BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA
2.1 Konsep 2.1.1 Interaksi Sosial
Priyatna 2013: 70 menyatakan bahwa interaksi adalah suatu jenis tindakan atau aksi yang terjadi sewaktu dua atau lebih objek mempengaruhi atau memiliki efek satu
sama lain. Ide efek dua arah ini penting dalam konsep interaksi, sehingga ada lawan dari hubungan satu arah yang terjadi pada sebab akibat.
Priyatna 2013: 70 menjelaskan bahwa interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang dinamis antara individu dan individu, antara individu dan kelompok, atau
antara kelompok dengan kelompok, baik dalam bentuk kerjasama, persaingan atau pertikaian. Interaksi sosial melibatkan proses-proses sosial yang bermacam-macam
yang menyusun unsur-unsur dari masyarakat, yaitu proses tingkah laku yang dikaitkan dengan struktur sosial.
Soekanto 2006: 64 mendefinisikan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-
perorangan, bukan manusia dengan benda mati. Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai. Saling menyapa, menegur, berjabat tangan, saling berbicara, berbahasa
isyarat bahkan hingga berkelahi juga termasuk didalam interaksi sosial. Selama ada aksi dan reaksi antara kedua belah pihak maka, hal tersebut sudah dikatakan interaksi
sosial. Saat seseorang memukul benda mati, itu tidak termasuk dalam interaksi sosial karena, tidak adanya reaksi balasan dari benda mati tersebut. Interaksi sosial terjadi
apabila adanya komunikasi, tukar-menukar tanda atau formasi lisan. Ratna 2003: 126 mengatakan bahwa komunikasi mengandaikan terciptanya
mediasi dan respons-respons sosial secara terus-menerus, artinya, selalu terjadi substitusi interaksi sosial ke dalam pola-pola perilaku yang relatif lama, ke dalam
institusi, yang pada dasarnya mengarah pada stabilitas struktur sosial. Meskipun demikian, kehidupan sosial tidak perlu diartikan sebagai stagnasi, sebab interaksi
Universitas Sumatera Utara
sosial tidak pernah berhenti. Proses interaksi adalah proses pemberian makna, baik secara positif maupun negatif, baik dengan tujuan konstruktif maupun dekstruktif.
Interaksi sosial menghasilkan tindakan sosial. Weber 2006: 67 mengatakan bahwa tindakan- tindakan yang kurang “rasional” oleh Weber digolongkan kaitannya
dengan pencarian “tujuan-tujuan absolut”, sebagai “tradisional”. Karena tujuan absolut dipandang oleh sosiolog sebagai data yang “terberi” given, maka sebuah
tindakan bisa menjadi rasional dengan mengacu pada sarana yang digunakan tetapi, “irasional” dikaitkan dengan tujuan yang hendak dicapai.
Setiadi 2011: 61-62 memaparkan bahwa proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat jika individu dan kelompok sosial saling bertemu dan
menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang telah
ada. Proses sosial dapat diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara pelbagai segi kehidupan bersama atau didalam kehidupan sosial.
Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial, karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial sebagai
faktor utama dalam kehidupan sosial. Menurut Gillin dan Gillin dalam Soekanto 2006: 64-65 ada dua macam
proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial yaitu: 1.
Proses yang asosiatif akomodasi, asimilasi dan akulturasi. 2.
Proses yang disosiatif persaingan, pertentangan. Bentuk-bentuk interaksi sosial adalah kerja sama, persaingan, akomodasi dan
dapat juga berbentuk konflik. Narwoko 2010: 57 mengatakan bahwa proses sosial adalah setiap interaksi
sosial yang berlangsung dalam suatu jangka waktu, sedemikian rupa hingga menunjukkan pola-pola pengulangan hubungan perilaku dalam kehidupan masyarakat.
Secara garis besar, proses sosial bisa dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu proses sosial yang asosiatif, dan proses sosial yang disosiatif.
