Analisis Kesalahan EYD (Ejaan yang Disempurnakan) pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dann Akademik Kelas X Kurikulum 2013

(1)

PADA BUKU TEKS BAHASA INDONESIA EKSPRESI DIRI DAN

AKADEMIK KELAS X KURIKULUM 2013

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

oleh

Isma Rusan Farhani

NIM 1111013000007

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN (UNIVERSITAS ISLAM NEGERI) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

Rusan Farhani, NIM 1111013000007, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 22 Oktober 2015 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Jakarta, 26 Oktober 2015

Panitia Ujian Munaqosah

Ketua Panitia/Ketua Jurusan/Program Studi

Makyun Subuki, M.Hum

NIP. 19800305 200901 1 015 Sekertaris Jurusan/Program Studi

Dona Aji Karunia P., M.A

NIP. 19840409 2011 01 1 015 Penguji I

Ahmad Bahtiar, M.Hum

NIP. 19760118 200912 1 002

Penguji II

Dra. Hindun, M.Pd


(3)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

N a m a : Isma Rusan Farhani

Tempat/Tgl.Lahir : Bogor / 29 Desember 1993

NIM : 1111013000007

Jurusan / Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Judul Skripsi : Analisis Kesalahan EYD (Ejaan yang Disempurnakan) pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013

Dosen Pembimbing : Nuryati Djihadah, M.Pd., M.A

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Jakarta, 23 September 2015 Mahasisw Ybs.

Isma Rusan Farhani NIM.1111013000007


(4)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

Isma Rusan Farhani 1111013000007

Di Bawah Bimbingan

Nuryati Djihadah, M.A. M.Pd 196608291999032002

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN (UNIVERSITAS ISLAM NEGERI) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2015


(5)

ABSTRAK

Isma Rusan Farhani NIM: 1111013000007, Analisis Kesalahan EYD (Ejaan yang Disempurnakan) pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013.

Masalah yang akan diteliti dalam penelitian skripsi ini adalah tentang kesalahan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) dalam buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik kelas X Kurikulum 2013 yang digunakan di sekolah SMA Negeri 1 Parung Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan kesalahan EYD (Ejaan yang Disempurnakan) yang berfokus pada kesalahan penulisan huruf, kesalahan penulisan kata, dan kesalahan penggunaan tanda baca dalam buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik kelas X Kurikulum 2013 yang digunakan di sekolah SMA Negeri 1 Parung Bogor. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan teknik studi dokumentasi atau kajian kepustakaan (library search).

Berdasarkan hasil penelitan yang penulis lakukan pada buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik kelas X Kurikulum 2013 yang digunakan di SMA Negeri 1 Parung Bogor, masih terdapat kesalahan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik kelas X Kurikulum 2013, yang berfokus pada kesalahan penulisan huruf, kesalahan penulisan kata, dan kesalahan penggunaan tanda baca.


(6)

ABSTRAK

Isma Rusan Farhani NIM: 1111013000007, Analisis Kesalahan EYD (Ejaan yang Disempurnakan) pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013.

The issue will be examined this thesis research is whether there is an enhanced spelling (EYD) mistakes in Indonesian Text Book Self Expression and Academic class X 2013 Curriculum used in SMA Negeri 1 Parung Bogor. As for the purpose of this study is to describe the enhanced spelling (EYD) mistakes including error writing letters, words, and use of punctuation mistakes in the Indonesian Text Book Self Expression and Academic Curriculum class X 2013 used in SMA Negeri 1 Parung Bogor. As for the method used in this research is descriptive qualitative study with engineering documentation or studies library (library search).

Based on the results of the study that the author did in the Indonesian Text Book of Self Exspression and Academic class X 2013 Curriculum used in SMA Negeri 1 Parung Bogor, still contained an enhanced spelling (EYD) mistakes in Indonesian Text Book of Self Expression and X class academic curriculum including 2013, error writing letters, words, and use of punctuation errors.


(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji serta syukur ke hadirat Allah Subhanallah wa Ta‟ala. Atas segala karunia dan rahmat-Nya yang tak terhitung berupa kasih sayang, nikmat iman dan Islam, serta kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kesalahan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan)

pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad Sallallahu alaihi wassalam beserta keluarga, sahabat, serta para pengikutnya.

Penulis menyusun skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah. Penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar skripsi ini menjadi karya yang lebih baik lagi .

Proses penulisan skripsi ini tentu saja banyak menemui hambatan dan kendala. Semua itu tidak akan teratasi tanpa bantuan dan dukungan dari beberapa pihak baik secara Moril maupun Materil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melancarkan penyelesaian skripsi ini;

2. Makyun Subuki, M.Hum. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melancarkan penyelesaian skripsi ini;

3. Nuryati Djihadah, M.A., M.Pd Selaku dosen pembimbing yang telah memberikan ilmu dan bimbingan bagi penulis selama ini. Terima kasih atas semangat, arahan, dan kesabaran Ibu selama membimbing penulis;


(8)

4. Bapak dan Ibu dosen di lingkungan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

5. Seluruh keluarga besar SMAN 1 Parung yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian;

6. Orang tua, Drs. Rusdi AS dan Khoirunissa, kakak Ismi Rusan Azzahra dan Dede Firmansyah, adik Ibna Rusan Azzaida dan keluarga yang telah memberikan kasih sayang, doa, dukungan yang luar biasa kepada penulis; 7. Sahabat-sahabat (Banat, Nona, Mira, Indri, Nur, Aidah, Muthia, Caca)

yang telah memberikan semangat dan motivasi dalam penulisan skripsi ini. 8. Syahrul Bachtiar yang selalu memberikan doa dan semangat dalam

penulisan skripsi ini;

9. Teman-teman Pendidikan bahasa dan sastra Indonesia angkatan 2011 yang telah memberikan dukungannya dalam penulisan skripsi ini;

10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, hal ini tidak lepas dari keterbatasan pada diri penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemajuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.

Depok, 23 September 2015

Penulis

Isma Rusan Farhani


(9)

LEMBAR PENGESAHAN

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ………... i

KATA PENGANTAR ……… iii

DAFTAR ISI ………... v

DAFTAR TABEL ………... vii

DAFTAR LAMPIRAN ……….. viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….... 1

B. Identifikasi Masalah ………....….. 3

C. Pembatasan Masalah ……….. 4

D. Perumusan Masalah ……… 4

E. Tujuan Penelitian ……… 4

F. Manfaat Penelitian ………... 5

BAB II KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Analisis Kesalahan ……… 6

a. Analisis Buku Pelajaran Bahasa ……… 8

2. Ejaan yang Disempurnakan (EYD) ………... 9

a. Penulisan Huruf ………... 11

b. Penulisan Kata ………. 17

c. Penggunaan Tanda Baca ……….. 25

3. Buku Teks (Textbook) ……… 41

B. Penelitian yang Relevan ………... 49 BAB III METODOLOGI PENELITIAN


(10)

C. Teknik Pengumpulan Data………... 54 D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ………. 55 E. InstrumenPenelitian ………... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ……….. 58

B. Analisis dan Interpretasi Data ……….. 63 BAB V PENUTUP

A. Simpulan ……….. 83

B. Implikasi ……….. 84

C. Saran ………... 84

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

1. TABEL 4.1. “Klasifikasi Jenis Kesalahan pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013”

2. TABEL 4.2. “Analisis Kesalahan Penulisan Huruf pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013”

3. TABEL 4.3. “Analisis Kesalahan Penulisan Kata pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013”

4. TABEL 4.4. “Analisis Kesalahan Penggunaan Tanda Baca pada Buku Teks

Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013”

5. TABEL 4.5. “Persentase Kesalahan Penulisan Huruf pada Buku Teks

Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan AkademikKelas X Kurikulum 2013”

6. TABEL 4.6. “Persentase Kesalahan Penulisan Kata pada Buku Teks

Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan AkademikKelas X Kurikulum 2013”

7. TABEL 4.7. “Persentase Kesalahan Penggunaan Tanda Baca pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013”

8. TABEL 6.1. Tabel Uji Referensi

9. TABEL 6.2. “Deskripsi Kesalahan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013”


(12)

DAFTAR LAMPIRAN 1. Lampiran 1 : Uji Referensi

2. Lampiran 2 : “Deskripsi Kesalahan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013”

3. Lampiran 3 : Surat Bimbingan Skripsi

4. Lampiran 4 : Surat Permohonan Izin Penelitian

5. Lampiran 5 : Gambaran Umum SMA Negeri 1 Parung 6. Lampiran 6 : Hasil Wawancara

7. Lampiran 7 : Cover Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013


(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Ejaan yang Disempurnakan (EYD) merupakan hal yang sangat penting dalam penyusunan sebuah tulisan ilmiah. Tulisan ilmiah harus didasari dengan penulisan yang benar mengikuti aturan ejaan yang disempurnakan yang sudah diatur dan ditetapkan.

