24
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Jenis Morfofonemik Afiksasi Bahasa Melayu Dialek Hamparan Perak
Dalam bahasa Melayu dialek Hamparan Perak dijumpai jenis morfofonemik afiksasi, yang terdiri dari pemunculan fonem, pelesapan
fonem, peluluhan fonem, perubahan fonem dan pergeseran fonem. Jenis morfofonemik afiksasi ini terjadi pada prefiks meN-, ber-, dan N-, sufiks -
an, dan -i, konfiks peN-an, dan ke-an. Di bawah ini akan diuraikan satu demi satu.
4.1.1 Pemunculan fonem
4.1.1.1 Bentuk Prefiks meN-
Bentuk prefiks meN- bila melekat pada kata dasar yang fonem awalnya konsonan b dan p maka prefiks meN- mengalami pemunculan
fonem m, seperti contoh berikut. meN + bujok ‘bujuk’
membujok ‘membujuk’
meN + bedal ‘pukul’ membedal ‘memukul’
meN + barah ‘bengkak’ membarah ‘membengkak’
meN + babas ‘cabik’ membabas ‘mencabik’
meN + bahana ‘gema’ membahana ‘bergema’
Universitas Sumatera Utara
25 meN + bam ‘baring’
membam ‘membaringkan’
meN + bandut ‘ikat’ membandut ‘mengikat’
meN + barot ‘balut’ membarot ‘membalut’
meN + bawe ‘bawa’ membawe ‘membawa’
meN + bace ‘baca’ membace ‘membaca’
Pemunculan fonem m terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan b bergabung dengan prefiks meN. Data pada bentuk
dasar bujok ‘bujuk’ yang fonem awalnya b ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi membujok ‘membujuk’. Data pada bentuk dasar
bedal ‘pukul’ yang fonem awalnya b ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi membedal ‘memukul’. Data pada bentuk dasar baRah ‘bengkak’
yang fonem awalnya b ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi membaRah ‘membengkak’. Data pada bentuk dasar babas ‘cabik’ yang
fonem awalnya b ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi membabas ‘mencabik’. Data pada bentuk dasar bahana ‘gema’ yang fonem awalnya
b ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi membahana ‘bergema’. Data pada bentuk dasar bam ‘baring’ yang fonem awalnya b ketika
bertemu dengan prefiks meN menjadi membam ‘membaringkan’. Data pada bentuk dasar bandut ‘ikat’ yang fonem awalnya b ketika bertemu
dengan prefiks meN menjadi membandut ‘mengikat’. Data pada bentuk dasar baRot ‘balut’ yang fonem awalnya b ketika bertemu dengan prefiks
meN menjadi membaRot ‘membalut’. Data pada bentuk dasar bawe
Universitas Sumatera Utara
26 ‘bawa’ yang fonem awalnya b ketika bertemu dengan prefiks meN
menjadi membawe ‘membawa’. Data pada bentuk dasar bac ‘baca’ yang fonem awalnya b ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi membace
‘membaca’. meN + pikol ‘pikul’
memikol ‘memikul’
meN + punggah ‘bongkar’ memunggah ‘membongkar’
meN + pukol ‘pukul’ memukol ‘memukul’
meN + panjat ‘panjat’ memanjat ‘memanjat’
Data pada bentuk dasar pikol ‘pikul’ yang fonem awalnya p menjadi luluh ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi memikol ‘memikul’.
Data pada bentuk dasar punggah ‘bongkar’ yang fonem awalnya p menjadi luluh ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi memunggah
‘membongkar’. Data pada bentuk dasar pukol ‘pukul’ yang fonem awalnya p menjadi luluh ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi memukol
‘memukul’. Data pada bentuk dasar panjat ‘panjat’ yang fonem awalnya p menjadi luluh ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi memanjat
‘memanjat’. Pada contoh meN + kata dasar yang diawali dengan fonem p, maka
meN berubah menjadi mem-, sedangkan fonem p menjadi luluh.
