Penumpang Penumpang

Penumpang Penumpang

  (dalam ribuan) (dalam ribuan)

  Sumber : Bandara Polonia Medan

  Bandara Polonia mempunyai luas sebesar 144 hektar. Panjang landasan pacu saat ini adalah 2.900 meter, sementara yang dapat digunakan sepanjang 2.625 meter (sehingga terdapat displaced threshold sebesar 275 meter). Hal ini terjadi karena banyaknya benda yang menghalang di sekitar tempat lepas landas dan mendarat. Polonia juga memiliki 4 penghubung landasan pacu dengan tempat parkir pesawat(taxiway) dan tempat parkir pesawat (apron) seluas 81.455 meter. Polonia dirancang untuk dapat memuat maksimum sekitar 900.000 penumpang.

  Dari tahun ke tahun arus penumpang Polonia cenderung mengalami peningkatan antara 15 hingga 20 persen. Pada tahun 2003, arus penumpang mencapai sebesar

  2.705.146 orang, naik dari 2.067.907 orang pada tahun sebelumnya. Jumlah pergerakan pesawat adalah 36.359 pada tahun 2003, naik dari 29.842 pada tahun 2002. Tercatat ada 23.095 penerbangan domestik dan 6.747 penerbangan internasional dari Polonia pada 2002, Pada 2004 jumlahnya telah mencapai 35.906 penerbangan domestik dan 8.266 penerbangan internasional.

  Dari segi jumlah penerbangan, pada 1998 terdapat 56 penerbangan dalam sehari, namun pada tahun 2005 telah meningkat antara 125 hingga melebihi 150 penerbangan perhari, dengan penumpang lebih kurang 3,956 juta orang pertahun, baik domestik dan internasional.

  Dalam kaitannya dengan pelayanan publik di Bandar Udara Polonia utamanya yang menyangkut pelayanan PJP2U,sejalan dengan acuan dari Menpan indikator yang dipergunakan untuk menganalisis implementasi pelayanan publik adalah ;

  1. Prosedur pelayanan yang harus baku dan berlaku bagi pemberi dan penerima pelayanan

  2. Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan

  3. Biaya pelayanan yaitu besarnya biaya yang ditetapkan termasuk rincian dalam pelayanan publik.

  4. Produk pelayanan yaitu hasil pelayanan yang sesuai dengan ketentuan atau standar

  5. Sarana dan prasarana yang harus tersedia memadai

  6. Kompetensi petugas, Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan

  dengan tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap, dan perilaku yang dibutuhkan.

4.1. Prosedur pelayanan ; prosedur harus baku dan berlaku bagi pemberi dan penerima pelayanan

  Dengan merujuk pada aturan Internasional IATA(International Air Transport Association;Airport Handling Manual) Direktorat Jenderal Perhubungan Udara telah mengeluarkan berbagai keputusan yang mendukung kebijakan dan digunakan sebagai acuan dalam pelayanan kebandarudaraan yang didalamnya termasuk pelayanan PJP2U antara lain:

  a)Keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP 284X1999

  tentang Standar Kinerja Operasional Bandar Udara yang terkait dengan tingkat pelayanan di bandar udara sebagai dasar kebijakan pentarifan jasa kebandarudaraan.

  b)Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP 347XII1999

  tentang Standar rancang bangundan atau rekayasa fasilitas dan peralatan bandar udara,

  c)Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP77VI2005

  tentang Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar Udara Sesuai dengan standar pelayanan baku unsur-unsur yang terkandung dalam Pelayanan Jasa Penumpang Pesawat Udara (PJP2U) adalah sebagai berikut :

1. Pelayanan check in

  Pelayanan check-in merupakan bagian penting sebelum penumpang melakukan penerbangan. Pelayanan Check-in sangat tergantung pada metode operasional, struktur rute penerbangan, karakteristik penumpang dan lain-lain dengan juga mempertimbangkan kecepatan, ketelitian, kelancaran, kenyamanan penumpang dan biaya operasional. Alternatif pelayanan check in terminal penumpang adalah :

  Pertama, sentralisasi yaitu pelayanan check in diproses terpusat di area keberangkatan. Pengendalian sistem operasi pelayanan dilakukan oleh satu unit kerja dengan pembagian counter check-in sebagai berikut; -direncanakan sesuai dengan jumlah airlinea atau jumlah penerbangan, -atau alternatif lain adalah membebaskan setiap penumpang untuk melapor pada setiap counter check-in yang ada . Alternatif ini memerlukan penanganan sortir barang bawaan yang baik. Sistim ini menguntungkan pihak pengelola, karena efisien dan efektif

  Kedua, desentralisasi yaitu menyebarkan pelayanan check in di beberapa tempat. Biasanya pengelola fasilitas pelayanan ini adalah perusahaan angkutan udara dengan beberapa tipe penempatan check in seperti split check in, gate check in, dan city check in.

  Bentuk denah bangunan terminal penumpang sangat dipengaruhi oleh konsep check in yang diterapkan oleh perusahaan angkutan udara. Dengan demikian, airlines dan pengusaha pengiriman sebaiknya dilibatkan pada tahapan awal proses perencanaan. Check in area harus cukup untuk menampung penumpang waktu sibuk selama mengantri untuk check-in. Indikator kualitas pelayanan waktu menunggu adalah kurang dari 20 menit, dan waktu proses adalah kurang dari 2 menit 30 detik

  Tapi kondisi dilapangan masih ditemukan proses check in yang kurang lancar. Pelayanan yang kurang ramah dan kurangnya petugas pemandu antrian , menyebabkan terkadang penumpang harus berdesakan untuk mengantri ketika check in, karena kepatuhan penumpang untuk antri belum membudaya di daerah . Hal ini semakin diperburuk ketika proses check in banyak melibatkan penjual jasa yang tidak mau mengantri dan cendrung mengambil alih giliran. Padahal seharusnya giliran orang lain.

2. Pemeriksaan sekuriti penumpang dan barang

  Pelayanan pemeriksaan sekuriti penumpang dan barang dilakukan dengan menggunakan peralatan X-ray, hand held detector dan Walk through metal detector dan sekali-kali dilakukan juga dengan pemeriksaan manual, atau perlakuan khusus bagi barang atau penumpang yang dicurigai (body search).Indikator kualitas pelayanan pemeriksaan sekuriti dalam kondisi normal kurang dari 3 menit, sedangkan kondisi khusus (memerlukan pencermatan dalam pemeriksaan) kurang dari 8 menit.

