Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara Terhadap Penyakit Mulut

(1)

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS NON KESEHATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TERHADAP PENYAKIT MULUT

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

ULFA ALFIYA SALIM NIM. 080600003

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Penyakit Mulut

Tahun 2013

Ulfa Alfiya Salim

Pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara terhadap penyakit mulut.

xii + 66 halaman

Rongga mulut merupakan pintu pertama masuknya bahan-bahan makanan untuk kebutuhan pertumbuhan individu yang sempurna dan kesehatan yang optimal. Kesehatan mulut yang optimal penting karena memberikan kontribusi dalam menjaga kesehatan individu baik dari faktor fisik, emosional, maupun sosial. Perhatian individu terhadap kesehatan mulut tergantung pada pengetahuan dan sikap individu tersebut terhadap kesehatan mulut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara terhadap penyakit mulut agar dapat mengatasi masalah penyakit mulut dikalangan mahasiswa menjadi lebih baik lagi melalui program penyuluhan.

Penelitian ini dilakukan secara survei deskriptif dengan pendekatan potong lintang. Subjek penelitian sebanyak 385 mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara, terdiri dari 168 orang laki-laki dan 217 orang


(3)

perempuan. Kuesioner diberikan setelah subjek penelitian dipilih berdasarkan metode pengambilan sampel yaitu systematic random sampling. Analisa data dilakukan secara deskriptif yang dihitung dalam bentuk persentase setiap pengetahuan, sikap, dan perilaku subjek penelitian. Data prevalensi disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara terhadap penyakit mulut.

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah persentase pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara terhadap penyakit mulut (SAR, halitosis, dan ulser traumatik) berada pada kategori baik (61-80%). Kategori baik menggambarkan bahwa subjek penelitian mengetahui bentuk penyakit mulut, memiliki sikap yang baik terhadap cara mengatasi halitosis, serta memiliki perilaku yang baik karena subjek penelitian telah dapat mengobati sendiri penyakit mulut yang dialaminya. Jadi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa terhadap penyakit mulut, diperlukan upaya penyuluhan promotif, preventif, maupun kuratif mengenai penyakit mulut. Selain itu, diperlukan promosi mengenai peranan dokter gigi yang tidak hanya berhubungan dengan masalah gigi saja, tetapi juga terhadap masalah penyakit mulut serta rongga mulut lainnya.


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 02 Januari 2013

Pembimbing : Tanda tangan

Dr. Wilda Hafni Lubis, drg., M.Si ... NIP : 195106111983032001


(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 02 Januari 2013

TIM PENGUJI

KETUA : Dr. Wilda Hafni Lubis, drg., M.Si ANGGOTA : 1. Sayuti Hasibuan, drg., Sp.PM


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang mana atas Berkat dan Rahmat-Nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi dengan judul “Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara Terhadap Penyakit Mulut ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi penulis untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi (SKG) di Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Sumatera Utara (USU).

Tersusunnya skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Orang tua tercinta Ayahanda Drs. M. Salim dan Ibunda Asnita, S.PdI. yang telah mencurahkan kasih sayang dalam mengasuh, mendo’akan, dan memenuhi segala kebutuhan penulis selama ini, kepada kakakku tersayang dr. Emil Salim dan adikku tersayang Cahyani Sri Afriliya Salim, serta seluruh keluarga besar atas semua motivasi, semangat, dan kritikan yang diberikan.

2. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan juga selaku dosen pembimbing akademik. 3. DR. Wilda Hafny Lubis, drg., M.Kes. selaku dosen pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.


(7)

4. Drg. Sayuti Hasibuan, Sp.PM. selaku Ketua Departemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh Dosen dan Pegawai di lingkungan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, khususnya di Departemen Ilmu Penyakit Mulut atas pendidikan yang diberikan selama penulis menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

6. Dekan dan staf pegawai Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara (Fakultas Hukum, Fakultas Pertanian, Fakultas Teknik, Fakultas Ekonomi, Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas MIPA, dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik) yang telah memberi izin selama penelitian berlangsung.

7. Sahabatku: Oki, Devia, Dila, Hafsyah, Tika, Ita, Ria, Edi, Riyanti, Cynthia, serta teman-teman FKG Stambuk 2008. Terima kasih atas semua warna-warni kehidupan dan menghabiskan waktu bersama dalam menggapai cita-cita serta memberikan motivasi dalam menjalankan pendidikan di FKG USU.

Penulis berharap skripsi ini dapat menjadi sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Gigi, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, Januari 2013 Penulis,

(Ulfa Alfiya Salim) NIM. 080600003


(8)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Peneltian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan ... 7

2.2. Sikap ... 8

2.3. Perilaku ... 9

2.4. Penyakit Mulut ... 11

2.4.1. Stomatitis Aftosa Rekuren ... 12

2.4.2. Halitosis ... 17

2.4.3. Ulser Traumatik ... 21


(9)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian ... 25

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

3.2.1. Tempat Penelitian ... 25

3.2.2. Waktu Penelitian ... 26

3.3. Populasi dan Sampel ... 26

3.3.1. Populasi ... 26

3.3.2. Sampel ... 26

3.3.3. Besar Sampel ... 27

3.4. Kriteria Inklusi ... 28

3.5. Kriteria Eksklusi ... 28

3.6. Kerangka Konsep ... 29

3.7. Definisi Operasional ... 29

3.8. Pengumpulan Data ... 30

3.9. Alur Penelitian ... 30

3.10. Pengukuran Data ... 31

3.10.1.Pengetahuan ... 32

3.10.2.Sikap ... 32

3.10.3.Perilaku ... 33

3.11. Pengolahan Data ... 33

3.12. Analisa Data ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Data Demografi Subjek Penelitian ... 35

4.2. Hasil Analisa Data Univariat ... 36

4.2.1. Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara Terhadap Penyakit Mulut .. 36

4.2.2. Sikap Mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara Terhadap Penyakit Mulut .. 41

4.2.3. Perilaku Mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara Terhadap Penyakit Mulut . 46

4.3. Kategori Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara Terhadap Penyakit Mulut Berdasarkan Skala Likert ... 51

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Demografi Subjek Penelitian ... 53

5.2. Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara Terhadap Penyakit Mulut ... 54

5.3. Sikap Mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara Terhadap Penyakit Mulut ... 56 5.4. Perilaku Mahasiswa Fakultas Non Kesehatan


(10)

Universitas Sumatera Utara Terhadap Penyakit Mulut ... 59

BAB VI KESIMPULAN

6.1. Kesimpulan ... 60 6.2. Saran ... 61 DAFTAR PUSTAKA ... 62 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Stomatitis Aftosa Rekuren tipe minor ... 14

2 Stomatitis Aftosa Rekuren tipe mayor ... 15

3 Stomatitis Aftosa Rekuren tipe herpetiform ... 16


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Distribusi karakteristik subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin ... 35 2 Distribusi pengetahuan subjek penelitian mengenai SAR berbentuk

oval, berwarna kuning atau abu, dan dapat tunggal atau multipel ... 36 3 Distribusi pengetahuan subjek penelitian mengenai SAR merupakan

penyakit mulut yang berulang ... 37 4 Distribusi pengetahuan subjek penelitian mengenai SAR merupakan

penyakit menurun ... 38 5 Distribusi pengetahuan subjek penelitian mengenai halitosis dapat

menjadi tanda adanya penyakit ginjal ... 39 6 Distribusi pengetahuan subjek penelitian mengenai ulser traumatik

berbentuk sesuai dengan penyebab terjadinya luka ... 40 7 Distribusi sikap subjek penelitian bahwa SAR tidak perlu segera diatasi

karena dapat sembuh dengan sendirinya ... 41 8 Distribusi sikap subjek penelitian bahwa halitosis berhubungan

dengan kebersihan lidah yang buruk ... 42 9 Distribusi sikap subjek penelitian bahwa halitosis dapat diatasi

dengan minum banyak air putih ... 43 10 Distribusi sikap subjek penelitian bahwa ulser traumatik sebaiknya

segera diatasi karena merupakan penyakit yang berbahaya ... 44 11 Distribusi sikap subjek penelitian bahwa kesehatan sistemik memiliki


(13)

hubungan dengan penyakit mulut ... 45 12 Distribusi perilaku subjek penelitian jika mengalami penyakit mulut

(SAR, halitosis, ulser traumatik) ... 46 13 Distribusi perilaku subjek penelitian mengenai kunjungan ke

dokter gigi ... 47 14 Distribusi perilaku subjek penelitian jika rentan terhadap penyakit

mulut (SAR, halitosis, ulser traumatik) ... 48 15 Distribusi perilaku subjek penelitian terhadap keberatan atau tidak

meninggalkan pekerjaan untuk pergi berobat ke dokter gigi ... 49 16 Distribusi perilaku subjek penelitian untuk mencegah halitosis……….50 17 Kategori pengetahuan subjek penelitian berdasarkan

Skala Likert……….51 18 Kategori sikap subjek penelitian berdasarkan

Skala Likert……….51 19 Kategori perilaku subjek penelitian berdasarkan


(14)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lembar persetujuan etik penelitian

Lampiran 2. Surat permohonan izin penelitian di Fakultas Hukum, Fakultas Pertanian, Fakultas Teknik, Fakultas Ekonomi, Fakultas MIPA, Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU Lampiran 3. Lembar penjelasan kepada subjek penelitian

Lampiran 4 Lembar kuesioner pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara


(15)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Penyakit Mulut

Tahun 2013

Ulfa Alfiya Salim

Pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara terhadap penyakit mulut.

xii + 66 halaman

Rongga mulut merupakan pintu pertama masuknya bahan-bahan makanan untuk kebutuhan pertumbuhan individu yang sempurna dan kesehatan yang optimal. Kesehatan mulut yang optimal penting karena memberikan kontribusi dalam menjaga kesehatan individu baik dari faktor fisik, emosional, maupun sosial. Perhatian individu terhadap kesehatan mulut tergantung pada pengetahuan dan sikap individu tersebut terhadap kesehatan mulut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara terhadap penyakit mulut agar dapat mengatasi masalah penyakit mulut dikalangan mahasiswa menjadi lebih baik lagi melalui program penyuluhan.

Penelitian ini dilakukan secara survei deskriptif dengan pendekatan potong lintang. Subjek penelitian sebanyak 385 mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara, terdiri dari 168 orang laki-laki dan 217 orang


(16)

perempuan. Kuesioner diberikan setelah subjek penelitian dipilih berdasarkan metode pengambilan sampel yaitu systematic random sampling. Analisa data dilakukan secara deskriptif yang dihitung dalam bentuk persentase setiap pengetahuan, sikap, dan perilaku subjek penelitian. Data prevalensi disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara terhadap penyakit mulut.

