Frase Adjektiva Bahasa Melayu Dialek Hamparan Perak

(1)

FRASE ADJEKTIVA BAHASA MELAYU DIALEK HAMPARAN PERAK SKRIPSI

Dikerjakan O

L E H

NAMA : RINA MELISA NIM : 040702004

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

DEPARTEMEN SASTRA DAERAH

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA MELAYU MEDAN


(2)

FRASE ADJEKTIVA BAHASA MELAYU DIALEK HAMPARAN PERAK Skripsi Sarjana

DIKERJAKAN O

L E H

NAMA : Rina Melisa NIM : 040702005

Disetujui oleh Pembimbing I Disetujui oleh Pembimbing II

Drs. Baharuddin, M. Hum. Drs. Warisman Sinaga, M. Hum. NIP. 131785647 NIP. 131789087

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian dalam bidang Ilmu Bahasa dan Sastra Melayu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

DEPARTEMEN SASTRA DAERAH

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA MELAYU MEDAN


(3)

DISETUJUI OLEH :

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

DEPARTEMEN SASTRA DAERAH KETUA,

Drs. Baharuddin, M.Hum. NIP. 131785647


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan kesehatan dan kekuatan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Judul skripsi ini adalah “Frase Adjektiva Bahasa Melayu Dialek Hamparan Perak”. Penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi semua pembaca. Untuk memudahkan pemahaman isi yang akan dibahas dalam skripsi ini, penulis memaparkan rinciannya, yakni pada bab pertama adalah pendahuluan yang dibagi atas latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan anggapan dasar. Pada bab kedua akan dibahas kajian pustaka yang terdiri atas kepustakaan yang relevan dan teori yang digunakan. Bab ketiga berisi metode dasar, lokasi sumber data penelitian, instrumen penelitian, metode pengumpulan data, serta metode analisis data. Bab keempat adalah pembahasan yang membicarakan tentang tipe, bentuk, ciri, fungsi, dan makna frase adjektiva bahasa Melayu dialek Hamparan Perak. Bab kelima merupakan kesimpulan dan saran, yaitu ringkasan tentang uraian yang telah dibicarakan pada bab pembahasan.

Penulis menyadari, skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, hal ini mengingat waktu dan kemampuan penulis yang sangat terbatas. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga apa yang telah diuraikan dalam skripsi ini berguna bagi kita semua. Amin.

Medan, 2009

Penulis

Rina Melisa


(5)

Ucapan Terima Kasih

Alhamdulillah penulis hanturkan ke hadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Bijaksana dan mengusai jagat raya yang menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna di permukaan bumi ini, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat berangkaikan salam kepada nabi Muhammad SAW, kekasih Allah yang telah meninggikan derajat manusia dengan mengangkatnya dari lembah kejahiliahan kepada alam ilmu pengetahuan sehingga hidup menjadi indah dan berwarna.

Kemudian, ucapan terima kasih penulis tujukan kepada orang – orang yang telah banyak membantu penulis, memberikan pengarahan, dukungan dan semangat, bimbingan, bantuan maupun saran, sehingga setiap kesulitan yang dihadapi dapat diatasi.

Pada kesempatan ini dengan keikhlasan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Yang teristimewa dalam diri penulis Syuaeb Sofyan (ayahanda), Suriyani Hanum (ibunda), yang telah memberikan segalanya kepada penulis , kasih sayang, perhatian, bimbingan, serta tidak pernah mengeluh dalam membiayai pendidikan penulis sampai selesainya penulisan skripsi ini. Skripsi ini penulis persembahkan sebagai tanda cinta penulis kepada ayahanda dan ibunda sebagai tanda keberhasilan mendidik dan mengajari penulis. Adikku, Hans Pratama Putra dan Tamara Annisa Pratiwi, yang juga telah banyak membantu penulis dan memberikan perhatian serta dukungan, bapak Tengku Chaidir beserta keluarga


(6)

menjalani hidup ini, dan juga kepada seluruh keluarga penulis yang juga telah ikut berperan dalam memberikan masukan dan bimbingannya selama studi perkuliahan dan pengerjaan skripsi.

2. Bapak Drs. Syaifuddin, M. A. Ph. D, selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, Pembantu Dekan I, Bapak Drs. Aminullah, M. A. Ph. D, Pembantu Dekan II Bapak Drs. Samsul Tarigan, Pembantu Dekan III Bapak Drs. Parlaungan Ritonga, M. Hum, serta seluruh staf dan pegawai di jajaran Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Baharuddin, M. Hum, selaku Ketua Departemen Sastra Daerah,

sekaligus dosen pembimbing I yang telah memberikan pemikiran serta perhatian yang senantiasa bermurah hati membimbing penulis selama perkuliahan.

4. Bapak Drs. Warisman Sinaga, M. Hum, selaku Sekretaris Departemen Sastra Daerah, sekaligus dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan dan juga meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran demi selesainya skripsi ini.

5. Bapak Drs. Irwan, sebagai dosen wali yang senantiasa membimbing dan juga mengarahkan penulis selama menyelesaikan studi.

6. Seluruh dosen di Departemen Sastra Daerah Fakultas Sastra Universitas

Sumatera Utara, yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menyelesaikan studi, dan Kak Fifi Triyani, S.S yang selalu setia di kantor departemen menghadapi para mahasiswa yang terkadang banyak pertanyaan.


(7)

7. Teman – teman seperjuangan 2004 (Lia beserta keluarga, Mira, Eka-kuncang, Bebby, Fauzi Siba, Dayad, Fuad, Mustafa, Citra-bung cit, Adi Ibenk, Tio, Ika, Lenci, Nency, Volentine), senior ’00, ‘01, ‘02, ‘03 ( Pak Bos, bang Zul Murdef, kak Risna, bang Risdo, kak Martha, kak Suri, kak Anda, bang Christ, bang Tama, bang Armen Loly Pop, bang Epan aktifis sejati – hidup mahasiswa, dll…), junior ’05, 06’, ’07, ’08, dan lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, penulis pasti akan selalu merindukan kalian semua. Terima kasih untuk semua kenangan suka dan duka yang telah kita ukir bersama. Hidup IMSAD Jaya!!!

8. Sahabat-sahabatku, Rudyanto, Taufik Ardi-Bayang Semuku, Esra, Richo, Ray, Doddy, Raden, Fay, Yogi, Zoo, Corry, Dinan, Tigor-Wak Antongku, Ridho, Reza-bawelku, Chandra, Surya, Pranata, Rizky, Maulana-Molmol Kecilku, Khaina Kajol, Azwar–Miyong Menggekku, kalian semua telah membuat ritme hidupku lebih berwarna dan membuatku semakin ikhlas, sabar, tabah, tegar, sehingga mampu membuatku berdiri tegak sampai detik ini dan selalu tersenyum.

9. Terindah (Yar) yang selalu menemani ritme hidupku, suka dan duka selalu sejukkan hatiku, dan selalu ada di saat penulis rapuh. Semoga kisah kita di ridhoi Allah SWT. Allah always does things right. You can be sure that he will always give you what you need at the appropriate time. Thanks a lot Yar! You’r the best.

10.Kepala desa beserta penududuk desa Lama Hamparan Perak, yang telah memberi kesempatan untuk penulis mengkaji Frase Adjektiva bahasa Melayu dialek Hamparan Perak sebagai bahan penyelesaian studi S-1 di Fakultas Sastra


(8)

Universitas Sumatera Utara dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum sempurna, oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik para pembaca. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Semoga segenap perhatian, dukungan dan bantuan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Amin!

Medan, 2009

Penulis


(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Anggapan Dasar... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan... 8

2.2 Teori yang Digunakan ... 9

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Dasar ……….. 14

3.2 Lokasi, Sumber Data dan Instrumen Penelitian ………. 15

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 17

3.4 Metode Analisis Data ... 19

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Tipe Frase Adjektiva Bahasa Melayu dialek Hamparan Perak ……. 22

4.2 Bentuk Frase Adjektiva Bahasa Melayu dialek Hamparan Perak …. 26 4.3 Ciri Frase Adjektiva Bahasa Melayu dialek Hamparan Perak …….. 36

4.4 Fungsi Frase Adjektiva Bahasa Melayu dialek Hamparan Perak ….. 42


(10)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ……… 51 5.2 Saran ……….. 52

DAFTAR PUSTAKA ………. 54


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa adalah alat komunikasi yang dipakai antar anggota masyarakat yang mutlak diperlukan untuk menyampaikan buah pikiran, perasaan, keinginan dan pembuatan-pembuatan yang dapat dipakai untuk mempengaruhi dan dipengaruhi. Tanpa bahasa masyarakat tidak mungkin dapat berkembang. Maka dari itu, bahasa perlu dibina dan dilestarikan.

Bahasa juga adalah merupakan alat yang mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia. Karena itu bahasa sangat erat sekali terhadap pemikiran manusia. Sesuai dengan kodrat manusia, bahasa berkembang sesuai dengan lingkungan yang dihadapinya sehingga perkembangan bahasa juga ikut serta di dalamnya. Sebagai bukti nyata dapat kita lihat di dalam dunia ilmu pengetahuan dengan perkembangan tidak mungkin diterapkan tanpa bahasa.

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi yang dipakai oleh bangsa Indonesia. Sesuai dengan yang tertulis di dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 36 Bab XV ayat 1, yang menyatakan bahwa bahasa negara adalah bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia dalam perwujudannya menunjukkan keanekaragaman, tampak dari keragaman etnis bangsa Indonesia yang terdiri beratus-ratus suku bangsa yang masing-masing memiliki adat istiadat dari budayanya sendiri (Feli,1985:26). Salah satu sub-budaya daerah adalah bahasa daerah yang merupakan investasi kesukuan dan kebangsaan yang tidak terhitung


(12)

nilainya. Kekayaan bahasa daerah sekaligus merupakan kekayaan budaya nasional, sebab bahasa daerah merupakan sumber memperkaya bahasa nasional.

Keanekaragaman bahasa yang kita miliki menyebabkan bahasa Indonesia menjadi bahasa yang kaya dengan kosa kata. Adanya berbagai macam bahasa di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini tidak memicu terjadinya perpecahan, hal ini dikarenakan adanya bahasa persatuan yakni bahasa Indonesia yang menjadi kebudayaan bangsa yang dapat dibanggakan.