Universitas Sumatera Utara
Narwoko 2010: 57 menjelaskan bahwa proses sosial itu dapat disebut asosiatif apabila proses itu mengindikasikan adanya “gerak pendekatan atau
penyatuan”. Menurut Gillin, ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat
adanya interaksi sosial, yaitu proses asosiatif dan disoiatif. Proses asosiatif merupakan proses menuju terbentuknya persatuan sosial. Proses disoiatif merupakan proses
mengarah pada perpecahan atau disintegrasi sosial.
1. Bentuk-bentuk interaksi sosial yang asosiatif:
Proses Asosiatif Soekanto 2012: 64. a.
Kooperasi Kerja sama Cooperation Soekanto 2012: 64 mengatakan bahwa kerja sama atau kooperasi merupakan
perwujudan minat dan perhatian orang untuk bekerja bersama-sama dalam suatu kesepahaman, sekalipun motifnya sering dan bisa tertuju kepada kepentingan diri
sendiri.
Beberapa sosiolog menganggap bahwa kerja sama merupakan bentuk interaksi sosial yang pokok. Sosiolog lain menganggap bahwa kerja sama merupakan proses
utama. Golongan terakhir tersebut memahamkan kerja sama untuk menggambarkan sebagian besar bentuk-bentuk interaksi sosial atas dasar bahwa segala macam bentuk
interaksi tersebut dapat dikembalikan kepada kerja sama. Kerja sama di sini dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok
manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.
b. Akomodasi Accomodation
Akomodasi menunjuk pada suatu keadaanpenyesuaian, berarti adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara orang-peorangan atau kelompok-kelompok
manusia dalam kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat. Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-
usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan.
Universitas Sumatera Utara
Narwoko 2010:59 mendefinisikan bahwa akomodasi adalah suatu proses ke arah tercapainya persepakatan sementara yang dapat diterima kedua belah pihak yang
tengah bersengketa. Akomodasi ini terjadi pada orang-orang atau kelompok-kelompok yang mau tak mau harus bekerja sama, sekalipun dalam kenyataannya mereka masing-
masing selalu memiliki paham yang berbeda dan bertentangan. Narwoko 2010: 60 menegaskan bahwa akomodasi jelas akan meredakan
konflik dan menggantikan proses sosial yang disosiatif ini dengan suatu interaksi yang sedikit banyak bersifat damai. Akomodasi akan meredakan pertentangan, dan sikap
yang lebih bersahabat mungkin saja timbul dari interaksi yang bersifat damai ini. Proses akomodasi memang berpengaruh besar pada sikap dan perilaku orang.
Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan, sehingga lawan tidak kehilangan
kepribadiannya.
C. Asimilasi Assimilation
Soekanto 2006: 80 menjelaskan bahwa asimilasi adalah proses sosial yang ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat
antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia yang meliputi usaha- usaha untuk mempertinggi kesatuan tindakan, sikap, dan proses mental dengan
memperhatikan tujuan dan kepentingan bersama.
D. AmalgamasiAkulturasi
Norma dalam Yusanti, 2010: 5 mengatakan bahwa amalgamasi merupakan proses peleburan kebudayaan, dari suatu kebudayaan tertentu yang menerima dan
mengolah unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian dari kebudayaan itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
2. Bentuk-bentuk interaksi sosial yang bersifat disosiatif:
Soekanto 2006: 81-91 menjelaskan bahwa interaksi sosial yang bersifat disosiatif sering disebut sebagai oppositional processes, persis halnya dengan kerja
sama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat, walaupun bentuk dan arahnya ditentukan oleh kebudayaan dan sistem sosial masyarakat yang bersangkutan.
Untuk kepentingan analisis ilmu pengetahuan, oposisi atau proses-proses yang disosiatif dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu :
a. Persaingan competition b. Kontravensi contravention
c. Pertentangan atau pertikaian conflict
a. Persaingan competition adalah suatu proses sosial, di mana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing, mencari keuntungan melalui bidang-
bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum baik perseorangan maupun kelompok manusia dengan cara menarik perhatian publik atau
dengan mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.
b. Kontravensi contravention pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian.
c. Pertentangan atau pertikaian conflict Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses sosial di mana individu atau
kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan.
2.1. 2 Konflik Sosial