Interaksi Sosial Tokoh Utama dalam novel Cerita Calon Arang

IV INTERAKSI DAN KONFLIK SOSIAL TOKOH UTAMA DALAM NOVEL CERITA CALON ARANG KARYA: PRAMOEDYA ANANTA TOER

4.1 Interaksi Sosial Tokoh Utama dalam novel Cerita Calon Arang

Priyatna 2013: 70 menyatakan bahwa interaksi adalah suatu jenis tindakan atau aksi yang terjadi sewaktu dua atau lebih objek mempengaruhi atau memiliki efek satu sama lain. Ide efek dua arah ini penting dalam konsep interaksi, sehingga ada lawan dari hubungan satu arah yang terjadi pada sebab akibat. Priyatna 2013: 70 menjelaskan bahwa interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang dinamis antara individu dan individu, antara individu dan kelompok, atau antara kelompok dengan kelompok, baik dalam bentuk kerjasama, persaingan atau pertikaian. Interaksi sosial melibatkan proses-proses sosial yang bermacam-macam yang menyusun unsur-unsur dari masyarakat, yaitu proses tingkah laku yang dikaitkan dengan struktur sosial. Setiadi 2011: 95 mengatakan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antarindividu dalam kehidupan sosial. Adapun manusia sebagai insan individu yang masing-masing memiliki karakter dan kepribadian yang berbeda-beda. Interaksi sosial secara umum ada tiga, yaitu: 1. Kerja sama 2. Persaingan 3. Pertentanganpertikaian Priyatna 2013: 70 menerangkan bahwa interaksi sosial ada dua yaitu yang besifat asosiatif yaitu yang mengarah kedalam bentuk kerjasama. Interaksi sosial yang bersifat disosiatif yang mengarah kedalam bentuk perlawanan. Universitas Sumatera Utara Bentuk-bentuk interaksi sosial yang terdapat didalam novel Cerita Calon Arang yaitu: 4.1.1. Kerja sama Soekanto 2006: 65 mengatakan bahwa kooperasi atau kerja sama merupakan perwujudan minat dan perhatian orang untuk bekerja bersama-sama dalam suatu kesepahaman, sekalipun motifnya sering dan bisa tertuju kepada kepentingan diri sendiri. 4.1.1.1 Kerja sama Calon Arang dengan murid-muridnya untuk memuja kedatangan Dewi Durga Kerja sama Calon Arang dengan murid-murid terkemukanya yaitu, Weksirsa, Mahisa, Wadana, Lendesi, Larung, Guyung dan Gandi secara bersama-sama di dalam Candi Durga memuja Dewi Durga dengan mengucapkan segala mantra supaya Dewi Durga datang. Setelah niatnya pasti, dipanggillah semua muridnya. Diantaranya murid-muridnya yang terkemuka ialah Weksirsa, Mahisa, Wadana, Lendesi, Larung, Guyung, dan Gandi. Semua murid-muridnya menyetujui maksudnya. Tanpa banyak pertimbangan berangkatlah mereka ke Candi Durga. Durga yang juga disebut Bagawati adalah dewi yang menghendaki kerusakan. Di dalam candi inilah Calon Arang memuja dewinya. Diucapkan segala mantra dan maksudnya hendak membunuh orang banyak-banyak. Api pedupaan pun mengepul-ngepulkan asap. Bau ratus dan pandanwangi semerbak memenuhi ruangan candi. Lama Calon Arang memujanya. Murid-muridnya mengikuti memuja. Berdengung-dengunglah bunyi puja mereka. Sambil memuja, murid-murid itu menandak dan menari-nari. Seperti kawanan orang gila saja nampaknya. Dalam menari-nari itu mereka melangkah berputar-putar. Tidak karuan tariannya, yang satu tidak sama dengan yang lain. Seorang menjelir-jelirkan lidah seperti ular. Seorang yang lain mendelik-delik menakutkan. Sedangkan, yang lain lagi miring-miring dan kakinya dipendekkan. Macam-macamlah. Universitas Sumatera Utara Tidak lama kemudian datanglah dewi yang mereka puja itu. Dewi Durga Semua yang ada di candi berjongkok. Kemudian kepala mereka ditundukkan hingga ke tanah. Melalui asap pedupaan itulah Dewi Durga datang. Kian lama kian nyata rupanya. Ia adalah dewi yang luar biasa cantik dan bagusnya. Tidak sedikit pun ada cacat pada tubuhnya. Tenang kembali keadaan candi itu. halaman 15. 