Terdapat kurang lebih 420 jenis bahasa daerah yang tumbuh dan terus berkembang di Indonesia. Tiap-tiap suku memiliki bahasa daerah masing-masing sekaligus sebagai lambang identitas daerah (Halim, 1984: 14).

Sebagai upaya pembinaan dan pengembangan bahasa daerah yang tumbuh berdampingan dengan bahasa Indonesia, perlu diadakan pengkajian khusus tentang perkembangan kata-kata yang berasal dari bahasa daerah dan bahasa asing. Data dapat diperoleh dari setiap bahasa daerah maupun bahasa asing yang ada disetiap daerah di Indonesia. Hal ini berguna dan dapat dimanfaatkan dalam memperkaya perbendaharaan kata-kata satu bahasa daerah yang ada di Indonesia.

Usaha pengembangan, pembinaan, dan pelestarian bahasa diharapkan dapat dilakukan dengan sungguh-sungguh secara sistematis dan terarah. Hal tersebut harus sejalan dengan usaha peningkatan pengetahuan mengenai bahasa daerah tersebut. Salah satu cara merealisasikannya adalah melalui penelitian yang efektif tentang berbagai aspek kebahasaan daerah tersebut.

Dalam buku Politik Bahasa Nasional 1 (Halim, 1984: 22), menekankan perlunya bahasa daerah dalam rangka pengembangan bahasa nasional, yakni:


(13)

1. Bahasa daerah tetap dibina dan dipelihara oleh masyarakat pemakainya, yang merupakan bagian kebudayaan bangsa Indonesia yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945.

2. Bahasa daerah sebagai kekayaan budaya dapat dimanfaatkan untuk

pengembangan bahasa nasional serta untuk pembinaan dan pengembangan bahasa-bahasa itu sendiri.

3. Bahasa daerah berbeda dalam struktur kebahasaannya, tetapi juga berbeda jumlah penutur aslinya.

4. Bahasa-bahasa daerah pada kesempatan tertentu dipakai sebagai alat penghubung baik lisan maupun tulisan sedangkan daerah tertentu ada yang hanya dipakai secara lisan.

Bahasa Indonesia yang dipakai selama ini berasal dari bahasa Melayu yang sudah mengalami perkembangan pesat, terutama sesudah diresmikan menjadi bahasa nasional dan bahasa persatuan. Bahasa Melayu menjadi bahasa perantara selama berabad-abad di seluruh kawasan nusantara. Di dalam perkembangannya, bahasa Melayu memperoleh kedudukan sebagai bahasa pengantar, dan bahasa politik oleh kerajaan-kerajaan di nusantara.

Bahasa Melayu dialek Hamparan Perak adalah salah satu bahasa daerah Melayu yang ada di wilayah Melayu Deli Serdang. Bahasa Melayu dialek Hamparan Perak mempunyai hak yang sama untuk mendapat pembinaan karena kedudukan dan fungsi bahasa tersebut masih layak untuk digunakan.

Bahasa Melayu dialek Hamparan Perak pada hakikatnya sama dengan bahasa-bahasa yang lain yaitu mempunyai unsur-unsur kebahasa-bahasaan. Adapun unsur-unsur kebahasaan tersebut terdidiri atas struktur bunyi bahasa yang bidangnya disebut fonologi, struktur kata yang bidangnya morfologi, struktur antar kata dalam kalimat


(14)

yang disebut sintaksis, masalah arti atau makna yang bidangnya semantik. Morfologi dan sintaksis bersama-sama biasanya disebut tata bahasa, tata bahasa menyangkut kata, struktur internal di dalamnya atau morfologi dan struktur antar kata yang namanya sintaksis. Hal di atas dalam bahasa Melayu dialek Hamparan Perak belum banyak dilakukan. Untuk itu penulis memberanikan diri mencoba untuk mengangkat sebagian unsur dari sintaksis yaitu frase, sebab frase akan selalu terdapat dalam komunikasi sehari-hari.

Bahasa Melayu dialek Hamparan Perak belum banyak diungkap, belum dideskripsikan secara tuntas. Penelitian bahasa Melayu dialek Hamaparan Perak masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan penelitian bahasa-bahasa daerah lain, seperti bahasa Minangkabau, bahasa Batak, bahasa Sunda, dan bahasa Jawa. Oleh karena itu, berbagai macam penelitian bahasa Melayu dialek Hamparan Perak perlu diadakan, termasuk frase. Khususnya frase adjektiva yang terdapat dalam bahasa Melayu dialek Hamparan Perak.

Berdasarkan hal di atas, penulis memilih judul “Frase Adjektiva Bahasa Melayu Dialek Hamparan Perak”, karena menurut pengamatan, frase adjektiva ada dalam bahasa Melayu Dialek Hamparan Perak, yang menurut sepengetahuan penulis belum diteliti dan penulis merasa perlu mengadakan penelitian terhadap frase adjektiva bahasa Melayu dialek Hamparan Perak.

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah sebenarnya merupakan batasan – batasan dari ruang lingkup topik yang diteliti. Suatu perumusan masalah dilakukan karena adanya suatu


(15)

permasalahan. Agar tidak terjadi pembahasan yang terlalu luas dalam frase adjektiva bahasa Melayu dialek Hamparan Perak ini maka diperlukan suatu perumusan masalah.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tipe frase adjektiva bahasa Melayu dialek Hamparan Perak? 2. Bagaimana bentuk frase adjektiva bahasa Melayu dialek Hamparan Perak? 3. Bagaimana ciri-ciri frase adjektiva bahasa Melayu dialek Hamparan Perak? 4. Bagaimana fungsi frase adjektiva bahasa Melayu dialek Hamparan Perak? 5. Apakah makna frase adjektiva bahasa Melayu dialek Hamparan Perak?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka dalam hal ini tujuan penelitian ini antara lain untuk:

1. Mengetahui tipe frase adjektiva bahasa Melayu dialek Hamparan Perak.

2. Mengetahui bentuk frase adjektiva dalam bahasa Melayu dialek

Hamparan Perak.

3. Mengetahui ciri-ciri frase adjektiva bahasa Melayu dialek Hamparan Perak. 4. Mengetahui fungsi yang terkandung di dalam frase adjektiva bahasa Melayu

dialek Hamparan Perak.


(16)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tentang frase adjektiva Bahasa Melayu dialek Hamparan Perak ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam upaya melestarikan dan pengembangan pengetahuan bagi masyarakat pada umumnya.

Lebih khusus manfaat penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan referensi untuk penelitian lanjutan terhadap bahasa Melayu dialek Hamparan Perak.

2. Menambah wawasan pengetahuan dan informasi tentang bahasa nusantara khususnya bahasa Melayu dialek Hamparan Perak.

3. Menambah bahan bacaan dan kepustakaan di Departemen Sastra Daerah,

khususnya Program Studi Bahasa dan Sastra Melayu, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.

4. Melengkapi salah satu syarat ujian dalam menempuh sarjana sastra di Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.

1.5 Anggapan Dasar

Anggapan dasar ini merupakan titik tolak pemikiran untuk penyelidikan tertentu yang sebenarnya dapat diterima tanpa perlu dibuktikan lagi. Penelitian ini didasarkan pada suatu landasan pemikiran tertentu yang akan memberikan arah pada pengumpulan data. Landasan pemikiran ini disebut sebagai anggapan dasar dari suatu penelitian yang dapat diterima kebenarannya dan tidak perlu dibuktikan lagi (Anwarsyah, 1993 : 17).


(17)

Dalam hal ini penulis menganggap bahwa dalam bahasa Melayu dialek Hamparan Perak akan dijumpai frase adjektiva yang mempunyai bentuk khusus yang berbeda dengan bahasa Indonesia. Anggapan dasar di atas digunakan untuk membantu penulis dalam penelitian “Frase Adjektiva Bahasa Melayu Dialek Hamparan Perak” ini dimulai dari mengolah hingga menyelesaikan penulisan ini.


(18)

BAB I I KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kepustakaan yang Relevan

Mempertanggungjawabkan hasil penelitian bukanlah pekerjaan mudah. Seorang penulis harus mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya disertai data-data yang kuat serta buku – buku acuan yang relevan dengan objek yang di teliti. Untuk dapat mempertahankan hasil dari suatu karya ilmiah, seorang penulis akan lebih mudah mempertanggungjawabkannya dengan menyertai data-data yang kuat serta buku-buku acuan yang relevan atau yang ada hubungannya dengan apa yang di teliti.

Penelitian ini didukung referensi yang sesuai seperti buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, karangan Hasan Alwi, ditambah beberapa buku pendukung lainnya seperti Sintaksis, dan Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis, karangan M.Ramlan.

Sesuai dengan judul yang penulis bicarakan “Frase Adjektiva Bahasa Melayu dialek Hamparan Perak”, tentunya tidak terlepas dengan apa yang disebut frase. Untuk itu penulis akan menguraikan pengertian frase sebagai berikut:

Bloomfield (1973:178), mengatakan, “A phrase form consist entirely of two or more lesser free form is a pharse (Sebuah frase yang yang mengandung dua kata atau lebih kecil dari bentuk bebas adalah frase)’,

Ramlan (1981:121), mengatakan, “Frase adalah kesatuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melebihi batas fungsi”.


(19)

Tarigan (1984:50), mengatakan, “Frase adalah kesatuan linguistik yang secara potensial merupakan gabungan dua kata atau lebih yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa”.

Keraf (1984:138), mengatakan, “Frase adalah satuan konstruksi yang terdiri dari dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan”.

Parera (1988:56), mengatakan, “Frase adalah suatu konstruksi yang dapat dibentuk oleh dua kata atau lebih tetapi tidak mempunyai ciri konstruksi sebuah kalusa dan sering pula ia mengisi slof atau gatra dalam tingkat klausa”.

Dari beberapa pendapat sarjana di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan frase adalah satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Yang dimaksud tidak melapaui batas fungsi adalah dalam kalimat sebagai subjek, predikat, objek, pelengkap, maupun keterangan.