Masalah ejaan tampaknya sangat sederhana. Namun kesederhanaannya itulah yang sering dilupakan oleh penulisnya. Padahal, pedoman EYD, kamus, dan tata bahasa merupakan rambu-rambu untuk menuliskan bahasa tulis baku. Ketepatan penggunaan pedoman ejaan bisa dijadikan ukuran sejauh mana „kepahaman bahasa‟ seseorang, bahkan

dijadikan ukuran sejauh mana seseorang „melek bahasa‟.1

Soal ejaan bukanlah soal yang sukar. Sekali seseorang menguasai cara menuliskan kata atau kalimat dengan baik, seterusnya orang tersebut tidak akan membuat kesalahan-kesalahan. Oleh sebab itu, tuntutan untuk memberikan perhatian terhadap cara penulisan yang benar, apalagi bila pekerjaan dalam bidang tulis-menulis. Tanpa mempelajarinya dengan sengaja, kita tidak akan pernah menguasainya dengan baik.2

Pentingnya mempelajari EYD agar tidak terjadi kesalahan dalam penulisan sebuah karya ilmiah dan dituntut untuk mengikuti aturan yang telah ada dan yang telah ditetapkan. Salah satu karya ilmiah yang menuntut penulisan secara benar dan cermat adalah buku teks atau buku pelajaran. Kita tidak bisa mengandalkan pengetahuan yang hanya sekali

1

Ida Bagus Putrayasa, Kalimat Efektif: Diksi, Struktur, dan Logika, (Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 21.

2

J.S. Badudu, Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994), h. 99.


(14)

dipelajari dan tidak terus digali. Maka dari itu pentingnya belajar terus-menerus agar kita mengetahui dan paham. Dan setiap orang bisa semakin mengetahui kesalahan-kesalahan yang mungkin dianggap sepele dan berusaha untuk memperbaiki setiap kesalahan yang terjadi tanpa disengaja.

Kesalahan siswa dalam belajar bahasa merupakan sesuatu yang wajar terjadi. Namun apabila kesalahan dibiarkan akan menjadi kebiasaan yang kurang baik dan cenderung terulang kembali. Kesalahan-kesalahan dalam berbahasa siswa khususnya bahasa tulis harus diminimalisir. Hal ini dapat dilakukan apabila guru mengetahui kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa, dan guru pun harus memperhatikan bahasa atau kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam buku teks yang digunakan di sekolah-sekolah karena sebuah buku teks pun takkan luput dari kesalahan yang dilakukan oleh penulis maupun editor.

Guru maupun pihak sekolah kerap tidak meneliti buku yang akan digunakan untuk pembelajaran di sekolah, terutama buku bahasa dan sastra Indonesia yang memang menjadi salah satu acuan siswa untuk melihat contoh yang benar dalam penggunaan ejaan selain buku pedoman ejaan.

Tuntutan untuk sekolah agar memberikan yang terbaik kepada siswa-siswinya terlihat dari ketelitian pihak sekolah dalam memilih buku pelajaran yang akan menjadi pedoman pembelajaran. Dan ketelitian pihak sekolah itu sangat berpengaruh terhadap buku pelajaran yang dipilih.

Seringkali siswa ditugaskan untuk membaca dan menggunakan buku teks dalam mempelajari materi yang akan disampaikan oleh guru. Banyak guru tidak menyadari kesalahan-kesalahan, baik itu penulisan huruf, pemakaian kata maupun tanda baca dalam buku teks yang digunakan siswa.


(15)

Buku teks adalah salah satu media penunjang kegiatan pembelajaran di sekolah maupun lembaga-lembaga pendidikan lainnya yang masih sering digunakan. Seperti diketahui penggunaan buku-buku teks pada setiap sekolah adalah hal yang dominan, hampir semua sekolah memiliki buku teks pedoman untuk menjadi pegangan setiap guru dan siswa/siswi. Setiap sekolah biasanya memiliki kepercayaan masing-masing terhadap isi buku yang diterbitkan oleh penerbit. Kenyataan yang terjadi, masih terdapat kesalahan dalam penulisan huruf, pemakaian kata, maupun penggunaan tanda baca pada buku teks pelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang diterbitkan oleh para penerbit Indonesia maupun Kemendikbud. Oleh karena itu, guru harus memeriksa terlebih dahulu materi dan penggunaan EYD yang terdapat di dalam buku teks pelajaran bahasa dan sastra Indonesia.

Penelitian yang akan peneliti lakukan adalah “Analisis Kesalahan

EYD (Ejaan yang Disempurnakan) pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013”. Dalam hal ini pentingnya penggunaan EYD dalam buku teks yang digunakan di sekolah mendorong penulis untuk melakukan penelitian ini.

B. Identifikasi Masalah

1. Penulisan huruf dalam buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik kelas X kurikulum 2013.

2. Penulisan kata dalam buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik kelas X kurikulum 2013.

3. Penggunaan tanda baca dalam buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik kelas X kurikulum 2013.


(16)

Berdasarkan identifikasi di atas, peneliti hanya membatasi pada Kesalahan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) yang terdiri dari : 1. Penulisan huruf 2. Penulisan kata, dan 3. Penggunaan tanda baca pada buku teks pelajaran bahasa dan sastra Indonesia kelas X kurikulum 2013 yang berjudul “Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik” karangan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), penerbit Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tahun 2014, terdiri dari 222 halaman.

D. Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat kesalahan penulisan huruf dalam buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik kelas X kurikulum 2013 ?

2. Apakah terdapat kesalahan penulisan kata dalam buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik kelas X kurikulum 2013 ?

3. Apakah terdapat kesalahan penggunaan tanda baca dalam buku

Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik kelas X kurikulum 2013 ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini antara lain untuk :

1. Menjelaskan kesalahan penulisan huruf pada buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik kelas X kurikulum 2013. 2. Menjelaskan kesalahan penulisan kata buku teks Bahasa Indonesia

Ekspresi Diri dan Akademik kelas X kurikulum 2013.

3. Menjelaskan kesalahan penggunaan tanda baca pada buku teks

Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik kelas X kurikulum 2013.


(17)

Manfaat untuk guru adalah bahwa guru harus memberi perhatian lebih lagi terhadap isi materi dan penggunaan EYD yang terdapat dalam buku teks pelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang akan diajarkan kepada siswa agar tidak terjadi kesalahan dalam pembelajaran. selain itu guru hendaknya menunjukkan kesalahan-kesalahan penulisan huruf, penulisan kata, dan penggunaan tanda baca yang terjadi dalam buku teks tersebut agar siswa dapat mengetahui dan mengerti penulisan huruf, penulisan kata, dan penggunaan tanda baca yang sesuai dengan EYD (Ejaan yang Disempurnakan). Guru juga diharapkan untuk lebih sering memberikan pemahaman tentang penulisan huruf, penulisan kata, dan penggunakan tanda baca pada siswa agar tidak terjadi lagi kesalahan-kesalahan tersebut yang diterapkan siswa ke dalam tulisan yang dibuat dan siswa mampu lebih terampil dalam menulis.

Manfaat untuk sekolah dalam penelitian ini agar lebih mengetahui kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam buku teks bahasa dan sastra Indonesia dan lebih teliti dalam memilih buku-buku yang akan menjadi pedoman bagi guru dan siswa dalam pembelajaran yang akan berlangsung di sekolah agar terjadinya pembelajaran yang optimal.

Manfaat penelitian ini juga agar dapat mengurangi tingkat kesalahan pada cetakan buku teks yang menjadi panduan dalam pembelajaran siswa disekolah.


(18)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA A. Kajian Teori

1. Analisis Kesalahan

Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan mengungkapan bahwa,

“Analisis kesalahan adalah suatu prosedur kerja yang biasa digunakan oleh

para peneliti dan guru bahasa, yang meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel, penjelasan kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan itu”.1

Pengkajian segala aspek kesalahan itulah yang disebut analisis kesalahan (anakes). Analisis kesalahan atau anakes mempunyai langkah-langkah kerja sebagai berikut: a) pengumpulan sampel kesalahan; b) pengidentifikasian kesalahan; c) penjelasan kesalahan; d) pengklasifikasian kesalahan; e) pengevaluasian kesalahan.2

Duskopa dan Rosaipal menyatakan sebagai berikut, “Analisis kesalahan juga harus dapat (1) menganalisis sumber kesalahan dan (2) penentuan tingkat kekacauan yang disebabkan oleh kesalahan dalam hubungan dengan komunikasi dan norma-norma pemakaian. Fokus dan variabel kesalahan sudah harus ditentukan lebih dahulu agar peneliti atau guru bahasa tidak bekerja secara tidak menentu dan terarah”.3

Nanik Setyawati mengungkapkan bahwa, “Kesalahan Berbahasa adalah penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari

1

Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 1988), h. 68.

2

Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Remedi Bahasa, (Bandung: Angkasa, 1984), h. 6. 3

Jos Daniel Parera, Linguistik Edukasional: Metodologi Pembelajaran Bahasa, Analisis Kontrastif Antarbahasa, Analisis Kesalahan Berbahasa, (Jakarta: Erlangga, 1997), h. 145.