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah persentase pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara terhadap penyakit mulut (SAR, halitosis, dan ulser traumatik) berada pada kategori baik (61-80%). Kategori baik menggambarkan bahwa subjek penelitian mengetahui bentuk penyakit mulut, memiliki sikap yang baik terhadap cara mengatasi halitosis, serta memiliki perilaku yang baik karena subjek penelitian telah dapat mengobati sendiri penyakit mulut yang dialaminya. Jadi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa terhadap penyakit mulut, diperlukan upaya penyuluhan promotif, preventif, maupun kuratif mengenai penyakit mulut. Selain itu, diperlukan promosi mengenai peranan dokter gigi yang tidak hanya berhubungan dengan masalah gigi saja, tetapi juga terhadap masalah penyakit mulut serta rongga mulut lainnya.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kesehatan merupakan aset berharga, tidak hanya bagi individu tetapi juga untuk negara manapun. Setiap negara dapat berkembang cepat ketika penduduknya sehat dan menjalani kehidupan yang produktif. Kesehatan mulut sekarang diakui sama pentingnya dengan kesehatan sistemik. Osler menyatakan bahwa pentingnya rongga mulut sebagai cermin dari kesehatan sistemik.1

Rongga mulut merupakan pintu pertama masuknya bahan-bahan makanan untuk kebutuhan pertumbuhan individu yang sempurna, serta kesehatan yang optimal.2 Kesehatan rongga mulut yang buruk akan mempengaruhi kualitas hidup seseorang pada berbagai aspek kehidupan, baik secara fisik maupun psikologis, seperti fungsi rongga mulut, penampilan, dan hubungan interpersonal.3

Kesehatan mulut yang optimal penting karena memberikan kontribusi dalam menjaga kesehatan individu baik dari faktor fisik, emosional, maupun sosial. Namun, banyak individu yang menganggap bahwa kesehatan rongga mulut kurang penting dibandingkan masalah kesehatan tubuh lainnya yang sangat diperhatikan.4

Penyakit jaringan lunak mulut dapat menimbulkan keluhan atau tanpa keluhan, tampilannya dapat merupakan kelainan warna, kelainan yang bersifat jinak atau keganasan. Bila penyakit jaringan lunak mulut tidak memberikan gejala rasa sakit, umumnya penderita tidak akan datang berobat, padahal kemungkinan besar


(18)

penyakit yang tidak memberikan keluhan itu merupakan awal dari suatu keganasan, atau tanda awal dari penyakit sistemik yang berbahaya.2

Salah satu contoh masalah kesehatan mulut yang dapat terjadi tanpa kebersihan dan perawatan mulut yang tepat adalah halitosis. Meskipun masalah kesehatan mulut jarang fatal, kurangnya kesadaran, pendidikan, dan pelayanan tentang kesehatan mulut dapat menyebabkan keadaan yang lebih buruk dikemudian hari.5 Hasil penelitian Shulman (2005) diperoleh bahwa penyakit mulut yang paling sering terjadi adalah traumatic ulcer (1,89%), diikuti oleh recurrent aphthous stomatitis (1,64%).6

Perhatian individu terhadap kesehatan mulut tergantung pada sikap individu tersebut. Setiap individu menunjukkan sikap yang berbeda terhadap kesehatan rongga mulut, perawatan, serta terhadap dokter gigi. Sikap tidak dipelajari dari buku teks, tetapi diperoleh dari interaksi sosial, dan dipengaruhi oleh pengalaman, persepsi, serta keyakinan keluarga. Sikap sangat mempengaruhi perilaku individu terhadap kesehatan mulut.7

Perilaku kesehatan seperti yang didefinisikan oleh Steptoe dkk (1994) adalah kegiatan yang dilakukan untuk mempromosikan atau menjaga kesehatan dan mencegah penyakit. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku individu terhadap kesehatan adalah pengetahuan, keyakinan, sikap, keuangan, dan pengaruh anggota keluarga, teman, rekan kerja, serta petugas kesehatan. Individu yang memiliki pengetahuan tentang kesehatan mulut akan lebih cenderung mengadopsi perilaku pemeliharaan kesehatan. Pengetahuan (Oxford Dictionary) adalah keahlian


(19)

dan keterampilan yang diperoleh oleh seseorang melalui pengalaman atau pendidikan.7

Hamilton dkk (1991) menunjukkan bahwa ada hubungan antara peningkatan pengetahuan dengan kesehatan mulut yang lebih baik.8 Selain itu, dilaporkan bahwa jenis kelamin juga mempengaruhi pengetahuan individu tentang kesehatan mulut di kalangan siswa sekolah menengah di Tanzania. Selain itu, pengetahuan juga mempengaruhi perilaku individu untuk datang ke dokter gigi ketika mereka mengalami rasa sakit.9

Broadbent dkk (2006) mengungkapkan bahwa jenis kelamin, usia, status sosial ekonomi (SES), pendidikan, latar belakang budaya, stres, dan kecemasan berperan dalam mempengaruhi perilaku individu terhadap masalah kesehatan mulut. Individu yang tidak merawat gigi mereka, sehingga memiliki kebersihan mulut yang buruk, lebih mungkin dijumpai dibandingkan individu dengan kebersihan mulut yang baik, sehingga terjadinya masalah kesehatan lainnya, seperti penyakit mulut menular, infeksi seksual, penyakit gusi, dan kanker.5

Perilaku pencarian pengobatan merupakan tindakan yang dilakukan oleh seseorang saat mengalami gejala sakit, yang selanjutnya mengambil keputusan apakah akan mencari pengobatan profesional yaitu pengobatan yang berdasarkan ilmu kedokteran atau tidak. Apabila perilaku didasari pengetahuan, kesadaran atau sikap positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya, perilaku yang tidak didasari pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.10

Sharda dkk (2010) melaporkan kurang dari 50% mahasiswa memiliki pengetahuan yang baik tentang kesehatan mulut, lebih dari 50% mahasiswa


(20)

menunjukkan sikap yang baik terhadap perawatan mulut, dan kurang dari 50% mahasiswa menunjukkan perilaku kesehatan yang baik terhadap rongga mulut. Secara umum, mahasiswa perempuan menunjukkan pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap kesehatan mulut yang lebih baik dibandingkan mahasiswa laki-laki. Dilaporkan 74,7% mahasiswa mengatakan bahwa pentingnya konsultasi ke dokter gigi secara rutin. Namun, hanya 57,3% mahasiswa yang pernah konsultasi ke dokter gigi sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun mereka telah memiliki pengetahuan dan sikap tentang hal tersebut, tetapi semua pengetahuan itu tidak berubah ke dalam perilaku. Terdapat 69,7% mahasiswa mengunjungi dokter gigi untuk pemeriksaan rongga mulut secara rutin dan 30,3% karena mengunjungi dokter gigi karena nyeri atau bengkak. Persentase mahasiswa mengunjungi dokter gigi lebih tinggi pada perempuan daripada laki-laki, karena perempuan biasanya lebih peduli pada tubuh dan penampilan mereka.1

Berdasarkan hasil penelitian Sharda dkk (2010), dijelaskan bahwa masih kurangnya pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa Fakultas Non Kesehatan terhadap kesehatan mulut, dimana menurut penelitian Broadbent dkk (2006) tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku seseorang terhadap penyakit mulut.9 Oleh karena itu, peneliti ingin melihat pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara terhadap penyakit mulut.


(21)

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengetahuan mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara terhadap penyakit mulut ?

2. Bagaimana sikap mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara terhadap penyakit mulut ?

3. Bagaimana perilaku mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara terhadap penyakit mulut ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara terhadap penyakit mulut.

2. Untuk mengetahui sikap mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara terhadap penyakit mulut.

3. Untuk mengetahui perilaku mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara terhadap penyakit mulut.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi Fakultas Kedokteran Gigi terutama Departemen Ilmu Penyakit Mulut mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa terhadap penyakit mulut, sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam mengatasi masalah penyakit mulut di masyarakat.


(22)

2. Sebagai bahan informasi bagi dokter gigi untuk melakukan edukasi pada pasien yang datang mencari pengobatan ke praktik, sehingga meningkatnya kesadaran terhadap kesehatan mulut.

3. Hasil dari penelitian dapat digunakan Instansi Dinas Kesehatan Medan dalam melaksanakan program penyuluhan kesehatan gigi dan mulut untuk menambah pengetahuan tentang risiko penyakit mulut.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.10 Pengetahuan bisa diperoleh secara alami maupun secara terencana, yaitu melalui proses pendidikan. Pengetahuan merupakan ranah yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku.11

Tingkatan pengetahuan dibagi menjadi 6, yaitu :10,11

a. Tahu (know)

b. Memahami (comprehension) c. Aplikasi (application) d. Analisis (analysis) e. Sintesis (synthesis) f. Evaluasi (evaluation)

Apabila materi atau objek yang ditangkap pancaindera adalah tentang gigi, penyakit mulut, serta kesehatan gigi dan mulut, maka pengetahuan yang diperoleh adalah mengenai gigi, penyakit mulut, serta kesehatan gigi dan mulut.11

Pengukuran pengetahuan dilakukan menggunakan kuesioner dengan menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian. Kedalaman


(24)

pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan pengetahuan.10

2.2 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.Dari batasan-batasan di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.10 Ciri sikap yang terutama adalah memiliki arah, dan dengan arah ini sikap dapat bersifat positif dan negatif. Sikap positif mendekatkan diri seseorang terhadap objek, sedangkan sikap negatif menjauhkan dari objek.10,11

Menurut Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi dari suatu perilaku. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.10

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu:10,11 1. Menerima (Receiving)

2. Merespon (Responding) 3. Menghargai (Valuing)


(25)

Pengukuran sikap dilakukan menggunakan kuesioner dengan membuat suatu pernyataan tentang bagaimana pendapat subjek terhadap kesehatan mulut. Sikap yang baik akan dipengaruhi oleh pengetahuan mahasiswa terhadap kesehatan mulut. Misalnya, mahasiswa yang selalu mencari pengetahuan mengenai pemeliharaan kesehatan mulut atau mendiskusikan mengenai kesehatan mulut dengan dokter gigi, ini adalah bukti bahwa mahasiswa tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap kesehatan mulut.10

2.3Perilaku

Perilaku kesehatan adalah respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Masyarakat memiliki beberapa macam perilaku terhadap kesehatan. Perilaku tersebut dibagi menjadi dua, yaitu perilaku sehat dan perilaku sakit.12

a. Perilaku sehat yang dimaksud yaitu perilaku seseorang yang sehat dan meningkatkan kesehatannya tersebut. Perilaku sehat mencakup perilaku-perilaku dalam mencegah atau menghindari penyakit dan penyebab penyakit atau masalah dan penyebab masalah (perilaku preventif). Contoh perilaku sehat antara lain makan makanan dengan gizi seimbang, olah raga secara teratur, dan menggosok gigi sebelum tidur.12

b. Perilaku sakit adalah perilaku seseorang yang sakit atau telah terkena masalah kesehatan untuk memperoleh penyembuhan atau pemecahan masalah kesehatannya. Perilaku ini disebut perilaku pencarian pelayanan kesehatan. Perilaku ini mencakup tindakan-tindakan yang diambil seseorang bila terkena