4.1.1.2 Kerja sama Calon Arang dengan Dewi Durga untuk membuat penyakit Kerja sama Calon Arang dengan Dewi Durga untuk membuat penyakit besar- besaran. Calon Arang dengan Dewi Durga mendatangkan penyakit kepada warga Kediri. Dewi Durga adalah dewi yang menghendaki kerusakan. “Calon Arang anakku, “ kata Sang Dewi,” apakah maksudmu memanggil daku?” Sekali lagi Calon Arang menyembah. Kemudian menjawab: “Izinkanlah hambamu memohon kasih dari paduka Dewi.” “Katakan maksudmu, anakku.” “Ya, paduka Dewi, berilah hamba izin untuk membangkitkan penyakit buat menumpas orang banyak-banyak.” “Itulah maksudmu, anakku?” kata Dewi Durga. “Demikianlah, paduka Dewi,” ujar Calon Arang. “Jangan kau kuatirkan sesuatu apapun. Aku izinkan engkau membangkitkan penyakit dan banyak sekali orang akan mati karenanya.” Bukan main girangnya hati Calon Arang. Serentak murid-muridnya bangkit berlutut dan kembali melompat-lompat, menari dan menandak-nandak. “Tetapi, anakku,” kata Sang Dewi lagi. “Tidak kuijinkan engkau meratakan penyakit hingga ke dalam ibukota. Engkau boleh membunuh orang di luar ibukota saja”. Universitas Sumatera Utara “Terimakasih, paduka Dewi,” sambung Calon Arang. Turut menyembah lagi. Waktu mereka mengangkat kepala masing-masing dan memandangi pedupaan, Dewi Durga sudah tidak ada. Dewi yang mereka puja telah menghilang. Bukan main girangnya hati perempuan itu bersama murid-muridnya. Mereka pulanglah ke desa Girah. halaman 15-16. 4.1.1.3 Kerja sama Calon Arang dengan murid-muridnya untuk menyakiti warga Kediri Kerja sama Calon Arang dengan murid-muridnya untuk menyakiti warga kediri yaitu mereka mencelakakan seorang anak, namun bukan malah berniat mengobati malahan mereka tertawa-tawa senang melihat anak celaka itu. Pada suatu hari anak kepala dusun bermain-main di depan rumah. Tidak dilihatnya bahwa seorang murid Calon Arang lewat. Karena asyik bermain tidak tahulah ia bahwa ia sudah menumbuk murid Calon Arang itu. Dalam hari itu juga hilanglah mata anak itu. Kakinya lumpuh dan rambut tidak mau tumbuh di kepalanya. Segera kepala kampung itu datang ke rumah Calon Arang untuk minta maaf atas kesalahan anaknya. Ia pun minta agar anaknya disembuhkan. Calon Arang dan beberapa orang muridnya datang ke rumah kepala dusun itu. Di sana mereka tidak mengobati anak yang celaka itu. Tidak. Mereka malah tertawa-tawa senang melihat anak celaka itu. Melihat hal itu menangislah kepala dusun itu laki-bini. Tetapi mereka tidak dapat berbuat apa-apa, karena mereka pun takut pada Calon Arang dan murid-muridnya. “Enak, ya? Enak, ya? Kata Calon Arang. “Tentu saja enaklah ia sekarang, Nyai” kata murid-muridnya. Laki-bini itu berdiam diri saja mendengar sindiran itu. Keduanya takut mendapat bencana lebih besar lagi. “Lihat, lihat, lakinya menangis,” kata Calon Arang. “Bininya juga menangis, Nyai,” sambung muridnya. Universitas Sumatera Utara Tiba-tiba, timbullah kemarahan kepala dusun itu. Dengan pikiran membuncah ia pun masuk ke dalam kamar. Dari sana diambilnya tombak yang bertuah. Kemudian, ia keluar dan berseru: “Hinakanlah kami, Calon Arang Hinakanlah kami” teriaknya. Tombaknya ditujukan pada perempuan tukang sihir itu. Calon Arang tertawa melihat kepala dusun itu. Tiba-tiba perempuan itu berteriak: “Bah” Kena hawa teriakan itu jadi kaku-kejanglah kepala dusun itu dan ia pun roboh ke tanah. Bininya