3. Imigrasi keberangkatan

  Pelayanan pemeriksaan keimigrasian keberangkatan penumpang dan awak alat angkut yang mengacu pada prosedur pemeriksaan keimigrasian bagi penumpang saat keberangkatan. Diantaranya adalah pengecekan dokumen perjalanan, ijin keimigrasian, boarding pas dan ticket, serta bukti pembayaran fiscal. Indikator kualitas pelayanan waktu menunggu adalah kurang dari 15 menit, dan waktu proses adalah kurang dari 2 menit

4. Imigrasi kedatangan

  Pelayanan pemeriksaan keimigrasian kedatangan penumpang dan awak alat angkut yang mengacu pada prosedur pemeriksaan keimigrasian bagi penumpang saat kedatangan. Diantaranya adalah dokumen perjalanan, keabsahan persyaratan dokumen, mencocokan nama dengan daftar cekal, memberikan ijin masuk keimigrasian dll. Indikator kualitas pelayanan waktu menunggu adalah kurang dari 15 menit, dan waktu proses adalah kurang dari 2 menit

5. Pelayanan bea cukai

  Pelayanan bea cukai terkait dengan pemeriksaan barang-barang yang keluar dan masuk ke wilayah RI yang dibawa oleh penumpang baik saat keberangkatan maupun kedatangan dari bandara luar negeri.Utamanya adalah barang barang yang terkena bea masuk (cukai) dan barang barang yang dapat membahayakan kehidupan manusia seperti Narkoba,barang-barang yang mendatangkan penyakit dan wabah. Indikator kualitas pelayanan waktu menunggu adalah kurang dari 20 menit, dan waktu proses adalah kurang dari 10 menit

6. Penyerahan bagasi

  Sistim penanganan bagasi ini harus dapat memproses sejumlah besar bagasi dalam waktu singkat dengan keakuratan yang dapat diandalkan. Prinsip yang dapat membentuk sistem penanganan bagasi secara efisien antara lain(Skep Dirjen347XII1999):

  - Aliran bagasi harus lancar dan cepat dengan jumlah penanganan operasional

  minimum,

  - Aliran bagasi tidak mengganggu memotong arus penumpang, barang ,petugas

  maupun kendaraan, - Tersedianya fasilitas untuk transfer bagasi ke daerah pemilahan bagasi kedatangan, - Tersedianya fasilitas untuk pemeriksaan bagasi, dan fasilitas bagasi dengan ukuran

  ekstra besar - Penataan fasilitas penanganan bagasi didalam bangunan harus konsisten dengan

  bentuk apron serta jenis dan volume arus bagasi. - Sistim penanganan bagasi harus mempunyai sistem cadangan apabila sistim tersebut

  tidak bekerjadalam keadaan darurat.

  Pada umumnya, para penumpang datang yang barang bawaannya masuk dalam bagasi harus menunggu dulu diruang pengambilan bagasi sebelum barang bawaannya datang. Hal ini disebabkan karena waktu yang dibutuhkan penumpang untuk berjalan dari pesawat ke ruang pengambilan bagasi lebih cepat daripada waktu yang dibutuhkan untuk proses barang dari pesawat ke ruang pengambilan bagasi .Dengan demikian lobi kedatangan harus dapat menampung penumpang datang sementara barang-barang diproses. Untuk pengamanan bagasi penumpang , perlu suatu sistem pemeriksaan bagasi dengan mencocokan nomor bagasi dan barang yang diambil penumpang.Pemeriksaan ini dilakukan sebelum pintu keluar ruang kedatangan

  Pelayanan penyerahan bagasi dari pengangkut sampai ketangan penumpang,

  diharapkan tidak timbul keluhan atau komplain dari penumpang, dari soal kelancaran penyerahan,waktu tunggu, kemudahan mendapatkan alat angkut bagasi, sampai keutuhan diharapkan tidak timbul keluhan atau komplain dari penumpang, dari soal kelancaran penyerahan,waktu tunggu, kemudahan mendapatkan alat angkut bagasi, sampai keutuhan

7. Kapasitas terminal

  Kapasitas terminal diharapkan harus mengakomodasikan, ruangan umum berfungsi untuk menampung kegiatan umum baik penumpang,pengunjung maupun karyawan bandara, ruangan semi steril digunakan untuk pelayanan penumpang seperti proses pendaftaran penumpang dan bagasi (check - in), proses pengambilan bagasi penumpang datang, proses penumpang transit atau transfer, dan ruangan steril disediakan bagi penumpang yang akan naik ke pesawat udara.Untuk memasuki ruangan semi steril dan streril penumpang harus melalui pemeriksaan yang cermat oleh petugas sekuriti bandara. Parameter dalam menentukan standar luas terminal untuk jumlah penumpang pertahunnya diatas satu juta dihitung lebih detail diantaranya berdasarkan jumlah penumpang berangkat pada waktu jam sibuk, transfer, datang pada waktu sibuk, jumlah pengunjung , waktu yang diperlukan dalam proses pelayanan dan lain sebagainya.

  Ruang tunggu keberangkatan berfungsi sebagai tempat berkumpulnya para penumpang untuk menunggu saat memasuki pesawat. Pada umumnya besaran ruang tunggu ini diperkirakan dapat menampung sejumlah penumpang selama 15 sampai 30 menit sebelum saat berangkat yaitu waktu dimulainya waktu boarding. Ruang tunggu ini dilengkapi dengan kursi tunggu walaupun dapat diasumsikan bahwa tidak semua penumpang akan duduk. Untuk terminal penumpang dengan ukuran kecil yang tidak memiliki fasilitas transit atau tidak dilengkapi dengan area komersil dapat diasumsikan bahwa 23 jumlah penumpang akan duduk di ruang tunggu dan 13 jumlah penumpang Ruang tunggu keberangkatan berfungsi sebagai tempat berkumpulnya para penumpang untuk menunggu saat memasuki pesawat. Pada umumnya besaran ruang tunggu ini diperkirakan dapat menampung sejumlah penumpang selama 15 sampai 30 menit sebelum saat berangkat yaitu waktu dimulainya waktu boarding. Ruang tunggu ini dilengkapi dengan kursi tunggu walaupun dapat diasumsikan bahwa tidak semua penumpang akan duduk. Untuk terminal penumpang dengan ukuran kecil yang tidak memiliki fasilitas transit atau tidak dilengkapi dengan area komersil dapat diasumsikan bahwa 23 jumlah penumpang akan duduk di ruang tunggu dan 13 jumlah penumpang

