Oleh: Fatimah
Oleh: Fatimah
erubahan iklim global merupakan isu yang tengah mengemuka saat ini. Banyak
faktor yang menjadi penyebabnya, salah satunya adalah emisi gas CO 2 yang dituduh sebagai kontributor utama.
Beberapa pilihan untuk CO 2 capture, transport dan geological
Saat ini dunia sudah mulai menyadari akan bahaya emisi gas CO 2 . Para pemimpin
storage (Geoscience Issues-BRGM, 2005)
negara di dunia berkomitmen dalam upaya penyelamatan bumi ini, termasuk Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono. Tidak tanggung-tanggung, beliau mengikrarkan target
Indonesia untuk mengurangi emisi gas CO 2 sampai 26% pada tahun 2025. Dampaknya,
caranya yang kompleks serta biaya yang diperlukan
setiap institusi terkait di negeri ini dipacu agar turut mendukung tercapainya target
sangat mahal. Oleh karena itu, studi lebih rinci
tersebut.
difokuskan pada ketiga geological storage yang disertai dengan pilot project. Bahkan di Jepang
Lalu, bagaimana caranya mengurangi emisi gas CO 2 ini?
sudah dilakukan simulasi dampak injeksi CO 2
untuk masa 1000 tahun mendatang. Banyak yang meyakini bahwa salah satu upaya untuk mengurangi dampak emisi gas
CO 2 adalah dengan Program CCS. Seperti apakah program ini?
Enhanced Oil Recovery
Studi injeksi CO 2 pada lapangan minyak/
CCS adalah kepanjangan dari Carbon Capture and Storage. Sepintas pekerjaan yang
gas menunjukkan bahwa CCS terbukti dapat
dilakukan adalah menangkap karbon kemudian menyimpannya agar tidak mencemari
meningkatkan produksi hidrokarbon (Enhanced
Konsep Enhanced Oil Recovery (EOR) yang akan meningkat- kan produksi hidrokarbon pada lapangan minyak yang hampir
bumi. Sesungguhnya progrsm ini merupakan salah satu upaya mengurangi emisi gas
Oil Recovery, EOR ). EOR dengan bantuan CO 2 habis (Geoscience Issues-BRGM, 2005)
CO 2 dengan cara menangkap atau menampungnya dan kemudian menginjeksikannya ke
menawarkan potensi ekonomis yang dicapai
dalam lingkungan geologi tertentu. Gas CO 2 yang ditampung adalah hasil dari berbagai
dari penambahan produksi minyak dengan
aktifitas manusia, misalnya pembakaran bahan bakar fosil, industri, dan transportasi.
penambahan oil recovery antara 7 - 23% (rata-
Untuk itu diperlukan lingkungan geologi yang dapat menyimpan gas tersebut agar
rata 13,2%) (IPCC, 2005).
batubara (Enhanced Coal Bed Methane Recovery – ECBM ). Namun perbandingan serapan CO 2 /
tidak mencemari bumi yang dikenal dengan CO 2 geological storage. Pertanyaannya
Enhanced Coal Bed Methane Recovery
CH 4 tetap tergantung pada karakter batubaranya,
adalah lingkungan geologi yang bagaimana yang dapat dijadikan gudang CO 2 ?
Batubara mengandung mikro pori yang dapat
misalnya tipe dan kematangan batubara.
Studi yang telah dilakukan menunjukkan setidaknya terdapat 3 jenis geological storage,
mengadsorpsi gas, termasuk gas CO 2 . Karena
afinity CO 2 yang lebih tinggi dari CH 4 (metan),
CCS INDONESIA
yaitu depleted oil and gas field, deep saline aquifer serta unminable deep seated coal.