Universitas Sumatera Utara
27 Bentuk prefiks meN bila dilekatkan pada kata dasar yang fonem
awalnya konsonan c, d, j, t, maka prefiks meN mengalami pemunculan fonem n, seperti contoh-contoh berikut.
meN + carut ‘maki’ mencarut ‘memaki’
meN + cagil ‘ganggu’ mencagil ‘menganggu’
meN + canang ‘menyampaikan’ mencanang ‘memberitahukan’
meN + cekik ‘cekek’ mencekik ‘mencekek’
meN + ciplak ‘contoh’ menjiplak ‘menyontoh’
meN + cirak ‘robek’ mencirak ‘mengoyak’
meN + dengki ‘benci’ mendengki ‘membenci’
meN + durung ‘nangkap’ mendurung ‘menangkap ikan’
meN + jemor ‘jemur’ menjemor ‘menjemur’
Pemunculan fonem n terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan c, d, j, t bergabung dengan prefiks meN. Data pada bentuk
dasar caRut ‘maki’ yang fonem awalnya c ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi mencaRut ‘memaki’. Data pada bentuk dasar cagil ‘ganggu’
yang fonem awalnya c ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi mencagil ‘menganggu’. Data pada bentuk dasar canang ‘menyampaikan’
yang fonem awalnya c ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi
Universitas Sumatera Utara
28 mencanang ‘memberitahukan’. Data pada bentuk dasar cekik ‘cekek’ yang
fonem awalnya c ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi mencekik ‘mencekek’. Data pada bentuk dasar ciplak ‘contoh’ yang fonem awalnya
c ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi menjiplak ‘menyontoh’. Data pada bentuk dasar ciRak ‘robek’ yang fonem awalnya c ketika
bertemu dengan prefiks meN menjadi menciRak ‘mengoyak’. Data pada bentuk dasar dengki ‘benci’ yang fonem awalnya d ketika bertemu
dengan prefiks meN menjadi mendengki ‘membenci’. Data pada bentuk dasar duRung ‘nangkap’ yang fonem awalnya d ketika bertemu dengan
prefiks meN menjadi menduRung ‘menangkap ikan’. Data pada bentuk dasar jemoR ‘jemur’ yang fonem awalnya j ketika bertemu dengan
prefiks meN menjadi menjemoR ‘menjemur’.
meN + tudoh ‘tuduh’ menudoh ‘menuduh’
meN + tulak ‘tolak’ menulak ‘menolak’
meN + tunjang ‘terjang’ menunjang ‘menerjang’
meN + tundok ‘tunduk’ menundok ‘menunduk’
Data pada bentuk dasar tudoh ‘tuduh’ yang fonem awalnya t menjadi luluh ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi menudoh ‘menuduh’.
Data pada bentuk dasar tulak ‘tolak’ yang fonem awalnya t menjadi luluh ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi menulak ‘menolak’. Data
pada bentuk dasar tunjang ‘terjang’ yang fonem awalnya t menjadi luluh ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi menunjang ‘menerjang’. Data
Universitas Sumatera Utara
29 pada bentuk dasar tundok ‘tunduk’ yang fonem awalnya t menjadi luluh
ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi menundok ‘menunduk’. Pada contoh meN + kata dasar yang diawali dengan fonem t, maka
meN berubah menjadi men, sedangkan fonem t menjadi luluh. Bentuk prefiks meN bila dilekatkan pada kata dasar yang fonem
awalnya vokal a dan konsonan g, h, k, maka prefiks meN mengalami pemunculan fonem ng, seperti contoh-contoh berikut.