  Perlu diketahui bahwa ruang terminal domestik untuk check in seluas 1.301,25 m2 dan ruang tunggu 1.414,70 m2. Sementara itu untuk terminal internasional yaitu ruang check in 419,45 m2 dan ruang tunggu 846,45 m2. Kemudian ruang check in internasional 419,45 m2 dan ruang tunggu 846,45 m2. Terminal Bandar Udara Polonia Medan memang dirasakan tidak memadai lagi. Jumlah penumpang pada waktu sibuk sebanyak 1.081 per jam (sesuai uji petik tanggal 19 Desember 2007) dan 1800 orang perjam pada saat kondisi khusus (kasus delay penundaan jadwal penerbangan yang sering terjadi ). Padahal kapasitas normal Bandar Udara Polonia adalah 700 orang. Dengan kata lain, kapasitas terminal memang tidak sesuai lagi dengan kondisi bandar udara Polonia seperti saat ini. Kondisi dilapangan menunjukkan bahwa luas areal terminal seperti ruang pengantar, ruang check-in, hingga ruang tunggu sangat dirasakan penuh. Kondisi ini pada akhirnya sangat mengganggu kenyamanan penumpang. Terlebih Perlu diketahui bahwa ruang terminal domestik untuk check in seluas 1.301,25 m2 dan ruang tunggu 1.414,70 m2. Sementara itu untuk terminal internasional yaitu ruang check in 419,45 m2 dan ruang tunggu 846,45 m2. Kemudian ruang check in internasional 419,45 m2 dan ruang tunggu 846,45 m2. Terminal Bandar Udara Polonia Medan memang dirasakan tidak memadai lagi. Jumlah penumpang pada waktu sibuk sebanyak 1.081 per jam (sesuai uji petik tanggal 19 Desember 2007) dan 1800 orang perjam pada saat kondisi khusus (kasus delay penundaan jadwal penerbangan yang sering terjadi ). Padahal kapasitas normal Bandar Udara Polonia adalah 700 orang. Dengan kata lain, kapasitas terminal memang tidak sesuai lagi dengan kondisi bandar udara Polonia seperti saat ini. Kondisi dilapangan menunjukkan bahwa luas areal terminal seperti ruang pengantar, ruang check-in, hingga ruang tunggu sangat dirasakan penuh. Kondisi ini pada akhirnya sangat mengganggu kenyamanan penumpang. Terlebih

8. Kesejukan ruang terminal

  Kesejukan ruang terminal yang nyaman dirasakan oleh penumpang sesuai standar diharapkan antara 22-27 derajat Celcius, adanya exhaust fan dan sirkulasi udara yang baik. Namun justru kita menemukan suhu ruang terasa hangat dan bahkan panas ketika ruang terminal penuh sesak penumpang dan kondisi seperti inilah yang sehari-hari kita temukan di bandar udara Polonia Medan. Kondisi ini memang sangat dipengaruhi oleh kapasitas terminal yang tidak sesuai dengan kapasitas penumpang yang telah melebihi kapasitas terminal Polonia.

9. Ruang terminal yang bersih

  Ruang terminal yang bersih artinya ruang yang selalu terjaga kebersihannya. Jumlah petugas kebersihan harus proporsional dengan luas area dan jumlah penumpang yang menggunakan terminal. Petugas kebersihan harus selalu stanby melaksanakan pembersihan ruangan setiap saat sesuai dengan perkembangan yang ada karena banyaknya penumpang yang keluar masuk, dan ada pula yang memantau perkembangan dan pelaksanaannya. Jumlah tempat sampah yang disediakan juga harus proporsional dengan luas ruangan areal, dan diperlukan petugas untuk memantau efektifitas keberadaan tempat sampah tersebut. Sirkulasi udara juga harus diperhatikan, termasuk Ruang terminal yang bersih artinya ruang yang selalu terjaga kebersihannya. Jumlah petugas kebersihan harus proporsional dengan luas area dan jumlah penumpang yang menggunakan terminal. Petugas kebersihan harus selalu stanby melaksanakan pembersihan ruangan setiap saat sesuai dengan perkembangan yang ada karena banyaknya penumpang yang keluar masuk, dan ada pula yang memantau perkembangan dan pelaksanaannya. Jumlah tempat sampah yang disediakan juga harus proporsional dengan luas ruangan areal, dan diperlukan petugas untuk memantau efektifitas keberadaan tempat sampah tersebut. Sirkulasi udara juga harus diperhatikan, termasuk

  Ruang terminal bandar udara polonia kurang terjaga kebersihannya. Meskipun terdapat petugas kebersihan namun sepertinya tidak berguna.Oleh karena kondisi ruang terminal sangat kotor. Kondisi terminal yang tidak bersih ini semakin diperparah ketika penumpang juga tidak mau menjaga kebersihan ruang terminal. Banyak ditemukan penumpang yang membuang sampah tidak pada tempatnya seperti sampah makanan, minuman dan sebagainya. Seolah penumpang sangat susah untuk membuang sampah pada tempatnya. Hal ini juga bisa dilihat bahwa tidak terdapat banyak tempat sampah yang tersedia. Apalagi petugas kebersihan juga tidak bekerja secara maksimal. Kondisi ruang yang tidak bersih tidak hanya tampak diruang terminal saja, melainkan di areal kawasan bandar udara Polonia terlihat tidak terawat. Sampah makanan ringan dan sampah minuman kemasan banyak bertaburan. Dan kita akan sangat susah untuk mencari petugas kebersihan atau dengan kata lain petugas kebersihan yang tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan bandar udara Polonia.

  Sesuai hasil wawancara penulis dengan salah satu pejabat di PT.Angkasa Pura selaku penyelenggara bandar udara, memang diakui ada kelemahan dalam penanganan cleaning service oleh pihak kontraktor,”pengawas dalam posisi tawar, karena belum terakomodasinya pasal-pasal yang mengatur detil kriteria pelaksanaan pekerjaan, sehingga pelaksana sulit dikenakan sangsi”namun pejabat tersebut berjanji akan segera meninjau kembali (memperbaiki) kontrak dan mengganti pelaksana lapangan.

10. Kemudahan bagi penumpang untuk mengangkut bagasinya

  Penanganan bagasi merupakan elemen menentukan dari pemrosesan penumpang dan kelancaran operasi penyelenggara angkutan udara di bandar udara. Sistem penanganan bagasi ini harus dapat pemroses sejumlah besar bagasi dalam waktu singkat dengan keakuratan yang dapat dihandalkan. Untuk mengantisipasi type pesawat

  Ketersediaan Trolley untuk membantu penumpang dalam mengangkat bagasinya harus proporsional dengan jumlah penumpang dalam jam sibuk. Penempatan trolley harus mudah terjangkau oleh penumpang yang akan berangkat dan penumpang yang baru tiba. Petugas porter yang melayani jasa angkut bagasi harus bersikap ramah, dalam menawarkan jasanya tidak memaksakan diri kepada penumpang yang baru datang maupun penumpang yang akan berangkat dan tidak menguasai trolley-trolley yang disediakan penyelenggara bandara. Tarif jasa porter harus jelas dan transparan per colinya,tarif tersebut harus mudah diketahui oleh pengguna jasa porter secara terbujka di papan pengumuman tarif. Penumpang bebas memilih untuk menggunakan jasa porter maupun tidak menggunakan tentunya dijamin dengan ketersediaan jumlah trolley yang proporsional dengan jam sibuk.Penyelenggara bandara juga harus menunjuk dan menempatkan petugas untuk memantau dan mengatur keberadaan trolley agar mudah diperoleh dan digunakan oleh penumpang yang memerlukannya.