(19)

faktor-faktor penentu berkomunikasi atau menyimpang dari norma kemasyarakatan dan menyimpang dari kaidah tata bahasa Indonesia”.4

Mengaitkan kesalahan berbahasa dengan kegiatan berbahasa, seperti: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kesalahan berbahasa yang terjadi pemakaian bahasa tertulis dan lisan mencakup : menyimak, berbicara, membaca, menulis, pragmatic, dan sosiolinguistik.5

Klasifikasi Kesalahan Berbahasa menurut Tarigan (1996/1997 : 48-49):

a). Berdasarkan tataran linguistik, kesalahan berbahasa dapat diklasifikasikan menjadi: kesalahan berbahasa di bidang fonologi, morfologi, sintaksis, (frasa, klausa, kalimat), semantik, dan wacana;

b). Berdasarkan kegiatan berbahasa atau keterampilan berbahasa dapat diklasifikasikan menjadi kesalahan berbahasa dalam menyimak, berbicara, membaca, dan menulis;

c). Berdasarkan sarana atau jenis bahasa yang digunakan dapat berwujud kesalahan berbahasa secara lisan dan secara tertulis;

d). Berdasarkan penyebab kesalahan tersebut terjadi dapat

diklasifikasikan menjadi kesalahan berbahasa karena pengajaran dan kesalahan berbahasa karena interferensi; dan

e). Kesalahan berbahasa berdasarkan frekuensi terjadinya dapat diklasifikasikan atas kesalahan berbahasa yang paling sering, sedang, kurang, dan jarang terjadi.6

Jadi, analisis kesalahan adalah cara mengidentifikasi kesalahan dari data-data yang sudah dikumpulkan dan diklasifikasi dalam kelompok.

4

Nanik Setyawati, Analisis Kesalahan Berbahasa: Teori dan Praktik, (Surakarta: Yama Pustaka, 2010), h. 15.

5

Sri Utari Subyakto Nababan, Analisis Kontranstif dan Kesalahan : Suatu Kajian Dari Sudut Pandang Guru Bahasa, (Jakarta: PPS IKIP, 1994), h. 88.


(20)

a. Analisis Buku Pelajaran Bahasa

Nurhadi (1995: 395) menjelaskan bahwa prosedur analisis aspek pedagogis tata bahasa pendidikan mengacu pada penelitian aspek metodologis sebuah buku pelajaran bahasa atau tata bahasa pendidikan.

Secara garis besar, prosedur analisis aspek pedagogis tata bahasa yang disarankan oleh Kizilirmak via Nurhadi (1995: 398), meliputi 1) analisis kebutuhan belajar bahasa siswa, 2) menentukan tujuan khusus, 3) menerapkan kriteria evaluasi, 4) menentukan score mentah, rata-rata, dan gambaran profil, 5) menggambarkan dan membandingkan dengan profil ideal, 6) menentukan keputusan: memakai atau tidak, dan 7) melangkah pada sikap selanjutnya, yaitu: mengubah, menambah, mengadaptasi, atau mengganti.

Ketujuh prosedur analisis aspek pedagogis tata bahasa pendidikan tersebut dapat dirangkum dalam tiga tahap utama, yaitu tahap analisis, penyajian hasil analisis, dan evaluasi (Nurhadi, 1995: 396). Nurhadi menjelaskan tahap analisis meliputi menganalisis kebutuhan belajar siswa, menentukan tujuan khusus pengajaran bahasa, dan menerapkan kriteria evaluasi.

Prosedur berikutnya adalah langkah penyajian hasil. Tahap ini ketika penganalisis menyajikan kesimpulan hasil analisisnya, sehingga laporan itu memiliki „daya baca‟.

Langkah terakhir yaitu penilaian atau evaluasi, adalah langkah memutuskan apakah sebuah buku memenuhi syarat pedagogis atau tidak; layak dipakai atau tidak; perlu direvisi atau tidak; diubah atau tidak; dibeli


(21)

atau tidak; dan sebagainya, bergantung pada tujuan akhir dari analisis yang dilakukan (Nurhadi, 1995: 420).7

2. Ejaan yang Disempurnakan (EYD)

Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan atau yang lazim disebut EYD dinyatakan mulai berlaku sejak penggunaannya diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia, Soeharto, pada tanggal 16 Agustus 1972. Peresmian yang diumumkan di dalam siding DPR itu diperkuat dengan Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1972. Bersamaan dengan Pedoman Umum Pembentukan Istilah, selanjutnya Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tanggal 31 Agustus 1975 dan dinyatakan dengan resmi berlaku di seluruh Indonesia.8

Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antarhubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa).Secara teknis, yang dimaksud dengan ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca9.

Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan Republik.EYD memberikan aturan-aturan dasar tentang bunyi kata, kalimat,

7

Retno Kurniasari Widianingsih, Analisis Kesalahan Ejaan pada Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Kelas VI Sekolah Dasar Terbitan Yudhistira dan Erlangga, (Skripsi S1 Yogyakarta: Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, 2014), h. 14.

8

Mustakim, Tanya Jawab Ejaan Bahasa Indonesia untuk Umum, (Jakarta: Gramedia Pusaka Utama, 1996), h. 13.

9

E. Zaenal Arifin dan S Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia: Untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: akademika Pressindo, 2010), h. 164.


(22)

dan penggunaan tanda baca. Kehadiran EYD ini merupakan satu upaya untuk menstandarkan bahasa Indonesia secara baik dan benar.10

Ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luas dari sekadar masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa (kata atau kalimat) dengan menggunakan huruf dan tanda baca sebagai sarananya.11

Ejaan adalah keseluruhan ketentuan yang mengatur pelambangan bunyi bahasa, termasuk pemisahan dan penggabungannya, yang dilengkapi pula dengan penggunaan tanda baca. Pengertian tersebut kiranya sejalan dengan apa yang dirumuskan dalam KBBI (hlm. 250) yang menyatakan bahwa ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dsb.) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca.12

Menurut Harimurti Kridalaksana dalam kamus linguistik edisi keempat.

“Ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-menulis yang

distandarisasikan, yang lazimnya mempunyai 3 aspek yakni aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad, aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis, aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca”.13

Ejaan atau tata cara menulis bahasa Indonesia dengan huruf Latin untuk ketiga kali dibakukan secara resmi pada tahun 1972, setelah berlakunya Ejaan Van Ophuijsen (1901) dan Ejaan Soewandi (1974). Pada tahun 1975 dikeluarkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

yang menguraikan kaidah ejaan yang baru itu secara terinci dan lengkap.14

10

Ernawati Waridah, EYD & Seputar Kebahasa-Indonesiaan, (Jakarta: Kawan Pustaka, 2009), h. iii.

11

Lamuddin Finoza, Kemahiran Berbahasa Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa, (Jakarta: Mawar Gempita, 1997), h. 11.

12

Yunita T. dkk, Karya Tulis Imliah Sosial: Menyiapkan, Menulis, dan Mencermatinya, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia), h. 177.

13

Harimurti. Kridalaksana, Kamus Lingustik Edisi Keempat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 54.

14

Hasan Alwi. dkk, Tata Bahasa Baku: Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2010), h. 16.


(23)

Ejaan yang Disempurnakan (EYD) merupakan ejaan yang menjadi penyempurna ejaan-ejaan sebelumnya.

Jadi, ejaan adalah keseluruhan peraturan yang resmi dan dijadikan pedoman dalam setiap penulisan karya ilmiah untuk merujuk kepada bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Sebagian besar makna kalimat dalam ragam lisan dipengaruhi oleh unsur nonbahasa seperti intonasi dan situasi. Dalam bahasa tulis, unsur bahasa seperti itu tidak ada.Unsur yang digunakan dalam bahasa tulis hanya huruf dan dan tanda baca. Oleh sebab itu, secara garis besarnya, ruang lingkup ejaan terdiri dari hal-hal sebagai berikut:

a) Pemakaian huruf yang terdiri dari alphabet/abjad, vocal, konsonan, pemenggalan kata, dan nama diri.

b) Penulisan huruf yang terdiri dari huruf kapital dan huruf miring. c) Penulisan kata yang terdiri dari kata dasar, kata turunan, kata ulang, gabungan kata, kata ganti, kata depan, kata sandang, partikel, singkatan dan akronim, dan angka dan lambang bilangan. d) Penulisan unsur serapan yang membicarakan tata cara penulisan

unsur serapan terutama kosakata yang berasal dari bahasa asing. e) Pemakaian tanda baca yang berbicara tentang tanda titik (.),

tanda koma (,), titik koma (;), titik dua (:), tanda hubung (-), tanda pisah (--), tanda ellipsis (…), tanda Tanya (?), tanda seru (!), tanda kurung ([]), tanda kurung siku ({}), tanda petik ganda (“…”), tanda petik tunggal („…‟), tanda garis miring (/), tanda

penyingkat/apostrof („).15

a. Penulisan Huruf

Huruf yang ada dalam alphabet Latin hanya 26 buah, sedangkan jumlah fonem bahasa Indonesia ada 28 buah. Oleh karena itu, ada sebuah

15

Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A, Pembinaan Bahasa Indonesia, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2007), h. 20.


(24)

huruf yang digunakan untuk melambangkan dua buah fonem yang berbeda; dan ada juga digunakan gabungan dua buah huruf untuk melambangkan sebuah fonem.16

1. Penulisan Huruf Kapital

a). Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.

Misalnya :

Apa yang terjadi ? Ia menulis buku.