(26)

masalah kesehatan untuk memperoleh kesembuhan melalui sarana pelayanan kesehatan, seperti puskesmas dan rumah sakit.12

Menurut Rogers (1974), sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :10,11

a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). b. Interest, dimana orang mulai tertarik kepada stimulus.

c. Evaluation, (menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut

bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Trial, dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.

e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Menurut Rogers, apabila penerimaan perilaku didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan langgeng (long

lasting). Sebaliknya, apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan

kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.10,11

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau berpendapat (sikap), proses selanjutnya adalah diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahuinya dan disikapinya (dinilai baik). Dalam memutuskan perilaku tertentu akan dibentuk atau tidak, seseorang selain mempertimbangkan informasi dan keyakinan tentang keuntungan atau kerugian yang akan didapat, juga akan mempertimbangkan sejauh


(27)

mana dia dapat mengatur perilaku tersebut. Menurut Bandura, pengaturan diri dalam hal berperilaku secara efektif tidak akan dicapai hanya dengan kehendak atau sikap saja akan tetapi dituntut juga memiliki pengetahuan yang baik.13

Kebersihan mulut merupakan hal mendasar untuk pemeliharan kesehatan mulut. Orang yang memiliki pengetahuan tentang kesehatan mulut akan lebih cenderung mengadopsi perilaku perawatan diri.11

2.4 Penyakit Mulut

Rongga mulut merupakan salah satu bagian tubuh yang cukup unik sehubungan dengan kesehatan penderita, oleh karena rongga mulut merupakan pintu pertama masuknya bahan-bahan kebutuhan untuk pertumbuhan individu yang sempurna serta kesehatan yang optimal.3 Rongga mulut dapat mengalami bermacam-macam kelainan yang merupakan masalah yang belum diatasi sepenuhnya. Kondisi lingkungan rongga mulut sangat kompleks, dimana kemungkinan iritasi mekanik, fisik, dan kimiawi serta banyaknya jenis mikroorganisme dan susunan saliva dapat mempengaruhi terjadinya perubahan kondisi lingkungan rongga mulut yang memungkinkan terjadinya suatu penyakit.2

Penyakit yang terjadi di dalam mulut khususnya mukosa mulut dapat memberikan keluhan atau tanpa keluhan, bisa berupa kelainan jinak dan keganasan. Jika penyakit jaringan lunak rongga mulut tidak memberikan gejala rasa sakit umumnya pasien tidak datang berobat, padahal kemungkinan besar lesi yang tidak memberikan keluhan itu merupakan tanda awal dari keganasan atau tanda awal dari penyakit sistemik yang berbahaya.2


(28)

Para ahli epidemiologi dan sosial menemukan adanya hubungan antara kondisi kesehatan rongga mulut dengan hal-hal yang berkaitan dengan kualitas hidup, seperti kelainan fungsi, perasaan tidak nyaman, dan ketidakmampuan fisik, psikologis, maupun sosial.14

Beberapa hasil penelitian tentang penyakit mulut yang sering terjadi di kalangan mahasiswa yaitu halitosis, Stomatitis Aftosa Rekuren, dan ulser traumatik. Halitosis merupakan masalah yang sering terjadi di dunia dan dapat menyebabkan kondisi yang tidak nyaman dalam bersosialisasi. Dilaporkan bahwa 85% populasi mengalami masalah halitosis. Namun, pada penelitian yang dilakukan oleh Eldarrat (2011) hanya 15% dari mahasiswa yang mengalami masalah halitosis.15

Menurut Gorsky dkk (2008), Stomatitis Aftosa Rekuren merupakan penyakit yang sering terjadi dengan prevalensi 5% sampai 25%, dan dalam kelompok tertentu ketika berada di bawah stres prevalensi bisa lebih dari 50%.16 Hasil penelitian Ship dkk (2000) bahwa prevalensi tertinggi pada mahasiswa Kedokteran dan Kedokteran Gigi, prevalensi mencapai 50-60%.17 Penelitian Garcia (2002) tentang penyakit jaringan lunak mulut yang sering terjadi pada orang dewasa diperoleh ulser traumatik dengan prevalensi 7,1%.18

2.4.1 Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR)

1. Defenisi

Stomatitis aftosa rekuren (SAR) atau yang biasa disebut sariawan adalah ulser yang berulang, berbentuk bulat atau oval, dangkal, dikelilingi batas eritematus yang jelas dengan dasar berwarna kuning atau abu-abu.19 SAR dapat terjadi pada lidah,


(29)

dasar mulut, mukosa labial, mukosa bukal, palatum lunak, dan mukosa orofaring. Lesi SAR dapat tunggal atau multipel dan terasa sakit terlebih pada waktu makan, menelan, dan berbicara sehingga sangat mengganggu pasien.20

2. Epidemiologi

Pada umumnya, SAR menyerang sekitar 20% dari populasi. 21 Di Eropa Barat, SAR merupakan kelainan mukosa yang paling sering terjadi dan mempengaruhi sekitar 15-20% dari populasi di Inggris. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan pada golongan sosioekonomi atas dan diantara para mahasiswa selama waktu-waktu ujian.22 SAR lebih sering menyerang perempuan dibandingkan laki-laki, baik pada anak-anak maupun orang dewasa.21

3. Faktor Predisposisi

Sampai saat ini etiologi SAR masih belum diketahui secara pasti.19 Walaupun demikian, SAR bersifat multifaktorial, yaitu terdapat beberapa faktor yang menjadi faktor predisposisi penyakit ini.21 Faktor predisposisi terjadinya SAR yaitu genetik, defisiensi nutrisi (zat besi, asam folat, atau vitamin B12), trauma, stres, merokok, alergi makanan, hipersensitifitas terhadap obat kumur sodium lauryl sulfate (SLS), hormonal, penyakit sistemik, gangguan imunologi, dan infeksi bakteri.19,22,23

4. Gambaran Klinis

Secara klinis SAR dibagi dalam 3 tipe, yaitu stomatitis aftosa rekuren tipe minor, stomatitis aftosa rekuren tipe mayor, dan stomatitis aftosa rekuren tipe


(30)

herpetiform.22,23 Ketiganya memiliki perbedaan dalam hal ukuran, jumlah, kedalaman, dan durasi atau lamanya ulser. 23

Stanley (1972) membagi SAR menjadi tiga tipe, yaitu :

a. SAR Tipe Minor

SAR tipe minor (disebut juga Mikulicz’s aphthae atau stomatitis aftosa ringan), mengenai 80% dari keseluruhan kasus SAR.19,22,23 SAR tipe ini lebih sering terjadi dibandingkan tipe lainnya.17 Lesi ini sering berulang, berbentuk bulat atau oval, dangkal, dengan diameter kurang dari 1 cm, ditutupi oleh pseudomembran kuning keabu-abuan dan dikelilingi oleh pinggiran eritematus.19,22 Ulserasi pada SAR tipe minor cenderung mengenai daerah-daerah non keratin, seperti mukosa labial, mukosa bukal, dan dasar mulut.22 Jumlah ulser bervariasi, dapat tunggal atau multipel (1-5 buah), dan akan sembuh dalam 7-14 hari tanpa meninggalkan jaringan parut.19,22 Interval kekambuhan berkisar antara 1-4 bulan.19,23

Gambar 1. Stomatitis aftosa rekuren tipe minor24


(31)

b. SAR Tipe Mayor

SAR tipe mayor (disebut juga Periadenitis mucosa mecrotizing recurrens atau penyakit Sutton), diderita sekitar 10-15% penderita SAR, dan lesi ini lebih parah dibandingkan tipe minor.17,19,22 Jumlah ulser bervariasi antara 1-10 buah.19,23 Secara morfologi, ulser ini sama dengan tipe minor, namun ukurannya lebih besar, lebih dalam, biasanya lebih dari 1 cm hingga mencapai kira-kira 3 cm. Ulser dapat bertahan selama 2-6 minggu dan sembuh dengan meninggalkan jaringan parut.19,22,23 SAR tipe mayor dapat terjadi pada bagian mana saja dari mukosa mulut, termasuk daerah berkeratin.22 Jika lesi bertahan lama dan sering berulang, dapat menyebabkan kualitas hidup menjadi rendah.25

Gambar 2. Stomatitis aftosa rekuren tipe mayor 24

c. SAR Tipe Herpetiform

Istilah herpetiform pada tipe ini dipakai karena bentuk klinisnya (terdiri dari 100 ulser kecil-kecil yang muncul pada satu waktu), mirip dengan stomatitis herpetika simpleks, tetapi tidak ditemukan virus herpes sebagai faktor


(32)

penyebabnya.17,22 SAR tipe ini paling jarang terjadi, hanya sekitar 5-10% dari penderita SAR.17 Karakteristik penyakit ini adalah bentuknya yang multipel, bulat, berukuran kecil, biasanya 2-3 mm, cenderung bergabung membentuk ulser besar dengan tepi yang irregular dan bertahan selama 10-14 hari.17,19

Gambar 3. Stomatitis aftosa rekuren tipe herpetiform26

5. Diagnosis

Diagnosis SAR didasarkan pada anamnesis, gambaran klinis, lokasi terjadinya lesi, dan riwayat penyakitnya, karena tidak ada tes diagnostik spesifik yang tersedia.17,19

6. Perawatan

Perawatan SAR dibagi menjadi 4, yaitu : penanganan ulser (penyembuhan dan mengurangi durasi), penanganan nyeri (mengurangi nyeri dan mengembalikan fungsi), penanganan nutrisi (konsumsi makanan dan buah), dan kontrol penyakit (mengurangi kekambuhan).17


(33)

2.4.2 Halitosis 1. Definisi

Halitosis merupakan bau mulut yang tidak menyenangkan yang dapat mengganggu kehidupan bersosial.27

2. Epidemiologi

Terdapat anggapan bahwa 90% bau mulut itu berasal dari rongga mulut itu sendiri. Istilah oral halitosis dipakai secara spesifik untuk menjelaskan halitosis yang berasal dari rongga mulut.28

Hampir sebagian orang dewasa mengalami masalah bau mulut yang tidak menyenangkan ketika bangun di pagi hari dan hanya bersifat sementara. Hal ini dihubungkan dengan gejala fisiologis, yaitu terjadinya penurunan aliran saliva selama tidur.28