  Jumlah troli sesuai standar yang telah ditetapkan seharusnya ada 6 untuk 10 orang penumpang. Dan jumlah itu sebenarnya sudah sangat minim sekali. Artinya bahwa troli harus tersedia dan tidak kurang. Hal ini sangat beruguna untuk memudahkan penumpang dalam mengangkat barang. Tapi kondisi di bandar udara Polonia justru satu troli pun Jumlah troli sesuai standar yang telah ditetapkan seharusnya ada 6 untuk 10 orang penumpang. Dan jumlah itu sebenarnya sudah sangat minim sekali. Artinya bahwa troli harus tersedia dan tidak kurang. Hal ini sangat beruguna untuk memudahkan penumpang dalam mengangkat barang. Tapi kondisi di bandar udara Polonia justru satu troli pun

4.2.Waktu Pelayanan sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan

  Dalam PJP2U ada beberapa hal yang memang harus diperhatikan yaitu pertama, waktu tunggu yaitu waktu yang diukur sejak masuk kedalam antrian sampai siap dilayani bagi penumpang pesawat udara untuk setiap bentuk pelayanan. Kedua, waktu proses yaitu waktu yang diukur sejak mulai diproses sampai selesai dan keluar antrian bagi penumpang pesawat udara untuk setiap bentuk pelayanan. Ketiga, kondisi normal yaitu proses pemeriksaan awal sekuriti terhadap penumpang dan barang yang tidak memerlukan pemeriksaan lanjut. Keempat, kondisi khusus yaitu proses pemeriksaan sekuriti terhadap penumpang dan barang yang memerlukan pemeriksaan lanjut antara lain body search. Kelima, penyerahan bagasi pertama yaitu waktu yang digunakan dalam proses penyerahan barang kepada penumpang yang dihitung dari mulai pesawat block on Dalam PJP2U ada beberapa hal yang memang harus diperhatikan yaitu pertama, waktu tunggu yaitu waktu yang diukur sejak masuk kedalam antrian sampai siap dilayani bagi penumpang pesawat udara untuk setiap bentuk pelayanan. Kedua, waktu proses yaitu waktu yang diukur sejak mulai diproses sampai selesai dan keluar antrian bagi penumpang pesawat udara untuk setiap bentuk pelayanan. Ketiga, kondisi normal yaitu proses pemeriksaan awal sekuriti terhadap penumpang dan barang yang tidak memerlukan pemeriksaan lanjut. Keempat, kondisi khusus yaitu proses pemeriksaan sekuriti terhadap penumpang dan barang yang memerlukan pemeriksaan lanjut antara lain body search. Kelima, penyerahan bagasi pertama yaitu waktu yang digunakan dalam proses penyerahan barang kepada penumpang yang dihitung dari mulai pesawat block on

  Masalah waktu memang telah dijelaskan dalam standar kinerja pelayanan bandar udara, berikut gambaran atau potret yang berhasil direkam oleh petugas kantor Admnistrator bandar udara terhadap pelayanan publik yang terkait dengan PJP2U di bandara Polonia yaitu meliputi ( secara detail dapat dilihat pada lampiran; 4) :

1. Pelayanan check in

  Waktu menunggu pelayanan check in adalah 8 menit 31 detik. Dan proses ketika check in adalah 2 menit 23 detik. Namun pada kondisi khusus ditemukan bahwa penumpang bisa menunggu lebih dari 20 menit dan ketika proses check in, penumpang harus menunggu lebih dari 3 menit. Hasil pantauan dilapangan menunjukkan bahwa penyebab kelebihan waktu ini disebabkan pertama, ketidaksiapan petugas check in. Petugas check in memang sangat tidak efektif karena jumlah personil yang tidak memadai, padahal antrian penumpang sangat panjang. Kedua, jumlah counter yang dibuka tidak proporsional dengan jumlah penumpang yang melaksanakan check-in, terlebih kalau waktunya datang melapor bersamaan pada menit-menit terakhir batas waktu check-in. Padahal jika counter check in disediakan secara proporsional maka akan lebih bisa melayani penumpang dalam waktu yang singkat. Ketiga, kondisi semakin diperparah dengan adanya penumpang yang tidak mau mengantri dan pada akhirnya semakin memperlambat proses check in. Kondisi penumpang yang tidak mau antri ini juga merupakan kelalaian petugas check in yang tidak menyediakan personil keamanan untuk mengatur antrian. Keempat, waktu semakin panjang ketika antrian juga dipadati Waktu menunggu pelayanan check in adalah 8 menit 31 detik. Dan proses ketika check in adalah 2 menit 23 detik. Namun pada kondisi khusus ditemukan bahwa penumpang bisa menunggu lebih dari 20 menit dan ketika proses check in, penumpang harus menunggu lebih dari 3 menit. Hasil pantauan dilapangan menunjukkan bahwa penyebab kelebihan waktu ini disebabkan pertama, ketidaksiapan petugas check in. Petugas check in memang sangat tidak efektif karena jumlah personil yang tidak memadai, padahal antrian penumpang sangat panjang. Kedua, jumlah counter yang dibuka tidak proporsional dengan jumlah penumpang yang melaksanakan check-in, terlebih kalau waktunya datang melapor bersamaan pada menit-menit terakhir batas waktu check-in. Padahal jika counter check in disediakan secara proporsional maka akan lebih bisa melayani penumpang dalam waktu yang singkat. Ketiga, kondisi semakin diperparah dengan adanya penumpang yang tidak mau mengantri dan pada akhirnya semakin memperlambat proses check in. Kondisi penumpang yang tidak mau antri ini juga merupakan kelalaian petugas check in yang tidak menyediakan personil keamanan untuk mengatur antrian. Keempat, waktu semakin panjang ketika antrian juga dipadati

2. Pemeriksaan sekuriti penumpang dan barang

  Pemeriksaan sekuriti penumpang pada kondisi normal adalah 3 menit dan kondisi khusus 8 menit. Dalam pemeriksaan ini memang tidak menjadi permasalahan. Pemeriksaan sekuriti penumpang bisa dilakukan kurang dari 3 menit. Hasil pantauan dilapangan menunjukkan bahwa pemeriksaan sekuriti penumpang hanya membutuhkan waktu 30 detik pada kondisi normal. Yang menjadi permasalahan adalah pada saat penumpang puncak gate pemeriksaan hanya satu yang dibuka karena kurangnya personil. Tidak jarang dilapangan ditemukan pemeriksaan yang tidak maksimal artinya masih ada temuan petugas merasa sungkan untuk melarang keluarga dekatnya atau kerabat yang sudah dikenal masuk ke ruang tunggu tanpa tiket atau tanpa pas bandara . Hal ini akan berpotensi timbulnya ancanam terhadap keselamatan penerbangan dan bahkan memudahkan penyelundupan yang tidak terdeteksi dengan cermat.