maka satu molekul CH
4 dapat digantikan oleh 2
Ada 2 hal utama terkait dengan CCS ini yaitu Capture
(penangkapan) dan Storage (penyimpanan), Warta Geologi Disamping ketiga jenis geological storage tersebut, batuan basal diyakini juga berpotensi
sampai 5 molekul CO 2 . Berdasarkan prinsip inilah
Desember
walaupun ada juga yang harus dipertimbangkan 2010
sebagai gudang CO 2 . Namun studi CCS pada batuan basal tidak berkembang pesat
proses injeksi CO ke dalam lapisan batubara
2 diantara keduanya yaitu transport gas CO
seperti halnya ketiga jenis yang disebut terlebih dahulu. Hal ini disebabkan oleh karena
diyakini dapat meningkatkan produksi gas metan
Geologi Populer
PERAN BADAN GEOLOGI
menentukan kapasitas serapan CO 2 . Penelitian
Badan Geologi (BG) termasuk salah satu institusi
hubungan karakter batu bara dengan potensi CO 2
yang harus turut serta dalam program CCS ini.
geological storage ini belum banyak dilakukan
Salah satu upaya yang dapat dilakukan BG adalah
dan bukan tidak mungkin BG bisa menjadi pionir
identifikasi lingkungan geologi yang potensial
untuk hal ini karena di beberapa negara lain hal
untuk penyimpanan CO 2 .
ini masih dalam tahap penelitian belum sampai ke tahap pilot project atau bahkan komersial seperti halnya EOR.
Saat ini study CCS di BG masih dalam tahap awal. Hal ini sangatlah wajar mengingat CCS ini merupakan hal yang
Konsep dasar Enhanced Coal Bed Methane (ECBM) recovery,
baru. Sebagai langkah yang memungkinkan gas metan yang terperangkap pada batu-
Konsep sederhana Carbon Capture and Storage, mulai dari
awal, study CCS ini bara dialirkan (Geoscience Issues-BRGM, 2005)
capture, CO 2 ditampung dari power plant dengan melakukan
pemisahan dari gas lainnya, kemudian ditransport melalui pipa
dapat dikaitkan dengan
penyelidikan CBM Menangkap CO 2
atau dikapalkan menuju geological storage-nya (CO 2 Geonet,
(Coal Bed Methane).
Banyak hal yang harus dipertimbangkan untuk CO 2 tabung seperti halnya dengan LPG (Liquefied
Penyelidikan CBM saat
capture , diantaranya teknologi penangkapan CO 2 Petroleum Gas ). Tabung-tabung berisi gas CO 2 ini
ini dilakukan identifikasi
lapisan batubara pada industri (contoh: cerobong asap pabrik) tentu
dari sumbernya. Penanganan CO 2 dari berbagai
kemudian dapat diangkut dengan berbagai moda
transportasi misalnya dengan menggunakan truk
kedalaman tertentu
termasuk karakternya dari proses pembakaran pada alat transportasi.
berbeda dengan penangan CO 2 yang dihasilkan
ataupun kapal menuju geological storage-nya.
serta kapasitas serapan Semuanya itu memerlukan teknologi yang tepat
gas CH 4 pada lapisan agar CO 2 yang diemisikan dapat tertampung
Perlu dipikirkan juga regulasi transport CO 2 ini.
batubara. Untuk dengan baik. Hal lain yang juga harus dipikirkan
Sebagai contoh, andaikan suatu saat salah satu
selanjutnya dapat juga adalah mendesain atau menciptakan bunker
negara industri, misalnya Jepang mengapalkan
Daerah yang potensial untuk CCS (LEMIGAS, 2009)
CO 2 yang dihasilkan negaranya dan kemudian
dilakukan analisa kapasitas serapan gas CO 2 pada
lapisan batu bara yang sama, mengingat target (storage facility) sebelum gas tersebut ditransport
sebagai tempat penampungan sementara CO 2 mengirimkannya ke Indonesia untuk diinjeksikan
lapisan tempat injeksi CO 2 mungkin bisa sama dan diinjeksikan pada geological storage. Bunker
ke dalam geological storage yang mungkin banyak
dengan lapisan target CBM, dan hal ini akan ini harus dibuat dengan memperhatikan sifat atau
terdapat di Indonesia. Hal yang perlu dicermati
BG dikenal sebagai gudangnya data batubara di
mendukung program ECBM. karakter gas CO 2 sehingga tidak terjadi masalah di
adalah; adakah regulasi yang mengatur jual beli
Indonesia. Penyelidikan keberadaan dan potensi
CO 2 ? Apakah penginjeksian CO 2 dari suatu negara
batu bara telah sejak lama dilakukan ketika masih
kemudian hari.
ke dalam geological storage yang berada di
di bawah lembaga Direktorat Jenderal Geologi.