3. Etiologi

Halitosis dapat disebabkan oleh faktor-faktor fisiologis dan patologis yang berasal dari rongga mulut atau intra oral dan faktor-faktor sistemik atau ekstra oral. Berdasarkan survei yang telah dilakukan di Amerika Serikat, penyebab utama halitosis sebagian besar (90%) adalah karena faktor-faktor yang melibatkan rongga mulut.29

Kondisi mulut yang dapat memicu terjadinya bau mulut ialah kurang atau berhentinya aliran saliva, meningkatnya bakteri gram negatif anaerob, meningkatnya


(34)

jumlah protein makanan, pH rongga mulut yang lebih bersifat alkali, serta meningkatnya jumlah sel-sel mati dan sel epitel nekrotik di dalam mulut.29,30

Faktor penyebab halitosis yang paling sering adalah disebabkan karena kurang terjaganya kebersihan dan kesehatan rongga mulut. Pada pasien dengan kebersihan mulut yang buruk cenderung terjadi pembusukan sisa-sisa makanan yang menumpuk di sela-sela gigi oleh bakteri yang ada di dalam rongga mulut. Keadaan ini akan bertambah parah pada pasien yang memiliki kecenderungan untuk membentuk kalkulus dengan cepat.29

4. Klasifikasi

Yaegaki dan Coil (2000) mengklasifikasikan halitosis menjadi tiga kategori, yaitu:

1. Genuine Halitosis

Genuine halitosis disebut juga halitosis sejati. Genuine halitosis dibagi menjadi halitosis fisiologis dan halitosis patologis.29,30

a. Halitosis Fisiologis

Halitosis fisiologis merupakan halitosis yang bersifat sementara dan tidak membutuhkan perawatan. Pada halitosis tipe ini tidak ditemukan adanya kondisi patologis yang menyebabkan halitosis. Contohnya adalah morning breath, yaitu bau nafas pada waktu bangun pagi. Keadaan ini disebabkan berkurangnya aliran saliva selama tidur. Bau nafas ini dapat diatasi dengan merangsang aliran saliva dan menyingkirkan sisa makanan di dalam mulut dengan mengunyah, menyikat gigi, atau berkumur.29,30


(35)

Halitosis fisiologis juga terjadi melalui proses pencernaan makanan di saluran pencernaan, misalnya bawang putih atau makanan pedas, atau melalui proses pembusukan yang normal di dalam rongga mulut. Halitosis fisiologis ini tidak terkait dengan penyakit sistemik atau keadaan patologis.29

b. Halitosis Patologis

Halitosis patologis merupakan halitosis yang bersifat permanen dan tidak dapat diatasi hanya dengan pemeliharaan oral hygiene saja, tetapi membutuhkan suatu penanganan dan perawatan sesuai dengan sumber penyebab halitosis. Karies dan penyakit periodontal merupakan penyebab utama halitosis patologis. Selain itu, penyakit sistemik seperti diabetes, gagal ginjal, dan gangguan hati juga dapat menimbulkan bau nafas yang khas.29,30

2. Pseudohalitosis

Pseudohalitosis digambarkan sebagai suatu kondisi dimana pasien merasakan dirinya memilki bau nafas yang buruk, namun tidak dapat terdeteksi dengan tes ilmiah.29

3. Halitophobia.

Pada kondisi ini, walaupun telah berhasil mengikuti perawatan genuine halitosis maupun telah mendapat konseling pada kasus pseudohalitosis, pasien masih khawatir dan terganggu oleh adanya halitosis, padahal setelah dilakukan pemeriksaan yang teliti baik kesehatan gigi dan mulut maupun kesehatan tubuh lainnya ternyata baik, dan tidak ditemukan suatu kelainan yang berhubungan dengan halitosis. Diperlukan pendekatan psikologis untuk mengatasi masalah kejiwaan yang melatar


(36)

belakangi keluhan ini yang biasanya dapat dilakukan oleh seorang ahli seperti psikiater ataupun psikolog.29,30

5. Diagnosis

Diagnosis halitosis sangat penting dilakukan untuk mengetahui penyebab dan mencegah terjadinya halitosis sehingga memungkinkan untuk melakukan evaluasi terhadap keberhasilan pencegahan yang telah dilakukan. Metode diagnosis halitosis dibedakan atas metode langsung dan tidak langsung.30

a. Metode langsung

Self diagnosis dan home diagnosis

High Performance Gas Chromatography (HPGC)

• Pengukuran Organoleptic • Halimeter

b. Metode tidak langsung

• Tes Benzoyl DL Arginine Naphthylamide (BANA)

6. Perawatan

Penanganan halitosis tergantung pada faktor penyebabnya, yang penting dokter gigi dapat membedakan penyebab bau mulut sebagai kelainan di dalam atau di luar mulut. Umumnya halitosis bisa dikurangi atau dihilangkan sama sekali dengan menjaga kebersihan mulut, seperti menyikat gigi, menggunakan benang gigi, membersihkan lidah, menggunakan obat kumur dan diet sehat. Namun,


(37)

kadang-kadang diperlukan penangganan oleh tenaga profesional untuk melakukan rujukan. Halitosis dapat diatasi secara efektif, dengan melakukan pemeriksaan secara menyeluruh dan diagnosa yang tepat.30

2.4.3 Ulser traumatik 1. Definisi

Ulser traumatik merupakan penyakit mulut yang disebabkan oleh karena adanya trauma, seperti trauma karena bahan-bahan kimia, panas, listrik, atau gaya mekanik. Ulser traumatik biasanya terjadi pada mukosa pipi, mukosa bibir, palatum, dan tepi lidah. Ulser traumatik dapat terjadi pada laki-laki dan perempuan dengan prevalensi yang sama.31

2. Etiologi

Ulser traumatik dapat disebabkan oleh trauma fisik atau trauma kimiawi. Ulser akibat trauma fisik disebabkan oleh permukaan tajam, seperti cengkeram atau tepi-tepi protesa, peralatan ortodonti, kebiasaan menggigit bibir, gigi yang fraktur, atau makanan dan minuman yang terlalu panas biasanya terjadi pada palatum. Ulser traumatik yang disebabkan oleh bahan-bahan kimiawi dapat terjadi karena tablet aspirin atau krim sakit gigi yang diletakkan pada gigi-gigi yang sakit.22,31

3. Gambaran Klinis

Ulser traumatik mempunyai gambaran khas berupa ulser tunggal yang tidak teratur. Lesi biasanya tampak sedikit cekung, berbentuk oval, bagian tengah lesi


(38)

berwarna kuning kelabu. Pada awalnya daerah eritematus dijumpai di perifer, yang perlahan-lahan menjadi muda karena proses keratinisasi.31 Seringkali trauma penyebabnya jelas terungkap pada pemeriksaan riwayat penyakit atau pemeriksaan klinis. Mukosa yang rusak karena bahan kimia seperti terbakar oleh aspirin umumnya batasnya tidak jelas, dan mengandung kulit permukaan yang terkoagulasi dan mengelupas.22,31

Gambar 4. Ulser traumatik31

4. Diagnosis

Ulser traumatik mempunyai gambaran khas berupa ulser tunggal yang tidak teratur.22 Penyebab ulser traumatik dapat diketahui dari anamnesis dan pemeriksaan klinis. Diagnosis ulser ini biasanya lebih sulit karena pasien mungkin kurang terbuka pada saat anamnesis, sehingga indeks kecurigaan yang tinggi diperlukan untuk menetapkan diagnosis.31


(39)

5. Perawatan

Bila trauma diduga sebagai faktor etiologi, maka penyebab harus dihilangkan dan penderita diberi obat kumur antiseptik seperti klorheksidin. Bila asal lesi benar-benar trauma, maka ulser akan sembuh dalam waktu 7-10 hari. Setiap ulser yang menetap melebihi waktu ini harus dibiopsi untuk menentukan apakah ulser tersebut merupakan karsinoma. Demikian pula untuk setiap penderita yang diperkirakan menderita luka yang timbul dengan sendirinya (artefakta), dokter umumnya juga harus diberitahu.22


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ini dilakukan terhadap sekumpulan objek biasanya cukup banyak, dalam jangka waktu tertentu. Tujuannya untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara terhadap penyakit mulut, dengan cara mengajukan pertanyaan melalui kuesioner. Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study dimana pengambilan data dilakukan hanya sekali saja pada setiap subjek penelitian.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Universitas Sumatera Utara terdiri atas Fakultas Kesehatan (Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Psikologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, dan Fakultas Keperawatan) dan Fakultas Non Kesehatan (Fakultas Hukum, Fakultas Pertanian, Fakultas Teknik, Fakultas Ekonomi, Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas MIPA, dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik). Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Non Kesehatan karena tidak membahas masalah kesehatan


(41)

secara rinci, sehingga dapat mengetahui bagaimana pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa tersebut terhadap penyakit mulut.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian direncanakan dimulai pada bulan Oktober 2012 sampai seluruh data penelitian terkumpul. Dimana masa aktif perkuliahan Universitas Sumatera Utara semester ganjil tahun 2012 yaitu bulan September 2012 sampai dengan Januari 2013.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi target penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara. Populasi terjangkau penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara stambuk 2009. Menurut data sekunder dari Universitas Sumatera Utara jumlah populasi mahasiswa Fakultas Non Kesehatan stambuk 2009 sekitar 3488 orang.


(42)

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian ini adalah semua mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara yang ditetapkan dalam dua kriteria, yaitu kriteria inklusi dan eksklusi. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode systematic

random sampling, dimana sampel dipilih berdasarkan nomor urut yang telah

ditentukan dengan rumus 1/n dari populasi, maka tiap nomor ke-n dipilih sebagai sampel. Penentuan angka awal dilakukan secara acak, misalnya dengan menjatuhkan ujung pinsil ke deretan angka pada tabel random.32

3.3.3 Besar Sampel

Untuk mendapatkan besar sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan persentase pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa terhadap penyakit mulut berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Sharda (2010) yaitu sebesar 50,73 %.1 Penggunaan rumus dibawah ini dilakukan karena penelitian ini menggunakan skala pengukuran kategorikal yaitu skala ordinal. Skala ordinal tidak hanya dikategorikan kepada persamaan atau perbedaan dengan himpunan yang lain, tetapi juga mempunyai perbedaan tingkat antara anggota himpunan.32

n = Zα2.P.Q d2

= 1,962. 0,5073 . (1-0,5073) (0,05)2 = 384 sampel


(43)

Dengan ketentuan :

n : jumlah sampel

Zα : deviat baku alfa = 1,96

P : proporsi kategori variabel yang diteliti = 50,73 %

Q : 1- P = 1- 0,5073 = 0,49

d : presisi (0,05)

Dari rumus tersebut, presisi penelitian berarti kesalahan penelitian yang masih bisa diterima untuk memprediksi proporsi yang akan diperoleh yaitu 5% karena peneliti ingin mendapatkan hasil penelitian yang lebih tepat. Jadi, besar sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 385 orang.