Pengalaman itu sangat berharga.

b). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Misalnya :

Guru bertanya, “Siapa yang tidur itu?” “Kemarin dia berangkat,” katanya.

“Besok sore,” kata Ibu, “Bapak akan berangkat”.

c). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan nama agama, Tuhan dan kita suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.

Misalnya : Islam Katolik Allah

Yang Maha Adil

Tuhan akan memberi rahmat kepada hamba-Nya.

d). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.

16

Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 38.


(25)

Misalnya : Haji Umar Sahid Nabi Musa

Pangeran Antasari

- Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar, kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.

Misalnya :

Dia baru saja diangkat menjadi pangeran.

Ia mendapat bintang mahaputra dari pemerintah.

e). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan, yang diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu.

Misalnya :

Wakil Presiden Boediono Perdana Menteri Nehru

- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya.

Misalnya :

Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia.

Kegiatan itu direncanakan oleh Departemen Kehakiman Nasional.

- Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang atau nama tempat.

Misalnya :

Siapa gubernur yang baru dilantik ?


(26)

f). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Misalnya :

Dewi Sartika

Halim Perdanakusuma Ampere

Catatan :

- Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama sejenis atau satuan ukuran.

Misalnya :

5 ampere

- Dalam nama orang, huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata bin atau binti.

Misalnya :

Abdullah bin Zaini

- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.

Misalnya :

pascal seconds Pas

N Newton

g). Huruf kapital sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa. Misalnya :


(27)

Suku Banjar17

h). Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumentasi resmi.

Misalnya :

Warga dunia mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menengahi agresi Israel ke Palestina.

i). Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di,ke,dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.

Misalnya :

Aku baru saja membaca Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia.

j). Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.

Misalnya :

S.Hum. (Sarjana Humaniora) dan S.H. (Sarjana Hukum) Nn. Utami (Nona Utami)18

Jadi, penulisan huruf kapital adalah salah satu aturan yang terdapat di dalam Ejaan yang Disempurnakan yang harus ditaati cara penulisannya.

2. Penulisan Huruf Miring

a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan. Dalam tulisan

17

Tim Bahasa, Pedoman Lengkap EYD Ejaa Ya g Dise pur aka , (Yogyakarta: Cahaya Atma, 2011), h. 9.

18

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Panduan EYD dan Tata Bahasa Indonesia, (Jakarta: TransMedia, 2010), h. 10.


(28)

tangan atau ketikan, kata yang harus ditulis dengan huruf miring ditandai dengan garis bawah satu.

Misalnya:

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa menerbitkan majalah

Bahasa dan Kesustraan.

Berita itu sudah saya abaca dalam surat kabar Angkatan Bersenjata dan Republik.

Catatan:

Garis bawah satu, sebagai tanda kata yang dicetak miring, harus terputus-putus, kata demi kata.

b. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.

Misalnya:

Kata daripada digunakan secara tepat dalam kalimat Penyelenggaraan Pemilu 1999 lebih baik daripada pemilu-pemilu sebelumnya.

Buatlah kalimat dengan kata dukacita.

c. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama-nama ilmiah atau ungkapan bahasa asing atau bahasa daerah, kecuali yang disesuaikan ejaannya.

Misalnya:

Apakah tidak sebaiknya kita menggunakan kata penataran untuk kata

upgrading?

Nama ilmiah buah manggis ialah carcinia mangestana. Catatan:

Sebenarnya, banyak penulisan huruf miring yang lain ataupun penandaan suatu maksud dengan memakai bentuk huruf tertentu (ditebalkan dan sebagainya). Akan tetapi, soal itu lebih menyangkut masalah tipografi pencetakan.19

19


(29)

b. Penulisan Kata

1. Kata Turunan (khususnya kata gabung berimbuhan)

Imbuhan (awalan dan akhiran) ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Perhatikan contoh berikut ini! Tanggung jawab bertanggung jawab

Garis bawah garis bawahi

Bentuk dasar gabungan kata yang sekaligus mendapat awalan dan akhiran (konfiks) ditulis serangkai.

Tanggung jawab mempertanggungjawabkan Tidak adil ketidakadilan

Jika salah satu unsur gabungan kata hanya digunakan dalam kombinasi, gabungan kata tersebut ditulis serangkai. Perhatikan penulisan kata-kata berikut ini!

Amoral Antarkota Adipati Narapidana Swadaya Ekstrakulikuler

2. Kata Depan (Preposisi)

Kata depan dituliskan terpisah dengan kata yang mengikutinya, kecuali daripada dan kepada (yang dianggap satu kata).

Misalnya:

Lebih baik tinggal di sini daripada pergi ke daerah itu.

Surat itu dikirimkan kepada orang tuanya di desa.

Perhatikan penulisan kata-kata yang dicetak miring berikut ini!


(30)

Baru saja dia masuk, kemudian keluar lagi.

Kata depan dari dapat digunakan untuk menunjukkan pengertian „tempat‟ atau „asal yang ditinggalkan‟, „sejak‟, „asal atau bahan suatu

benda‟, dan „di antara‟, sedangkan kata depan daripada digunakan untuk

menyatakan „perbandingan‟ dua hal atau lebih tidak ada kata dari atau

daripadayang berarti „milik‟.

3. Partikel

Partikel lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Perhatikan contoh berikut ini!

Di manakah kau taruh barang berharga itu?

Demikianlah maksud kedatangan saya.

Partikel per dan pun ditulis terpisah dengan kata yang mendahuluinya.

Apa pun yang dimakannya, dia tetap kurus.

Satu per satu mereka memasuki ruang pemeriksaan.20

4. Singkatan dan Akronim

Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan, yang terdiri atas satu huruf atau lebih.

a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat—diikuti dengan tanda titik.

Misalnya:

Nn. Rosi Maria Adha Jend. Muhammad Fauzi

20

Ida Bagus Putrayasa, Kalimat Efektif: Diksi, Struktur, dan Logika, (Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 27.


(31)

b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atau huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.

Misalnya:

RAPBN Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda

titik.

Misalnya:

Dll. dan lain-lain

Dsb. dan sebagainya

Adapun untuk singkatan yang terdiri atas dua huruf, ditulis sebagai berikut.

a.n. atas nama

s.d. sampai dengan

d. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.

Cm sentimeter

Kg kilogram

Akronim

Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, atau pun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.


(32)

a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.

Misalnya:

LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia UIN Universitas Islam Negeri

b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.

Misalnya:

Mendagri Menteri Luar Negeri

c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret serta seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.

Misalnya:

Presdir presiden direktur21

5. Pemakaian Angka dan Lambang Bilangan

Lambang bilangan dapat dinyatakan dengan angka, baik angka arab (0,1,2, dan seterusnya) maupun angka romawi (I,II,III, dan seterusnya). Angka arab digunakan untuk menyatakan:

(1) Ukurang panjang. Berat, dan isi; (2) Satuan waktu;

(3) Nilai uang;

(4) Nomor rumah, apartemen, atau kamar pada alamat; (5) Nomor bagian-bagian dalam naskah dan karya tulis; (6) Jumlah dari suatu hal, barang, atau orang.22

a). Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut. Misalnya :

21

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, op. cit., h. 13.

22

Masnur Muslich, Fonologi Bahasa Indonesia Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi Bahasa Indonesia, (Malang: Bumi Aksara, 2008), h. 145.


(33)

Menurut hasil pertandingan sementara, Chelsea masih bertengger di posisi ke-4, menyusul Arsenal di posisi ke-3, Liverpool di posisi ke-2, dan MU di posisi pertama.

b). Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang bilangan digunakan secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan. Misalnya :

Kelas itu terdiri atas dua puluh orang. Panitia lomba membeli 70 pulpen, 140 pensil, dan 280 buku untuk persiapan hadiah.

c). Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.Misalnya :

Sepuluh tim terdaftar dalam lomba cerdas cermat itu.

Lomba jalan santai itu diikuti oleh 140 peserta.

d). Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, da nisi, (ii) satuan waktu, (iii) nilai uang, serta (iv) kuantitas. Misalnya :

Tinggal minimal untuk menjadi pramugari adalah 160 sentimeter.

Bibi membeli 3 kilogram beras.

e). Angka lazim digunakan untuk melambangkan nomor jalan , rumah, apartemen, atau kamar pada alamat. Misalnya :

Jalan Kampus II no. 8

f). Angka digunakan untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci. Misalnya :


(34)

g). Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.

Bilangan utuh

Sebelas 11

Bilangan pecahan

Setengah ½

h). Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara berikut.

Barang antik itu berasal dari tahun 1700-an

Harga baju di toko itu sekitar 50.000-an

i). Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja

sebagian supaya lebih mudah dibaca. Misalnya : Kuis itu menjanjikan hadiah 500 juta rupiah.

j). Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. Misalnya :

Ochi mengoleksi tiga puluh tas.

k). Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat. Misalnya :

Saldo terakhir di ATM-ku berjumlah Rp.49.999 (empat puluh sembilan ribu sembilan ratus sembilan puluh sembilan rupiah)23.

23


(35)

Jadi, pemakaian angka dan bilangan adalah salah satu aturan yang terdapat di dalam Ejaan yang Disempurnakan yang harus ditaati cara pemakaiannya.

6. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan –nya (Pronomina)

Kata ganti ku-, kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya: -ku, -mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya:

Majalah itu boleh kubaca Kamarnya sedang diperbaiki Catatan:

Kata-kata ganti itu (-ku, -mu, dan -nya) dirangkai dengan tanda hubung apabila digabung dengan bentuk yang berupa singkatan atau kata yang diawali huruf kapital.

Misalnya: BPKB-nya

KTP-ku

Kata si dan sang

kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya:

Ibu itu membelikan sang suami sebuah computer. Surat itu diberikan kepada si penerima.

Catatan:

Huruf awal si dan sang ditulis dengan huruf kapital jika kata-kata itu diperlukan sebagai unsur nama diri.

Misalnya:

Dalam cerita itu, Si Pitung berkelahi dengan penjajah. Petani itu marah sekali kepada Sang Kancil.24

24


(36)

7. Kata Ulang (Reduplikasi)

kata ulang adalah kata yang mengalami proses pengulangan, kata ulang terbagi menjadi ke dalam empat jenis, yakni sebagai berikut.

a. Kata ulang dasar (dwilingga) disebut pula perulangan utuh. Misalnya: mobil-mobil, gedung-gedung.

b. Kata ulang berimbuhan adalah bentuk perulangan yang disertai proses pengimbuhan.

Misalnya: padi-padian, mobil-mobilan.

c. Kata ulang berubah bunyi (salin suara) adalah bentuk perulangan yang disertai dengan perubahan bunyi.

Misalnya: sayur-mayur, mondar-mandir.

d. Kata ulang sebagian (dwipurwa) adalah bentuk perulangan yang terjadi hanya pada sebagian bentuk dasar.

Misalnya: pepohonan, melihat-lihat.

8. Kata Sandang (Artikula)

Kata sandang adalah kata yang dipakai untuk membatasi kata benda. Kata sandang dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut.

a. Kata sandang yang mendampingi kata benda dasar. Misalnya: si monyet, para guru.

b. Kata sandang yang mendampingi kata benda yang dibentuk dari kata dasar (nomina deverbal).

Misalnya: si terdakwa, si perampok.

c. Kata sandang yang mendampingi kata ganti. Misalnya: si dia, sang aku.

d. Kata sandang yang mendampingi kata kerja pasif. Misalnya: kaum teraniaya, si tertuduh.25

25


(37)

c. Penggunaan Tanda Baca

Tanda baca menurut Kusno Budi Santoso adalah “suatu alat kalimat yang berupa tanda-tanda ekstra lingual seperti koma (,), titik (.), tanda seru (!), dan sebagainya yang sangat besar peranannya dalam

menentukan makna kalimat”.26

Tanda baca merupakan pengganti intonasi, nada, dan tekanan yang muncul dalam ragam lisan. Tanda baca dapat membantu pembaca untuk memahami jalan pikiran penulisnya. Alangkah sulitnya kita memahami suatu tulisan yang tidak dilengkapi dengan tanda baca.27

Pemakaian tanda baca dalam ejaan bahasa Indonesia yang Disempurnakan mencakup pengaturan tanda titik, tanda koma, tanda titik dua, tanda hubung,tanda pisah, tanda elipsis, tanda tanya, tanda seru, tanda kurung, tanda kurung siku, tanda petik, tanda petik tunggal, tanda ulang, tanda garis miring, dan penyingkat28.

Jadi, tanda baca merupakan alat yang dipergunakan dalam kalimat yang berupa tanda ekstra lingual, seperti tanda titik, tanda koma, tanda Tanya, dan sebagainya. Gunanya untuk menjadi pembatas atau penjeda dalam kata maupun kalimat.

a) Tanda Titik (.)

a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Misalnya:

 Ayahku tinggal di Solo.

 Biarlah mereka duduk di sana.

 Hari ini tanggal 6 April 2008.

26

Kusno Budi Santoso, Problematika Bahasa Indonesia: Sebuah Analisis Prktis Bahasa Baku, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h. 128.

27

Felicia N. Utorodewo, Bahasa Indonesia: Sebuah Pengantar Penulisan Ilmiah, (Depok: Universitas Indonesia, 2006), h. 125.

28


(38)

b. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.

Misalnya:

 III. Departemen Dalam Negeri

A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa B. Direktorat jenderal Agraria

1. ….

 1. Patokan umum 1.1 Isi Karangan 1.2 Ilustrasi

1.2.1 Gambar Tangan 1.2.2 Tabel

1.2.3 Grafik

Catatan : tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagian atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.

c. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.

Misalnya:

Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)

d. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka, jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.

Misalnya:

1.35.20jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)

0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)

0.0.30 jam (30 detik)

e. tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.


(39)

Misalnya:

Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara, Weltevredan: Balai Poestaka.

f. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.

Misalnya:

 Desa itu berpendudukan 24.200 orang.

 Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.

Misalnya:

 Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.

 Lihat halaman 2345 dan seterusnya.

g. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.

Misalnya:

 Acara kunjungan Adam Malik

 Bentuk dan Kebudayaan (Bab 1 UUD 1945)

h. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat. Misalnya:

Jalan di Ponegoro 82 Jakarta (tanda titik)

Yth.Sdr. Moh. Hasan (tanda titik) Jalan Arif 41 (tanda titik)

Atau:

Kantor Penempatan Kerja (tanda titik)

b). Tanda Koma (,)


(40)

atau pembilangan. Misalnya:

 Saya membeli tas, pena, dan tinta.

 Satu, dua, …..tiga!

b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan suatu kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata hubung seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan.

Misalnya:

 Saya ingin datang, tetapi hari hujan.

 Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.

c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dengan induk kalimat jika anak kalimat mendahului induk kalimatnya.

Misalnya:

 Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.

 Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.

Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dengan induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya. Misalnya:

 Saya tidak akan datang kalau hari hujan.

 Dia lupa akan janjinya karena sibuk.

d. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan pengubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh Karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu,

danakan tetapi.

Misalnya:

….Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.

…. Jadi, soalnya tidak semudah itu.

e. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.

Misalnya:


(41)

“Saya gembira sekali,” kata ibu,”karena kamu lulus.”

f. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.

Misalnya: C. Ratulangi, S.E.

Ny. Khadijah, M.A.

g. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.

Misalnya:

Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.

Di daerah kami, misalnya, masih banyak laki-laki yang makan sirih.

h. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat. Misalnya:

O, begitu?

Wah, bukan main!

Hati-hati, ya, nanti jauh.

i. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian- bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.

Misalnya:

Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas

Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta. Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor Surabaya, 10 Mei 1960 j. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik

susunannya dalam daftar pustaka. Misalnya:

Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia.Jilid 1 dan. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.


(42)

k. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. Misalnya:

W.J.S Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Yogyakarta; UP Indonesia, 1967), hlm. 4.

l. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.

Misalnya: 12,5 m Rp. 12,50

m.Tanda koma dipakai –untuk menghindari salah baca-di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.

Misalnya:

Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh.

Atas bantuan Agus, Karyadi mengucapkan terima kasih. Bandingkan dengan:

Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.

Karyadi mengucapkan terima kasih atas bantuan Agus.

n. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan letikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.

Misalnya:

“Di mana Saudara tinggal? ” tanya Karim.

“Berdiri lurus-lurus!” perintahnya.

c). Tanda Titik Dua (:)

a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.


(43)

Misalnya:

Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.

Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.

Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.

Misalnya:

Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.

Fakultas itu mempunyai jurusan ekonomi umum dan jurusan ekonomi perusahaan.

b. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.

Misalnya:

 Ketua : Ahmad Wijaya Sekretaris : S. Handayani Bendahara : B. Hartawan

 Tempat Sidang : Ruang 104 Pengantar Acara : Bambang S. Hari : Senin

Waktu : 09.30

c. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.

Misalnya:

Ibu : (meletakkan beberapa kopor) “Bawa kopor ini, Mir!”

Amir : “Baik, Bu” (mrngangkat kopor dan masuk)

Ibu : “Jangan lupa. Letakkan baik-baik!” (duduk di kursi besar)

d. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.


(44)

Misalnya:

Tempo, 1 (1971), 34:7 Surah Yasin: 9

Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.

d). Tanda Titik Koma (;)

Tanda titik koma (;) dapat digunakan:

a. Untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.

Misalnya:

Malam makin larut; pekerjaan kami belum selesai juga.

b. Untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.

Misalnya:

Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk di dapur; adik menghafalkan pelajarannya; saya sendiri sedang mendengarkan radio.29

e). Tanda Hubung (-)

a. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. Misalnya:

Anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan.

29


(45)

b. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan dan (ii) penghilang bagian kelompok kata.

Misalnya:

Ber-evolusi, dua puluh lima-ribuan (20 x 5000) tanggung jawab dan kesetiakawanan-sosial.

Bandingkan dengan:

Be-revolusi, dua-puluh-lima-ribuan (1 x 2500), tanggung jawab dan kesetiakawanan social

c. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf capital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan –an, (iv) singkatan berhuruf capital dengan imbuhan atau kata, atau (v) nama jabatan rangkap. Misalnya:

se-Indonesia, se-Jawa Barat, hadiah ke-2,

d. Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsure bahasa asing.