terlompat dan merangkul suaminya. Tetapi, kepala dusun itu telah meninggal. Menangislah isteri yang malang itu tersedan-sedan. Calon Arang dan murid-muridnya tertawa kegirangan. “Tahu engkau siapa Calon Arang?” ejeknya pada bini kepala dusun itu. Perempuan itu tidak menjawab. “Bilangkan pada orang banyak, Calon Arang yang membuat segala ini.” Kemudian ia pun pulanglah ke rumahnya diiringkan murid-muridnya. Sejak terjadi penganiayaan itu tukang sihir itu semakin ditakuti. Orang tua dan anak- anak tidak ada yang berani menyebut-nyebutkan namanya, dan murid-muridnya kian merajalela. Halaman 26-27. 4.1.1.4 kerja sama Calon Arang dengan murid-muridnya untuk menghadapi pasukan balatentara Raja Erlangga Calon Arang dengan murid-muridnya pergi ke kuburan untuk merundingkan rencana apa yang harus mereka lakukan untuk menghadapi pasukan balatentara Raja Erlangga. Langsung janda itu menuju ke serambi. Murid-muridnya diperintahkannya supaya ikut. Karena takut, mereka semua ikut. Di depan sekali berjalan Weksirsa, kemudian Calon Arang dengan membawa kitab. Di belakang berjalanlah muridnya- muridnya yang terkemuka. Sampailah mereka di kuburan yang dituju. Seorang demi seorang duduklah di tanah berumput. Di sinilah tempat perundingan mereka. Calon Arang duduk di Universitas Sumatera Utara tengah-tengah bersandar pada pohon kayu yang besar lagi tua. Tumbuh-tumbuhan rambatan berjuluran dari cabang-cabang sampai ke tanah. Jarang benar orang datang ke kuburan itu. Selain gelap, juga menakutkan kelihatannya. Kuburan itu tidak terpelihara. Banyak ditumbuhi semak-semak dan ular berjalaran ke sana-kemari. Mereka duduk tenang-tenang dan masing-masing membuat rencana apa yang harus dikerjakan. Sekarang kejahatan mereka telah diketahui Baginda Raja, dan mereka tinggal di daerah yang diperintahkan Sri Baginda. Tentu Baginda Erlangga akan mendatangkan balatentaranya yang kuat untuk membinasakan mereka. Itulah yang dipikirkan, dan mereka merancang-rancang bagaimana harus menyelamatkan diri. halaman 40. “Apakah yang kanjeng Nyai pikirkan?” tanya Lendi. Calon Arang mengeluh lagi. Kemudian memandang muridnya seorang demi seorang. “Siapa punya rencana baik?” tanya tukang sihir itu. Lendi bertanya dengan hormatnya: “Bagaimanakah pikiran kanjeng Nyai?” “Itulah yang sedang kucari-cari.” “Sekarang peneluhan kita sudah diketahui oleh Raja,” kata si Lendi pula. “Dan balatentara Baginda besar, kuat, dan banyak. Semua kita tahu juga Sri Erlangga adalah seorang panglima yang telah menundukkan banyak negeri.” “Dan Sri Baginda Erlangga sangat dicintai rakyat,” karena ia selalu memikirkan kemakmuran dan keselamatan rakyatnya,” sambung Weksirsa. halaman 41. “Jadi, bagaimanakah putusan kanjeng Nyai?” tanya salah satu muridnya. Calon Arang tidak menjawab. Ia memikir sungguh-sungguh sekarang. “Kanjeng Nyai Ijinkanlah hamba mengemukakan pendapat.” “Katakan Katakan” kata Calon Arang. Semua yang hadir memandangi Lendi dan Lendi berkata lagi: “Lebih baik kita semua melarikan diri ke gunung yang masih diliputi hutan lebat. Semua orang tahu siapa kanjeng Nyai dan kami murid-muridnya. Semua orang akan tahu kemana saja kita pergi, kita terkenal, atau...?” Universitas Sumatera Utara “Atau apa?” tanya Calon Arang mendesak. “Atau kita pergi kepada seorang pendeta yang agung yang bisa mengembalikan kita semua ke jalan yang benar agar bisa idup baik dan tenang, tidak dibuat permainanan segala macam kejahatan seperti sekarang.” halaman 42. Namun Calon Arang dengan murid-muridnya tidak setuju dengan