan bahan-bahan yang cukup tiga tempat main untuk setiap anak, merencanakan intensitas dan densitas pengalaman, memiliki berbagai bahan yang mendukung pengalaman keaksaraan, menata kesempatan main untuk mendukung hubungan sosial yang positif. Pijakan lingkungan main adalah kegiatan mengelola lingkungan main dengan bahan-bahan yang cukup, merencanakan intensitas dan densitas pengalaman, memiliki berbagai bahan yang mendukung tiga jenis main, sensorimotor, pembangunan dan main peran, memiliki berbagai bahan yang mendukung pengalaman keaksaraan, menata kesempatan main untuk mendukung hubungan sosial. 2 Pijakan Pengalaman Sebelum Main Kemendiknas 2011: 31 – 32, memasuki sentra yang dipilih anak-anak, pendidik menyambut dengan memberikan pijakan pengalaman sebelum main sekitar 15 menit, yaitu: a pendidik dan anak duduk melingkar kemudian pendidik 35 memberi salam dan menanyakan kabar anak-anak; b pendidik meminta anak- anak untuk memperhatikan siapa saja yang hadir hari ini mengabsen; c berdoa bersama; d pendidik menyampaikan tema dan dikaitkan dengan kehidupan anak; e pendidik bercerita terkait dengan tema dan alat mainan yang disediakan; f pendidik menyampaikan bagaimana aturan main, memilih teman main, memilih mainan, cara menggunakan alat mainan, kapan memulai dan mengakhiri bermain dan cara merapikan kembali alat mainan yang sudah dimainkan; g mempersilakan anak untuk mulai bermain. Yuliani Nurani Sujiono 2009: 218, pijakan pengalaman sebelum main, meliputi: membaca buku yang berkaitan dengan pengalaman atau mengundang narasumber, menggabungkan kosa kata baru dan menunjukkan konsep yang mendukung standar kinerja, memberikan gagasan bagaimana menggunakan bahan-bahan, mendiskusikan aturan dan harapan untuk pengalaman main, menjelaskan rangkaian waktu main, mengelola anak untuk keberhasilan hubungan sosial, dan menerapkan urutan transisi main. Pijakan pengalaman sebelum main adalah pendidik dan peserta didik duduk melingkar, pendidik menyampaikan tema, pendidik membacakan buku yang terkait dengan tema, pendidik mengaitkan isi cerita dengan kegiatan main, pendidik mengenalkan semua tempat dan alat main, mendiskusikan aturan dan harapan untuk pengalaman main, menjelaskan rangkaian waktu main, mengelola anak untuk keberhasilan hubungan sosial, dan merancang serta menerapkan urutan transisi main.