herpetiform.
22,23
Ketiganya memiliki perbedaan dalam hal ukuran, jumlah, kedalaman, dan durasi atau lamanya ulser.
23
Stanley 1972 membagi SAR menjadi tiga tipe, yaitu :
a. SAR Tipe Minor
SAR tipe minor disebut juga Mikulicz’s aphthae atau stomatitis aftosa ringan, mengenai 80 dari keseluruhan kasus SAR.
19,22,23
SAR tipe ini lebih sering terjadi dibandingkan tipe lainnya.
17
Lesi ini sering berulang, berbentuk bulat atau oval, dangkal, dengan diameter kurang dari 1 cm, ditutupi oleh pseudomembran
kuning keabu-abuan dan dikelilingi oleh pinggiran eritematus.
19,22
Ulserasi pada SAR tipe minor cenderung mengenai daerah-daerah non keratin, seperti mukosa labial,
mukosa bukal, dan dasar mulut.
22
Jumlah ulser bervariasi, dapat tunggal atau multipel 1-5 buah, dan akan sembuh dalam 7-14 hari tanpa meninggalkan jaringan parut.
19,22
Interval kekambuhan berkisar antara 1-4 bulan.
19,23
Gambar 1. Stomatitis aftosa rekuren tipe minor
24
Universitas Sumatera Utara
b. SAR Tipe Mayor
SAR tipe mayor disebut juga Periadenitis mucosa mecrotizing recurrens atau penyakit Sutton, diderita sekitar 10-15 penderita SAR, dan lesi ini lebih parah
dibandingkan tipe minor.
17,19,22
Jumlah ulser bervariasi antara 1-10 buah.
19,23
Secara morfologi, ulser ini sama dengan tipe minor, namun ukurannya lebih besar, lebih
dalam, biasanya lebih dari 1 cm hingga mencapai kira-kira 3 cm. Ulser dapat bertahan selama 2-6 minggu dan sembuh dengan meninggalkan jaringan parut.
19,22,23
SAR tipe mayor dapat terjadi pada bagian mana saja dari mukosa mulut, termasuk daerah berkeratin.
22
Jika lesi bertahan lama dan sering berulang, dapat menyebabkan kualitas hidup menjadi rendah.
25
Gambar 2. Stomatitis aftosa rekuren tipe mayor
24
c. SAR Tipe Herpetiform
Istilah herpetiform pada tipe ini dipakai karena bentuk klinisnya terdiri dari 100 ulser kecil-kecil yang muncul pada satu waktu, mirip dengan stomatitis
herpetika simpleks, tetapi tidak ditemukan virus herpes sebagai faktor
Universitas Sumatera Utara
penyebabnya.
17,22
SAR tipe ini paling jarang terjadi, hanya sekitar 5-10 dari penderita SAR.
17
Karakteristik penyakit ini adalah bentuknya yang multipel, bulat, berukuran kecil, biasanya 2-3 mm, cenderung bergabung membentuk ulser besar
dengan tepi yang irregular dan bertahan selama 10-14 hari.
17,19
Gambar 3. Stomatitis aftosa rekuren tipe herpetiform
26
5. Diagnosis Diagnosis SAR didasarkan pada anamnesis, gambaran klinis, lokasi terjadinya
lesi, dan riwayat penyakitnya, karena tidak ada tes diagnostik spesifik yang tersedia.
17,19
6. Perawatan Perawatan SAR dibagi menjadi 4, yaitu : penanganan ulser penyembuhan dan
mengurangi durasi, penanganan nyeri mengurangi nyeri dan mengembalikan fungsi, penanganan nutrisi konsumsi makanan dan buah, dan kontrol penyakit
mengurangi kekambuhan.
17
Universitas Sumatera Utara
2.4.2 Halitosis 1. Definisi
Halitosis merupakan bau mulut yang tidak menyenangkan yang dapat mengganggu kehidupan bersosial.
27
2. Epidemiologi
Terdapat anggapan bahwa 90 bau mulut itu berasal dari rongga mulut itu sendiri. Istilah oral halitosis dipakai secara spesifik untuk menjelaskan halitosis yang
berasal dari rongga mulut.
28
Hampir sebagian orang dewasa mengalami masalah bau mulut yang tidak menyenangkan ketika bangun di pagi hari dan hanya bersifat sementara. Hal ini
dihubungkan dengan gejala fisiologis, yaitu terjadinya penurunan aliran saliva selama tidur.
28
3. Etiologi
Halitosis dapat disebabkan oleh faktor-faktor fisiologis dan patologis yang berasal dari rongga mulut atau intra oral dan faktor-faktor sistemik atau ekstra oral.
Berdasarkan survei yang telah dilakukan di Amerika Serikat, penyebab utama halitosis sebagian besar 90 adalah karena faktor-faktor yang melibatkan rongga
mulut.
29
Kondisi mulut yang dapat memicu terjadinya bau mulut ialah kurang atau berhentinya aliran saliva, meningkatnya bakteri gram negatif anaerob, meningkatnya
Universitas Sumatera Utara
jumlah protein makanan, pH rongga mulut yang lebih bersifat alkali, serta meningkatnya jumlah sel-sel mati dan sel epitel nekrotik di dalam mulut.
29,30
Faktor penyebab halitosis yang paling sering adalah disebabkan karena kurang terjaganya kebersihan dan kesehatan rongga mulut. Pada pasien dengan
kebersihan mulut yang buruk cenderung terjadi pembusukan sisa-sisa makanan yang menumpuk di sela-sela gigi oleh bakteri yang ada di dalam rongga mulut. Keadaan
ini akan bertambah parah pada pasien yang memiliki kecenderungan untuk membentuk kalkulus dengan cepat.
29
4. Klasifikasi
Yaegaki dan Coil 2000 mengklasifikasikan halitosis menjadi tiga kategori, yaitu:
1. Genuine Halitosis
Genuine halitosis disebut juga halitosis sejati. Genuine halitosis dibagi menjadi halitosis fisiologis dan halitosis patologis.
29,30
a. Halitosis Fisiologis
Halitosis fisiologis merupakan halitosis yang bersifat sementara dan tidak membutuhkan perawatan. Pada halitosis tipe ini tidak ditemukan adanya kondisi
patologis yang menyebabkan halitosis. Contohnya adalah morning breath, yaitu bau nafas pada waktu bangun pagi. Keadaan ini disebabkan berkurangnya aliran saliva
selama tidur. Bau nafas ini dapat diatasi dengan merangsang aliran saliva dan menyingkirkan sisa makanan di dalam mulut dengan mengunyah, menyikat gigi, atau
berkumur.
29,30
Universitas Sumatera Utara
Halitosis fisiologis juga terjadi melalui proses pencernaan makanan di saluran pencernaan, misalnya bawang putih atau makanan pedas, atau melalui proses
pembusukan yang normal di dalam rongga mulut. Halitosis fisiologis ini tidak terkait dengan penyakit sistemik atau keadaan patologis.
29
b. Halitosis Patologis