pendapat si Lendi, karena mereka bukanlah pengecut. Mereka semua terpaksa maju melawan serangan balatentara Raja Erlangga. “Lebih baik kita hadapi Raja itu dengan semua balatentaranya.” Ucap Larung “Bagaimana caranya kita melawan mereka?” tanya Lendi takut-takut “Bagaimana?” seru Larung dengan suara menghinakan. “Kita teluh semua penduduk ibukota, biar mati semua mereka. Biar raja dan semua rakyatnya kita tumpas pula. Apa salahnya? Kita teruskan saja pekerjaan ini.” “Bagaimana pikiran kalian?” tanya Calon Arang. “Setuju, kanjeng Nyai.” Semua menyeru setuju. “Karena semua muridnya setuju, bukan main girang Calon Arang. Ia pun ingin sekali meneluhi orang-orang di ibukota. Girang benarlah hatinya bila juga Raja bisa kena teluhnya halaman 43. 4.1.1.5 Kerja sama Calon Arang dengan Dewi Durga untuk membuat penyakit besar- besaran Kerja sama Calon Arang dengan Dewi Durga untuk membuat penyakit besar- besaran yaitu Calon Arang meminta bantuan kepada Dewi Durga untuk mendatangkan penyakit kepada warga Kediri. Dewi Durga adalah dewi yang menghendaki kerusakan. Asap pedupaan mengepul-ngepul di kaki arca itu sambil menucapkan berbagai mantra. Perlaan-lahan datanglah Sang Dewi melalui asap pedupaan. Universitas Sumatera Utara “hai, Calon Arang, anakku” kata Sang Dewi. “Engkau menyediakan sesaji. Apakah kehendakmu?” “Ampun, Dewi pujaan hamba. Izinkanlah hamba membuat penyakit besar- besaran. Biarlah penyakit itu sampai merambat ke dalam ibukota, bahkan ke dalam istana sekalipun. Paduka Sang Dewi telah tahu juga, bahwa Sang Baginda Erlangga sangat marah karena teluhan hamba. Sang Baginda pun telah menjatuhkan perintah untuk membunuh hamba. Karena itu sangat benar permohonan hamba ini dikabulkan hendaknya.” “Baiklah, anakku. Aku kabulkan permintaanmu itu. Tetap ingat, engkau harus hati-hati bertindak.” Sehabis bicara itu lenyaplah Dewi Durga, dan pulanglah Calon Arang bersama murid- muridnya ke desa Girah. halaman 46-47. 4.1.2 Persaingan Soekanto 2006: 81 mengatakan bahwa persaingan competition adalah suatu proses sosial, di mana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing, mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan. Hal-hal yang termasuk ke dalam bentuk persaingan yaitu: 4.1.2.1 Penolakan KBBI 2007:1204 penolakan adalah prosescara perbuatan menolak suatu hal yang tidak diinginkan. Penolakan Calon Arang terhadap Empu Baradah karena telah menghidupkan dia kembali. Sebelumnya Calon Arang kalah bertarung dengan Empu Baradah. Lama api itu membakar Sang Empu dan Calon Arang terus meniup sambil meraung-raung seperti singa. Api tambah besar, tetapi Empu Baradah tidak terbakar olehnya. Melihat Baradah tidak apa-apa bertambah murka tukang sihir itu. Giginya gemeletuk. Badannya membungkuk sampai kecil, kemudian ia melompat menerkam. Bulu tengkuknya berdiri seperti ayam sedang bersabung. Universitas Sumatera Utara “Keluarkan seluruh kepandaianmu,” kata Baradah. Api dari tubuh janda itu kian jadi besar, keluar-masuk bersama napasnya. Bunyi api keluar-masuk itu mengerikan seperti rumah kebakaran. Akhirnya Sang Maha Pendeta berkata dengan kepastian: “Hei...kau, Calon Arang mesti mati” Waktu itu juga matilah Calon Arang. Lenyap api yang keluar-masuk dari tubuhnya. Lenyap api yang besar seperti rumah terbakar itu. Sekarang Calon Arang telah tergolek di tanah. Tidak bergerak-gerak ia. Sang Maha Pendeta masih berdiri di tempatnya. Dipandanginya mayat itu diam-diam. Kemudian, ia berkata pada dirinya: “Ini tidak baik. Tidak ada gunanya kalau ia mati begitu saja sebelum jiwanya dibersihkan. Ini artinya pembunuhan.” Setelah berkata begitu, ditiupkannyalah mayat Calon Arang itu pelan-pelan. Segera Calon Arang bangun kembali. “Hai, Pendeta Lemah Tulis” teriak perempuan itu. “Untuk apa kau hidupkan aku lagi? Bukankah lebih baik aku mati?” “Mati adalah gampang Calon Arang, tetapi mati itu tidak berguna kalau tidak membawa kesucian. Baiklah kusucikan dulu jiwamu,” kata Empu Baradah. halaman 85-86. 