Jumlah subjek penelitian kemudian didistribusikan merata pada tiap Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara, yaitu :

a. Fakultas Hukum : 1/7 x 384 = 55 orang b. Fakultas Pertanian : 1/7 x 384 = 55 orang c. Fakultas Teknik : 1/7 x 384 = 55 orang d. Fakultas Ekonomi : 1/7 x 384 = 55 orang e. Fakultas Ilmu Budaya : 1/7 x 384 = 55 orang f. Fakultas MIPA : 1/7 x 384 = 55 orang g. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik : 1/7 x 384 = 55 orang


(44)

3.4Kriteria Inklusi

1. Mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara stambuk 2009.

2. Mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara yang terpilih berdasarkan teknik pengambilan sampel.

3.5 Kriteria Eksklusi

1. Mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara yang tidak bersedia mengisi kuesioner.

2. Mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara yang tidak hadir pada saat penelitian.

3.6 Kerangka Konsep

Pengetahuan

Penyakit mulut (halitosis, RAS, traumatic ulcer)

Perilaku Sikap

sosioekonomi jenis kelamin

lingkungan / tempat tinggal


(45)

3.7 Definisi Operasional

1. Pengetahuan adalah kemampuan subjek penelitian untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban baik lisan atau tulisan, bukti atau tulisan tersebut merupakan suatu reaksi dari suatu stimulus yang berupa pertanyaaan baik lisan atau tulisan.33

Cara ukur : Berdasarkan skor kuesioner Alat ukur : Kuesioner penelitian

Hasil ukur : Ordinal

2. Sikap adalah pendapat subjek penelitian terhadap penyakit mulut.11 Cara ukur : Berdasarkan skor kuesioner

Alat ukur : Kuesioner penelitian Hasil ukur : Ordinal

3. Perilaku adalah perbuatan nyata yang dilakukan sebagai akibat dari pengetahuan dan sikap subjek penelitian terhadap penyakit mulut.11

Cara ukur : Berdasarkan skor kuesioner Alat ukur : Kuesioner penelitian

Hasil ukur : Ordinal

4. Penyakit mulut merupakan perubahan yang abnormal pada permukaan mukosa mulut (merah, pigmentasi, atau ulserasi) atau adanya pembengkakan.34


(46)

3.8 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan secara survei lapangan dengan mengunjungi subjek penelitian sebanyak 385 orang. Data diambil dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner dengan mengajukan pertanyaan yang telah disusun kepada subjek penelitian. Data sekunder adalah data yang didapatkan dari pihak fakultas yang berhubungan dengan jumlah mahasiswa.

3.9 Alur Penelitian

1. Peneliti mendatangi setiap Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara untuk mengetahui jadwal kuliah dan absensi mahasiswa stambuk 2009. 2. Peneliti memilih subjek penelitian berdasarkan metode pengambilan sampel

dan ditentukan berdasarkan absensi mahasiswa.

3. Kuesioner dibagikan sebelum perkuliahan dimulai dan dibagikan kepada subjek penelitian yang telah dipilih berdasarkan metode pengambilan sampel. 4. Prosedur penelitian ini dilakukan disetiap Fakultas Non Kesehatan Universitas

Sumatera Utara sampai semua subjek penelitian terkumpul. 5. Selanjutnya, data tersebut diolah.


(47)

3.10 Pengukuran Data

Kuesioner pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa Fakultas Non

Kesehatan Universitas Sumatera Utara terhadap penyakit mulut dapat diukur dengan menggunakan skala Likert, dengan cara sebagai berikut :35

1. Pemberian skor tiap jawaban pertanyaan/pernyataan, dengan skor tertinggi 3 dan skor terendah 1.

2. Jumlah masing-masing pertanyaan/pernyataan untuk mengukur pengetahuan, sikap, dan perilaku adalah 5.

3. Total skor = skor tertinggi x jumlah pertanyaan x jumlah subjek penelitian = 3 x 5 x 385

= 5575

4. Jumlah skor (pengetahuan, sikap, atau perilaku) :

Total masing-masing jawaban subjek penelitian x skor masing-masing pilihan jawaban

5. Kategori (pengetahuan, sikap, atau perilaku) subjek penelitian : Jumlah skor (pengetahuan, sikap, atau perilaku) x 100%


(48)

Tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku subjek penelitian diklasifikasikan dalam 5 (kategori), yaitu :

a. Sangat kurang (0-20%) b. Kurang (21-40%) c. Cukup (41-60%) d. Baik (61-80%)

e. Sangat baik (81-100%)

3.10.1 Pengetahuan

Skor untuk pertanyaan mengenai pengetahuan dengan 3 pilihan jawaban, yaitu :

a. Ya = 3

b. Tidak = 2

c. Tidak tahu = 1

3.10.2 Sikap

Skor untuk pernyataan mengenai pengetahuan dengan 3 pilihan jawaban, yaitu :

a. Setuju (S) = 3

b. Ragu-ragu (RR) = 2 c. Tidak setuju (TS) = 1


(49)

3.10.3 Perilaku

Skor untuk pertanyaan mengenai pengetahuan dengan 3 pilihan jawaban, yaitu :

a. Jawaban a = 3 b. Jawaban b = 2 c. Jawaban c = 1

3.11 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual, melalui proses:

a) Editing (Penyuntingan Data)

Kegiatan ini dimaksudkan untuk meneliti kembali formulir data, mengecek kembali apakah data yang terkumpul sudah lengkap, terbaca dengan jelas dan tidak meragukan serta apakah ada kesalahan dan sebagainya.

b) Membuat Lembaran Kode (Coding Sheet)

Coding dilakukan untuk mengubah data yang telah terkumpul ke dalam bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan kode.

c) Memasukkan Data (Data entry)

Mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.


(50)

d) Tabulasi

Membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan penelitian.

3.12 Analisa Data

Data diolah secara deskriptif yaitu data univariat dan dihitung dalam bentuk persentase. Data tersebut disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan kuesioner untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara terhadap penyakit mulut.


(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Data Demografi Subjek Penelitian

Tabel 1. DISTRIBUSI KARAKTERISTIK SUBJEK PENELITIAN

BERDASARKAN JENIS KELAMIN

Fakultas Laki-laki Perempuan Total

N % N % N %

Hukum 25 6,5 30 7,8 55 14,3

Pertanian 24 6,2 31 8,1 55 14,3

Teknik 32 8,3 23 5,9 55 14,3

Ekonomi 27 7,0 28 7,3 55 14,3

Ilmu Budaya 23 5,9 32 8,3 55 14,3

MIPA 21 5,4 34 8,8 55 14,3

Ilmu Sosial dan Politik 16 4,2 39 10,1 55 14,3 Total 168 43,6 217 56,4 385 100

Tabel di atas menunjukkan data demografi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin. Total subjek penelitian sebanyak 385 orang. Jumlah subjek penelitian Fakultas Hukum 25 orang laki-laki (6,5%) dan 30 orang perempuan (7,8%), Fakultas Pertanian 24 orang laki-laki (6,2%) dan 31 orang perempuan (8,1%), Fakultas Teknik 32 orang laki-laki (8,3%) dan 23 orang perempuan (5,9%), Fakultas Ekonomi 27 orang laki-laki (7,0%) dan 28 orang perempuan (7,3%), Fakultas Ilmu Budaya 23 orang laki-laki (5,9%) dan 32 orang perempuan (8,3%), Fakultas MIPA 21 orang laki-laki (5,4%) dan 34 orang perempuan (8,8%), serta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 16 orang laki-laki (4,2%) dan 39 orang perempuan (10,1%).


(52)

4.2 Hasil Analisa Data Univariat

4.2.1 Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas

Sumatera Utara Terhadap Penyakit Mulut

Tabel 2. DISTRIBUSI PENGETAHUAN SUBJEK PENELITIAN MENGENAI SAR BERBENTUK OVAL, BERWARNA KUNING ATAU ABU-ABU, DAN DAPAT TUNGGAL ATAU MULTIPEL

Jawaban

Fakultas Ya Tidak Tidak Tahu

F % F % F %

Hukum L 9 2,3 7 1,8 9 2,3

P 17 4,4 6 1,5 7 1,8

Pertanian L 12 3,1 4 1,0 8 2,1

P 22 5,7 4 1,0 5 1,3

Teknik L 23 5,9 3 0,8 6 1,5

P 16 4,2 3 0,8 4 1,0

Ekonomi L 20 5,2 3 0,8 4 1,0

P 19 4,9 4 1,0 5 1,3

Ilmu Budaya L 14 3,6 3 0,8 6 1,5

P 25 6,5 5 1,3 2 0,5

MIPA L 15 3,9 2 0,5 4 1,0

P 25 6,5 4 1,0 5 1,3

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

L 10 2,6 2 0,5 4 1,0

P 28 7,3 4 1,0 7 1,8

Total 255 66,2 54 14,0 76 19,7

Tabel di atas menunjukkan jawaban subjek penelitian tentang SAR berbentuk oval, berwarna kuning atau abu-abu, dan dapat tunggal atau multipel. Sebanyak 255 orang (66,2%) menjawab dengan benar, 54 orang (14,0%) menjawab salah, dan 76 orang (19,7%) menjawab tidak tahu.


(53)

Tabel 3. DISTRIBUSI PENGETAHUAN SUBJEK PENELITIAN MENGENAI SAR MERUPAKAN PENYAKIT MULUT YANG BERULANG

Jawaban

Fakultas Ya Tidak Tidak Tahu

F % F % F %

Hukum L 16 4,2 5 1,3 4 1,0

P 18 4,7 10 2,6 2 0,5

Pertanian L 17 4,4 5 1,3 2 0,5

P 19 4,9 12 3,1 0 0

Teknik L 22 5,7 7 1,8 3 0,8

P 12 3,1 10 2,6 1 0,3

Ekonomi L 17 4,4 7 1,8 3 0,8

P 23 5,9 5 1,3 0 0

Ilmu Budaya L 16 4,2 5 1,3 2 0,5

P 24 6,2 7 1,8 1 0,3

MIPA L 12 3,1 7 1,8 2 0,5

P 24 6,2 10 2,6 0 0

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

L 8 2,1 6 1,5 2 0,5

P 27 7,0 10 2,6 2 0,5

Total 255 66,2 106 27,5 24 6,2

Tabel di atas menunjukkan jawaban subjek penelitian mengenai SAR merupakan penyakit mulut yang berulang. Sebanyak 255 orang (66,2%) menjawab dengan benar, 106 orang (27,5%) menjawab salah, dan 24 orang (6,2%) menjawab tidak tahu.