3. Imigrasi keberangkatan

  Waktu menunggu sesuai standar kinerja pelayanan publik di bandar udara adalah

  15 menit. Dari hasil pengamatan waktu tunggu rata-rata 5 menit 15 detik sedangkan waktu proses rata-rata 1 menit 44 detik. Namun apabila ada hal khusus yang memerlukan pemencermatan pelayanan bisa memakan waktu proses lebih dari 5 menit.

4. Imigrasi kedatangan

  Waktu menunggu kedatangan seharusnya kurang dari 15 menit. Dari hasil pengamatan waktu tunggu rata-rata 8 menit sedangkan standar waktu proses kurang dari

  2 menit. Hasil pengamatan di lapangan waktu poroses rata-rata 1 menit 15 detik. Namun apabila ada hal khusus yang memerlukan pemencermatan pelayanan bisa memakan waktu proses lebih dari 5 menit.

5.Pelayanan bea cukai

  Waktu menunggu pelayanan bea cukai seharusnya kurang dari 15 menit. Dari hasil pengamatan waktu tunggu rata-rata 5 menit 31 detik, sedangkan waktu proses 2menit 45 detik Namun kondisi di lapangan bisa lebih dari 20 menit, apabila ditemui ada hal khusus yang memerlukan pencermatan. Dengan kata lain pelayanan bea cukai memang masih perlu ditingkatkan. Pelayanan kurang ramah menjadi masalah bagi penumpang.

6. Penyerahan bagasi

  Waktu penyerahan bagasi seharusnya kurang dari 20 menit. Tapi tidak jarang bagasi bisa diambil setelah 20 menit, hal ini disebabkan kapasitas gravity roller yang terbatas. Penyerahan bagasi memang menjadi persoalan tersendiri. Banyak barang bawaan penumpang yang hilang dari bagasi atau bahkan ada bungkusan yang sudah rusak atau robek, akibat kondisi gravity roller yang lurus (bukan circular) berpotensi menumpuknya barang pada suatu tempat tanpa terkendali. Sebetulnya penyelenggaran Bandara ( PT. Angkasa Pura II ) telah memprogramkan gravity roller type O (melingkar) Waktu penyerahan bagasi seharusnya kurang dari 20 menit. Tapi tidak jarang bagasi bisa diambil setelah 20 menit, hal ini disebabkan kapasitas gravity roller yang terbatas. Penyerahan bagasi memang menjadi persoalan tersendiri. Banyak barang bawaan penumpang yang hilang dari bagasi atau bahkan ada bungkusan yang sudah rusak atau robek, akibat kondisi gravity roller yang lurus (bukan circular) berpotensi menumpuknya barang pada suatu tempat tanpa terkendali. Sebetulnya penyelenggaran Bandara ( PT. Angkasa Pura II ) telah memprogramkan gravity roller type O (melingkar)

4.3. Biaya pelayanan yaitu besarnya biaya yang ditetapkan termasuk rincian dalam pelayanan publik.

  Biaya pelayanan yang ditetapkan berdasarkan struktur dan golongan tarif selalu memperhatikan, kepentingan pelayanan umum, peningkatan mutu pelayanan jasa, kepentingan pemakai jasa, peningkatan kelancaran pelayanan jasa, pengembalian biaya dan pengembangan usaha. Adapun perhitungan tarif pelayanan jasa kebandarudaraan untuk bandar udara yang diselenggarakan oleh bandan usaha kebandarudaraan ( PT.Angkasa Pura ) dirumuskan sebagai berikut (Kep Menhub No KM 28 Tahun 1999):

  T=Cu x Ls, dimana T = Tarif, Cu = cost per unit, Ls = Level of services

  - Cost per unit diperoleh dari biaya total dibagi dengan produksi total masing-masing jenis jasa. Cost per unit dihitung berdasarkan biaya penuh (full costing) termasuk tingkat keuntungan (margin) maksimal 10 . Data yang digunakan dalam perhitungan, berpedoman pada Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan pada saat penyusunan usulan tarif, dengan memperhatikan tingkat kewajaran dan efisiensi biaya serta dapat dipertanggung jawabkan. - Level of Service harus diperhatikan dalam kebijaksanaan pentarifan. Pada setiap kali penyesuaian tarif jasa kebandarudaraan harus ada keseimbangan antara besaran tarif dengan tingkat pelayanan yang diterima oleh pengguna jasa, meliputi;keselamatan,keamanan, kelancaran dan kenyamanan.Untuk penilaian level of - Cost per unit diperoleh dari biaya total dibagi dengan produksi total masing-masing jenis jasa. Cost per unit dihitung berdasarkan biaya penuh (full costing) termasuk tingkat keuntungan (margin) maksimal 10 . Data yang digunakan dalam perhitungan, berpedoman pada Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan pada saat penyusunan usulan tarif, dengan memperhatikan tingkat kewajaran dan efisiensi biaya serta dapat dipertanggung jawabkan. - Level of Service harus diperhatikan dalam kebijaksanaan pentarifan. Pada setiap kali penyesuaian tarif jasa kebandarudaraan harus ada keseimbangan antara besaran tarif dengan tingkat pelayanan yang diterima oleh pengguna jasa, meliputi;keselamatan,keamanan, kelancaran dan kenyamanan.Untuk penilaian level of

  Berdasarkan perhitungan pihak PT. Angkasa Pura II biaya pokok domestik atau cost per unitnya untuk jasa PJP2U adalah Rp.62.366,-(lampiran -4) sedangkan Level of service berdasarkan perhitungan (lampiran- 3) adalah 0,918

  Jadi berdasarkan data diatas tarif PJP2U idealnya adalah Rp.57.252,- Dengan pemberlakuan biaya PJP2U sebesar Rp.25.000 yang dianggap masyarakat

  sangat memberatkan, karena belum diimbangi dengan peningkatan kelancaran dan mutu pelayanan yang diharapkan. Dengan membandingkan antara tarif ideal hasil perhitungan berdasarkan Kep Menhub No. 28 tahun 1988 dengan tarif yang diberlakukan saat ini ternyata penumpang hanya terbebani 43,6 saja meskipun penumpang belum merasakan kenyamanan atas biaya yang dikeluarkannya. Mengapa demikian lebih dalam kita telaah perhitungan Level of service pada pembobotan skala nilai terhadap nilai kinerja operasional, pada skala nilai dimana 80-100 bobotnya= 1, 61-79 bobotnya=0,9 sedangkan < 60 bobotnya = 0,8 disini terasa kurang fair terutama pada skala nilai kurang dari 60 .Dengan perhitungan tersebut Level of service akan selalu diatas 80 meskipun skala nilai kurang dari 60 . Namun apabila tidak mengguakan skala nilai artinya langsung menggunakan nilai kinerja operasional hasil perolehan dilapangan secara proporsional, maka level of service akan lebih fair sehingga secara proporsional akan diperoleh level of service = 0,8002 (lampiran 5)

  Dengan menggunakan perhitungan proporsional tersebut biaya PJP2U adalah 0,8002 x Rp.62.366 = Rp.49.905,- Dengan tarif yang berlaku saat ini sebesar Rp. 25.000,- maka penumpang telah berkontribusi sebesar 50 dari yang seharusnya dibayar.