meN + ayon ‘ayun’ mengayon ‘mengayun’
meN + asong ‘fitnah’ mengasong ‘memfitnah’
meN + ajuk ‘ejek’ mengajuk ‘mengejek’
meN + arum ‘aduk’ mengarum ‘mengaduk’
meN + asak ‘geser’ mengasak ‘menggeser’
meN + atak ‘atur’ mengotak ‘mengatur’
meN + gelai ‘sandar’ menggelai ‘bersandar’
meN + hela ‘tarik’ menghela ‘menarik’
meN + kayok ‘dayung’ mengayok ‘mendayung’
meN + kelih ‘lihat’ mengelih ‘melihat’
meN + kirai ‘jemur’ mengirai ‘menjemur’
Universitas Sumatera Utara
30 Pemunculan fonem ng terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai
dengan vokal a dan konsonan g, h, k bergabung dengan prefiks meN. Data pada bentuk dasar ayon ‘ayun’ yang fonem awalnya a ketika
bertemu dengan prefiks meN menjadi mengayon ‘mengayun’. Data pada bentuk dasar asong ‘fitnah’ yang fonem awalnya a ketika bertemu dengan
prefiks meN menjadi mengasong ‘memfitnah’. Data pada bentuk dasar ajuk ‘ejek’ yang fonem awalnya a ketika bertemu dengan prefiks meN
menjadi mengajuk ‘mengejek’. Data pada bentuk dasar aRum ‘aduk’ yang fonem awalnya a ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi
mengaRum ‘mengaduk’. Data pada bentuk dasar asak ‘geser’ yang fonem awalnya a ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi mengasak
‘menggeser’. Data pada bentuk dasar atak ‘atur’ yang fonem awalnya a ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi mengotak ‘mengatur’. Data
pada bentuk dasar gelai ‘sandar’ yang fonem awalnya g ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi menggelai ‘bersandar’. Data pada bentuk
dasar hEla ‘tarik’ yang fonem awalnya h ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi menghEla ‘menarik’. Data pada bentuk dasar kayok
‘dayung’ yang fonem awalnya k ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi mengayok ‘mendayung’. Data pada bentuk dasar kelih ‘lihat’
yang fonem awalnya k ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi mengelih ‘melihat’. Data pada bentuk dasar kiRai ‘jemur’ yang fonem
awalnya k ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi mengiRai ‘menjemur’.
Universitas Sumatera Utara
31 4.1.1.2
Konfiks peN-an dan ke-an
Bentuk konfiks peN-an dan ke-an bila dilekatkan pada kata dasar yang fonem awalnya b, p, t, maka konfiks peN-an dan ke-an mengalami
pemunculan fonem y dan w, seperti contoh-contoh berikut. peN-an + bantei ‘hantam’
pembanteian ‘penghantaman’ pembanteiyan
Pemunculan fonem y terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem b dan p bergabung dengan konfiks pe-an dan ke-an. Data pada
bentuk dasar bantEi ‘hantam’ yang fonem awalnya b ketika bertemu dengan konfiks peN-an menjadi pembantEian ‘penghantaman’
pembantEiyan. ke-an + pandei ‘pandai’
kepandeian ‘kepandaian’ kepandaiyan
Data pada bentuk dasar pandEi ‘pandai’ yang fonem awalnya p ketika bertemu dengan konfiks ke-an menjadi kepandEian ‘kepandaian’
kepandEiyan. 4.1.2
Pelesapan fonem
4.1.2.1 Bentuk Prefiks ber- dan konfiks per-an
Bentuk prefiks ber dan konfiks per-an bila melekat pada kata dasar fonem awalnya konsonan r maka prefiks ber- dan konfiks per-an
mengalami pelesapan fonem r, seperti contoh-contoh berikut.
Universitas Sumatera Utara
32 ber + rase ‘rasa’
berase ‘berasa’
ber + resia ‘rahasia’ beresia ‘berahasia’
ber + ranggi ‘gembira’ beranggi ‘bergembira’
ber + ribe ‘pangku’ beribe ‘berpangku’
ber + rimbas ‘dampak’ berimbas ‘berdampak’
ber + rondok ‘sembunyi’ berondok ‘bersembunyi’
ber + rone ‘warna’ berone ‘berwarna’
Dari contoh di atas terjadi pelesapan fonem r terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem r bergabung dengan prefiks ber- dan
konfiks per-an. Data pada bentuk dasar RasE ‘rasa’ yang fonem awalnya r ketika bertemu dengan prefiks ber menjadi beRasE ‘berasa’, fonem r
yang berada diprefiks ber- menjadi hilang, yaitu hanya ada satu fonem r saja. Data pada bentuk dasar Resia ‘rahasia’ yang fonem awalnya r ketika
bertemu dengan prefiks ber menjadi beResia ‘berahasia’, fonem r yang berada diprefiks ber- menjadi hilang, yaitu hanya ada satu fonem r saja.
Data pada bentuk dasar Ranggi ‘gembira’ yang fonem awalnya r ketika bertemu dengan prefiks ber menjadi beRanggi ‘bergembira’, fonem r
yang berada diprefiks ber- menjadi hilang, yaitu hanya ada satu fonem r saja. Data pada bentuk dasar RibE ‘pangku’ yang fonem awalnya r ketika
bertemu dengan prefiks ber menjadi beRibE ‘berpangku’, fonem r yang berada diprefiks ber- menjadi hilang, yaitu hanya ada satu fonem r saja.