4.1.2.2 Perlawanan KBBI 2007: 645 perlawanan adalah prosescara perbuatan melawan, mencega, menangkis, bertahan terhadap suatu hal yang tidak diinginkan. 4.1.2.2.1 Perlawanan Calon Arang terhadap Empu Baradah karena Empu Baradah tidak mau melenyapkan semua dosa Calon Arang. Universitas Sumatera Utara Calon Arang merendah-rendahkan diri supaya pendeta itu mau mensucikan dirinya. Tetapi, Empu Barada tetap menolak. Ia hanya mengeleng-gelengkan kepala. Tidak sudi ia meluluskan permintaan tukang sihir yang banyak dosa itu. Karena tetap ditolak, lupalah Calon Arang pada ketakutannya. Kemarahan timbul. Matanya melotot galak. Seluru tubuhnya menggetar. Bibirnya menjadi pucat karena kemarahan itu. Kedua tangannya menggigil. Mata merah. Kening berkerut menakutkan, sehingga alisnya yang kiri dan kanan bersambung menjadi satu. Napasnya sesak oleh kemarahannya itu. Dadanya turun-naik seperti pompa. Akhirnya kemarahannya memuncak. Dari mulut, kuping, dan matanya menyembur api keluar. “Apakah yang kau perbuat itu?” tanya Empu Baradah sambil tertawa. Calon Arang mendekat pada Empu Baradah, tetapi Sang Empu tidak mundur. “Hei...Baradah” teriak Calon Arang dengan suara ganas. “Engkau menolak permintaanku. Engkau tidak mau membuat diriku kembali jadi baik. Engkau tidak sudi melenyapkan semua dosaku. Mau apa tidak?” Empu Baradah menggelengkan kepala. “Kerjakan” perintah Calon Arang. “Jangan sampai kena teluhku. Engkau mau tahu siapa Calon Arang yang tidak tertandingi di seluruh alam ini? Inilah dia orangnya. Kerjakan perintahku, atau kubuat kau jadi barang tontonan yang paling hina.” Melihat Empu Baradah tidak mau melakukan perintah Calon Arang semakin marahlah ia. “Tidak mau? Kalau engkau kena angin tubuhku, hancur luluhlah engkau. ”Calon Arang berteriak-teriak keras. Sambungnya: “Calon Arang belum punya tandingan di seluruh dunia. Jangankan engkau, hai pendeta kurus. Kalau engkau kena tiupanku, barulah engkau tahu siapa aku. Pasti engkau terbakar jadi abu. Kalau engkau mau lihat buktinya, pandanglah pohon beringin itu. Kalau kena tiupanku, pasti dia hancur tersebar-sebar jadi abu. “ Universitas Sumatera Utara Setelah mengatakan begitu, Calon Arang segera meniup pohon beringin yang jauh dari tempatnya. Api besar tersembur dari mulutnya. Pohon beringin yang kena tiupannya itu terbang ke angkasa dan terbakar jadi api. Dalam sekejap mata saja lenyaplah pohon itu dari pemandangan. “Hei...Baradah kenal engkau sekarang siapa aku?” teriak perempuan itu “Perlihatkan seluruh kepandaianmu,” Empu Baradah berkata tenang. “Kurang ajar kau, pendeta kurus” “Ayo, perlihatkan segala kebiasannmu. Baradah ingin tahu,” ujar Empu itu dengan sangat tenangnya. Bertambah marah Calon Arang mendapat tantangan seperti itu. Dadanya kembang-kempis. Keringat bermanik-manik di kening dan menetes-netes di dadanya. Setelah dilihatnya Maha pendeta itu tidak gentar melihat kepandaiannya, segera ia meniup. Api besar menyembur dari mulut dan menggulung Sang Empu. Tetapi, Baradah tidak termakan api yang keluar dari mulutnya itu. Beliau tetap berdiri tenang ditempatnya. halaman 83-85. 