  Biaya lain adalah biaya porter yang bertugas mengangkat barang bawaan penumpang. Harga yang ditelah ditetapkan bagi porter adalah Rp. 2000 per koli. Namun temuan dilapangan adalah adanya indikasi keinginan terhadap penumpang untuk membayar dengan harga melebihi standar. Harga yang standar yang diberlakukan oleh porter belum tersosialisasikan secara transparan.

4.4.Produk pelayanan yaitu hasil pelayanan yang sesuai dengan ketentuan atau

  standar

  Produk pelayanan seperti pelayanan check-in, pelayanan pemeriksaan sekuriti, pelayananan pemeriksaan imigrasi, karantina, dan beacukai serta pelayanan penyerahan bagasi, sudah ada standar bakunya sesuai SKEP Dirjen 284X1999 ternyata belum maksimal implementasinya. Demikan pula dengan pendukung produk pelayanan seperti ketersediaan sarana dan prasarana, telah ada standar baku sesuai SKEP Dirjen No 77VI2003 Hal ini terbukti banyaknya (975 pengaduan) keluhan penguna jasa yang berhasil dijaring oleh LAPK dalam program konsultasi publik untuk meningkatkan pelayanan di bandara Polonia (Harian SIB 1322008)

4.5 Sarana dan prasarana yang harus memadai

  Para penumpang cenderung ingin menikmati fasilitas belanja dimana mereka dapat melihat-lihat dan berbelanja apabila mempunyai cukup waktu sebalum naik pesawat. Pada beberapa bandar udara besar, kurang lebih 10-20 dari area terminal diperuntukan bagi ruang konsesi ini. Memperhatikan kecendrungan penumpang untuk membelanjakan sebagian uangnya untuk berbelanja di bandar udara,ruang konsesi ini dapat memberikan sumbangan kurang lebih dari 30-50 dari pendapatan total bandar udara.

  Faktor-faktor yang mempengaruhi adanya fasilitas-fasilitas ini adalah jumlah penumpang, keberadaan fasilitas yang bersangkutan diluar bandar udara, potensi konsesi dan biaya sewa. Jenis fasilitas ini antara lain adalah restoran, kios majalah, kios bunga, pakaian, salon, counter penyewaan mobil, asuransi, kantor pos, Bank, Telepon umum. Selain itu ada fasilitas penunjang yaitu kantor pengelola, ruang mekanikal, ruang komunikasi, ruang rapat, dapur, toilet umum dan toilet bagi penyandang cacat.

  Hasil pantauan dilapangan bahwa sarana dan prasarana yang terdapat di bandar udara Polonia Medan sangat dirasakan kurang memadai.(lihat lampiran : 2) Hal ini bisa terlihat pada tidak terdapatnya fasilitas umum yang memadai seperti telepon umum, kamar mandi umum dan pusat kesehatan. Boleh jadi karena efisiensi terhadap biaya yang akan dikeluarkan, mengingat tahun 2009 operasional bandara akan beralih ke bandara baru di Kwalanamu. Bahkan dari segi sarana pengamanan

  dirasakan masih perlu ditingkatkan. Peristiwa terbakarnya Polonia disebabkan tidak berfungsinya hydran sebagai alat pemadam kebakaran. Kebakaran hebat yang terjadi di ruang keberangkatan menjadi kenangan yang tidak terlupakan. Tapi pengalaman tersebut tidak menjadi pelajaran bagi pengelolan bandar udara Polonia.

  Padahal sebelumnya telah terjadi kebakaran hebat yang meluluhlantakan terminal keberangkatan luar negeri. Selain itu, sarana CCTV juga tidak berfungsi. Sehingga kondisi ini semakin sulit untuk mengontrol kondisi bandar udara Polonia.

  Penyediaan fasilitas umum dan kelengkapannya bergantung dengan ruang dan kapasitas penumpang. Penyediaan toilet harus direncanakan berdasarkan kebutuhan minimum dengan mempertimbangkan jumlah penumpang pada jam sibuk. Khusus pelayanan fasilitas umum, Lembaga Advokasi dan Perlindungan Konsumen, YLKI mencatat bahwa pelayanan kebersihan toilet WC Bandar Udara Polonia paling banyak mendapatkan keluhan konsumen. Temun ini berdasarkan pengaduan konsumen dalam Bulan Pengaduan Perbaikan Pelayanan Jasa Bandar Udara yang diprakarsai oleh LAPK- YLKI periode Januari 2008 (Harian Bisnis Indonesia). Tersedianya fasilitas khusus bagi orang cacat, juga memerlukan perhatian khusus. Fasilitas umum lainya harus selalu tersedia seperti, telpon umum, anjungan tunai mandiri, fasilitas internet, media informasi baik koran, majalah maupun elektronik, semuanya bila perlu disediakan secara cuma- cuma khususnya bagi yang telah membayar PJP2U.

  Fasilitas umum seharusnya tersedia informasi, kamar mandi, telepon umum. Namun fasilitas tersebut dirasakan masih kurang. Dengan kata lain Fasilitas umum memang tersedia namun tidak terawat dengan baik. Kondisi kamar mandi tidak terawat dan membuat para penumpang merasa tidak nyaman. Terlebih lagi kamar mandi yang berada diluar bandar udara Polonia. Fasilitas umum lainnya seperti telepon umum tidak berfungsi dengan baik. Dan tentu saja hal ini akan menyulitkan bagi penumpang yang tidak menggunakan handphone.

4.6. Kompetensi Petugas

  Salah satu aspek yang besar pengaruhnya terhadap kinerja pelayanan adalah kompetensi sumber daya manusia atau kompetensi petugas. Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap, dan perilaku yang dibutuhkan.