Universitas Sumatera Utara
33 Data pada bentuk dasar Rimbas ‘dampak’ yang fonem awalnya r ketika
bertemu dengan prefiks ber menjadi beRimbas ‘berdampak’, fonem r yang berada diprefiks ber- menjadi hilang, yaitu hanya ada satu fonem r
saja. Data pada bentuk dasar Rondok ‘sembunyi’ yang fonem awalnya r ketika bertemu dengan prefiks ber menjadi beRondok ‘bersembunyi’,
fonem r yang berada diprefiks ber- menjadi hilang, yaitu hanya ada satu fonem r saja. Data pada bentuk dasar RonE ‘warna’ yang fonem awalnya
r ketika bertemu dengan prefiks ber menjadi beRonE ‘berwarna’, fonem r yang berada diprefiks ber- menjadi hilang, yaitu hanya ada satu fonem
r saja.
per-an + rumah ‘rumah’ perumahan ‘perumahan’
Data pada bentuk dasar Rumah ‘rumah’ yang fonem awalnya r ketika bertemu dengan konfiks per-an menjadi peRumahan ‘perumahan’, fonem
r yang berada diprefiks ber- menjadi hilang, yaitu hanya ada satu fonem r saja.
4.1.3 Peluluhan fonem
4.1.3.1 Bentuk Prefiks meN-
Bentuk prefiks meN bila melekat pada kata dasar fonem awalnya konsonan c, k, s, maka prefiks meN mengalami peluluhan fonem ny
dan ng. Dalam hal ini konsonan s dan c diluluhkan dengan ny, konsonan k diluluhkan dengan ng.
meN + cucuk ‘tikam’ menyucuk ‘menikam’
Universitas Sumatera Utara
34 meN + kelih ‘lihat’
mengelih ‘melihat’
meN + kirai ‘jemur’ mengirai ‘menjemur’
meN + kayok ‘dayung’ mengayok ‘mendayung’
meN + sudu ‘sendok’ menyudu ‘menyendok’
meN + sabuk ‘pukul’ menyabuk ‘memukul’
meN + selinap ‘sembunyi’ menyelinap ‘bersembunyi’
meN + susut ‘kecil’ menyusut ‘mengecil’
meN + sender ‘sandar’ menyender ‘bersandar’
meN + sarot ‘gigit’ menyarot ‘menggigit’
meN + simbah ‘sembur’ menyimbah ‘menyembur’
meN + sukat ‘takar’ menyukat ‘menakar’
meN + sisip ‘selip’ menyisip ‘menyelip’
Data pada bentuk dasar cucuk ‘tikam’ yang fonem awalnya c ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi menyucuk ‘menikam’ maka fonem
c diluluhkan dengan fonem ny. Data pada bentuk dasar kElih ‘lihat’ yang fonem awalnya k ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi
mengElih ‘melihat’ maka fonem k diluluhkan dengan fonem ng. Data pada bentuk dasar kiRai ‘jemur’ yang fonem awalnya k ketika bertemu
Universitas Sumatera Utara
35 dengan prefiks meN menjadi mengiRai ‘menjemur’ maka fonem k
diluluhkan dengan fonem ng. Data pada bentuk dasar kayok ‘dayung’ yang fonem awalnya k ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi
mengayok ‘mendayung’ maka fonem k diluluhkan dengan fonem ng. Data pada bentuk dasar sudu ‘sendok’ yang fonem awalnya s ketika
bertemu dengan prefiks meN menjadi menyudu ‘menyendok’ maka fonem s diluluhkan dengan fonem ny. Data pada bentuk dasar sabuk ‘pukul’
yang fonem awalnya s ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi menyabuk ‘memukul’ maka fonem s diluluhkan dengan fonem ny. Data
pada bentuk dasar sElinap ‘sembunyi’ yang fonem awalnya s ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi menyElinap ‘bersembunyi’ maka
fonem s diluluhkan dengan fonem ny. Data pada bentuk dasar susut ‘kecil’ yang fonem awalnya s ketika bertemu dengan prefiks meN
menjadi menyusut ‘mengecil’ maka fonem s diluluhkan dengan fonem ny. Data pada bentuk dasar sEndeR ‘sandar’ yang fonem awalnya s
ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi menyEndeR ‘bersandar’ maka fonem s diluluhkan dengan fonem ny. Data pada bentuk dasar
saRot ‘gigit’ yang fonem awalnya s ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi menyaRot ‘menggigit’ maka fonem s diluluhkan dengan fonem
ny. Data pada bentuk dasar simbah ‘sembur’ yang fonem awalnya s ketika bertemu dengan prefiks meN menjadi menyimbah ‘menyembur’
maka fonem s diluluhkan dengan fonem ny. Data pada bentuk dasar sukat ‘takar’ yang fonem awalnya s ketika bertemu dengan prefiks meN
menjadi menyukat ‘menakar’ maka fonem s diluluhkan dengan fonem
Universitas Sumatera Utara
36 ny. Data pada bentuk dasar sisip ‘selip’ yang fonem awalnya s ketika
bertemu dengan prefiks meN menjadi menyisip ‘menyelip’ maka fonem s diluluhkan dengan fonem ny.
