BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel 3.1.1 Populasi
Populasi adalah sekelompok orang, benda atau hal yang menjadi sumber pengambilan sampel; suatu kumpulan yang memenuhi syarat tertentu yang berkaitan
dengan masalah penelitian KBBI, 2004: 889. Maka, populasi pada penelitian ini adalah surat kabar yang terbit setiap hari harian yaitu koran Analisa yang terbit sejak tanggal
01 Juli 2010 sampai dengan 31 Juli 2010.
3.1.2. Sampel
Sampel adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjukkan sifat suatu kelompok yang lebih besar, bagian kecil yang mewakili kelompok atau keseluruhan yang lebih
besar. Karena jumlah populasi di atas terlalu besar maka sampel yang digunakan populasi dalam peneliti ini dikhususkan pada rubrik tajuk rencana pada koran Analisa yang terbit
sejak tanggal 01 Juli 2010 sampai dengan 31 Juli 2010.
3.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki KBBI, 2002: 740. Data peneliti ini adalah
tulisan yang bersumber dari koran Analisa yang terbit setiap hari di Medan. Oleh karena itu, metode yang relevan dengan penelitian ini adalah metode simak atau peyimakan
Sudaryanto, 1993: 133. Metode simak adalah metode yang dilakukan dengan cara meyimak penggunaan bahasa. Dalam hal ini, penggunaan bahasa yang disimak adalah
penggunaan bahasa pada rubrik tajuk rencana koran Analisa yang terbit sejak tanggal 01
Universitas Sumatera Utara
Juli 2010 sampai dengan 31 Juli 2010. Metode ini kemudian dilanjutkan dengan mempergunakan teknik catat sebagi teknik dasar Sudaryanto, 1993: 13. Dalam hal ini,
penulis membaca dan memeriksa data-data yang diperlukan sehubungan dengan penganalisisan. Data yang diperoleh dicatat satu persatu sesuai permasalahan yang akan
dibahas. Kemudian seluruh data dikumpulkan dan dibahas kembali untuk menemukan kepaduan antar data dan selanjutnya diklasifikasikan sesuai urutan pembahasan yang
disesuaikan dengan kaidah EyD.
3.3 Metode dan Teknik Analisis Data
Metode yang digunakan untuk menganalisis adalah dengan menggunakan metode padan. Metode padan alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari
bahasa langue yang bersangkutan Sudaryanto, 1993: 13. Metode padan ini menggunakan teknik dasar dan teknik lanjutan. Dalam teknik dasar digunakan teknik
pilah unsur penentu dengan daya pilah sebagai pembeda larik tulisan, sedangkan dalam teknik lanjut digunakan teknik hubung banding menyamakan hal pokok HBSP. Karena
membandingkan berarti pula mencari kesamaan dan perbedaan yang ada di antara kedua hal yang dibandingkan maka dapatlah hubungan banding itu dijabarkan menjadi
hubungan perbedaan. Kerena tujuan terakhir ialah mencari kesamaan pokok di antara keduanya maka kelanjutannya kedua hubungan penyamaan dan pembedaan diikuti oleh
hubungan penyamaan pokok. Contoh:
- Mengoperasikan armada mereka diMedan dan sekitarnya… Contoh di atas, apabila dikaji dengan menggunakan teknik pilah unsur penentu, sebagai
teknik dasar, daya pilah sebagai pembeda larik tulis. Dalam pembedaan larik tulisan
Universitas Sumatera Utara
tersebut ada tulisan yang dipisahkan dan ada yang tidak dipisahkan. Setelah itu, dilanjutkan dengan teknik lanjutan, yaitu dengan teknik hubung banding menyamakan
hal pokok Teknik HBSP. Dengan mencari perbandingan atau dengan membandingkan kata tersebut dengan unsur data yang ditentukan yaitu Ejaan yang Disempurnakan EyD.
Dalam unsur data yang ditentukan yaitu Ejaan yang Disempurnakan EyD dikatakan bahwa kata depan di, ke, dari, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Maka
penulisan kata depan di dengan kata diMedan pada contoh di atas ditulis terpisah sehingga menjadi di Medan.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 KESALAHAN EJAAN PADA TAJUK RENCANA KORAN ANALISA
Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal kata ”kesalahan” dan ”kekeliruan” sebagai dua kata yang bersinonim, dua kata yang mempunyai makna yang kurang lebih
sama. Kekeliruan umumnya disebabkan oleh faktor peformasi kemampuan menguasai gramatikal satu bahasa secara abstrak. Keterbatasan dalam mengingat sesuatu atau
kelupaan menyebabkan kekeliruan dalam melafalkan bunyi bahasa, kata, urutan kata, tekanan kata atau kalimat, dan sebagainya. Kekeliruan ini bersifat acak, artinya dapat
terjadi pada setiap tataran linguistik. Kekeliruan biasanya dapat diperbaiki oleh para insan itu sendiri bila yang bersangkutan lebih mengawas diri, lebih sadar atau memusatkan
perhatian. Insan itu sendiri sebenarnya sudah mengetahui sistem linguistik bahasa yang digunakannya, namun karena sesuatu hal dia lupa akan sistem tersebut. Kelupaan ini
biasanya tidak lama karena itu pula, kekeliruan itu sendiri tidak bersifat lama. Sebaliknya, kesalahan disebabkan oleh faktor kompetensi kecakapan. Artinya,
insan itu memang belum mengetahui sistem linguistik bahasa yang digunakannya. Kesalahan biasanya terjadi secara konsisten, jadi secara sistematis kesalahan itu dapat
berlangsung lama apabila tidak diperbaiki. Tarigan, 1995: 75-76. Atas dasar rasional di atas, sesuai dengan tujuan khusus yang ingin dicapai oleh
penelitian ini adalah segala bentuk tutur tulisan resmi yang menyimpang dari kaidah tata penulisan dan penggunaan kata yang berlaku.
Universitas Sumatera Utara