4.1.2.3 Kekerasan KBBI 2007: 550 kekerasan adalah perbuatan seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain. Setiadi 2011: 384 mengartikan kekerasan sebagai sarana yang digunakan oleh pihak-pihak yang terlibat konflik kontestan konflik dalam memperjuangkan kepentingannya. 4.1.2.3.1 Kekerasan Calon Arang terhadap Empu Baradah. Bertambah marah Calon Arang mendapat tantangan seperti itu. Dadanya kembang-kempis. Keringat bermanik-manik di kening dan menetes-netes di dadanya. Setelah dilihatnya Maha pendeta itu tidak gentar melihat kepandaiannya, segera ia meniup. Api besar menyembur dari mulut dan menggulung Sang Empu. Tetapi, Universitas Sumatera Utara Baradah tidak termakan api yang keluar dari mulutnya itu. Beliau tetap berdiri tenang ditempatnya. Lama api itu membakar Sang Empu dan Calon Arang terus meniup sambil meraung seperti singa. Api tambah besar. Tambah besar. Tetapi Empu Baradah tidak terbakar olehnya. halaman 85. 4.1.2.4 MencercaMencela KBBI 2007:201 mencercaMencela adalah mengatakan sesuatu hal atau tindakan kritik atau tuduhan terhadap suatu pandangan, sikap, dan perilaku yang tidak sejalan menurut pandangan orang tertentu. 4.1.2.4.1 Calon Arang mencerca keluarga kepala dusun. Pada suatu hari anak kepala dusun bermain-main di depan rumah. Tidak dilihatnya bahwa seorang murid Calon Arang lewat. Karena asyik bermain tidak tahulah ia bahwa ia sudah menumbuk murid Calon Arang itu. Dalam hari itu juga hilanglah mata anak itu. Kakinya lumpuh dan rambut tidak mau tumbuh di kepalanya. Segera kepala kampung itu datang ke rumah Calon Arang untuk minta maaf atas kesalahan anaknya. Ia pun minta agar anaknya disembuhkan. Calon Arang dan beberapa orang muridnya datang ke rumah kepala dusun itu. Di sana mereka tidak mengobati anak yang celaka itu. Tidak. Mereka malah tertawa- tawa senang melihat anak itu celaka. Melihat hal itu menangislah kepala dusun itu laki-bini, tetapi mereka tidak dapat berbuat apa-apa karena mereka takut pada Calon Arang dan murid-muridnya. “Enak, ya? Enak, ya?” kata Calon Arang. “Tentu saja enaklah ia sekarang, Nyai” kata murid-muridnya. Laki-bini itu berdiam diri saja mendengar sindiran itu. Keduanya takut mendapat bencana lebih besar lagi. “Lihat, lihat, lakinya menangis,” kata Calon Arang. Universitas Sumatera Utara “Bininya juga menangis, Nyai” sambung muridnya. Calon Arang dan murid-muridnya tertawa kegirangan. “Tahu engkau siapa Calon Arang?” ejeknya pada bini kepala dusun itu halaman 26-28. 4.1.2.4.2 Calon Arang mencerca muridnya yang ketakutan akan serangan pasukan Sri Baginda Erlangga. “Lebih baik kita semua melarikan diri ke gunung yang masih diliputi hutan lebat. Semua orang tahu siapa kanjeng Nyai dan kami murid-muridnya. Semua orang akan tahu kemana saja kita pergi, kita terkenal. Atau...?” “Atau apa?” tanya Calon Arang mendesak. “Atau kita pergi saja kepada pendeta agung yang bisa mengembalikan kita semua ke jalan yang benar agar bisa hidup baik dan tenang, tidak dibuat permainan segala macam kejahatan seperti sekarang.” “Calon Arang tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan si Lendi itu. “Penakut Penakut” serunya menghinakan si Lendi halaman 42. 