2.2 Teori yang Digunakan

Setiap penelitian selalu menggunakan teori yang sesuai dengan penulisan tersebut. Penelitian akan lebih praktis metode kerjanya apabila teori yang digunakan mempunyai hubungan langsung dengan penelitian yang diadakan.

Teori merupakan suatu prinsip dasar yang terwujud di dalam bentuk dan berlaku secara umum yang akan mempermudah seorang penulis dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Teori diperlukan untuk membimbing dan memberi arah sehingga dapat menjadi penuntun kerja bagi penulis.

Kerangka teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori linguistik struktural. Teori linguistik struktural berangkat dari anggapan dasar yang mengatakan


(20)

bahwa bahasa pada hakikatnya adalah ujaran atau speech (Bloomfield, 1993:6). Sejalan dengan maksud anggapan dasar ini, data yang hendak dianalisis di dalam penelitian ini diambil dari ujaran–ujaran yang dipakai oleh masyarakat pemakai bahasa Melayu dialek Hamparan Perak masa kini.

Teori struktural digunakan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan berbagai unsur dipandang dari segi struktural formal, yaitu unsur – unsur yang membentuk suatu satuan dan hubungan antarunsur itu dalam sebuah satuan. Teori ini meninjau aspek bahasa berdasarkan sudut bahasa itu sendiri serta menelaah unsur – unsur dan fungsinya dalam bahasa yang akan diteliti. Teori ini menganalisis bahan berdasarkan pada struktur atau berusaha mendeskripsikan suatu bahasa berdasarkan ciri atau sifat khas yang dimiliki bahasa itu dan bukan berdasarkan makna, walaupun segi makna tidak dikesampingkan.

Tarigan (1984 : 60) mengatakan, “Frase adjektiva adalah frase modifikatif yang hulunya berupa adjektiva kata dasar”.

Wirjosoedarmo (1985 324) mengatakan, “Frase adjektiva adalah frase yang unsur-unsurnya terdiri dari kata sifat atau keadaan”.

Keraf (1991:91) mengatakan, “Frase adjektiva adalah semua kata yang dapat mengambil bentuk se- + reduplikasi + nya; dari sudut fraseologis, adjektiva dapat diperluas dengan kata lebih, paling, sekali, atau amat”.

Alwi et al (1993:209), “Frase adalah kata yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau keadaan orang, benda, atau binatang”.

Dari batasan di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan frase adjektiva adalah frase yang unsur intinya terdiri dari kata sifat.


(21)

Contoh :

1. Anak mudE iyon mendE kali.

Gadis itu cantik sekali. ‘Gadis itu cantiksekali’.

2. Anak pandE iyon.

Anak pintar itu.

‘Orang itu mungkin pintar’. 3. ManggE iyon belom tentu manih.

Mangga itu belum tentu manis. ‘Mangga itu belum tentu manis’.

4. UbatnyE palin paEt

Obatnya paling pait. ‘Obatnya paling pahit’.

5. KakaknyE lebEh jaat daripade adeknyE.

Kakaknya lebih jahat daripada adiknya. ‘Kakaknya lebih jahat daripada adinya’. 6. Pelite iyon teRang bendeRang.

Lampu itu terang benderang. ‘Lampu itu terang benderang’. 7. JaRaknyE jaohkali.

Jaraknya jauh sekali. ‘Jaraknya jauh sekali’.


(22)

8. Muke maling iyon pucat lesi.

Wajah pencuri itu pucat pasi. ‘Wajah pencuri itu pucat pasi’.

Pada kalimat di atas (mendE, pandE, manih, paEt, jaat, teRang, jaoh, dan pucat) adalah inti dari frase adjektiva, yaitu bagian yang menjadi pengikat bagian inti lain dari kalimat itu dan yang membawa makna pokok.

Kata dasar frase adjektiva bahasa Melayu dialek Hamparan Perak meliputi

bentuk dasar perbandingan ekuatif, perbandingan komparatif, dan perbandingan superlatif. Untuk jelasnya, dapat dilihat pada contoh yang dikemukakan berikut ini :

(1) Adjektiva Dasar Contoh :

bEsak ‘besar’

kuRus ‘kurus’

masin ‘asin’

manih ‘manis’

muRe ‘murah

(2) Perbandingan Ekuatif

a. se- + adjektiva ‘se- + adjektiva’ Contoh :

semendE ‘secantik’

sekuat ‘segagah’

sebEsak ‘sebesar’

semahal ‘semahal’


(23)

b. same + adjektiva + -nya + dengan ‘sama + adjektiva + -nya + dengan’ Contoh :

samE mendE dengan ‘sama cantiknya dengan’

samE kuatnyE dengan ‘sama gagahnya dengan’

sameE bEsaknyE dengan ‘sama besarnya dengan’

samE mahalnyE dengan ‘sama mahalnya dengan’

samE kuRusnyE dengan ‘sama kurusnya dengan’

3. Pebandingan Kompratif

Bentuk adjektiva perbandingan kompratif dapat ditemukan dengan menggunakan pola lebeh/tidek + dari ‘lebih/kurang + adjektiva + daripada’.

Contoh :

lebEh baEk daRi ‘lebih baik dari’

lebEh beRsi daRi ‘lebih bersih dari’

tidEk baEk darRi ‘kurang baik daripada’

tidEk beRsi daRi ‘kurang bersih daripada’

4. Perbandingan Superlatif

Bentuk perbandingan superlatif terdapat dalam pola paling/palin + adjektiva ‘palin/ter- + adjektiva.

Contoh :

palin mendE ‘paling bagus

palin jaat ‘terjahat’

palin itam ‘terhitam’

palin Rajin ‘paling rajin’


(24)

BAB I I I

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Dasar

Metode dasar yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif sinkronis sebagaimana yang diterapkan dalam kerangka teori linguistik struktural. Penelitian dilaksanakan dengan jalan mengumpulkan bahan-bahan di lapangan tanpa intervensi. Setelah itu baru dilakukan tabulasi dan kajian kebahasaan berdasarkan bahan atau data yang terkumpul dengan cara sesubjektif mungkin.

Metode deskriptif lebih menandai terhadap adanya (dan tidak adanya) pengguna bahasa daripada menandai cara penanganan bahasa tahap demi tahap, langkah demi langkah (Sudaryanto, 1992 : 62).

Metode dapat bermanfaat (untuk mewujudkan tujuan kegiatan ilmiah linguistik) haruslah digunakan dalam pelaksanaan yang kongkret. Untuk itu, metode sebagai cara kerja haruslah dijabarkan sesuai dengan alat dan sifat alat yang dipakai (Sudaryanto, 1986 : 26).

Metode linguistik yang baik haruslah sesuai dengan sifat objeknya (yaitu bahasa), maka teorilah yang “memberitahukan” mengenai sifat itu (misalnya bahasa itu di samping bersifat linier juga bersifat arbitrer dan konvensional, satuan lingualnya kecuali berhubungan secara struktural juga berhubungan secara sistemik, dan sebagainya; sehingga memungkinkan metode tertentu yang satu dapat digunakan sebaik-baiknya dan metode tertentu yang lain justru disingkirkan sejauh-jauhnya (Sudaryanto, 1986 : 26).


(25)

3.2 Lokasi, Sumber Data, dan Instrumen Penelitian

Lokasi penelitian yang berjudul Frase Adjektiva Bahasa Melayu Dialek Hamparan Perak ini adalah Desa Lama, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang. Lokasi ini merupakan daerah penutur bahasa Melayu dialek Hamparan Perak, mempunyai ciri - ciri tersendiri yang membedakannya dengan bahasa Indonesia, di antaranya adalah:

1. Pada akhir suku kata yang mempunyai fonem /a/ dalam bahasa Indonesia akan berubah

menjadi /e/ dalam bahasa Melayu dialek Hamparan Perak. Contoh:

Bahasa Indonesia Bahasa Melayu Dialek Hamparan Perak

bunga bungE

buaya buayE

celana culanE

rusa rusE

2. Pada beberapa suku kata yang mempunyai fonem /i/ dalam bahasa Indonesia akan berubah menjadi fonem /e/ dalam bahasa Melayu dialek Hamparan Perak.

Contoh:

Bahasa Indonesia Bahasa Melayu Dialek Hamparan Perak

air aeR

piring piReng


(26)

3. Fonem /r/ dalam bahasa Indonesia berbunyi biasa, tetapi dalam bahasa Melayu dialek Hamparan Perak berubah menjadi r Uvular /R/.

Contoh:

Bahasa Indonesia Bahasa Melayu Dialek Hamparan Perak

karang kaRang

kerang keRang

piring piReng

sarang saRang

suara suaRe

4. Pada beberapa suku kata yang mempunyai fonem /h/ dalam bahasa Indonesia, maka dalam bahasa Melayu dialek Hamparan Perak fonem tersebut akan hilang.

Contoh:

Bahasa Indonesia Bahasa Melayu Dialek Hamparan Perak

ayah ayE

hujan ujan

jahit jaEt

rumah RumE

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data itu diperoleh (Arikunto, 1996:114). Artinya, jika peneliti menggunakan metode wawancara dengan


(27)

pengumpulan datanya, maka subjeknya responden dan apabila menggunakan metode observasi dalam pengumpulan datanya, maka subjeknya berupa benda atau tempat.

Maka, sumber data penulis adalah informan yang memenuhi syarat yang

ditentukan. Kriteria informan terpilih menurut (Mahsun, 1995 : 21-22), adalah: a. Berjenis kelamin pria atau wanita.

b. Berusia antara 25-65 tahun (tidak pikun).

c. Orang tua, istri atau suami informan lahir dan dibesarkan di desa tersebut serta jarang atau tidak pernah meninggalkan desanya.

d. Berpendidikan (minimal tamatan SD dan Sederajat).

e. Berstatus social menengah (tidak rendah atau tidak tinggi) denagn harapan tidak terlalu tinggi mobilitasnya.

f. Memiliki kebanggaan terhadap isolek dan dan masarakat isoleknya. g. Pekerjaannnya bertani atau buruh.

h. Dapat berbahasa Indonesia.

i. Sehat jasmani dan rohani. Sehat jasmani maksudnya tidak cacat

berbahasa dan memiliki pendengaran yang tajam untuk menangkap pertanyaan-pertanyaan dengan tepat. Sedangkan sehat rohani maksudnya sedang tidak gila atau pikun.

Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh si peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya akan lebih baik, dalam arti yang lebih lengkap dan sistematis sehingga data lebih mudah diolah. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah alat perekam suara, alat tulis, dan daftar pertanyaan.


(28)

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1. Metode kepustakaan, yaitu penulis melakukan penelitian dengan mencari data dari buku-buku yang berhubungan dengan penulisan sebagai bahan acuan dari berbagai referensi. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan dasar-dasar teori yang yang akan dipakai dan untuk mengkaji hasil penelitian atau informasi yang mendukung penelitian.

2. Metode observasi, yaitu penulis turun langsung ke lokasi penelitian untuk melakukan pengamatan terhadap tempat, dan peran pemakai bahasa serta perilaku selama pelaksanaan pengguna bahasa berlangsung.

3. Metode wawancara, data penelitian ini adalah data lisan dan tulisan. Data tulisan diperoleh dengan menggunakan metode simak (Sudaryanto,1993:13) yaitu dengan menyimak penggunaan bahasa. Metode ini dikembangkan teknik sadap, yaitu meninjau dan mempelajari secara langsung kata-kata yang diperoleh dari studi pustaka. Selanjutnya digunakan teknik catat dengan mencatat data-data tulis yang diperoleh dari bahan pustaka yang digunakan.

Data lisan diperoleh dari informan yang menggunakan bahasa Melayu dialek Hamparan Perak di desa Lama. Pengumpulan data lisan dilakukan dengan metode cakap, yaitu percakapan antara peneliti dengan penutur sebagai narasumber. Teknik dasar yang digunakan adalah teknik pancing, yaitu peneliti berusaha memancing seseorang atau beberapa orang untuk berbicara. Selanjutnya, digunakan teknik cakap semuka, yaitu percakapan langsung dengan tatap muka antara peneliti dengan informan.


(29)

Teknik ini dilanjuktan dengan teknik rekam dan teknik catat, yaitu dengan merekam dan mencatat data lisan yang diperoleh dari informan. penulis melakukan wawancara kepada para penutur yang dianggap memenuhi syarat sebagai informan untuk dapat mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan menggunakan teknik rekam. Selama wawancara berlangsung,

semua respon yang muncul dicatat. Selama itu juga perekaman dilakukan untuk kepentingan pengecekan kembali.

4. Metode kuesioner atau daftar pertanyaan, yang berisikan kosakta dasar yang akan ditanyakan kepada informan.

Tahapan strategi metode pengumpulan data itu berakhir dengan trankripsi dan tataan data yang sistematis dan ditandai oleh transkripsi serta tertatanya data secara sistematis (Sudaryanto, 1986 : 36).

3.4 Metode Analisis Data

Dalam metode analisis data penulisan menggunakan metode deskriptif. Adapun ciri-ciri metode deskriptif adalah:

1. Memusatkan diri pada permasalahan-permasalahan yang ada pada masa sekarang dan masalah aktual.

2. Data yang dikumpulkan lalu disusun, dijelaskan dan dianalisis. (Surakhmad, 1994 : 140).

Metode deskriptif merupakan metode yang berusaha memberikan gambaran objektif tentang struktur bahasa yang dianalisis sesuai dengan pemakaian sebenarnya dari bahasa itu oleh masyarakat bahasanya pada waktu sekarang dan tidak normatif (memperhitungkan norma-norma yang seharusnya dipakai) atau diakronis


(30)

(memperhitungkan perkembangan dan sejarah struktur bahasa). Dengan demikian, analisis bahasa Melayu dialek Hamparan Perak ini akan berusaha memberikan gambaran objektif sesuai dengan keadaan pemakaian bahasa Melayu dialek Hamparan Perak sekarang.

Sehubungan dengan hal tersebut, (Sudaryanto,1988:57) mengemukakan tiga macam metode yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian bahasa, yaitu:

1. Mengumpulkan Data

Pada tahap pengumpulan data, dilakukan observasi untuk menentukan dialek yang akan dijadiakn sample penelitian. Tahap itu diikuti dengan pengumpulan teks tertulis yang diperoleh dari penutur asli bahasa Melayu dialek Hamparan Perak. Penulis menggunakan data lisan (wawancara) dan data tulis. Teks tersebut ada yang ditulis

2. Mengklasifikasikan Data

Dalam tahap mengklasifikasikan data dilakukan menurut persamaan dan perbedaanya. Hasil penyusunan dan pengklasifikasian berbentuk suatu sistem yang memudahkan untuk menemukan kembali kata, dan frase adjektiva yang diperlukan.

3. Menganalisis Data

Pada tahap menganalisis data, teks yang telah ditulis disusun kembali dalam bentuk bagian kalimat, kemudian ditarik komponen - komponennya yang berupa frase. Jika komponen - komponennya yang berupa frase telah ditemukan, kata itu lalu dianalisis, kemudian diamati keteraturannya. Dari konstruksi kata


(31)

tersebut dirumuskan pola-pola kaidahnya. Penulis akan menganalisis data frase adjektiva untuk dapat menganalisis tipe, bentuk, ciri, fungsi, dan makna frase adjektiva tersebut.

Setelah data – data yang diperlukan terkumpul semua, maka data – data yang diperlukan dalam penulisan diambil dan data – data yang tidak diperlukan dibuang. Tahapan metode analisis data berakhir dengan penemuan kaidah, betapapun sederhananya atau sedikitnya kaidah itu, dan banyaknya kaidah yang ditemukan bukanlah menjadi ukuran , karena kerumitan dan banyaknya kaidah tidak selalu menjadi petunujuk baik kedalaman atau kehebatan telaah. Dengan demikian dapat dikatakan pula ditemukannya kaidah itu merupakan wujud dari analisis data (Sudaryanto, 1986 : 39).


(32)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Tipe Frase Adjektiva Bahasa Melayu Dialek Hamparan Perak

Secara kategorial tipe-tipe dalam frase adjektiva dapat dibedakan atas: 1. Adjektiva Diikuti Keterangan Intensitas

Frase adjektiva dapat berupa adjektiva diikuti oleh keterangan intensitas. Adapun intensitas yang digunakan dalam bahasa Melayu dialek Hamparan Perak ialah kali ‘sekali’ dan agaq ‘agak’.

Contoh :

(1) AdEk pemalu kali.

Adik pemalu sekali. ‘Adik pemalu sekali’. (2) TentRa iyon kuatkali.

Tentara itu gagah sekali. ‘Tentara itu gagah sekali’.

(3) KepalEnyE pening kali.

Kepalanya pusing sekali. ‘Kepalanya pusing sekali’.

(4) Makcik agaq sakEt.

Bibik agak sakit. ‘Bibik agak sakit’.


(33)

(5) Kebon pakcik agaq jaoh.

Kebun paman agak jauh. ‘Kebun paman agak jauh’.

Pada contoh-contoh di atas terdapat frase adjektiva yang terdiri atas adjektiva

pemalu, kuat, pening, sakEt, dan jaoh yang masing-masing diikuti atribut intensitas

kali ‘sekali’ atau didahului oleh atribut intensitas agaq ‘agak’. 2. Adjektiva Diiringi Perbandingan

Frase adjektiva dapat dibentuk dari adjektiva diiringi atau didahului keterangan perbandingan. Perbandingan itu berupa keterangan mengenai kesamaan, kelebihan, atau kekurangan kualitas sesuatu dibandingkan dengan sesuatu yang lain.

Contoh :

(6) LebEh tinggi pangkatnyE daRipadE pangkatku. Lebih tinggi pangkatnya daripada pangkatku. ‘Lebih tinggi pangkatnya daripada pangkatku’. (7) TanEman padi lebEh gemok daRipade palawija. Tanaman padi lebih subur daripada palawija. ‘Tanaman padi lebih subur daRipada palawija’

(8) Tenggeken makcik same sedapnye dengan tenggeken emak.

Masakan bibi sama enaknya dengan masakan ibu. ‘Masakan bibi sama enaknya dengan masakan ibu’. (9) TabE manih sepeRti artis.

Senyuman manis seperti arti. ‘Senyuman manis seperti artis’.


(34)

(10) Laman RumEnyEbelom beRsih. Halaman rumahnya kurang bersih. ‘Halaman rumahnya kurang bersih’.

3. Adjektiva Diiringi Paling

Frase adjektiva dapat juga berupa adjektiva diiring atau didahului oleh superlatif

palin ‘paling’. Contoh :

(11) Rina palin kayE di Hamparan Perak. Rina paling kaya di Hamparan Perak. ‘Rina paling kaya di Hamparan Perak’. (12) BadannyE palin kecik.

Badannya paling kecil. ‘Badannya paling kecil’.

(13) HargE pakEyan di sini palin mahal. Harga baju di sini paling mahal. ‘Harga baju di sini paling mahal’. (14) DaeRa iyon palinkotoR.

Daerah itu paling kotor ‘Daerah itu paling kotor’. (15) RasE limau iyon palinsegeR.

rasa jeruk itu paling segar ‘Rasa jeruk itu paling segar’.


(35)

kecik, mahal, kotoR, dan segeR yang didahului dengan kata palin ‘paling’, yang menyatakan makna superlatif.

4. Adjektiva Diikuti Adjektiva

Frase adjektiva dapat juga terdiri dari yang diikuti dengan adjektiva. Berbeda dengan frase adjektiva lain yang bersifat atribut, frase adjektiva ini bersifat koordinatif.

Contoh :

(16) KayE miskin besilatuRahmi di sini. Kaya miskin bersilahturahmi di sini. ‘Kaya miskin bersilahturahmi di sini’. (17) ManggE yang dijual bEsak kEcik.

Mangga yang dijual besar kecil. ‘Mangga yang dijual besar kecil’. (18) Idop mati adEk di tangan Allah.

Hidup mati ada di tangan Allah. ‘Hidup mati ada di tangan Allah’.

(19) MeRa putEh bekibaR di aRena bulutangkis Atlanta. Merah putih berkibar di arena bulutangkis Atlanta.