(54)

Tabel 4. DISTRIBUSI PENGETAHUAN SUBJEK PENELITIAN MENGENAI SAR MERUPAKAN PENYAKIT MULUT MENURUN

Jawaban

Fakultas Ya Tidak Tidak Tahu

F % F % F %

Hukum L 2 0,5 21 5,4 2 0,5

P 3 0,8 25 6,5 2 0,5

Pertanian L 1 0,3 23 5,9 0 0

P 0 0 30 7,8 1 0,3

Teknik L 1 0,3 27 7,0 4 1,0

P 0 0 19 4,9 4 1,0

Ekonomi L 0 0 21 5,4 6 1,5

P 0 0 24 6,2 4 1,0

Ilmu Budaya L 3 0,8 18 4,7 2 0,5

P 1 0,3 31 8,1 0 0

MIPA L 0 0 20 5,2 1 0,3

P 0 0 31 8,1 3 0,8

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

L 0 0 13 3,4 3 0,8

P 0 0 31 8,1 8 2,1

Total 11 2,9 334 86,8 40 10,4

Tabel di atas menunjukkan jawaban subjek penelitian tentang SAR merupakan penyakit mulut menurun. Sebanyak 11 orang (2,9%) menjawab dengan benar, 334 orang (86,8%) menjawab salah, dan 40 orang (10,4%) menjawab tidak tahu.


(55)

Tabel 5. DISTRIBUSI PENGETAHUAN SUBJEK PENELITIAN MENGENAI HALITOSIS DAPAT MENJADI TANDA ADANYA PENYAKIT GINJAL

Jawaban

Fakultas Ya Tidak Tidak Tahu

F % F % F %

Hukum L 3 0,8 10 2,6 12 3,1

P 7 1,8 9 2,3 14 3,6

Pertanian L 4 1,0 7 1,8 13 3,4

P 3 0,8 9 2,3 19 4,9

Teknik L 6 1,5 12 3,1 14 3,6

P 2 0,5 6 1,5 15 3,9

Ekonomi L 4 1,0 5 1,3 18 4,7

P 2 0,5 5 1,3 21 5,4

Ilmu Budaya L 2 0,5 5 1,3 16 4,2

P 7 1,8 10 2,6 15 3,9

MIPA L 4 1,0 1 0,3 16 4,2

P 2 0,5 6 1,5 26 6,8

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

L 2 0,5 2 0,5 12 3,1

P 7 1,8 10 2,6 22 5,7

Total 55 14,3 97 25,2 233 60,5

Tabel di atas menunjukkan jawaban subjek penelitian mengenai halitosis dapat menjadi tanda adanya penyakit ginjal. Sebanyak 55 orang (14,3%) menjawab dengan benar, 97 orang (25,2%) menjawab salah, dan 233 orang (60,5%) menjawab tidak tahu.


(56)

Tabel 6. DISTRIBUSI PENGETAHUAN SUBJEK PENELITIAN MENGENAI ULSER TRAUMATIK BERBENTUK SESUAI DENGAN PENYEBAB TERJADINYA LUKA

Jawaban

Fakultas Ya Tidak Tidak Tahu

F % F % F %

Hukum L 8 2,1 8 2,1 9 2,3

P 13 3,4 7 1,8 10 2,6

Pertanian L 11 2,9 5 1,3 8 2,1

P 16 4,2 9 2,3 6 1,5

Teknik L 19 4,9 5 1,3 8 2,1

P 10 2,6 5 1,3 8 2,1

Ekonomi L 13 3,4 9 2,3 5 1,3

P 16 4,2 6 1,5 6 1,5

Ilmu Budaya L 9 2,3 5 1,3 9 2,3

P 17 4,4 8 2,1 7 1,8

MIPA L 6 1,5 3 0,8 12 3,1

P 18 4,7 8 2,1 8 2,1

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

L 8 2,1 4 1,0 4 1,0

P 20 5,2 8 2,1 11 2,9

Total 184 47,8 90 23,4 111 28,8

Tabel di atas menunjukkan jawaban subjek penelitian mengenai ulser traumatik berbentuk sesuai dengan penyebab terjadinya luka. Sebanyak 184 orang (47,8%) menjawab dengan benar, 90 orang (23,4%) menjawab salah, dan 111 orang (28,8%) menjawab tidak tahu.


(57)

4.2.2 Sikap Mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara Terhadap Penyakit Mulut

Tabel 7. DISTRIBUSI SIKAP SUBJEK PENELITIAN BAHWA SAR TIDAK

PERLU SEGERA DIATASI KARENA DAPAT SEMBUH DENGAN

SENDIRINYA

Jawaban

Fakultas Setuju Ragu-Ragu Tidak Setuju

F % F % F %

Hukum L 9 2,3 9 2,3 7 1,8

P 20 5,2 6 1,5 4 1,0

Pertanian L 11 2,9 5 1,3 8 2,1

P 9 2,3 7 1,8 15 3,9

Teknik L 15 3,9 9 2,3 8 2,1

P 11 2,9 7 1,8 5 1,3

Ekonomi L 16 4,2 7 1,8 4 1,0

P 12 3,1 6 1,5 10 2,6

Ilmu Budaya L 8 2,1 6 1,5 9 2,3

P 15 3,9 11 2,9 6 1,5

MIPA L 12 3,1 2 0,5 7 1,8

P 13 3,4 4 1,0 17 4,4

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

L 9 2,3 3 0,8 4 1,0

P 14 3,6 11 2,9 14 3,6

Total 174 45,2 93 24,2 118 30,6

Tabel di atas menunjukkan jawaban subjek penelitian terhadap pernyataan bahwa SAR tidak perlu segera diatasi karena dapat sembuh dengan sendirinya. Sebanyak 174 orang (45,2%) menjawab setuju, 93 orang (24,2%) menjawab ragu-ragu, dan 118 orang (30,6%) menjawab tidak setuju.


(58)

Tabel 8. DISTRIBUSI SIKAP SUBJEK PENELITIAN BAHWA HALITOSIS BERHUBUNGAN DENGAN KEBERSIHAN LIDAH YANG BURUK

Jawaban

Fakultas Setuju Ragu-Ragu Tidak Setuju

F % F % F %

Hukum L 14 3,6 5 1,3 6 1,5

P 20 5,2 5 1,3 5 1,3

Pertanian L 19 4,9 4 1,0 1 0,3

P 21 5,4 8 2,1 2 0,5

Teknik L 20 5,2 8 2,1 4 1,0

P 20 5,2 3 0,8 0 0

Ekonomi L 19 4,9 6 1,5 2 0,5

P 20 5,2 7 1,8 1 0,3

Ilmu Budaya L 16 4,2 3 0,8 4 1,0

P 26 6,8 4 1,0 2 0,5

MIPA L 16 4,2 5 1,3 0 0

P 26 6,8 7 1,8 1 0,3

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

L 13 3,4 2 0,5 1 0,3

P 31 8,1 7 1,8 1 0,3

Total 281 72,9 74 19,2 30 7,8

Tabel di atas menunjukkan jawaban subjek penelitian terhadap pernyataan tentang halitosis berhubungan dengan kebersihan lidah yang buruk. Sebanyak 281 orang (72,9%) menjawab setuju, 74 orang (19,2%) menjawab ragu-ragu, dan 30 orang (7,8%) menjawab tidak setuju.


(59)

Tabel 9. DISTRIBUSI SIKAP SUBJEK PENELITIAN BAHWA HALITOSIS DAPAT DIATASI DENGAN MINUM BANYAK AIR PUTIH

Jawaban

Fakultas Setuju Ragu-Ragu Tidak Setuju

F % F % F %

Hukum L 9 2,3 8 2,1 8 2,1

P 23 5,9 7 1,8 0 0

Pertanian L 15 3,9 7 1,8 2 0,5

P 22 5,7 3 0,8 6 1,5

Teknik L 17 4,4 11 2,9 4 1,0

P 16 4,2 6 1,5 1 0,3

Ekonomi L 15 3,9 9 2,3 3 0,8

P 16 4,2 8 2,1 4 1,0

Ilmu Budaya L 12 3,1 7 1,8 4 1,0

P 24 6,2 3 0,8 5 1,3

MIPA L 12 3,1 7 1,8 2 0,5

P 21 5,4 11 2,9 2 0,5

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

L 9 2,3 6 1,5 1 0,3

P 26 6,8 8 2,1 5 1,3

Total 237 61,6 101 26,2 47 12,2

Tabel di atas menunjukkan jawaban subjek penelitian terhadap pernyataan tentang halitosis dapat diatasi dengan minum banyak air putih. Sebanyak 237 orang (61,6%) menjawab setuju, 101 orang (26,2%) menjawab ragu-ragu, dan 47 orang (12,1%) menjawab tidak setuju.


(60)

Tabel 10. DISTRIBUSI SIKAP SUBJEK PENELITIAN BAHWA ULSER TRAUMATIK SEBAIKNYA SEGERA DIATASI KARENA MERUPAKAN PENYAKIT YANG BERBAHAYA

Jawaban

Fakultas Setuju Ragu-Ragu Tidak Setuju

F % F % F %

Hukum L 11 2,9 6 1,5 8 2,1

P 7 1,8 7 1,8 16 4,2

Pertanian L 10 2,6 5 1,3 9 2,3

P 16 4,2 10 2,6 5 1,3

Teknik L 11 2,9 6 1,5 15 3,9

P 8 2,1 8 2,1 7 1,8

Ekonomi L 11 2,9 8 2,1 8 2,1

P 11 2,9 12 3,1 5 1,3

Ilmu Budaya L 7 1,8 9 2,3 7 1,8

P 9 2,3 13 3,4 10 2,6

MIPA L 8 2,1 6 1,5 7 1,8

P 16 4,2 7 1,8 11 2,9

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

L 6 1,5 3 0,8 7 1,8

P 15 3,9 12 3,1 12 3,1

Total 146 37,9 112 29,1 127 32,9

Tabel di atas menunjukkan jawaban subjek penelitian terhadap pernyataan tentang ulser traumatik tidak perlu segera diatasi karena bukan merupakan penyakit yang berbahaya. Sebanyak 146 orang (37,9%) menjawab setuju, 112 orang (29,1%) menjawab ragu-ragu, dan 127 orang (32,9%) menjawab tidak setuju.