Pro dan kontra selalu ada dalam segala hal.
Mungkin bagi segelintir orang, CCS dianggap Transportasi juga merupakan salah satu hal yang
negara lain dibolehkan dan apakah hal tersebut
Data keberadaan batubara ini seharusnya menjadi
dikenakan biaya?
modal dasar untuk melakukan studi daerah
sebagai program yang tidak mungkin dilaksanakan
terutama di negeri ini yang memiliki begitu berdekatan dengan geological storage-nya, CO
harus dicermati. Pada kasus sumber CO 2 yang
potensial untuk gudang CO 2 di dalam lapisan batu
banyak permasalahan baik teknis maupun sosial. dapat ditransport melalui jaringan pipa gas. Untuk
2 ini
Gudang CO
bara.
Namun apa salahnya kita mencoba mewujudkan kepentingan ini perlu dibangun jaringan pipa
Studi CCS di Indonesia dipelopori oleh LEMIGAS
bekerja sama dengan Pemerintah Kerajaan
Study CCS pada batubara tidak hanya memetakan
mimpi menangani emisi gas CO 2 ? Bukankah
banyak penemuan besar dunia yang berawal CO 2 dengan geological storage. Tentu saja jaringan
yang menghubungkan sumber CO 2 atau bunker
Inggris. Studi ini menyimpulkan setidaknya
keberadaan unminable coal seam namun
dari mimpi. Sudah saatnya kita mulai berkiprah pipa migas yang telah ada tidak dapat digunakan
ada 3 (tiga) wilayah yang dianggap berpotensi
penenelitian lebih lanjut harus dilakukan untuk
untuk mewujudkan mimpi sebagai bentuk nyata untuk kepentingan ini karena spesifikasinya tidak
sebagai geological storage bagi gas CO 2 , yaitu
mengetahui hubungan antara kapasitas serapan
menyayangi bumi, untuk kita dan generasi diperuntukkan bagi gas CO .
Kalimantan Timur, Sumatera Selatan dan Natuna.
CO 2 pada batubara dengan sifat-sifat batu bara
Studi itu juga menyimpulkan bahwa dari tiga jenis
(coal properties). Beberapa faktor yang diperkirakan
mendatang.n
geological storag
e yang ada hanya difokuskan
turut mempengaruhi daya serap CO
2 pada batu
Penulis adalah Penyelidik Bumi Pusat Sumber Daya terletak jauh dari geological storage-nya dapat
Sedangkan untuk kasus sumber CO 2 yang
penelitiannya pada depleted oil/gas field dan deep
bara antara lain: rank (peringkat), komposisi,
saline aquifer .
moisture content (kelembaban), perubahan
Geologi
dipertimbangkan dengan memproses gas tersebut,
derajat keasaman (pH), temperatur, dan tekanan.
Badan Geologi
misalnya dicairkan, dan memasukannya ke dalam
Selain itu permeability batubara juga sangat
Geologi Populer
penanggulangan bencana yang menyeluruh,
rakyat dari risiko bencana yaitu UU 24/2007
terkoordinasi dan terpadu.
tentang penanggulangan bencana. Adapun tujuan UU tersebut adalah sebagai berikut:
Berdasarkan pengalaman penanganan bencana
Melindungi
masyarakat dari ancaman
geologi di Indonesia pada saat pra bencana,
bencana Menyelaraskan dengan berbagai
Rencana Kontinjensi peraturan yg ada
biasanya bencana kurang diperhatikan oleh
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah
Membangun
sistem penanggulangan
Bencana Geologi bencana yg terencana, terkoordinasi dan
yang mengakibatkan kesiapsiagaan kurang
sedangkan siap atau tidak siap bencana dapat
menyeluruh, dengan menghargai budaya
terjadi setiap saat.
lokal, membangun kemitraan publik serta
Oleh: Imam Santosa dan Gatot M. Soedradjat
swasta, mendorong kesetiakawanan dan
Pada saat terjadi bencana (darurat) kondisi
kedermawanan, menciptakan perdamaian
yang umum terjadi adalah masyarakat panik
dalam
bermasyarakat, berbangsa dan
berkepanjangan, tidak tahu apa yang harus
bernegara.