  Berdasarkan jenis pekerjaannya, yang didasarkan pada spesifikasi dan karakteristik pekerjaan, maka pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan operasional bandar udara Polonia dapat dikelompokkan ke dalam 4 (empat) jenis pekerjaan utama, yaitu:

  4.61. Jenis Pekerjaan (job type) pendukung; Pekerjaan pendukung adalah pekerjaan yang tidak terlibat secara langsung secara

  operasional terhadap pekerjaan pelayanan jasa. Tugas utamanya memberikan sumber daya pendukung sehingga pekerjaan operasional dan teknis dapat berjalan dengan baik, seperti penyediaan data dan informasi, pengadministrasian, pengaturan penggunaan fasilitas dan peralatan operasional, dan lain-lain. Jenis pekerjaan ini banyak ditemui di kantor pusat. Support. yang terdiri dari 6 (enam) bidang pekerjaan, yaitu :

1. Pengelolaan Sumber Daya Manusia

  Pengelolaan Sumber Daya Manusia adalah kumpulan pekerjaan yang mempunyai jenis dan karakter dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dalam lingkup perekrutan, pemeliharaan dan pemberhentian karyawan, pengelolaan dan pengembangan sistem dan prosedur.

  2. Keuangan

  Keuangan adalah kumpulan pekerjaan yang sejenis dalam lingkup mengadministrasikan, mengelola, menyimpan dan mendapatkan kembali sumber dana perusahaan.

3. Renlitbang (Corporate Planning)

  Renlitbang (Corporate Planning) adalah kumpulan pekerjaan yang sejenis, baik dalam karakter dan sifat pekerjaan, dengan lingkup pekerjaan mengelola dan mengendalikan program-program dan perencanaan pengembangan, dihubungkan dengan kemampuan misi dan goal perusahaan.

4. Pemeliharaan Peralatan dan Infra Struktur

  Pemeliharaan Peralatan dan Infra Struktur adalah kumpulan pekerjaan yang mempunyai karakter tugas dan tanggung jawab yang sama dalam hal merawat, memperbaiki dan mengelola seluruh fasilitas peralatan dan infra struktur perusahaan.

5. Pelayanan Operasi

  Pelayanan Operasi adalah bidang pekerjaan yang sifat dan karakternya meliputi aktivitas-aktivitas yang mendukung kelancaran pelayanan dukungan dan standarisasi operasi lalu lintas udara maupun operasi bandar udara..

6. Administrasi dan Pelayanan Umum

  Administrasi dan Pelayanan Umum adalah kumpulan pekerjaan yang sifat dan karakternya meliputi aktifitas-aktifitas mendukung kelancaran pekerjaan manajemen secara administratif, pelayanan yang diberikan serta mendukung kelancaran aktifitas perusahaan berdasarkan asset fasilitas perusahaan.

7. Pengawasan Internal

  Pengawasan Internal adalah sekumpulan pekerjaan yang mempunyai jenis dan karakter pekerjaan dalam bidang pemeriksaan dan pengendalian, pemanfaatan sumber- sumber daya yang digunakan demi kelancaran produktivitas perusahaan.

  4.6.2. Jenis Pekerjaan (job type) jasa; Pekerjaan jasa pelayanan adalah pekerjaan yang tugas utamanya melakukan

  pekerjaan operasional pelayanan kebandaraan, baik pelayanan lalu lintas penerbangan, keselamatan bandara, pelayanan penumpang, barang, dan kargo serta pengunjung, maupun pekerjaan operasional pelayanan lainnya.

  Untuk kelompok jenis pekerjaan jasa, berdasarkan pada kegiatannya, maka jenis pekerjaan jasa (services) dibagi kedalam 3 (tiga) bidang kelompok kegiatan, yaitu:

  2. 1. Pelayanan Operasi Lalu lintas Udara adalah kegiatan penyelenggaraan pengaturan, pengawasan dan pemanduan LLU di Bandara. Sesuai dengan subjek dan pelayanan yang diberikan, bidang keahlian ini dibagi lagi menjadi 5 (lima) sub bidang keahlian, yaitu:

  a. Pelayanan Pemanduan Lalulintas Udara yaitu pelayanan yang

  berhubungan dengan penyiapan dan pelaksanaan kegiatan pengendalian dan pengawasan operasi keselamatan LLU di Bandara dan wilayah udara sekitarnya serta di wilayah terminal control dan wilayah udara pendekatan termasuk control zone. Menurut kegiatan pelayanan operasinya, maka kegiatan ini terdiri dari :

  1) Pemandu lalulintas udara non radar, yang terdiri atas :

  ¾ Aerodrome Control (ADC) ¾ Approach Control (APP) Terminal Control Area (TMA)

  Arrival (ARR)

  ¾ Area Control Center (ACC)

  2) Pemandu lalulintas udara radar, yang terdiri atas :

  ¾ Approach Control (APP) Terminal Control Area (TMA)

  Arrival (ARR) ¾ Area Control Center (ACC)

  b. Pelayanan Penerangan Aeronautika (Rangtika) yaitu pekerjaan yang

  berhubungan dengan penyiapkan dan pelaksanaan kegiatan pengiriman dan penerimaan berita-berita penerbangan melalui hubungan antar stasiun komunikasi penerbangan serta melakukan kegiatan pengolahan, pengumpulan, penyimpanan dan penyebaran informasi aeronautika dan peta navigasi udara.

  1) Notice Airman (Notam) Office

  2) Briefing Office

  3) Kartografi

  c. Pelayanan Bantuan Operasi Penerbangan (BOP) yaitu pekerjaan yang

  berhubungan dengan penyiapkan dan pelaksanaan kegiatan pengiriman dan penerimaan berita-berita penerbangan melalui hubungan antar stasiun komunikasi penerbangan. Menurut kegiatan pelayanan operasinya, maka kegiatan ini terdiri dari :

  Pelayanan Komunikasi Penerbangan (Kompen)

  d. Pelayanan Flight Data Operation (FDO) yaitu pekerjaan yang

  berhubungan dengan penyajian flight plan untuk pengendalian operasi keselamatan LLU atau kegiatan pengolahan data rencana penerbangan dan berita penerbangan guna mendukung pemberian pelayanan keselamatan LLU di wilayah kerja bandar udara.