4.1.2.4.3 Calon Arang mencerca Empu Baradah, karena Empu Baradah tidak mau melenyapkan dosa-dosa Calon Arang. “Hei...Baradah” teriak Calon Arang dengan suara ganas. “Engkau menolak permintaanku. Engkau tidak mau membuat diriku kembali jadi baik. Engkau tidak sudi melenyapkan semua dosaku. Mau apa tidak?” Empu Baradah menggelengkan kepala. “Kerjakan” perintah Calon Arang. “Jangan sampai kena teluhku. Engkau mau tahu siapa Calon Arang yang tidak tertandingi di seluruh alam ini? Inilah dia orangnya. Kerjakan perintahku, atau kubuat kau jadi barang tontonan yang paling hina.” Universitas Sumatera Utara Melihat Empu Baradah tidak mau melakukan perintah Calon Arang semakin marahlah ia. “Tidak mau? Kalau engkau kena angin tubuhku, hancur luluhlah engkau. ”Calon Arang berteriak-teriak keras. Sambungnya: “Calon Arang belum punya tandingan di seluruh dunia. Jangankan engkau, hai pendeta kurus. Kalau engkau kena tiupanku, barulah engkau tahu siapa aku. Pasti engkau terbakar jadi abu. Kalau engkau mau lihat buktinya, pandanglah pohon beringin itu. Kalau kena tiupanku, pasti dia hancur tersebar-sebar jadi abu. “ Setelah mengatakan begitu, Calon Arang segera meniup pohon beringin yang jauh dari tempatnya. Api besar tersembur dari mulutnya. Pohon beringin yang kena tiupannya itu terbang ke angkasa dan terbakar jadi api. Dalam sekejap mata saja lenyaplah pohon itu dari pemandangan. “Hei...Baradah kenal engkau sekarang siapa aku?” teriak perempuan itu “Perlihatkan seluruh kepandaianmu,” Empu Baradah berkata tenang. “Kurang ajar kau, pendeta kurus” halaman 84. 4.1.3 PertentanganPertikaian KBBI 2007: 1190 pertikaian adalah hal yang menyangkut perselisihan atau pertentangan, pertengkaran, percekcokan antara satu orang dengan orang yang lain. Priyatna 2013: 85 mengatakan bahwa pertentangan adalah keadaan yang membuat salah satu pihak merintangi atau menjadi penghalang bagi individu atau kelompok dalam melakukan kegiatan-kegiatan tertentu. 4.1.3.1 Persaingan antara Calon Arang dengan Sri Baginda Erlangga. Calon Arang ingin menghancurkan rakyat Sri Baginda Erlangga, namun Sri Baginda Erlangga ingin tetap melindungi rakyatnya. Calon Arang menyakiti satu keluarga kepala dusun disebabkan pada saat anak kepala dusun bermain-main di depan rumahnya, tidak dilihatnya bahwa seorang murid Calon Arang lewat. Karena asyik bermain tidak tahulah ia bahwa ia sudah menumbuk murid Calon Arang itu. Dalam hari itu juga hilanglah mata anak itu. Kakinya lumpuh Universitas Sumatera Utara dan rambut tidak mau tumbuh di kepalanya. Segera kepala kampung itu datang ke rumah Calon Arang untuk minta maaf atas kesalahan anaknya. Ia pun minta agar anaknya disembuhkan. Calon Arang dan beberapa orang muridnya datang ke rumah kepala dusun itu. Di sana mereka tidak mengobati anak yang celaka itu. Tidak. Mereka malah tertawa- tawa senang melihat anak itu celaka. Melihat hal itu menangislah kepala dusun itu laki-bini, tetapi mereka tidak dapat berbuat apa-apa karena mereka takut pada Calon Arang dan murid-muridnya. “Enak, ya? Enak, ya?” kata Calon Arang. “Tentu saja enaklah ia sekarang, Nyai” kata murid-muridnya. Laki-bini itu berdiam diri saja mendengar sindiran itu. Keduanya takut mendapat bencana lebih besar lagi. “Lihat, lihat, lakinya menangis,” kata Calon Arang. “Bininya juga menangis, Nyai” sambung muridnya. Calon Arang dan murid-muridnya tertawa kegirangan. “Tahu engkau siapa Calon Arang?” ejeknya pada bini kepala dusun itu. Perempuan itu tidak menjawab. “Bilangkan pada orang banyak, Calon Arang yang membuat segala ini.” Kemudian, pulanglah Calon Arang ke rumahnya diiringkan murid-muridnya setelah menyakiti satu keluargu kepala dusun itu. Halaman 26-28. 