‘Merah putih berkibar di arena bulutangkis Atlanta’. (20) Balok kayu yang disusun iyon beukuRan panjang pendek. Balok kayu yang disusun itu berukuran panjang pendek. ‘Balok kayu yang disusun itu berukuran panjang pendek’.


(36)

Frase dalam kalimat (16) – (20) itu adalah frase adjektiva yang terdiri atas kayE diikuti miskin, bEsak diikuti kecik, idop diikuti mati, meRa diikuti putEh, dan panjang diikuti pendek. Frase itu berbentuk adjektiva.

4.2 Bentuk Frase Adjektiva Bahasa Melayu dialek Hamparan Perak

Ditinjau dari bentuk, frase adjektiva bahasa Melayu dialek Hamparan Perak dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni adjektiva asal dan adjektiva bentukan. 1. Adjektiva Asal

Adjektiva asal adalah adjektiva yang berbentuk monomorfonemik, hanya terdiri dari atas satu morfem yang berupa kata dasar, seperti :

paEt ‘pahit’

pedEs ‘pedas’

gemok ‘subur’

rikik ‘kerdil’

beuntung ‘beruntung’

Pemakaian contoh di dalam kalimat : (21) BuwEh priye rasEnyE paEt.

Buah pare rasanye pahit. ‘Buah pare rasanya pahit’.

(22) CabE kEcik rasEnyE lebEh pedEs daripade cabE bEsak.

Cabai kecil rasanya lebih pedas daripada cabai besar. ‘Cabai kecil rasanya lebih pedas daripada cabai besar’. (23) Batang betik iyon gemok kali.


(37)

Batang pepaya itu subur benar ‘Batang papaya itu subur benar’.

(24) Batang manggE iyon rikik kaRne tidEk peRna dipupuk. Batang mangga itu kerdil karena tidak pernah dipupuk. ‘Batang mangga itu kerdil karena tidak pernah dipupuk’. (25) NasEpnyE beuntung, peRempuwannyE mendE dan pandE.

Nasipnya beruntung, istrinya cantik dan pintar. ‘Nasipnya beruntung, istrinya cantik dan pintar’. Contoh lain sebagai berikut :

dekEt ‘dekat’

cadang ‘rusak’

itam ‘hitam’

dedak ‘basah kuyup’

putEh ‘putih’

abEs ‘habis’

hangat ‘panas’

takot ‘takut’

awus ‘haus’

kuat ‘erat’

beteh ‘lapar’

ganding ‘genit’

beteng ‘kenyang’

abEs ‘habis’


(38)

iRang ‘jernih’

bEsak ‘besar’

ingEt ‘ingat’

balut ‘lepas’

iwen ‘cermat, teliti’

baRu ‘baru’

kEcik ‘kecil’

bayeu ‘basi’

gaduh ‘ribut’

2. Adjektiva Bentukan

Adjektiva bentukan adalah adjektiva yang berbentuk polimorfemik, yang terdiri atas dua morfem atau lebih. Adjektiva bentukan dapat dibentuk tiga macam cara, yakni denagn penambahan afiks, dengan proses reduplikasi, atau dengan pemajemukan.

3. Adjektiva Berafiks

Afiks yang dapat digunakan untuk membentuk adjektiva polimorfemik adalah prefiks se- dan yang digunakan harus sudah tergolong adjektiva.

Contoh :

se + mendE semendE ‘secantik’

se + panjang sepanjang ‘sepanjang’

se + bEsak sebesaR ‘sebesar’

se + pedEs sepedEs ‘sepedas’

se + mahal semahal ‘semahal’


(39)

(26) Anak mudE iyon semendE emaknyE.

Gadis itu secantik ibunya. ‘Gadis itu secantik ibunya’.

(27) Sayang anak sepanjang jalan, sayang emak tidEkadE batEsnyE.

Sayang anak sepanjang jalan, sayang ibu tidak ada batasnya. ‘Sayang anak sepanjang jalan, sayang ibu tidak ada batasnya’. (28) SebEsak-bEsaknyE kambEngtidEksebEsak sapi.

Sebesar-besarnya kambing tidak sebesar sapi. ‘Sebesar-besarnya kambing tidak sebesar sapi’.

(29) SepedEs-pedEs cabE bEsak tidEk sepedEs cabE kEcik.

Sepedas-pedas cabai besar tidak sepedas cabai kecil. ‘Sepedas-pedas cabai besar tidak sepedas cabai kecil’. (30) HargE tanEhdi desE tidEk semahal hargE di kotE.

Harga tanah di desa tidak semahal harga di kota. ‘Harga tanah di desa tidak semahal harga di kota’.

Pembentukan dengan afiks yang lain akan mengakibatkan perubahan kelas kata. 4. Adjektiva Majemuk

Pemajemukan adjektiva bahasa Melau dialek Hampran Perak dapat dibedakan menjadi empat macam, yakni pemajemukan yang bersal dari morfem bebas dan morfem bebas, morfem bebas dan morfem terikat, morfem terikat dan morfem bebas, dan morfem terikat dan morfem terikat.


(40)

lantam ‘angkuh’

malEs ‘malas’

Pemakaian contoh di dalam kalimat :

(31) Anak iyon lantam tidEk endak bekawan.

Anak itu angkuh tidak mau bersahabat. ‘Anak itu angkuh tidak mau bersahabat’.

(32) Anak iyon memang malEs, tidEk endak bekeRjE.

Anak itu memang malas, tidak mau bekerja. ‘Anak itu memang malas, tidak mau bekerja’.

b. Adjektiva yang tidak bersifat idiomatis, seperti terlihat pada contoh berikut : baEk buRok ‘baik buruk’

tuhE mudE ‘tua muda’

baEk ati ‘baik hati’

hangat sejok ‘panas dingin’

kEcik ati ‘kecil hati’

Pemakaian contoh di dalam kalimat :

(33) BaEk buRok yang dihadapi usah lupE kepade Tuhan. Baik buruk yang dihadapi jangan lupa kepada Tuhan. ‘Baik buruk yang dihadapi jangan lupa kepada Tuhan’. (34) TuhE mudE semuanyE ajak makan.


(41)

‘Tua muda semuanya ajak makan’.

(35) Iye uRang baEk ati, nasEb uRang dikelehkennyE.

Ia orang baik, nasip orang diperhatikannya. ‘Ia orang baik, nasip orang diperhtikannya’. (36) Hangat sejok badanku kaRnE takot.

Panas dingin badanku karena takut. ‘Panas dingin badanku karena takut’.

(37) Iye kEcik ati samE sayE kaRnE endaknyE tidEk diikutkEn.

Ia kecil hati sama saya karena maunya tidak diikutkan. ‘Ia kecil hati sama saya karena maunya tidak diikutkan’. c. Adjektiva Majemuk dari Morfem Bebas dan Morfem Terikat

Adjektiva majemuk yang berasal dari morfem bebas dan morfem terikat bersifat idiomatis, seperti :

gelap gulitE ‘gelap gulita’

itam pekat ‘hitam pekat’

sunyi senyap ‘sunyi senyap’

Dalam contoh di atas, morfem gelap ‘gelap’, sunyi ‘sunyi’ merupakan morfem bebas, tetapi gulitE, pekat, senyap merupakan morfem terikat yang tidak dapat berdiri sendiri karena tidak memiliki makna laksikal. Morfem tersebut selalu muncul dalam bentuk kombinasi.

Pemakaian contoh di dalam kalimat :

(38) KaRne pelitE mati, RumE jadi gelap gulitE.


(42)

‘Karena lampu mati, rumah jadi gelap gulita’.

(39) WarnEnye itam pekat.

Warnanya hitam pekat. ‘Warnanya hitam pekat’.

(40) JikE malEm di sini sunyi senyap tidEk adE uRang.

Jika malam disini sunyi senyap tidak ada orang. ‘Jika malam disini sunyi senyap tidak ada orang’. d. Adjektiva Majemuk dari Morfem Terikat dan Morfem Bebas

Adjektiva majemuk yang berasal dari morfem terikat dan morfem bebas bersifat idiomatis, seperti :

sangat ResE ‘sangat resah’

tidEk jujuR ‘tidak jujur’

gembirE ‘senang’

beseRakan ‘berantakan’

Morfem lasah, pet, unjuk, dan sagak pada contoh di atas merupakan morfem terikat. Dan tidak memiliki makna leksikal dan dapat berdiri sendiri sebgai kata. Morfem sangat resah, gelisah ‘sembunyi’, ati ‘hati’, menjadikan tidak teratur’ merupakan morfem bebas.

Pemakaian contoh di dalam kalimat : (41) Sejak tenan iyE keliatan ResE gelisE.

Sejak tadi ia kelihatan resah gelisah. ‘Sejak tadi, ia sangat gelisah’.


(43)

Bekerja sambil tidak jujur sering berakibat.

‘Bekerja dengan tidak jujur sering berakibat buruk’. (43) Iye gembirE ati kaRnE lulus.

Ia senang hati karena lulus. ‘Ia senang hati karena lulus’.

(44) MengapE baRang-baRang iyonbeseRakEn sepeRti iyon?.

Mengapa barang-barang ini berantkan seperti ini?. ‘Mengapa barang-barang berantakan begini?’. e. Adjektiva Majemuk dari Morfem Terikat dan Morfem Terikat

Adjektiva majemuk yang berasal dari morfem terikat dan morfem terikat berafiks idiomatic. Setiap morfem yang menjadi dasar bentukan tersebut tidak memiliki makna leksikal, hanya memiliki makna gramatikal.

Contoh :

rayas rayis ‘tidak rapih’ ‘coreng moreng’

nganyas kanyas ‘ceroboh’ ‘tergesa-gesa’

usEl - usEl ‘usil’ ‘usik-usik’

bacak - bacik ‘acak-acakan’

teRang - bendeRang ‘terang benderang’

Pemakaian contoh di dalam kalimat :

(45) MukEnye Rayas Rayis.

Wajahnya coreng – moreng. ‘Wajahnya coreng – moreng’.

(46) KeRjenyE usah tegesE– gesE, kelehken satu – satu. Kerjanya jangan tergesa – gesa, perhatikan satu –satu.