P dan prasarananya ke kawasan rawan api, gerakan tanah, gempa bumi, dan
sumber gempa bumi. Kondisi demikian
diperbuat, koordinasi para pemangku kepentingan
menyebabkan Indonesia rawan terhadap
kacau, kewenanganan tidak jelas, stress (diri,
Adanya perubahan mendasar, yaitu:
berkembangnya
permukiman
bencana geologi seperti letusan gunung
famili/Keluarga, tetangga menjadi
korban),
Pengaturan urusan bersama, hak dan
kewajiban seluruh pemangku kepentingan; bencana geologi (letusan gunung api,
distribusi bantuan kacau, ketidakpercayaan
berfungsi sebagai tanah longsor, gempa bumi/tsunami),
tsunami.
masyarakat pada pemerintah, tekanan media
Pemerintah
penanggungjawab penanggulangan bencana sehingga mengakibatkan ancaman
massa, isu yang menyesatkan dari pihak yang
dengan peran serta aktif masyarakat dan terhadap masyarakat di kawasan
Terdapat 129 gunung api aktif yang
tidak bertanggungjawab, semua ingin membantu
tersebar dari Aceh, Sumatra, Jawa, Bali,
tapi tidak banyak yang bisa diperbuat, dan tentu
lembaga usaha;
paradigma respons menjadi korban jiwa dan kerugian harta benda
tersebut. Untuk meminimalkan jumlah
Nusa Tenggara, Maluku, dan Sulawesi
saja keamanan terganggu.
Merubah
pengurangan risiko bencana; yang diakibatkan oleh bencana geologi,
Perlindungan kepada masyarakat terhadap diperlukan peran aktif Pemerintah Pusat,
yang sangat pesat menyebabkan
Pada saat kondisi pasca bencana biasanya
bencana dimulai sejak pra bencana, pada Pemerintah Daerah, dan masyarakat
berkembangnya
permukiman
pemulihan fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan
saat dan pasca bencana, secara terencana, dalam memahami bencana geologi.
rawan bencana geologi, sehingga
terkoordinasi dan terpadu;
Membangun masyarakat yang tangguh/ Perlindungan
mengakibatkan ancaman terhadap
tahan dalam menghadapi bencana melalui bencana harus dilakukan sejak tahap
masyarakat terhadap
masyarakat di kawasan tersebut. Untuk
pendidikan dan pelatihan kesiapsiagaan, pada saat tanggap darurat
meminimalkan jumlah korban jiwa
sosialisasi,
dan kerugian harta benda, diperlukan
kebencanaan;
dan pasca bencana untuk mengurangi
sistem penanggulangan risiko dan dampak bencana. Oleh sebab
bencana yang handal melalui Kelembagaan itu kegiatan penyusunan Rencana
pemerintah daerah dan masyarakat
yang kuat dan pendanaan yang memadai; Kontinjensi di Daerah merupakan suatu
dalam memahami bencana geologi.
Integrasi penanggulangan bencana dalam kegiatan yang sangat penting dilakukan
Oleh sebab itu sosialisasi/penyuluhan,
rencana pembangunan baik di pusat maupun agar kesiapsiagaan Pemerintah Daerah
pendidikan, pelatihan kebencanaan
dan penyusunan rencana kontinjensi
di daerah.
dalam menangani bencana geologi lebih
di daerah merupakan suatu kegiatan
meningkat. Penanggulangan bencana
Rencana Kontinjensi juga harus didukung dengan penyiapan
yang sangat penting dilakukan agar
Skema sistem nasional penanggulangan bencana menurut
pemahaman pemerintah daerah dan UU No. 24 Th. 2007
Apa itu kontinjensi?
anggaran yang memadai. UU No. 24
Kontinjensi adalah suatu keadaan atau situasi yang Tahun 2007 merupakan payung hukum
masyarakat terhadap bencana geologi
diperkirakan akan segera terjadi, tetapi mungkin kegiatan penanggulangan bencana di
lebih meningkat. Kegiatan penyusunan
berjalan lambat, dan tidak menyeluruh, bantuan
rencana kontinjensi merupakan bentuk
hanya sebatas pada masa tanggap darurat,
juga tidak akan terjadi.