Misalnya:

Di-smash, pen-tackle-an

e. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.

Misalnya:

Di samping cara-cara lama itu ada juga ca-ra yang baru. Suku kata yang berupa vocal tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris.

Misalnya:

Beberapa pendapat mengenai masalah itu Telah disampaikan….


(46)

Beberapa pendapat mengenai masalah Itu telah disampaikan….

Bukan

Beberapa pendapat mengenai masalah i- tu telah disampaikan ….

f. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.

Misalnya:

Kami ada cara yang baru untuk meng- ukur panas

kukuran baru itu memudahkan kita meng- ukur kelapa

akhiran –i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.

g. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal30.

Misalnya: p-a-n-i-t-i-a 8-4-1973

f). Tanda Pisah (—)

a. Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberikan penjelasan di luar bangun kalimat.

Misalnya:

 Kemerdekaan itu—hak segala bangsa—harus dipertahankan.

30


(47)

 Keberhasilan itu—saya yakin—dapat dicapai kalau kita mau berusaha keras.

b. Tanda pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain, sehingga kalimat menjadi lebih jelas.

Misalnya:

 Rangkaian temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.

 Gerakan pengutamaan Bahasa Indonesia—amanat sumpah pemuda—harus terus di tingkatkan.

c. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti “sampai dengan” atau “sampai ke”.

Misalnya:

 Tahun 1928—2008

 Jakarta—Bandung Catatan:

1. Tanda pisah tunggal dapat digunakan untuk memisahkan keterangan tambahan pada akhir kalimat.

Misalnya: Kita memerlukan alat tulis-pena, pensil dan kertas. 2. Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya.

g). Tanda Elipsis (…)

Tanda ellipsis berupa tiga buah titik (…) digunakan untuk menunjukkan

adanya bagian-bagian kalimat yang dihilangkan.


(48)

Sebab-sebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut. Catatan:

Kalau tanda ellipsis itu berada pada akhir kalimat, maka ditambah satu titik lagi, yaitu titik yang menyatakan berakhirnya kalimat itu; jadi, semuanya ada empat buah titik.

Misalnya:

Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati….

h). Tanda Tanya (?)

Tanda Tanya (?) digunakan:

a. Pada akhir kalimat tanya

Misalnya:

Siapa namamu?

Anda sudah tahu, bukan?

b. Untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau kurang dapat dibuktikan kebenarannya (dalam hal ini tanda Tanya itu diapit oleh tanda kurung).

Misalnya:

Dia dilahirkan tahun 1918 (?) di Jakarta. Ayahnya bekerja di kantor pos (?)


(49)

Tanda seru (!) digunakan sesudah kalimat, ungkapan, atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah, atau yang menyatakan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa emosi yang kuat.

Misalnya:

Alangkah besarnya kapal itu! Merdeka!

j). Tanda Kurung (())

Tanda kurung digunakan:

a. Untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.

Misalnya:

Kami mengunjungi Monas (Monumen Nasional)

Hadir juga dalam acara itu Letjen (Purnawirawan) T.B. Simatupang.

b. Untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.

Misalnya:

Sajaknya yang bejudul “Ubud” (nama tempat terkenal di pulau Bali) ditulis pada tahun 1962.

Dia pindah ke Genteng (Kota kecil dekat Banyuwangi, Jawa Timur) mengikuti orang tuanya.

c. Untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri keterangan, tanpa kurung buka.

Misalnya:


(50)

1) Alam

2) Tenaga kerja; dan 3) Modal.

k). Tanda Kurung Siku ( [ ] )

Tanda kurung siku ( [ ] ) digunakan:

a. Untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi, atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menjadi isyarat bahwa kesalahan itu memang terdapat di dalam naskah asli.

Misalnya:

Sang Sapurba [d]engar bunyi gemerisik.

b. Untuk mengapit keterangan di dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.

Misalnya:

… (Perbedaan antara dua macam proses ini [lihat Bab 1] tidak dibicarakan) ….

l). Tanda Petik (“…”)

Tanda petik (“…”) digunakan:

a. Untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan naskah, atau bahan tertulis lain. Kedua pasang tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.


(51)

Kata ayah, “Saya akan datang.”

“Saya belum siap,” jawab Nita, “tunggu sebentar.”

b. Untuk mengapit judul syair, karangan, dan bab buku, apabila dipakai di dalam kalimat.

Misalnya:

Sajak “Aku” karangan Chairil Anwar terdapat pada halaman

terakhir buku itu.

c. Untuk istilah yang masih kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.

Misalnya:

Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat” saja. Catatan:

a. Tanda petik penutup terletak di belakang tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.

Misalnya:

Kata adik, “Saya mau makan.”

b. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti kusus.

Misalnya:

Karena perutnya besar, ia mendapat julukan “Si Gendut”.


(52)

Tanda petik tungga dipakai:

a. Untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan lain.

Misalnya:

Tanya Basri, “Kau dengarkah bunyi „kring-kring‟ tadi?”

b. Untuk mengapit terjemahan atau penjelasan kata, atau ungkapan asing.

Misalnya:

Rate of inflation„laju inflasi‟

n). Tanda Garis Miring (/)

Tanda garis miring digunakan:

a. Dalam penomoran kode surat.

Misalnya:

No. 07/PR/1976

b. Sebagai pengganti kata dan, per, atau nomor pada alamat.

Mahasiswa/mahasiswi

o). Tanda Penyingkat (apostrof)

Tanda penyingkat (apostrof) digunakan sebagai tanda adanya penghilangan bagian kata.

Misalnya:

Ali „kan kutemui („kan = akan)

Malam „tlah larut („lah = telah)31

31


(53)

Jadi, tanda baca adalah salah satu aturan yang terdapat di dalam Ejaan yang Disempurnakan yang harus ditaati cara penggunaanya. Tanda baca yang terdiri dari 15 tanda diantaranya tanda titik, tanda koma, tanda titik dua, tanda hubung, tanda pisah, tanda petik, tanda petik tunggal.

3. Buku Teks (Text Book)

a. Pengertian Buku Teks (Text Book)

A. J. Loveridge bersama tiga rekannya dalam buku Preparing Textbook Manuscripts: A Guide for Authors in Developing Countries (1970) memberikan definisi textbook sebagai berikut:

“Buku pelajaran adalah buku sekolah yang memuat bahan yang telah dipilih

mengenai mata pelajaran tertentu dan disusun secara sistematis untuk

dipahami.”32

Minto Rahayu mengungkapkan bahwa, ”Buku teks (Textbook) merupakan tulisan ilmiah yang mempunyai sumber bahan pustaka dan dipergunakan untuk keperluan pendidikan dan pengajaran”.33

Buku pada dasarnya adalah suatu karangan berisi gagasan seseorang yang dicetak pada lembaran-lembaran yang dijahit/dilekatkan dengan diberi sampul sehingga memiliki bentuk wajah dan susunan fisik tertentu.

Untuk memberikan pemahaman lebih luas dapatlah dikutipkan definisi tentang buku yang dirumuskan oleh para ahli luar negeri.

“A unit of publication, either bibliographically independent. Or a volume in a series published under the same title.”

(Suatu satuan terbitan, baik yang secara bibliografis berdiri sendiri atau suatu jilid dalam suatu seri yang diterbitkan di bawah judul yang sama.)

32

The Liang Gie, Terampil Mengarang, (Yogyakarta: ANDI, 2002), h. 143. 33


(54)

(Dari Educational Technology: Definition and Glossary of Terms, Volume 1, 1977.34

Presiden suatu universitas Carl R. Woodward (dimuat dalam buku Alfred Stefferud, ed., The Wonderful World of Books, 1953) merumuskan peranan buku demikian:

“Books are the instruments for perpetuating the body of knowledge painfully and slowly accumulated through the ages of man. Through them cultural resources of mankind become the birthright of the generations to come.” (Buku-buku merupakan peralatan untuk mengekalkan kumpulan pengetahuan yang secara susah payah dan perlahan-lahan dihimpun selama abad-abad hidup manusia. Melaluinya sumber daya budaya umat manusia menjadi hak waris angkatan-angkatan mendatang.)35

Ada yang mengatakan bahwa “buku teks adalah rekaman pikiran rasial yang disusun buat maksud-maksud dan tujuan-tujuan intruksional” (Hall Quest, 1915).

Ahli yang lain menjelaskan bahwa “buku teks adalah buku standar/buku

setiap cabang khusus studi”. (Lange, 1940).

Ahli yang lain mengemukakan bahwa “buku teks adalah buku yang dirancang buat penggunaan di kelas, dengan cermat disusun dan disiapakan oleh para pakar atau para ahli dalam bidang itu”.(Bacom, 1935).

Menurut Djago Tarigan dan Henry Guntur Tarigan, “Buku teks merupakan buku pelajaran dalam bidang studi tertentu yang merupakan buku standar yang disusun oleh pakar dalam bidang itu dan mudah dipakai di sekolah-sekolah sehingga dapat menunjang suatu program pengajaran”.36

34

Gie. op. cit., h. 131. 35

Gie, op. cit., h. 132. 36

Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia, (Bandung: Angkasa, 2009), h. 13.