(61)

Tabel 11. DISTRIBUSI SIKAP SUBJEK PENELITIAN BAHWA KESEHATAN SISTEMIK MEMILIKI HUBUNGAN DENGAN PENYAKIT MULUT

Jawaban

Fakultas Setuju Ragu-Ragu Tidak Setuju

F % F % F %

Hukum L 12 3,1 7 1,8 6 1,5

P 19 4,9 8 2,1 3 0,8

Pertanian L 19 4,9 5 1,3 0 0

P 28 7,3 3 0,8 0 0

Teknik L 23 5,9 6 1,5 3 0,8

P 16 4,2 5 1,3 2 0,5

Ekonomi L 17 4,4 5 1,3 5 1,3

P 20 5,2 7 1,8 1 0,3

Ilmu Budaya L 15 3,9 7 1,8 1 0,3

P 25 6,5 4 1,0 3 0,8

MIPA L 18 4,7 3 0,8 0 0

P 21 5,4 5 1,3 8 2,1

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

L 13 3,4 1 0,3 2 0,5

P 31 8,1 4 1,0 4 1,0

Total 277 71,9 70 18,2 38 9,9

Tabel di atas menunjukkan jawaban subjek penelitian terhadap pernyataan tentang kesehatan sistemik memiliki hubungan dengan penyakit mulut. Sebanyak 277 orang (71,9%) menjawab setuju, 70 orang (18,2%) menjawab ragu-ragu, dan 38 orang (9,9%) menjawab tidak setuju.


(62)

4.2.3 Perilaku Mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara Terhadap Penyakit Mulut

Tabel 12. DISTRIBUSI PERILAKU SUBJEK PENELITIAN JIKA MENGALAMI PENYAKIT MULUT (SAR, HALITOSIS, ATAU ULSER TRAUMATIK)

Jawaban

Fakultas A B C

F % F % F %

Hukum L 9 2,3 12 3,1 4 1,0

P 16 4,2 11 2,9 3 0,8

Pertanian L 5 1,3 16 4,2 3 0,8

P 6 1,5 25 6,5 0 0

Teknik L 6 1,5 20 5,2 6 1,5

P 6 1,5 16 4,2 1 0,3

Ekonomi L 2 0,5 20 5,2 5 1,3

P 9 2,3 17 4,4 2 0,5

Ilmu Budaya L 5 1,3 16 4,2 2 0,5

P 7 1,8 23 5,9 2 0,5

MIPA L 2 0,5 16 4,2 3 0,8

P 11 2,9 19 4,9 4 1,0

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

L 2 0,5 8 2,1 6 1,5

P 9 2,3 29 7,5 1 0,3

Total 95 24,7 248 64,4 42 10,9

Tabel di atas menunjukkan perilaku subjek penelitian jika mengalami penyakit mulut. Sebanyak 95 orang (24,7%) menjawab konsultasi ke dokter gigi, 248 orang (64,4%) menjawab mengobati sendiri, dan 42 orang (10,9%) menjawab membiarkannya saja.


(63)

Tabel 13. DISTRIBUSI PERILAKU SUBJEK PENELITIAN MENGENAI KUNJUNGAN KE DOKTER GIGI

Jawaban

Fakultas A B C

F % F % F %

Hukum L 9 2,3 12 3,1 4 1,0

P 13 3,4 12 3,1 5 1,3

Pertanian L 4 1,0 15 3,9 5 1,3

P 10 2,6 18 4,7 3 0,8

Teknik L 9 2,3 15 3,9 8 2,1

P 6 1,5 15 3,9 2 0,5

Ekonomi L 3 0,8 15 3,9 9 2,3

P 8 2,1 18 4,7 2 0,5

Ilmu Budaya L 5 1,3 11 2,9 7 1,8

P 9 2,3 18 4,7 5 1,3

MIPA L 2 0,5 13 3,4 6 1,5

P 8 2,1 20 5,2 6 1,5

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

L 2 0,5 8 2,1 6 1,5

P 17 4,4 22 5,7 0 0

Total 105 27,3 212 55,1 68 17,7

Tabel di atas menunjukkan perilaku subjek penelitian tentang kunjungan ke dokter gigi. Sebanyak 105 orang (27,3%) menjawab 1-2 kali dalam setahun, 212 orang (55,1%) menjawab mengunjungi dokter gigi ketika sakit, dan 68 orang (17,7%) menjawab tidak pernah ke dokter gigi.


(64)

Tabel 14. DISTRIBUSI PERILAKU SUBJEK PENELITIAN JIKA RENTAN TERHADAP PENYAKIT MULUT (SAR, HALITOSIS, ATAU ULSER TRAUMATIK)

Jawaban

Fakultas A B C

F % F % F %

Hukum L 9 2,3 14 3,5 2 0,5

P 11 2,9 14 3,5 5 1,3

Pertanian L 9 2,3 10 2,6 5 1,3

P 15 3,9 14 3,5 2 0,5

Teknik L 12 3,1 15 3,9 5 1,3

P 11 2,9 11 2,9 1 0,3

Ekonomi L 6 1,5 13 3,4 8 2,1

P 13 3,4 13 3,4 2 0,5

Ilmu Budaya L 8 2,1 12 3,1 3 0,8

P 15 3,9 14 3,5 3 0,8

MIPA L 7 1,8 9 2,3 5 1,3

P 17 4,4 14 3,5 3 0,8

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

L 6 1,5 5 1,3 5 1,3

P 14 3,5 23 5,9 2 0,5

Total 153 39,7 181 47,0 51 13,2

Tabel di atas menunjukkan perilaku subjek penelitian jika rentan terhadap penyakit mulut. Sebanyak 153 orang (39,7%) menjawab konsultasi ke dokter gigi, 181 orang (47,0%) menjawab meningkatkan frekuensi menyikat gigi, dan 51 orang (13,2%) menjawab sama seperti rutinitas biasa.


(65)

Tabel 15. DISTRIBUSI PERILAKU SUBJEK PENELITIAN BAHWA KEBERATAN ATAU TIDAK MENINGGALKAN PEKERJAAN UNTUK PERGI BEROBAT KE DOKTER GIGI

Jawaban

Fakultas A B C

F % F % F %

Hukum L 11 2,9 14 3,5 0 0

P 21 5,4 7 1,8 2 0,5

Pertanian L 16 4,2 4 1,0 4 1,0

P 20 5,2 9 2,3 2 0,5

Teknik L 10 2,6 19 4,9 3 0,8

P 17 4,4 5 1,3 1 0,3

Ekonomi L 14 3,5 10 2,6 3 0,8

P 21 5,4 5 1,3 2 0,5

Ilmu Budaya L 12 3,1 9 2,3 2 0,5

P 23 5,9 9 2,3 0 0

MIPA L 11 2,9 9 2,3 1 0,3

P 23 5,9 10 2,6 1 0,3

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

L 8 2,1 6 1,5 2 0,5

P 27 7,0 10 2,6 2 0,5

Total 234 60,8 126 32,7 25 6,5

Tabel di atas menunjukkan perilaku subjek penelitian jika mengalami penyakit mulut apakah akan meninggalkan pekerjaan untuk pergi berobat ke dokter gigi atau tidak. Sebanyak 234 orang (60,8%) menjawab tidak keberatan, 126 orang (32,7%) menjawab keberatan, dan 25 orang (6,5%) menjawab tidak tahu.


(66)

Tabel 16. DISTRIBUSI PERILAKU SUBJEK PENELITIAN UNTUK MENCEGAH HALITOSIS

Jawaban

Fakultas A B C

F % F % F %

Hukum L 13 3,4 9 2,3 3 0,8

P 22 5,7 5 1,3 3 0,8

Pertanian L 19 4,9 5 1,3 0 0

P 30 7,8 1 0,3 0 0

Teknik L 18 4,7 13 3,4 1 0,3

P 19 4,9 4 1,0 0 0

Ekonomi L 20 5,2 3 0,8 4 1,0

P 26 6,8 2 0,5 0 0

Ilmu Budaya L 14 3,6 8 2,1 1 0,3

P 27 7,0 4 1,0 1 0,3

MIPA L 16 4,2 5 1,3 0 0

P 28 7,3 4 1,0 2 0,5

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

L 10 2,6 4 1,0 2 0,5

P 36 9,4 0 0 3 0,8

Total 298 77,4 67 17.4 20 5,2

Tabel di atas menunjukkan perilaku subjek penelitian mengenai apa yang dilakukan untuk mencegah halitosis. Sebanyak 298 orang (77,4%) menjawab menjaga kebersihan rongga mulut, 67 orang (17,4%) menjawab makan permen, dan 20 orang (5,2%) menjawab membiarkannya saja.


(67)

4.3 Kategori Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara Terhadap Penyakit Mulut Berdasarkan Skala Likert

Tabel 17. KATEGORI PENGETAHUAN SUBJEK PENELITIAN BERDASARKAN SKALA LIKERT

Jawaban

Pertanyaan

Jumlah

(N) Skor

Total (N x Skor)

Persentase tingkat pengetahuan

1 2 3 4 5

Ya 255 255 11 55 184 760 3 2280

71,4%

Tidak 54 106 334 97 90 681 2 1362

Tidak tahu 76 24 40 233 111 484 1 484

Total 4126

Tabel di atas menunjukkan persentase tingkat pengetahuan subjek penelitian 71,4%, yaitu berada pada kategori baik.

Tabel 18. KATEGORI SIKAP SUBJEK PENELITIAN BERDASARKAN SKALA LIKERT

Jawaban Pernyataan Jumlah

(N) Skor

Total (N x Skor)

Persentase tingkat sikap

1 2 3 4 5

Setuju 174 281 237 146 277 1115 3 3345

79,7%

Ragu-Ragu 93 74 101 112 70 450 2 900

Tidak setuju 118 30 47 127 38 360 1 360

Total 4605

Tabel di atas menunjukkan persentase tingkat sikap subjek penelitian 79,7%, yaitu berada pada kategori baik.


(68)

Tabel 19. KATEGORI PERILAKU SUBJEK PENELITIAN BERDASARKAN SKALA LIKERT

Jawaban

Pertanyaan

Jumlah

(N) Skor

Total (N x Skor)

Persentase tingkat perilaku

1 2 3 4 5

A 95 105 153 234 298 885 3 2655

78,4%

B 248 212 181 126 67 834 2 1668

C 42 68 51 25 20 206 1 206

Total 4529

Tabel di atas menunjukkan persentase tingkat perilaku subjek penelitian 78,4%, yaitu berada pada kategori baik.