Indonesia.
kesiapsiagaan
aparatur Pemerintah
bantuan tidak merata, psikososial tidak tertangani
Apa itu Rencana Kontinjensi? Latar Belakang
Daerah dalam mengantisipasi terjadinya
secara tuntas dan menyisakan depresi yang
Suatu proses identifikasi dan penyusunan rencana Indonesia terletak pada pertemuan 3
yang didasarkan pada keadaan kontinjensi Warta Geologi lempeng aktif, yaitu Lempeng Eurasia,
34 api, morfologi yang berbukit dan
Diharapkan apabila suatu daerah
atau yang belum tentu tersebut. Suatu rencana Desember
sudah mempunyai rencana kontinjensi
kontinjensi mungkin tidak selalu pernah diaktifkan, 2010
dan pada suatu saat bencana datang,
Bencana
mengakibatkan terbentuknya gunung
mereka sudah mempunyai suatu rencana
Pemerintah sejak tahun 2007 telah mengeluarkan
jika keadaan yang diperkirakan tidak terjadi (BNPB,
suatu payung hukum, mandat bagi perlindungan
2008)
Siklus bencana dan jenis-jenis rencana dalam penang-
gulangan bencana
Alur penyusunan rencana kontinjensi
Geologi Populer
Metodologi Metoda yang digunakan dalam penyusunan rencana kontinjensi ini adalah dengan cata tatap langsung, diskusi interaktif dan juga presentasi kelompok dari peserta.
Jenis-jenis rencana dalam penanggulangan bencana dan keterkaitan antara
rencana
kontinjensi dengan rencana kesiapan dan rencana operasional dalam siklus bencana dapat dilihat pada gambar siklus bencana.
Rencana kontinjensi sebaiknya disusun pada saat sebelum terjadi bencana pada suatu daerah yang memang terdapat potensi terjadi bencana. Dokumen rencana kontinjensi ini dibuat sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Daerah sebagai pedoman untuk menentukan kebijakan lebih lanjut. Jumlah anggaran biaya yang ditimbulkan bukanlah sebagai Daftar Isian Kegiatan, akan tetapi proyeksi kebutuhan apabila terjadi bencana. Kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada, baik dari Pemerintah Kota,
Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota tetangga, instansi-instansi vertikal, lembaga- lembaga swasta, masyarakat, relawan dan lain- lain.
Proses penyusunan rencana kontinjensi dapat dilihat pada gambar selanjutnya.
Tahap awal yaitu tahap Penilaian risiko didasarkan pada dua penilaian ancaman yaitu: • Probabilitas/kemungkinan terjadinya bencana
dan • Intensitas/dampak kerugian atau kerusakan
yang ditimbulkan Hasil penilaian kemudian di plot ke dalam matriks
pemilihan resiko. Untuk tahap penentuan kejadian ditentukan
hanya satu ancaman yang akan dijadikan dasar perencanaan kontinjensi. Cara penentuannya adalah melalui penilaian (scoring) bahayanya. Apabila suatu daerah mempunyai banyak ancaman (misalnya ancaman letusan gunungapi dan gempa bumi), maka perencanaan kontinjensinya harus dibuat masing-masing.
Setelah penentuan kejadian ditentukan dilanjutkan dengan pengembangan skenario. Pengembangan skenario bertujuan untuk membuat gambaran kejadian yang diperkirakan akan terjadi secara jelas dan rinci (lokasi, waktu, durasi, skala, dan dampaknya). Skenario yang disepakati bersama akan menjadi dasar bagi perencanaan setiap pelaku yang terlibat dalam penanganan. Skenario juga harus realistis, berdasarkan data ilmiah dan
dapat dipertanggung jawabkan. Tahap penetapan kebijakan adalah menentukan
visi dan arah operasi , membagi kewenangan dan tanggungjawab, berfungsi sebagai acuan operasi, bersifat umum, tidak kontroversial dan harus dapat diterima semua pihak.