(44)

‘Kerjanya jangan tergesa –gesa, perhatikan satu – satu’. (47) Usah usEl - usEl kelakuan uRang iyon tidEk mendE.

Jangan usil - usil kelakuan orang itu tidak baik. ‘Jangan usil akan kelakuan orang lain, itu tidak baik’. 5. Reduplikasi Adjektiva

Reduplikasi adjektiva bahasa melayu dialek Hamparan Perak dapat dibedakan menjadai dua macam, yakni reduplikasi atas seluruh bentuk dasar (reduplikasi utuh) dan redupkikasi berafiks.

a. Reduplikasi atas Seluruh Bentuk Dasar

Reduplikasi adjektiva yang berupa reduplikasi seluruh bentuk dasar hanya terdiri ats satu macam, yakni reduplikasi seluruh ben tuk dasar berupa kata dasar. Bentuk dasar yang berupa kata bentuk.

cekel - cekel ‘pelit – pelit’

pembagi - pembagi ‘pemberi – pemberi’

sikit - sikit ‘sedikit - sedikit’

lambat - lambat ‘pelan - pelan’

mendE - mendE ‘cantik – cantik’

Pemakaian contoh di dalam kalimat: (48) MeRekE cekel - cekel kali.

Mereka pelit – pelit benar. ‘Meraka pelit – pelit benar’.

(49) URangnyE pembagi – pembagi.


(45)

‘Orangnya suka memberi’. (50) Sulangi adEkmusikit – sikit.

Suapi adikmu sedikit – sedikit. ‘Suapi adikmu sedikit – sedikit’.

(51) Jalan lambat – lambat usah lekas - lekas nanti tejatoh.

Jalan pelan - pelan jangan cepat – cepat nanti terjatuh. ‘Berjalan pelan - pelan jangan terlalu cepat nanti terjatuh’.

(52) Anak mudEnyE mendE - mendE.

Gadisnya cantik – cantik. ‘Gadisnya cantik – cantik’. b. Reduplikasi Berafiks

Reduplikasi berafiks adalah reduplikasi yang desertai pembubuhan afiks. Afiks yang dapat digunakan dalam reduplikasi adjektiva hanya terbatas pada prefiks se-, misalnya :

sejaoh - jaoh ‘sejauh – jauh’

semanih – manih ‘semanis – manis’

sesejok – sejok ‘sedingin – dingin’

sekuat – kuat ‘sekuat – sekuat’

sejaat – jaat ‘sejahat –jahat’

Pemakaian contoh di dalam kalimat:

(53) Sejaoh - jaoh lalu, iyE masEh pulang ke kampong jugE.

Sejauh – jauh merantau ia masih pulang ke kampung juga. ‘Sejauh – jauh merantau ia masih pulang ke kampung juga’.


(46)

(54) Semanih – manih jambu tentu lebEh manih gulE.

Semanis – manis jambu tentu lebih manis gula. ‘Semanis – manis jambu tentu lebih manis gula’.

(55) Sesejok - sejok aeR,lebEh sejok es. Sedingin – dingin air lebih dingin es. ‘Sedingin – dingin air, lebih dingin es’. (56) Sekuat – kuat keRbo masEh kuat gajah. Sekuat – kuat kerbau masih kuat gajah. ‘Sekuat – kuat karbau masih kuat gajah’.

(57) Sejaat – jaat uRang tuhE tentu ingEn anaknyE baEk.

Sejahat – jahat orang tua tentu ingin anaknya baik. ‘Sejahat – jahatnya orang tua tantu ingin anaknya baik’.

4.3 Ciri Frase Adjektiva bahasa Melayu dialek Hamparan Perak

Adjektiva mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :

1) Adjektiva dapat menduduki fungsi predikat dalam klausa nominal

Contoh :

(58) PadangnyE luas.

Ladangnya luas. ‘Ladangnya luas’.

(59) BungEnyE iyon mendE.


(47)

‘Bunganya itu cantik’.

Luas ‘luas’ dan mendE ‘cantik’ pada contoh di atas berfunsi sebagai predikat. Pada kalimat itu kedua kata tersebut adalah adjektiva.

2) Adjektiva dapat diberi keterangan kali ‘sekali’, seperti pada :

kali = lekas sekali = cepat

lambat pelan

banyak banyak

sikit sedikit

sakEt sakit

Pemakaian contoh di dalam kalimat: (60) MotoRpet iyon maju lekas kali.

Mobil itu melaju cepat sekali. ‘Mobil itu melaju cepat sekali’ (61) AdEk bejalan lambat kali.

Adik berjalan pelan sekali ‘Adik berjalan pelan sekali’. (62) Jambu banyak kali.

Jambu banyak sekali. ‘Jambu banyak sekali’.

(63) Engko membagi sayE manggE sikit kali.

Kamu memberi saya mangga sedikit sekali. ‘Kamu memberi saya mangga sedikit sekali’.


(48)

(64) Kakiku sakEt kali.

Kakiku sakit sekali. ‘Kakiku sakit sekali’.

3) Adjektiva dapat diingkari dengan kata ingkar tidek ‘tidak’, seperti pada :

tidEk = sihat tidak = sehat

mudE mudah

mendE bagus

sikit sedikit

hamE ramai

Pemakaian contoh di dalam kalimat :

(65) Ngajar muRid supayE mendE bebahasE Melayu tidEk mudE.

Mengajar murid supaya pandai berbahasa Melayu tidak mudah. ‘Mengajar murid supaya pandai berbahasa Melayu tidak mudah’.

(66) URang yang gemaR mengumpatkEnuRang laEn iyon tidEk mendE.

Orang yang suka menggunjingkan orang itu tidak baik. ‘Orang yang suka menggunjingkan orang itu tidak baik’. (67) KeluwaR duit tidEk sikit.

Keluar uang tidak sedikit. ‘Keluar uang tidak sedikit’.

(68) SudEh tigE aRi iyon iyE tidEk sihat.

Sudah tiga hari ini ia tidak sehat. ‘Sudah tiga hari ini ia tidak sehat’.


(49)

(69) Yang datEngtidEk hamE.

Yang datang tidak ramai. ‘Yang datang tidak ramai’.

4) Adjektiva dapat diberi keterangan pembanding: lebeh ‘lebih’, kuRang ‘kurang, atau palin ‘paling’. Lihat contoh berikut :

LebEh = baEk ‘lebih = baik

buRok buruk

kuRang = lekas ‘kurang = cepat

seRasi serasi

palin = dalem ‘paling = dalam

seRing sering

Pemakaian contoh di dalam kalimat:

(70) PakEyan yang iyon lebEh mendE daRipadE pakEyan yang iyon.

Baju yang itu lebih baik daripada baju yang itu. ‘Baju yang itu lebih baik daripada baju yang itu’.

(71) UjiannyE aRi iyon lebEh buRok daRipadE asEl ujiannyE semalEm.

Ujiannya hari ini lebih buruk daripada hasil ujiannya kemarin. ‘Hasil ujiannya hari ini lebih buruk daripada hasil ujiannya kemarin’. (72) KuReng seRasi jikEengkomemakE tudung iyon kaRnE pakEyanmu ijo.

Kurang serasi jika kamu memakai kudung itu karena bajumu hijau. ‘Kurang serasi jika kamu memakai kerudung itu karena warna bajumu hijau’.


(50)

Sumur paling dalam di desa ini.

‘Sumur yang paling dalam di desa ini’.

5) Adjektiva dapat diikuti oleh morfem terikat telalu ‘terlalu’

Contoh :

Telalu = lekas ‘terlalu = cepat

kEcik kecil

sikit sedikit

lihok encer

manih manis

Contoh dalam kalimat :

(74) Engko jalan telalu lekas, kasian adEkmu tetinggal.

Kamu jalan cepat terlalu cepat, kasihan adikmu tertinggal. ‘Kamu berjalan terlalau cepat , kasihan adikmu tertinggal’. (75) PakEyan yang iyon telalu kEcik tidEk cukup padE adEkmu.

Baju yang itu kecil terlalu tidak cukup pada adikmu. ‘Baju yang itu terlalu kecil, tidak cukup untuk adikmu’. (76) Kolak iyon telalu sikit, kitE tidEk kebagian.

Kolak itu sedikit terlalu kita tidak kebagian. ‘Kolak itu terlalu sedikit, kita tidak kebagian’. (77) Engko menyedu kopE telalu lihok.

Kamu menyedu kopi terlalu encer. ‘Kamu menyedu kopi terlalu encer’.


(51)

Kolak yang dibuat tadi itu terlalu manis. ‘Kolak yang dibuat tadi itu terlalu manis’.

6) Adjektiva dapat didahului oleh kata alangke ‘alangkah’, dan semaken ‘semakin’.

Contoh :

AlangkE = banyak alangkah = banyak

hamE ramai

SemakEn = sakEt semakin = sakit

lambat pelan

sedap enak

Pemakaian contoh di dalam kalimat: (79) AlangkE banyak engko memeli ikan.

Alangkah banyak kamu membeli ikan. ‘Banyak sekali kamu membeli ikan’.

(80) AlangkE hamE yang menganterkEn iyE lalu.

Alangkah ramai yang mengantarkan ia pergi. ‘Ramai benar yang mengantarkan ia pergi’. (81) KakinyE yang tekileR makEn sakEt.

Kakinya yang keseleo makin sakit. ‘Kakinya yang keseleo makin sakit’.

(82) Iye bejalEn makEn lambat.

Ia berjalan makin pelan. ‘Ia berjalan makin pelan’.

(83) MotoRpet iyon makEn mendE.


(52)

‘Mobil itu makin bagus’.

4.4 Fungsi Frase Adjektiva bahasa Melayu dialek Hamparan Perak

Frase adjektiva dalam bahasa Melayu dialek Hamparan Perak mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Berfungsi sebagai induk dalam kontruksi atributif. Contoh :

(84) KuwEh iyon sedap kali.

Kue ini enak sekali. ‘Kue ini enak sekali’.

(85) Ikan masin muRe kali di Hamparan Perak. Ikan asin murah sekali di Hamparan Perak. ‘Ikan asin murah sekali di Hamparan Perak’. 2. Berfungsi sebagai pewatas di dalam kontruksi atributif.