4.1.3.2 Pertikaian Calon Arang dengan Sri Baginda Erlangga. Sri Baginda Erlangga mengkehendaki agar Calon Arang jangan mengganggu rakyatnya. Sementara, Calon Arang ingin membunuh semua rakyat Sri Baginda Erlangga karena, telah menghina putrinya. Universitas Sumatera Utara Berita tentang meluasnya teluh Calon Arang telah dilaporkan pada Sri Baginda Erlangga. Bukan main sedih Sri Baginda mendengar penderitaan yang harus ditanggung rakyatnya itu. Pada suatu hari dipanggilnya semua menteri menghadap. Selain para menteri menghadap juga pendeta-pendeta dan para johan pahlawan yang mengepalai pasukan-pasukan tentara Daha. “Ampun Baginda,” sembahnya. “Patik menghaturkan periksa, bahwa janda dari Girahlah yang menerbitkan segala keonaran dan bencana ini. Ia memohon tuah dari Dewi Durga untuk menumpas orang banyak-banyak karena hendak membalas dendam.” “Siapa nama janda itu?” tanya Sri Baginda. “Calon Arang tuanku,” jawab perdana menteri. “Apa yang didendamkan?” “semua orang, karena tidak ada yang mau memperistri anak tunggalnya Ratna Manggali.” “Itu bukan alasan untuk membunuh begitu banyak orang. Sedangkan, membunuh seorang saja ada hukumannya, apalagi ribuan, bahkan puluhan ribu.” “Penyakit ini harus dilenyapkan. Kalau tidak bisa, setidak-tidaknya harus dibatasi. Kirimkan balatentara ke dusun Girah. Tangkap Calon Arang. Kalau melawan, bunuh dia bersama murid-muridnya.” halaman 31-32. 4.1.3.3 Pertikaian balatentara Sri Baginda Erlangga dalam menangkap Calon Arang. Prajurit Sri Baginda Erlangga menjambak rambut Calon Arang dan dua prajurit lainnya mengacungkan pedang terhunus di atas tubuh Calon Arang. “Kita tangkap dia sekarang?” tanya kepala pasukan. “Sebaiknya sekarang saja. Murid-muridnya tidak ada yang mengetahui. Mereka tidak dapat menolong sedikitpun jua.” Prajurit-prajurit itu pun mendekatlah. Cepat kepala pasukan menjambak rambut tukang sihir itu. Dua orang pembantunya mengacungkan pedang terhunus di atas tubuh Calon Arang. Universitas Sumatera Utara Apakah yang terjadi kemudian? Tangan ketiga prajurit itu sekaligus menjadi kaku kejang kena teluh Calon Arang. Tukang sihir itu pun bangunlah dari tidurnya. Melihat ketiga prajurit itu meluaplah amarahnya. Matanya merah. Sebentar kemudian menyemburkan api dari matanya itu. Juga hidung, kuping dan mulutnya merah padam mengeluarkan api yang menjilat-jilat. Terbakarlah ketiga prajurit itu. Terbakar sampai hangus dan mati di situ juga. halaman 34. 4.1.3.2.1 Ancaman KBBI 2007:45 ancaman adalah suatu hal atau tindakan menyatakan maksud dengan tujuan melakukan sesuatu yang merugikan, menyulitkan, menyusahkan, atau mencelakakan pihak lain. 4.1.3.2.1.1 Ancaman Calon Arang terhadap Empu Baradah karena Empu Baradah tidak mau melenyapkan semua dosa Calon Arang. “Kerjakan” perintah Calon Arang. “Jangan sampai terkena teluhku. Engkau mau tahu siapa Calon Arang yang tidak tertandingi di seluruh alam ini? Inilah dia orangnya. Kerjakan perintahku, atau kubuat kau jadi barang tontonan yang paling hina.” halaman 84. 4.1.3.2.1.2 Ancaman Calon Arang karena Empu Baradah tetap tidak mau menghapuskan dosa Calon Arang. “Tidak mau? Kalau engkau kena angin tubuhku, hancur luluhlah engkau. ”Calon Arang berteriak-teriak keras. Sambungnya: “Calon Arang belum punya tandingan di seluruh dunia. Jangankan engkau, hai pendeta kurus. Kalau engkau kena tiupanku, barulah engkau tahu siapa aku. Pasti engkau terbakar jadi abu. Kalau engkau mau lihat buktinya, pandanglah pohon beringin itu. Kalau kena tiupanku, pasti dia hancur tersebar-sebar jadi abu. “ halaman 84. Universitas Sumatera Utara

4.2. Konflik Sosial Tokoh Utama dalam novel Cerita Calon Arang