(55)

Menurut Chambliss dan Calfee (1998), “Buku teks adalah alat bantu siswa untuk memahami dan belajar dari hal-hal yang dibaca dan untuk memahami dunia (di luar dirinya)”. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun 2005 menjelaskan bahwa “buku teks (buku pelajaran) adalah buku acuan wajib untuk digunakan di sekolah yang memuat materi pembelajaran yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan”.37

Bahasa buku, apalagi buku pelajaran, harusnya menggunakan bahasa baku, bahasa standar. Keberhasilan pengajaran di sekolah sebagian besar ditentukan oleh sang guru yang mengajar. Bagaimanapun lengkapnya sarana, apabila guru kurang pandai menyajikan pelajaran, hasilnya akan tidak memuaskan. Buku-buku pelajaran yang ditulis dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar akan menjadi salah satu factor penunjang dalam keberhasilan pelajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah.

Kita mengakui masih banyak buku yang dipakai di sekolah-sekolah sebagai buku pelajaran ditulis dengan bahasa yang kurang baik. Buku-buku yang ditulis oleh perseorangan yang dipakai baik oleh guru maupun oleh murid banyak yang harus diperbaiki lagi bahasanya. Tanpa perbaikan bahasa, sebaiknya buku-buku seperti itu dilarang peredarannya oleh yang berwenang.

Gagasan bahwa tiap buku yang akan diterbitkan oleh setiap penerbit harus diteliti bahasanya, kemudian diperbaiki kesalahan-kesalahan yang terdapat di dalamnya, merupakan suatu gagasan yang baik sekali. Seorang penyunting bahasa haruslah memperhatikan: 1) susunan kalimat yang baik; 2) bentukan kata yang tepat; 3) penggunaan ungkapan secara tepat; 4) pemilihan kata secara tepat dilihat dari segi makna; 5) penggunaan

37

Masnur Muslich, “Hakikat dan Fungsi Buku Teks”,

http://masnur-muslich.blogspot.com/2008/10/hakikat-dan-fungsi-buku-teks.html diakses tgl 21 Agustus


(56)

istilah secara tepat; 6) penulisan alinea secara tepat; 7) penggunaan tanda baca sesuai dengan aturan ejaan umum yang berlaku.38

Jadi, berdasarkan beberapa pengertian tersebut, buku teks merupakan buku pelajaran yang menjadi pegangan siswa/mahasiswa yang digunakan dalam mempelajari bidang studi tertentu, disusun dan distandarkan oleh pakarnya dengan maksud dan tujuan intruksional yang dilengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang sesuai dan mudah dipahami.

b. Struktur Buku Teks

Buku pelajaran sebagai suatu karangan ilmiah yang memuat bahan pelajaran memiliki susunan fisik tertentu. Bagian-bagian buku yang membentuk susunan fisik itu meliputi:

a. Judul

Buku yang diterbitkan mempunyai judul berupa nama yang menyatakan secara singkat apa yang merupakan isi buku. Judul diperlukan untuk pendaftaran ciptaan, perjanjian penerbitan, pencatatan daftar buku maupun untuk keperluan penggolongan karangan dan pembuatan kartu catalog pada perpustakaan.

b. Pagina judul

Pagina judul adalah suatu halaman pada awal buku yang mencantumkan secara lengkap keterangan-keterangan berupa judul selengkapnya dari buku, nama pengarang dari buku, edisi dan cetakulang yang ke berapa, dan keterangan mengenai penerbit buku.

c. Kata persembahan

38

J.S. Badudu, Cakrawala Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia pustaka Utama, 1993), h. 37.


(57)

Dedication atau kata persembahan dapat berwujud sebuah ungkapan pendek atau serangkaian kalimat yang merupakan suatu alinea yang cukup panjang.

d. Prakata

Prakata berisi penjelasan dari pengarang kepada para pembaca dengan bahasa yang tidak terlampau resmi dan dalam nada sebagai sahabat.

e. Kata pendahuluan

Kata pendahuluan merupakan semacam prakata yang ditulis oleh seseorang lain yang bukan pengarang dari buku yang bersangkutan.

f. Ucapan penghargaan

Bilamana orang-orang atau badan-badan yang memberikan bantuan kepada seorang pengarang dalam pengumpulan bahan, penulisan naskah, atau penyempurnaan buku cukup banyak dan perlu disebut satu demi satu, pengarang dapat menyediakan halaman tersendiri untuk menuliskan kata-kata penghargaan atau ucapan terima kasih.

g. Pengantar

Pengantar merupakan pembahasan awal yang sudah termasuk dalam bagian isi buku.

h. Daftar isi

Daftar isi mencatat secara urut pembagian dan perinci buku yang bersangkutan dalam bagian (part), bab (chapter), sampai paragraph (section).P


(58)

Karya tulis ilmiah dan buku pelajaran harus dibagi dalam sejumlah bab atau rincian lainnya sesuai dengan luasnya materi yang dipaparkan.

j. Daftar bacaan

Bibliografi adalah suatu daftar yang mencantumkan segenap sumber bacaan (buku dan artikel) yang digunakan oleh pengarang dalam menulis bukunya.

k. Daftar istilah

Bagi buku pelajaran yang cukup luas dan menyangkut banyak istilah ilmiah atau perkataan teknis, pengarang sebaiknya menyusun sebuah daftar istilah. Daftar itu dapat memuat istilah-istilah Indonesia saja atau istilah asing (misalnya bahasa Inggris) dengan terjemahannya dalam kata Indonesia. Istilah-istilah harus diurutkan menurut abjad dari A sampai Z.

l. Lampiran

Lampiran adalah bahan-bahan yang ditambahkan pada isi buku.

m. Indeks39

Indeks adalah suatu daftar menurut urutan abjad dari istilah/konsep/topik dan nama tokoh/ahli/penulis lain yang diperbincangkan dalam buku yang bersangkutan dengan disertai nomor pagina yang memuat perbincangan itu.

Dengan demikian, struktur buku teks berisi bagian-bagian buku yang dirangkai menjadi susunan fisik sebuah buku.

39Gie, op. cit., h. 134.


(59)

c. Fungsi Buku Teks

Greene dan Petty dalam Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan lebih jauh menyebutkan beberapa peranan buku teks, yaitu:

a. Mencerminkan suatu sudut pandang yang tangguh dan modern mengenai pengajaran serta mendemonstrasikan aplikasinya dalam bahan pengajaran yang disajikan

b. Menyajikan suatu sumber pokok masalah yang kaya, mudah dibaca dan bervariasi, yang sesuai dengan minat dan kebutuhan para siswa c. Menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan betahap mengenai

keterampilan-keterampilan ekspresional

d. Menyajikan bersama-sama dengan buku manual yang mendampinginya, mengenai metode-metode dan sarana-sarana pengajaran untuk memotivasi para siswa

e. Menyajikan fiksasi (perasaan yang mendalam) awal yang perlu dan juga sebagai penunjang bagi latihan-latihan dan tugas-tugas praktis. f. Menyajikan bahan atau sarana evaluasi dan remedial yang serasi dan

tepat guna40.

Beberapa peranan buku teks dalam pengajaran selain yang tertera di atas, antara lain:

a. Buku teks sebagai pengisi bahan haruslah menampilkan sumber bahan mantap, susunannya teratur dan sistematis.

b. Bahan yang terkandung dalam buku teks hendaknya tersusun rapi. c. Metode dan sarana penyajian bahan dalam buku teks harus memenuhi

syarat-syarat tertentu.

d. Buku teks juga sebaiknya menyajikan bahan secara mendalam.

e. Di samping sebagai sumber bahan, buku teks juga berperan sebagai sumber atau alat evaluasi dan pengajaran remedial.

40

Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia, (Bandung: Angkasa, 2009), h. 17.


(60)

Buku mempunyai berbagai macam fungsi atau peranan dalam dunia pendidikan, buku sangat bermanfaat bukan hanya untuk siswa melainkan untuk semua orang yang membacanya.

b. Kualitas Buku Teks

Sebuah buku teks dikatakan berkualitas baik apabila buku tersebut memenuhi sebelas butir kriteria dibawah ini:

a. Sudut pandangan (point of view) b. Kejelasan konsep

c. Relevan dengan kurikulum d. Menarik minat

e. Menumbuhkan motivasi f. Menstimulasi aktivitas g. Ilustratif

h. Komunikatif

i. Menunjang mata pelajaran lain j. Menghargai perbedaan individu k. Memantapkan nilai-nilai41

Kualitas buku sangat ditentukan dari materi apa yang disampaikan di dalam buku tersebut, pentingnya menciptakan buku yang kreatif dan inovatif dalam setiap materi akan menumbuhkan motivasi dan semangat bagi yang membacanya.

c. Keterbatasan Buku Teks

Greence dan Petty telah mengidentifikasi keterbatasan buku teks. Keterbatasan buku teks itu, antara lain:

a. Buku teks itu sendiri tidaklah mengajar (walaupun beberapa kegiatan belajar dapat dicapai dengan membacanya) tetapi merupakan suatu sarana pengajaran.