4.1.4 Perubahan fonem
4.1.4.1 Bentuk Prefiks peN- pem- dan meN- mem
Bentuk prefiks peN dan meN bila melekat pada kata dasar yang fonem awalnya konsonan b, maka fonem N mengalami proses perubahan fonem
m, seperti contoh berikut. peN + berang ‘marah’
pemberang ‘pemarah’
peN + bongak ‘bohong’ pembongak ‘pembohong’
peN + buke ‘buka’ pembuke ‘pembuka’
peN + bace ‘baca’ pembace ‘pembaca’
Data pada bentuk dasar beRang ‘marah’ yang fonem awalnya b ketika bertemu dengan prefiks peN- menjadi pembeRang ‘pemarah’.
Data pada bentuk dasar bongak ‘bohong’ yang fonem awalnya b ketika bertemu dengan prefiks peN- menjadi pembongak ‘pembohong’. Data
pada bentuk dasar buke ‘buka’ yang fonem awalnya b ketika bertemu dengan prefiks peN- menjadi pembuke ‘pembuka’. Data pada bentuk
dasar bace ‘baca’ yang fonem awalnya b ketika bertemu dengan prefiks peN- menjadi pembace ‘pembace’.
Universitas Sumatera Utara
37 meN + barah ‘bengkak’
membarah ‘membengkak’
meN + babas ‘cabik’ membabas ‘mencabik’
Data pada bentuk dasar baRah ‘bengkak’ yang fonem awalnya b ketika bertemu dengan prefiks meN- menjadi membaRah
‘membengkak’. Data pada bentuk dasar babas ‘cabik’ yang fonem awalnya b ketika bertemu dengan prefiks meN- menjadi membabas
‘mencabik’. 4.1.4.2
Bentuk Prefiks meN- men-
Bentuk prefiks meN bila melekat pada kata dasar yang fonem awalnya konsonan c dan d, maka fonem N mengalami perubahan fonem n,
seperti contoh berikut.
meN + carut ‘maki’ mencarut ‘memaki’
meN + durung ‘nangkap’ mendurung ‘menangkap ikan’
Data pada bentuk dasar caRut ‘maki’ yang fonem awalnya c ketika bertemu dengan prefiks meN- menjadi mencaRut ‘memaki’. Data pada
bentuk dasar duRung ‘nangkap’ yang fonem awalnya d ketika bertemu dengan prefiks meN- menjadi menduRung ‘menangkap’.
4.1.4.3 Bentuk Prefiks meN- meng-
Universitas Sumatera Utara
38 Bentuk prefiks meN bila melekat pada kata dasar yang fonem awalnya
vokal a, maka fonem N mengalami perubahan fonem ng, seperti contoh berikut.
meN + ajuk ‘ejek’ mengajuk ‘mengejek’
meN + asak ‘geser’ mengasak ‘menggeser’
Data pada bentuk dasar ajuk ‘ejek’ yang fonem awalnya a ketika bertemu dengan prefiks meN- menjadi mengajuk ‘mengejek’. Data pada
bentuk dasar asak ‘geser’ yang fonem awalnya a ketika bertemu dengan prefiks meN- menjadi mengasak ‘menggeser’.
4.1.5 Pergeseran fonem
4.1.5.1 Bentuk Sufiks -an dan -i
Pada Bahasa Melayu dialek Hamparan Perak sufiks -an dan -i mengalami pergeseran fonem terjadi apabila bentuk yang mengikutinya
berawal dengan fonem konsonan c, h, j, l, m, p, r, s, t, dan vokal u, seperti contoh-contoh berikut.