(69)

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Demografi Subjek Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap penyakit mulut yang dilakukan pada mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara diperoleh data demografi subjek penelitian, yaitu data subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin. Diketahui bahwa dari 385 orang subjek penelitian, jumlah perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki, yaitu sebanyak 56,6% perempuan dan 43,4% laki-laki. Perbedaan persentase jenis kelamin disetiap fakultas ini karena masih adanya pandangan bahwa adanya perbedaan jurusan yang pantas untuk laki-laki atau perempuan.36 Persentase perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki di Fakultas Hukum, Fakultas Pertanian, Fakultas Ekonomi, Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas MIPA, serta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik karena perempuan lebih meminati jurusan-jurusan yang bersifat nonteknis. Di lain pihak, perempuan lebih dominan dalam jurusan-jurusan keahlian terapan bidang manajemen, pelayanan jasa dan transportasi, bahasa dan sastra, serta psikologi. Perempuan dalam pembelajaran yang dilakukan di kelas, identik dengan keterampilan pekerjaan ibu rumah tangga. Mereka dituntut untuk bersikap tenang, bersifat menghargai, penuh perhatian, dapat dipercaya, serta mau bekerja sama.37 Sedangkan di Fakultas Teknik persentase laki lebih tinggi daripada perempuan, karena laki-laki lebih didasarkan pada kriteria kemampuan akademik seperti pengetahuan,


(70)

kecakapan intelektual, dan kebiasaan kerja, sehingga jurusan teknik lebih banyak diminati laki-laki.36

Pada penelitian ini jumlah perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki dikarenakan penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara, dimana 6 fakultas (Fakultas Hukum, Fakultas Pertanian,

Fakultas Ekonomi, Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas MIPA, serta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik) merupakan jurusan yang bersifat nonteknis sehingga lebih diminati oleh perempuan dan 1 fakultas (Fakultas Teknik) merupakan jurusan yang dominan diminati oleh laki-laki.

5.2 Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara Terhadap Penyakit Mulut

Pengetahuan terhadap penyakit mulut merupakan kemampuan subjek penelitian untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya tentang penyakit mulut dalam bentuk bukti jawaban dari pertanyaan yang diberikan melalui kuesioner.33 Dalam penelitian ini telah dilakukan pembagian kuesioner untuk mengukur pengetahuan, sikap, dan perilaku subjek penelitian pada tingkat pengetahuan yang pertama, yaitu tahu.

Pengetahuan subjek penelitian terhadap SAR yang dikategorikan baik, yaitu apabila telah mengetahui tentang hal-hal yang berhubungan dengan SAR, seperti bentuk, faktor predisposisi, dan cara mengatasinya. Subjek penelitian telah mengetahui bahwa SAR merupakan penyakit mulut yang berulang, berbentuk oval, berwarna kuning atau abu-abu, dan dapat tunggal atau multipel. Faktor predisposisi


(71)

terjadinya SAR yaitu genetik, trauma, hipersensitifitas, defisiensi nutrisi, hormonal, stres, merokok, penyakit sistemik, gangguan imunologi, dan infeksi bakteri.19

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diketahui masih rendahnya persentase subjek penelitian yang memiliki pengetahuan baik terhadap SAR. Sebanyak 66,2% mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara yang mengetahui bentuk SAR dan hanya 2,9% yang mengetahui faktor predisposisi terjadinya SAR. Hal ini mungkin dikarenakan SAR dianggap penyakit yang tidak berbahaya dan dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga mereka tidak mencari tahu lebih banyak lagi tentang SAR.10

Pengetahuan terhadap ulser traumatik yaitu informasi yang dimiliki subjek penelitian mengenai bentuk ulser traumatik. Berdasarkan hasil penelitian, 47,8% subjek penelitian yang mengetahui bahwa ulser traumatik merupakan luka yang bentuknya sesuai dengan etiologi terjadinya luka tersebut.

Pengetahuan subjek penelitian tentang halitosis yaitu informasi yang dimiliki tentang etiologi halitosis, bahwa halitosis yang disebabkan oleh keadaan patologis ekstraoral terjadi karena adanya penyakit sistemik, seperti diabetes dan penyakit ginjal yang dapat menghasilkan gas berbau.29,30 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendahnya persentase subjek penelitian yang mengetahui etiologi halitosis, yaitu sebanyak 14,3%.

Berdasarkan skala Likert, maka pengetahuan mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara terhadap penyakit mulut berada pada kategori baik (71,4%), sehingga masih diperlukan peningkatan pengetahuan untuk mencapai pengetahuan yang lebih baik terhadap penyakit mulut. Pengetahuan umumnya datang


(72)

dari pengalaman dan dapat juga diperoleh dari informasi yang disampaikan oleh orang lain, didapat dari buku, surat kabar, atau media massa dan elektronik. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung maupun pengalaman orang lain.10 Kurangnya pengetahuan mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara terhadap penyakit mulut dikarenakan sedikitnya informasi yang mereka ketahui. Hal ini dikarenakan Mahasiswa Fakultas Non Kesehatan tidak mempelajari tentang penyakit mulut secara profesional, berbeda dengan mahasiswa Fakultas Kesehatan (Fakultas Kedokteran Gigi) yang penting untuk mempelajari dalam pendidikan profesionalnya. Mereka memerlukan pengetahuan tentang penyakit mulut dalam mengedukasikan pasiennya.1

Persentase pengetahuan subjek penelitian kategori baik lebih tinggi pada perempuan daripada laki-laki. Hal ini mungkin dikarenakan perempuan lebih memperhatikan kesehatannya, sehingga lebih mau mencari informasi tentang kesehatan.1 Akan tetapi, pada penelitian yang dilakukan oleh Khami (2007) bahwa tidak adanya perbedaan jenis kelamin dalam penentuan tingkat pengetahuan seseorang.1

5.3 Sikap Mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara Terhadap Penyakit Mulut

Sikap terhadap penyakit mulut merupakan reaksi yang masih tertutup terhadap penyakit mulut berdasarkan pengetahuan yang dimiliki tentang penyakit mulut. Sikap baik yang dimiliki oleh subjek penelitian tidak terlepas dari stimulus (pengetahuan) yang dimilikinya, serta didukung oleh informasi yang didapat dari


(1)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat pagi,

Saya Ulfa Alfiya Salim, saat ini sedang menjalani pendidikan Kedokteran Gigi di Universitas Sumatera Utara Medan. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara Terhadap Penyakit Mulut”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara terhadap penyakit mulut. Manfaat penelitian antara lain diharapkan dapat menjadi masukan bagi dokter gigi untuk melakukan edukasi pada pasien yang datang mencari pengobatan ke praktik, sehingga meningkatnya kesadaran terhadap kesehatan mulut, serta bahan penyuluhan bagi tenaga kesehatan untuk menambah pengetahuan tentang risiko terhadap penyakit mulut.

Saudara/I, penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara yang meliputi Fakultas Hukum, Fakultas Pertanian, Fakultas Teknik, Fakultas Ekonomi, Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas MIPA, serta


(2)

digunakan untuk keperluan penelitian saja. Pengisian kuesioner kurang lebih memakan waktu 5 menit. Dan pada penelitian ini Saudara/I tidak akan dikenakan biaya (gratis), dan sebagai ucapan terima kasih, Saudara/I akan mendapatkan souvenir.

Demikian mudah-mudahan penejelasan ini dapat dimengerti, dan atas bantuan, partisipasi, dan kesediaan waktu Saudara/I, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,

Ulfa Alfiya Salim


(3)

KUESIONER PENELITIAN

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA

FAKULTAS NON KESEHATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TERHADAP PENYAKIT MULUT

I. Data Umum Responden

1. Nama :

2. Jenis Kelamin :

3. Umur :


(4)

II. Pengetahuan, sikap, dan perilaku tentang penyakit mulut A. Pengetahuan terhadap penyakit mulut

Petunjuk :

Jawablah pertanyaan berikut dengan memilih satu jawaban yang tersedia dengan jujur (ya, tidak, tidak tahu) dengan membubuhkan tanda checklist (√)

No Pertanyaan/pernyataan Ya Tidak Tidak

tahu 1 Sariawan berbentuk bulat, berwarna

kuning atau abu-abu, dan dapat tunggal atau banyak.

2 Sariawan merupakan penyakit mulut yang berulang.

3 Sariawan merupakan penyakit menurun. 4 Bau mulut merupakan tanda adanya

penyakit ginjal.

5 Luka karena trauma berbentuk sesuai dengan penyebab terjadinya luka.


(5)

B. Sikap terhadap penyakit mulut Petunjuk :

Jawablah pertanyaan berikut dengan memilih satu jawaban yang tersedia dengan jujur (setuju, ragu-ragu, tidak setuju) dengan membubuhkan tanda checklist (√)

No Pertanyaan Setuju

Ragu-ragu

Tidak setuju 1 Sariawan tidak perlu segera diatasi

karena dapat sembuh dengan sendirinya.

2 Bau mulut yang buruk berhubungan dengan kebersihan lidah yang buruk. 3 Bau mulut dapat diatasi dengan

meminum banyak air putih.

4 Luka karena trauma sebaiknya segera diatasi karena merupakan penyakit berbahaya.

5 Kesehatan tubuh secara umum

memiliki hubungan dengan kesehatan mulut.


(6)

C. Perilaku terhadap penyakit mulut Petunjuk :

Jawablah pertanyaan dengan memilih satu jawaban yang tersedia dengan melingkari a, b, atau c !

No Pertanyaan Jawaban

1 Apa yang anda lakukan jika anda mengalami sariawan, bau mulut, dan luka karena trauma (ulser traumatik) ?

a. Konsultasi ke dokter gigi b. Mengobati sendiri c. Membiarkannya saja

A B C 2 Berapa kali dalam setahun anda pergi ke dokter gigi ?

a. 1-2 kali dalam setahun b. Ketika sakit

c. Tidak pernah

A B C 3 Apa yang anda lakukan jika anda rentan terhadap

penyakit mulut (sariawan, bau mulut, luka trauma) ? a. Konsultasi ke dokter gigi

b. Meningkatkan frekuensi menggosok gigi c. Sama seperti rutinitas biasa

A B C 4 Apakah anda keberatan meninggalkan pekerjaan untuk

pergi berobat ke dokter gigi jika anda mengalami masalah mulut (sariawan, bau mulut, luka trauma) ?

a. Tidak b. Ya

c. Tidak tahu

A B C 5 Apa yang anda lakukan untuk mencegah bau mulut?

a. Menjaga kebersihan rongga mulut b. Makan permen

c. Membiarkannya saja

A B C


Dokumen yang terkait

Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Gaya Hidup Sehat Pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2012

0 32 129

Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Angkatan 2008 Terhadap Makanan yang Mengandung Natrium

4 58 63

Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Terhadap Rokok

1 35 74

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Terhadap Pencegahan Penyakit Gastritis Pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2015

23 169 131

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Terhadap Pencegahan Penyakit Gastritis Pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2015

0 1 16

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Terhadap Pencegahan Penyakit Gastritis Pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2015

0 0 2

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Terhadap Pencegahan Penyakit Gastritis Pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2015

0 3 7

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Terhadap Pencegahan Penyakit Gastritis Pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2015

0 0 29

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Terhadap Pencegahan Penyakit Gastritis Pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2015

0 0 4

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Terhadap Pencegahan Penyakit Gastritis Pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2015

0 0 10