Contoh :

(86) Pulo yang mendE.

Pulau yang bagus. ‘Pulau yang bagus’.

(87) Anak mudE yang mendE.


(53)

‘Gadis yang cantik’. (88) AnjEng yang lancip.

Anjing yang galak. ‘Anjing yang galak’.

(89) Anak degil.

Anak nakal. ‘Anak nakal’.

3. Berfungsi sebagai predikat dalam kontruksi predikatif. Contoh :

(90) MotoRpet iyoncepEt kali.

Mobil itu cepat sekali. ‘Mobil itu cepat sekali’. (91) ARi iyon hangat kali.

Hari ini panas sekali. ‘Hari ini panas sekali’. (92) KakinyE mendE kali.

Kakinya bagus sekali. ‘Kakinya bagus sekali’.

4. Berfungsi sebagai komplemen subjek dalam konstruksi konektif. Contoh :

(93) MerekE betambE pandE.


(54)

‘Mereka bertambah pintar’. (94) RumEnye bEsak kali.

Rumahnya besar sekali. ‘Rumahnya besar sekali’.

(95) CulanEnyE kuReng panjang. Celananya kurang panjang. ‘Celananya kurang panjang’.

5. Berfungsi sebagai komplemen objek dalam konstruksi objektif. Contoh :

(96) IyE membuwat sayE susEh kali.

Iye membuat saya susah sekali. ‘Iye membuat saya susah sekali’.

(97) TidEk tidoRsemalEm - malEman iyE pening kali.

Tidak tidur semalam - malaman ia pusing sekali. ‘Tidak tidur semalam - malaman ia pusing sekali’. (98) Kucing iyon membuwat merekE celakE beRat. Kucing itu membuat mereka celaka berat. ‘Kucing itu membuat mereka celaka berat’.

6. Berfungsi sebagai objek langsung dalam konstruksi objektif. Contoh :

(99) Atiku menjadi susEh kali.


(55)

‘Hatiku menjadi susah sekali’. (100) Engko betambE tuhE teRos.

Kamu bertambah tua terus. ‘Kamu bertambah tua terus’.

(101) IyE menjadi gembiRe sepeRti semalEm.

Ia menjadi senang seperti kemarin. ‘Ia menjadi senang seperti kemarin’. 7. Berfungsi sebagai objek frase depan.

Contoh :

(102) Emak membuwat kuwEh dengan mudE kali.

Ibu membuat kue dengan mudah sekali. ‘Ibu mmebuat kue dengan mudah sekali’. (103) Nisa betambE mendE kali.

Nisa bertambah cantik sekali. ‘Nisa bertambah cantik sekali’. (104) Engko mengelEh daRi jaoh sajE.

Kamu melihat dari jauh saja. ‘Kamu melihat dari jauh saja’.

4.5 Makna Frase Adjektiva bahasa Melayu dialek Hamparan Perak

1. Adjektiva Berafiks se-


(56)

semendE ‘secantik’ ‘sama cantik’

sepanjang ‘sepanjang’ ‘sama panjang’

sebEsak ‘sebesar’ ‘sama besar’

sepedEs ‘sebesar’ ‘sama pedas’

semahal ‘semahal’ ‘sama mahal’

Pemakaian contoh di dalam kalimat:

(105) SemendE emaknyE.

Secantik ibunya. ‘Secantik ibunya’. (106) Sepanjang jalan Raye.

Sepanjang jalan raya. ‘Sepanjang jalan raya’.

(107) SebEsak pahE.

Sebesar paha. ‘Sebesar paha’.

(108) SepedEs cabE.

Sepedas cabai. ‘Sepedas cabai’.

(109) Semahal emas.

Semahal emas. ‘Semahal emas’. 2. Adjektiva dengan Reduplikasi


(57)

1) Menyatakan ‘ketaktunggalan’ ; Contoh :

mudE - mudE ‘mudah – mudah’

muRe – muRe ‘murah – murah’

bEsak – bEsak ‘besar – besar’

mendE - mendE ‘bagus – bagus’

gemok - gemok ‘subur – subur’

Pemakaian contoh di dalam kalimat : (110) Sual ujian tenan mudE – mudE.

Soal ujian tadi mudah – mudah. ‘Soal ujian tadi mudah – mudah’. (111) HargE baReng di sanE muRe – muRe.

Harge barang di sana murah – murah. ‘Harga barang di sana murah –murah’. (112) BuwEh kelambiR iyon bEsak – bEsak.

Buah kelapa itu besar – besar. ‘Buah kelapa itu besar – besar’. (113) TanEman di sini gemok - gemok.

Tanaman di sini subur – subur. ‘Tanaman di sini subur – subur’.


(58)

lekas - lekas ‘cepat – cepat’

lamE - lamE ‘lama – lama’

sikit - sikit ‘sedikit – sedikit’

pagi – pagi ‘pagi – pagi’

eRat – eRat ‘kuat - kuat’

Pemakaian contoh di dalam kalimat:

(114) IyE lalu lekas – lekas kaRnE takot kemalEman.

Ia pergi cepat – cepat karena takut kemalaman. ‘Ia pergi cepat – cepat karena takut kemalaman’. (115) Tuntun adEkmu lamE – lamEusah telalu lekas.

Tuntun adikmu lama – lama jangan terlalu cepat. ‘Tuntun adikmu lama - lama jangan terlalu cepat’. (116) Sulangi iyE sikit – sikit.

Suapi ia sedikit – sedikit. ‘Suapi ia sedikit – sedikit’.

(117) Pagi – pagi ayE sudEh laluke kantuR.

Pagi – pagi ayah sudah pergi ke kantor. ‘Pagi – pagi ayah sudah pergi ke kantor’. (118) IkEt eRat - eRat.

Ikat kuat – kuat. ‘Ikat kuat - kuat’.

3) Menyatakan ‘agaq’ seperti pada :


(59)

takot - takot ‘takut – takut’

Ragu – Ragu ‘ragu – ragu’

Pemakaian contoh di dalam kalimat: (119) IyE benyayi malu – malu.

Ia bernyanyi malu – malu. ‘Ia bernyanyi malu – malu’.

(120) IyE takot – takot bebicaRe samE metuhEnyE.

Ia takut – takut berbicara sama mertuanya. ‘Ia takut – takut berbicara dengan mertuanya’. (121) Iye Ragu – Ragu menentukEn pilEhan.

Ia ragu – ragu menentukan pilihan. ‘Ia ragu – ragu menentukan pilihan’. 4) Menyatakan ‘meskipun’, seperti:

semendE - mendE ‘secantik – cantik’

kEcik - kEcik ‘kecil – kecil’

hangat - hangat ‘panas – panas’

sibuk – sibuk ‘sibuk – sibuk’

mahal – mahal ‘mahal – mahal’

Pemakaian contoh di dalam kalimat:

(122) MendE - mendEanak mudE iyon malEng.

Cantik cantik gadis itu pencuri. ‘Cantik – cantik gadis itu pencuri’.

‘Meskipun cantik, gadis itu pencuri’.


(60)

Kecil – kecil masih diambil. ‘Kecil – kecil masih diambil’.

‘Meskipun kecil, masih diambilnya’.

(124) Hangat - hangat iyE masEh mencangkol.

Panas – panas ia masih mencangkul. ‘Panas – panas ia masih mencangkul’. ‘Meskipun panas, ia masih mencangkul’.

(125) Sibuk - sibuknyE teRnyatE pekeRjEanyE iyon masEh dikeRjEkannyE.

Sibuk – sibuk ternyata pekerjaannya itu masih dikerjakannya. ‘Sibuk – sibuknya ternyata pekerjaan itu masih dikerjakannya’. ‘Meskipun sibuk, pekerjaan itu dikerjakannya’.

(126) Mahal – mahal kayEn iyon dimelihnyE.

Mahal – mahal kain itu dibelinya. ‘Mahal – mahal kain itu dibelinya’. ‘Meskipun mahal, kain itu dibelinya’.


(61)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari data yang dikumpulkan dan kemudian dianalisis dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan tipenya, frase adjektiva bahasa Melayu dialek Hamparan Perak terdiri dari empat tipe yaitu adjektiva diikuti adjektiva, adjektiva diiringi paling, adjektiva diikuti keterangan intensitas, adjektiva diiringi perbandingan.

2. Adapun bentuk frase adjektiva bahasa Melayu dialek Hamparan Perak terdiri dari lima bentuk yaitu adjektiva asal, adjektiva bentukan, adjektiva berafiks, adjektiva majemuk, reduplikasi adjektiva.

3. Adapun ciri frase adjektiva bahasa Melayu dialek Hamparan Perak terdiri dari enam ciri yaitu adjektiva dapat menduduki fungsi predikat dalam klausa nominal, adjektiva dapat diberi keterangan kali ‘sekali’, adjektiva dapat diingkari dengan kata ingkar tidEk ‘tidak’, adjektiva dapat diberi keterangan pembanding: lebEh ‘lebih’, kuRang ‘kurang, atau palin ‘paling’, adjektiva


(62)

dapat diikuti oleh morfem terikat telalu ‘terlalu’, adjektiva dapat didahului oleh kata alangkE ‘alangkah’, dan semakEn ‘semakin’.

4. Adapun fungsi frase adjektiva bahasa Melayu dialek Hmaparan Perak terdiri dari tujuh fungsi yaitu berfungsi sebagai induk dalam kontruksi atributif, berfungsi sebagai pewatas di dalam kontruksi atributif, berfungsi sebagai predikat dalam kontruksi predikatif, berfungsi sebagai komplemen subjek dalam konstruksi konektif, berfungsi sebagai komplemen objek dalam konstruksi objektif, berfungsi sebagai objek langsung dalam konstruksi objektif, berfungsi sebagai objek frase depan.

5. Adapun makna frase adjektiva bahasa Melayu dialek Hamparan Perak terdiri dari dua makna yaitu adjektiva berafiks se-, adjektiva dengan reduplikasi.

6. Makna adjektiva dengan reduplikasi mengandung beberapa makna yaitu

menyatakan ‘ketaktunggalan’, menyatakan ‘intensitas (penguatan makna), menyatakan ‘agak’ seperti pada, menyatakan ‘meskipun’.