-i + cacah ‘kacau’ cacahi caca-hi ‘dikacau’
-an + hambur ‘bertabur’ hamburan hambu-ran ‘bertaburan’
-an + jaet ‘jahit’ jaetan jae-tan ‘jahitan’
-i + jejal ‘padat’ jejali jeja-li ‘padati’
Universitas Sumatera Utara
39 -an + leber ‘berlebih’
leber lebe-ran ‘berlebihan’
-i + malang ‘segan’ malangi mala-ngi ‘segani’
-i + paut ‘pegang’ pauti pau-ti ‘pegangi’
-i + recak ‘naiki’ recaki reca-ki ‘dinaiki’
-i + selungkar ‘bongkar’ selungkari selung-kari ‘bongkari’
-i + tujah ‘jolok’ tujahi tuja-hi ‘joloki’
-i + tunggang ‘cebok’ tunggangi tungga-ngi ‘ceboki’
-an + utus ‘suruh’ utusan utu-san ‘suruhan’
Dari contoh di atas terjadi pergeseran fonem sufiks -i pada bentuk dasar cacah ‘kacau’ terjadi pergeseran menjadi cacahi ‘dikacau’ di mana
fonem h yang semula berada pada suku kata cah menjadi berada pada suku kata hi. Terjadi pergeseran fonem sufiks -an pada bentuk dasar
hambur ‘bertabur’ terjadi pergeseran menjadi hamburan ‘bertaburan’ di mana fonem r yang semula berada pada suku kata bur menjadi berada
pada suku kata ran. Terjadi pergeseran fonem sufiks -an pada bentuk dasar jaEt ‘jahit’ terjadi pergeseran menjadi jaEtan ‘jahitan’ di mana fonem t
yang semula berada pada suku kata et menjadi berada pada suku kata tan. Terjadi pergeseran fonem sufiks -i pada bentuk dasar jejal ‘padat’ terjadi
pergeseran menjadi jejali ‘padati’ di mana fonem l yang semula berada pada suku kata jal menjadi berada pada suku kata li. Terjadi pergeseran
Universitas Sumatera Utara
40 fonem sufiks -an pada bentuk dasar lEbeR ‘berlebih’ terjadi pergeseran
menjadi lEbeRan ‘berlebihan’ di mana fonem r yang semula berada pada suku kata ber menjadi berada pada suku kata ran. Terjadi pergeseran
fonem sufiks -i pada bentuk dasar malang ‘segan’ terjadi pergeseran menjadi malangi ‘segani’ di mana fonem ng yang semula berada pada
suku kata lang menjadi berada pada suku kata ngi. Terjadi pergeseran fonem sufiks -i pada bentuk dasar paut ‘pegang’ terjadi pergeseran
menjadi pauti ‘pegangi’ di mana fonem t yang semula berada pada suku kata ut menjadi berada pada suku kata ti. Terjadi pergeseran fonem sufiks -
i pada bentuk dasar recak ‘naiki’ terjadi pergeseran menjadi recaki ‘dinaiki’ di mana fonem k yang semula berada pada suku kata cak
menjadi berada pada suku kata ki. Terjadi pergeseran fonem sufiks -i pada bentuk dasar selungkar ‘bongkar’ terjadi pergeseran menjadi selungkari
‘bongkari’ di mana fonem r yang semula berada pada suku kata kar menjadi berada pada suku kata ri. Terjadi pergeseran fonem sufiks -i pada
bentuk dasar tujah ‘jolok’ terjadi pergeseran menjadi tujahi ‘joloki’ di mana fonem h yang semula berada pada suku kata jah menjadi berada
pada suku kata hi. Terjadi pergeseran fonem sufiks -i pada bentuk dasar tunggang ‘cebok’ terjadi pergeseran menjadi tunggangi ‘ceboki’ di mana
fonem ng yang semula berada pada suku kata gang menjadi berada pada suku kata ngi. Terjadi pergeseran fonem sufiks -an pada bentuk dasar utus
‘suruh’ terjadi pergeseran menjadi utusan ‘suruhan’ di mana fonem s yang semula berada pada suku kata tus menjadi berada pada suku kata san.
Universitas Sumatera Utara
41
4.2 Kaidah Morfofonemik Bahasa Melayu Dialek Hamparan Perak