41


(61)

b. Isi yang disajikan sebagai perangkat-perangkat kegiatan belajar dipadu secara artificial atau secara buatan saja bagi setiap kelas tertentu.

c. Pelatihan-pelatihan dan tugas-tugas praktis agaknya kurang memadai karena keterbatasan-keterbatasan dalam ukuran buku teks dan dikarenakan begitu banyaknya praktik-praktik, pelatihan yang perlu dilaksanakan secara perbuatan.

d. Sarana-sarana pengajaran juga sangat sedikit dan singkat karena keterbatasan-keterbatasan ruang, tempat, atau wadah yang tersedia di dalamnya.

e. Pertolongan-pertolongan atau bantuan-bantuan yang berkaitan dengan evaluasi hanyalah bersifat sugestif dan tidaklah mengevaluasi keseluruhan yang diinginkan.42

Buku merupakan suatu sarana pengajaran, buku bukanlah guru yang bisa secara leluasa menyampaikan maksud dan tujuan tertentu. Dalam keterbatasan itulah buku tidak selalu bisa dijadikan tolak ukur dalam mengevaluasi setiap pembelajaran.

B. Penelitian yang Relevan

Muhriji (2012), mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan daerah fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, melakukan penelitian tanda mengenai “Kesalahan

Penggunaan Tanda Baca dalam Karangan Narasi Siswa Kelas XI MA Al-Khaeriyah Karang Tengah Cilegon, Banten Tahun Pelajaran 2012/2013”. Masih banyak terjadi kesalahan tanda baca pada karangan narasi yang di buat oleh siswa. Sehingga di butuhkan metode yang dapat meningkatkan pengetahuan siswa tentang menulis tanda baca yang sesuai dengan EYD. Dan di butuhkan perhatian dan motivasi dari guru untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan tentang tanda baca yang dimiliki siswa. Penelitian penulis

42


(62)

berbeda dengan penelitian Muhriji yang fokus meneliti penggunaan tanda baca dalam karangan narasi yang ditulis oleh siswa. Sedangkan penelitian penulis fokus meneliti EYD pada buku teks yang digunakan di sekolah.

Retno Kurniasari Widianingsih (2014), mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan daerah Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta, melakukan penelitian mengenai “Analisis Kesalahan Ejaan pada Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Kelas VI Sekolah Dasar Terbitan Yudhistira dan Erlangga”. Masih banyak terjadi kesalahan dalam kedua buku tersebut, sehingga dibutuhkan ketelitian yang lebih lagi untuk setiap buku yang akan terbit. Penelitian penulis berbeda dengan penelitian Retno Kurniasari Widianingsih yang fokus meneliti ejaan pada buku teks SD terbitan Yudhistira dan Erlangga. Penelitian penulis fokus meneliti EYD pada buku teks SMA terbitan Kemendikbud.

Widyaningsih (2009), Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta melakukan penelitian yang berjudul “Kesalahan Ejaan dan Ketidakbakuan Kata pada Karangan Argumentasi Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2008/2009” menyatakan bahwa kesalahan yang dibuat siswa sebagian besar terletak pada pemakaian huruf kapital, tanda baca, kata depan, singkatan, dan kata tidak baku. Kesalahan disebabkan ketidaktahuan siswa akan pembatasan kaidah-kaidah kebahasaan. Penelitian penulis berbeda dengan penelitian Widyaningsih yang fokus meneliti ejaan dan ketidakbakuan kata pada karangan argumentasi yang ditulis oleh siswa. Penelitian penulis fokus meneliti EYD pada buku teks yang digunakan di sekolah.

Penelitian yang dilakukan oleh penulis berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhriji, Retno Kurniasari Widianingsih, dan Widyaningsih.


(63)

Penelitian yang dilakukan oleh Muhriji subjeknya adalah karangan narasi yang ditulis oleh siswa dan objeknya adalah tanda baca yang terdapat di dalam karangan narasi tersebut. Penelitian yang dilakukan Retno Kurniasari Widianingsih subjeknya adalah buku teks pelajaran Bahasa Indonesia dan objeknya adalah buku teks bahasa Indonesia. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Widyaningsih subjeknya adalah karangan argumentasi yang ditulis oleh siswa dan objeknya adalah ejaan dan ketidakbakuan kata dalam karangan argumentasi tersebut. Berbeda dengan ketiga penelitian yang dilakukan oleh Muhriji, Retno Kurniasari Widianingsih dan Widyaningsih. Peneliti melakukan penelitian mengenai analisis kesalahan EYD pada buku teks bahasa Indonesia yang digunakan di sekolah. Dalam penelitian ini subjeknya adalah buku teks bahasa dan sastra Indonesia yang digunakan di sekolah dan objeknya adalah Ejaan yang Disempurnakan (EYD).

Dari penelitian di atas, telah dilakukan berbagai penelitian mengenai analisis kesalahan EYD. Hasilnya menunjukkan masih terdapat banyak kesalahan dalam penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) yang terdiri dari penulisan huruf, penulisan kata, dan penggunaan tanda baca. Oleh karena itu, penelitian tentang analisis kesalahan EYD masih sangat menarik untuk dilakukan.

Penelitian ini membahas tentang “Analisis Kesalahan EYD (Ejaan yang

Disempurnakan) pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013”. Penulis melakukan penelitian ini, dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif menurut Bogdan & Taylor (1990) adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan berprilaku yang dapat diamati yang diarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh).43 Oleh karena itu, setelah dilakukan penelitian, diharapkan agar seluruh pengguna EYD meningkatkan pehamaman tentang

43

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta, Bumi Aksara: 2013), h. 82.


(64)

aturan-aturan EYD yang telah ditetapkan dan menggunakan EYD sesuai aturan yang berlaku.


(1)

(2)

(3)

Gambaran Umum SMA Negeri 1 Parung Bogor

SMA Negeri Parung didirikan pada tanggal 01 Juli 1985 berdasarkan SK Mendikbud No 0601/O/1985. Awalnya SMAN 1 Parung merupakan filial (kelas Jauh) SMA Negeri 1 Cibinong. Menempati gedung sendiri di Jl Waru Jaya, Desa Waru Jaya, Kec. Parung sejak tahun 1987. Sampai tahun 2013 telah meluluskan sebanyak 26 angkatan.

Kepala Sekolah yang telah memimpin di SMAN 1 Parung : D1. Drs. Wirya JayaAtmaja tahun 1985-1989

D2. Juariman,BA(alm) tahun 1990-1992

D3. Nana Sutarna,BA tahun 1992-1995

D4. Drs. Acep Wiharsa tahun 1996-1998

D5. Dra.Hj. Zuraidah,M.M tahun 1998-2006

D6. Dra. Hj. Komariah tahun 2006-2009

D7. Drs. H. Ali Gozali,M.Pd tahun 2009-2011

D8. Drs. H. Ali tahun 2011- 2014

D9. Drs. Ikhwan Setiawan, MM tahun 2014 – sekarang

Identitas Sekolah

Nama Sekolah

Nama Sekolah : SMA NEGERI 1 PARUNG

NSS/NPSN Status Sekolah Alamat Sekolah Provinsi Kabupaten Kecamatan Desa Kode Pos Nomor Fax/Telepon

: 301020210051 / 20200602 : Sekolah Negeri

: JAWA BARAT : BOGOR

: PARUNG : WARU JAYA

: WARU JAYA NO.17 : Bogor, 16330

Rekening Sekolah


(4)

Atas Nama Nama Bank Alamat Bank

: SMA NEGERI 1 PARUNG : BRI Unit Parung

: Jl. Raya Parung – Bogor

Data Fisik Sekolah

a. Luas Tanah : 9.180 m2 b. Luas Bangunan : 6.500 m2

c. Status Tanah : Negara / Pemda Kab Bogor

d. No Akta / sertifikat tanah : 10.10.20.11.1.00001

e. Daya Listrik Total : 23500 VA

Jumlah Rombongan Belajar : 24 Kelas

a. Jumlah siswa Kelas I : 299 Orang b. Jumlah Siswa Kelas II : 318 Orang c. Jumlah Siswa Kelas III : 284 Orang Jumlah Seluruhnya : 865 Orang

Jumlah Guru : 47 orang


(5)

(6)

BIODATA PENULIS

Isma Rusan Farhani, lahir di Bogor tanggal 29 Desember 1993. Putri dari pasangan Rusdi AS dan Khoirunnisa. Penulis telah menempuh pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) di Raudhatul Athfal Islamiyah dari tahun 1998-1999. Melanjutkan pendidikan sekolah dasar di MI Islamiyah dari tahun 1999-2005. Melanjutkan pendidikan sekolah menengah pertama di MTS Islamiyah Darul Irfan dari tahun 2005-2008. Dan melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas di MA Islamiyah Darul Irfan dari tahun 2008-2011. Penulis mulai melanjutkan pendidikan S1 di perguruan tinggi sejak tahun 2011 melalui jalur penelusuran minat dan bakat (PMDK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis memilih Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, dan memilih jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra (PBSI) sampai tahun 2015.

Alamat Penulis sejak tahun 2003 hingga sekarang di Jl. Abdul Wahab RT 05 RW 05 No. 22 Sawangan Depok. Email : Isma_farhani@yahoo.com.