5.2 Saran

Bahasa daerah selain merupakan kekayaan bangsa Indonesia juga merupakan pembeda bahasa daerah lain. Dengan kata lain, bahasa daerah merupakan ciri pengenal kepada daerah lain. Oleh sebab itu perlu diadakan pelestarian atau pembinaan terhadap bahasa daerah agar jangan sampai hilang dari masyarakat pemakai bahasa. Agar hal ini tidak terjadi, perlu kiranya digalakkan penelitian terhadap bahasa daerah di Indonesia oleh mahasiswa sastra daerah khususnya dan masyarakat pecinta bahasa pada umumnya.


(63)

Rasa cinta terhadap bahasa daerah sendiri oleh masyarakat pemakai bahasa sangat perlu agar kemurnian dari bahasa tersebut dapat dipertahankan terus sampai generasi berikutnya.

Penelitian terhadap bahasa daerah (bahasa Melayu dialek Hamparan Perak) ini khususnya mengenai frase adjektiva semoga dapat menjadi suatu langkah awal yang baik bagi semua fihak untuk melakukan penelitian di bidang yang sama demi mencapai kesempurnaan dalam hal penganalisisannya, juga penelitian di bidang yang lainnya

Marilah kita sama – sama memelihara atau menjaga, mengembangkan, dan mempergunakan bahasa daerah kita dengan baik dan benar, sebagaimana yang


(64)

DAFTAR PUSTAKA

Alisyahbana,S.Takdir. 1953. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.

Jakarta : Pustaka Rakyat.

Alwi et at. 1991. Frase Adjektiva. Yogyakarta : Balai Pustaka.

Alwi, Hasan. 1998. Tata Bahasa Baku Indonesia.Jakarta : Balai Pustaka. Anwarsyah, 1993. Dasar – Dasar Metode Penelitian. Medan : IKIP.

Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian. Yogyakarta : Rineke Cipta. Bloomfield. 1973. Sintaksis. Jakarta : Gramedia.

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta. Feli, Usman. 1985. Ragam Budaya Indonesia. Jakarta : Gramedia. Keraf, Gorys. 1991. Linguistik.Jakarta : Nusa Indah.

Keraf, Gorys. 1994. Tata Bahasa Indonesia.Jakarta : Nusa Indah. Krisdalaksana, Harimurti. 1986. Kamus Linguistik.Edisi Ketiga.

Jakarta : Gramedia Pustaka.

Mahsun. 1995. Dialektologi Diakronis Sebuah Pengantar. Yogyakarta : Gadja Mada University Press.


(65)

Narbuko, Cholid. 1997. Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara. Parera, Jos Daniel. 1988. Sintaksis. Jakarata : Gramedia.

Ramlan, M. 1987. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta : CV. Karyono.

Samsuri. 1982. Analisis Bahasa.Jakarta : Erlangga.

Sudaryanto,1986. Metode Linguistik. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Sudaryanto,1988. Metode Linguistik. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Sudaryanto,1993. Metode Penelitian. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Sibarani, Robert. 2004. Seminar Nasional Kebahasaan dan Kesusastraan Indonesia/ Daerah. Medan, USU.

Sukapiring, Peraturen. 1989. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Medan : Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Surakhmad. 1994. Metode Deskriptif. Jakarta : Erlangga.

Tarigan, H. Guntur. 1984. Prinsip-prinsip Dasar Sintaksis. Bandung : Angkasa. Wirjosoedarmo, Soekono. 1985. Tata Bahasa Indonesia. Surabaya : Sinar Wijaya.


(1)

Kecil – kecil masih diambil. ‘Kecil – kecil masih diambil’.

‘Meskipun kecil, masih diambilnya’.

(124) Hangat - hangat iyE masEh mencangkol. Panas – panas ia masih mencangkul. ‘Panas – panas ia masih mencangkul’. ‘Meskipun panas, ia masih mencangkul’.

(125) Sibuk - sibuknyE teRnyatE pekeRjEanyE iyon masEh dikeRjEkannyE. Sibuk – sibuk ternyata pekerjaannya itu masih dikerjakannya.

‘Sibuk – sibuknya ternyata pekerjaan itu masih dikerjakannya’. ‘Meskipun sibuk, pekerjaan itu dikerjakannya’.

(126) Mahal – mahal kayEn iyon dimelihnyE. Mahal – mahal kain itu dibelinya. ‘Mahal – mahal kain itu dibelinya’. ‘Meskipun mahal, kain itu dibelinya’.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari data yang dikumpulkan dan kemudian dianalisis dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan tipenya, frase adjektiva bahasa Melayu dialek Hamparan Perak terdiri dari empat tipe yaitu adjektiva diikuti adjektiva, adjektiva diiringi paling, adjektiva diikuti keterangan intensitas, adjektiva diiringi perbandingan.

2. Adapun bentuk frase adjektiva bahasa Melayu dialek Hamparan Perak terdiri dari lima bentuk yaitu adjektiva asal, adjektiva bentukan, adjektiva berafiks, adjektiva majemuk, reduplikasi adjektiva.

3. Adapun ciri frase adjektiva bahasa Melayu dialek Hamparan Perak terdiri dari enam ciri yaitu adjektiva dapat menduduki fungsi predikat dalam klausa nominal, adjektiva dapat diberi keterangan kali ‘sekali’, adjektiva dapat diingkari dengan kata ingkar tidEk ‘tidak’, adjektiva dapat diberi keterangan pembanding: lebEh ‘lebih’, kuRang ‘kurang, atau palin ‘paling’, adjektiva


(3)

dapat diikuti oleh morfem terikat telalu ‘terlalu’, adjektiva dapat didahului oleh kata alangkE ‘alangkah’, dan semakEn ‘semakin’.

4. Adapun fungsi frase adjektiva bahasa Melayu dialek Hmaparan Perak terdiri dari tujuh fungsi yaitu berfungsi sebagai induk dalam kontruksi atributif, berfungsi sebagai pewatas di dalam kontruksi atributif, berfungsi sebagai predikat dalam kontruksi predikatif, berfungsi sebagai komplemen subjek dalam konstruksi konektif, berfungsi sebagai komplemen objek dalam konstruksi objektif, berfungsi sebagai objek langsung dalam konstruksi objektif, berfungsi sebagai objek frase depan.

5. Adapun makna frase adjektiva bahasa Melayu dialek Hamparan Perak terdiri dari dua makna yaitu adjektiva berafiks se-, adjektiva dengan reduplikasi. 6. Makna adjektiva dengan reduplikasi mengandung beberapa makna yaitu

menyatakan ‘ketaktunggalan’, menyatakan ‘intensitas (penguatan makna), menyatakan ‘agak’ seperti pada, menyatakan ‘meskipun’.

5.2 Saran

Bahasa daerah selain merupakan kekayaan bangsa Indonesia juga merupakan pembeda bahasa daerah lain. Dengan kata lain, bahasa daerah merupakan ciri pengenal kepada daerah lain. Oleh sebab itu perlu diadakan pelestarian atau pembinaan terhadap bahasa daerah agar jangan sampai hilang dari masyarakat pemakai bahasa. Agar hal ini tidak terjadi, perlu kiranya digalakkan penelitian terhadap bahasa daerah di Indonesia oleh mahasiswa sastra daerah khususnya dan masyarakat pecinta bahasa pada umumnya.


(4)

Rasa cinta terhadap bahasa daerah sendiri oleh masyarakat pemakai bahasa sangat perlu agar kemurnian dari bahasa tersebut dapat dipertahankan terus sampai generasi berikutnya.

Penelitian terhadap bahasa daerah (bahasa Melayu dialek Hamparan Perak) ini khususnya mengenai frase adjektiva semoga dapat menjadi suatu langkah awal yang baik bagi semua fihak untuk melakukan penelitian di bidang yang sama demi mencapai kesempurnaan dalam hal penganalisisannya, juga penelitian di bidang yang lainnya

Marilah kita sama – sama memelihara atau menjaga, mengembangkan, dan mempergunakan bahasa daerah kita dengan baik dan benar, sebagaimana yang dikatakan pepatah lama, bahwa : “BAHASA MENUNJUKKAN BANGSA”.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Alisyahbana,S.Takdir. 1953. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Pustaka Rakyat.

Alwi et at. 1991. Frase Adjektiva. Yogyakarta : Balai Pustaka.

Alwi, Hasan. 1998. Tata Bahasa Baku Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Anwarsyah, 1993. Dasar – Dasar Metode Penelitian. Medan : IKIP.

Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian. Yogyakarta : Rineke Cipta. Bloomfield. 1973. Sintaksis. Jakarta : Gramedia.

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta. Feli, Usman. 1985. Ragam Budaya Indonesia. Jakarta : Gramedia. Keraf, Gorys. 1991. Linguistik. Jakarta : Nusa Indah.

Keraf, Gorys. 1994. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta : Nusa Indah. Krisdalaksana, Harimurti. 1986. Kamus Linguistik. Edisi Ketiga.

Jakarta : Gramedia Pustaka.

Mahsun. 1995. Dialektologi Diakronis Sebuah Pengantar. Yogyakarta : Gadja Mada University Press.


(6)

Narbuko, Cholid. 1997. Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara. Parera, Jos Daniel. 1988. Sintaksis. Jakarata : Gramedia.

Ramlan, M. 1987. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta : CV. Karyono.

Samsuri. 1982. Analisis Bahasa. Jakarta : Erlangga.

Sudaryanto, 1986. Metode Linguistik. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Sudaryanto, 1988. Metode Linguistik. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Sudaryanto, 1993. Metode Penelitian. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Sibarani, Robert. 2004. Seminar Nasional Kebahasaan dan Kesusastraan Indonesia/ Daerah. Medan, USU.

Sukapiring, Peraturen. 1989. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Medan : Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Surakhmad. 1994. Metode Deskriptif. Jakarta : Erlangga.

Tarigan, H. Guntur. 1984. Prinsip-prinsip Dasar Sintaksis. Bandung : Angkasa. Wirjosoedarmo, Soekono. 1985. Tata Bahasa Indonesia. Surabaya : Sinar Wijaya.