Analisis kesenjangan merupakan selisih antara proyeksi kebutuhan dan ketersediaan sumberdaya. Biasanya proyeksi kebutuhan lebih besar daripada ketersediaan sumberdaya.
Bila terjadi bencana, rencana kontinjensi dijadikan rencana operasional yang disesuaikan dengan data dan kondisi lapangan yang sesungguhnya. Bila terjadi bencana namun jenis bencananya lain, Rencana kontinjensi dapat dijadikan rencana operasional
kebutuhan namun apabila tidak terjadi bencana rencana kontinjensi dapat di update secara berkala, diperpanjang masa berlakunya, atau diturunkan statusnya menjadi rencana kesiapan (lihat gambar siklus bencana).
bencana dari responsif menjadi preventif, (dari penanggulangan ke pengurangan risiko) bukan pekerjaan yang mudah. Menyelaraskan
dengan
• desentralisasi,
diperlukan satu koordinasi, komando dan pengendalian
dalam
penanggulangan
bencana. • Kepercayaan, kepedulian dan keikutsertaan
masyarakat dalam penanggulangan bencana masih rendah.
• UU 24/2007 masih baru, perlu upaya yang
intensif untuk mengimplementasikannya. Kesimpulan dan Saran
• Keberadaan UU RI no. 24 dan 26 tahun
2007 telah mengubah paradigma mitigasi bencana dari penanganan bencana menjadi penanggulangan
menitikberatkan pada upaya-upaya sebelum terjadinya bencana. Penataan
memperhatikan aspek kebencanaan sangat tepat untuk diterapkan dalam rangka mengurangi dampak negatif akibat bencana.
• Kewaspadaan Pemerintah Daerah perlu
ditingkatkan sehingga mereka siap mengambil tindakan apabila daerah tempat tinggalnya terlanda bencana.
Rencana kontinjensi merupakan • suatu
menyeluruh, terkoordinasi dan terintegrasi sehingga diharapkan apabila suatu daerah
sudah mempunyai Rencana kontinjensi, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah beserta instansi terkait mampu bekerja secara cepat, tepat, sinergis dan komprehensif dalam penanggulangan bencana dengan mempertimbangkan aspek sains & teknologi, sosial, dan ketahanan nasional.
• Dokumen rencana kontinjensi ini dapat menjadi suatu pedoman bagi Daerah/Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk menentukan kebijakan lebih lanjut dalam penanganan bencana didaerah. Peserta
kegiatan
penyusunan • rencana kontinjensi perlu diseleksi agar mereka yang terdaftar sebagai peserta merupakan pemangku kepentingan yang akan terlibat langsung apabila terjadi bencana didaerahnya sesuai dengan tugas fungsi masing-masing instansinya.
• Perlindungan masyarakat terhadap bencana harus dilakukan sejak tahap kesiapsiagaan, pada saat tanggap darurat dan pasca bencana untuk mengurangi risiko dan dampak bencana. Penanganan
pasca (rehabilitasi • dan rekonstruksi) bencana dilakukan dengan pola gotong royong untuk memperkuat solidaritas sosial yang akan membangun ketahanan masyarakat terhadap bencana.
• Pelatihan dan gladi penanggulangan bencana harus terus dilakukan untuk meningkatkan kesiapsiagaan
serta menguji rencana kedaruratan yang ada. • Informasi bencana harus dapat dikelola dengan baik untuk memperlancar upaya penanganan, sehingga reputasi pemerintah tetap terjaga.
• Bencana dan risiko bencana bersifat dinamis, satu bencana dapat memicu terjadinya bencana lainnya. Untuk itu upaya mitigasi dan pengurangan risiko harus terus menerus dilakukan pada semua tahapan.n
Daftar Pustaka
• Modul Rencana Kontinjensi Badan Nasional Penanggulangan Nasional, 2008 • Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
Lintasan Geologi