  Menurut kegiatan pelayanan operasinya, maka kegiatan ini terdiri dari : Flight Data Operation (FDO)

  e. Pelayanan Air Traffic Service (ATS) Automation adalah bidang

  pekerjaan yang berhubungan dengan kegiatan pelayanan pengendalian pengaturan dan pengawasan automatisasi pelayanan lalulintas udara Menurut kegiatan pelayanan operasinya, maka kegiatan ini terdiri dari :

  1) Otomasi ATS

  2) ATS Coordinator

  2.2. Pelayanan Operasi Bandara adalah kegiatan penyiapan dan pelaksanaan pengaturan serta pengawasan pelayanan operasi sisi udara, menyiapkan dan melaksanakan pengaturan serta pengawasan kegiatan pelayanan operasi terminal dan sisi darat, menyiapkan dan melaksanakan pengaturan serta pengawasan kegiatan pelayanan sistem informasi operasi bandar udara. Sesuai dengan subjek dan pelayanan yang diberikan, bidang keahlian ini dibagi lagi menjadi 3 (tiga) sub bidang keahlian, yaitu:

  a. Pelayanan sisi udara adalah kegiatan yang berhubungan dengan

  pelayanan operasi sisi udara meliputi pengaturan dan penempatan parkir pesawat udara serta ketertiban lalu lintas orang, kendaraan dan peralatan di sisi udara. Menurut kegiatan pelayanan operasinya, maka kegiatan ini terdiri dari :

  1) Pelayanan Sentra Operasi Terminal adalah pelayanan kegiatan

  pengalokasian parkir pesawat udara (parking stand management), ruang tunggu penumpang (boarding lounge), nomor check-in

  (check in counter), serta pengoperasian secara real time akurasi data informasi penerbangan.

  2) Pelayanan Operasi Apron adalah pelayanan pengawasan

  pergerakan pesawat udara, lalu lintas orang dan kendaraan, kebersihan di daerah sisi udara, pencatatan data penerbangan.

  b. Pelayanan terminal dan sisi darat adalah kegiatan yang berhubungan

  dengan pelayanan pelayanan informasi untuk pemakai jasa bandar udara, dan operasi pelayanan sisi darat. Menurut kegiatan pelayanan operasinya, maka kegiatan ini terdiri dari :

  1) Pelayanan informasi bandara adalah pelayanan penyiapan dan

  pemberian jasa informasi mengenai penerbangan, pariwisata dan yang bertalian dengan bisnis umum.

  2) Pelayanan angkutan darat adalah pelayanan yang berhubungan

  dengan transportasi darat di lingkungan perusahaan

  c. Pelayanan sistem informasi bandara adalah pelayanan yang

  berhubungan dengan penyiapan dan pelaksanaan kegiatan serta pengelolaan data penerbangan dan sistem informasi penerbangan udara. Menurut kegiatan pelayanan operasinya, maka kegiatan ini terdiri dari :

  1) Pelayanan Operasi Sistem Informasi Bandara adalah pelayanan

  pengoperasian perangkat keras dan jaringan komputer CIS, pemeliharaan data dan file komputer serta supervisi operasional CIS.

  2) Pelaksana Data Penerbangan adalah pelayanan penyiapan,

  pengolahan dan penyajian laporan tagihan (billing) dan statistik penerbangan.

  2.3. Pelayanan Keselamatan Bandar Udara adalah kegiatan penyiapan dan pelaksanaan pengaturan penerbangan dan pemadaman kebakaran, penyelamatan kecelakaan pesawat udara (salvage) serta menanggulangi keadaan keadaan gawat darurat medik juga melakukan pengaturan serta pengawasan kegiatan pelayanan pengamanan. Sesuai dengan subjek dan pelayanan yang diberikan, bidang keahlian ini dibagi lagi menjadi 2 (dua) sub bidang keahlian, yaitu:

  a. Pelayanan Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam

  Kebakaran (PKP-PK) adalah kelompok pekerjaan yang berhubungan dengan penyiapan dan pelaksanaan pengaturan serta pengawasan kegiatan pemberian pertolongan kecelakaan penerbangan dan pemadaman kebakaran, penyelamatan kecelakaan pesawat udara (salvage) serta penanggulangan keadaan gawat darurat medik. Menurut kegiatan pelayanan operasinya, maka kegiatan ini terdiri dari :

  1) Pelayanan operasi dan latihan PKP-PK adalah pelayanan kegiatan

  operasi pertolongan kecelakaan pesawat udara, pemadaman kebakaran, pelatihan personil pencegahan bahaya kebakaran

  2) Pelayanan peralatan PKP-PK dan salvage adalah pelayanan

  kegiatan perawatan peralatan PKP-PK dan operasi salvage

  3) Pelayanan gawat darurat medik adalah pelayanan kegiatan

  penyiapan dan penggelaran pos medik lapangan, mengkoordinir kegiatan di pos medik serta menghubungi pihak-pihak di luar lingkungan bandar udara yang berkaitan dengan pelayanan gadar medik

  b. Pelayanan pengamanan bandar udara adalah pelayanan yang

  berhubungan dengan penyiapan dan pelaksanaan pengaturan pelayanan pengamanan di lingkungan kerja bandar udara.

  Menurut kegiatan pelayanan operasinya, maka kegiatan ini terdiri dari:

  1) Pelayanan pengamanan X-Ray – CCTV adalah pelayanan kegiatan

  pendeteksian bagasi dengan X-Ray Kabin dan Kargo serta monitoring observasi kegiatan perimeter dan objek vital melalui CCTV serta “Body Search”

  2) Pelayanan pengaman pos statik, lalu lintas dan patroli adalah

  pelayanan kegiatan pengamanan perimeter dan objek vital serta penertiban lalu lintas kendaraan dan patroli di wilayah kerja bandar udara

  4.6.3. Jenis Pekerjaan (job type) teknik; Pekerjaan teknik adalah pekerjaan yang tugas utamanya melakukan perbaikan,

  perawatan dan pemeliharaan peralatan, fasilitas dan pendukung teknis lainnya guna menunjang pekerjaan di bagian lainnya seperti services, supporting, dan manajemen.

  Berdasarkan pada keahliannya, maka teknisi dibagi kedalam 4 (empat) bidang kelompok kegiatan, yaitu:

  3.1.Teknik Umum, Teknik umum adalah kelompok kegiatan yang melakukan pekerjaan membantu

  danatau melaksanakan pengoperasian, pemeliharaan, pengecekan dan perbaikan peralatan-peralatan dan fasilitas umum penunjang pelaksanaan operasional kebandaraan. Sesuai dengan subjek dan peralatan yang ditangani, kelompok ini dibagi lagi menjadi 3 (tiga) sub bidang kegiatan, yaitu:

  a. Teknik Umum Bidang Landasan dan Lapangan; Teknik Umum Bidang Landasan dan Lapangan adalah kegiatan yang

  berkaitan dengan aspek-aspek teknis perawatan, pemeliharaan, dan perbaikan fasilitas fisik landasan pesawat terbang, jalan di sekitar dan di berkaitan dengan aspek-aspek teknis perawatan, pemeliharaan, dan perbaikan fasilitas fisik landasan pesawat terbang, jalan di sekitar dan di

  Teknik landasan dan lapangan dibagi kedalam dua bagian yang lebih kecil

  lagi, yaitu: Teknik landasan dan jalan, Teknik lapangan di sekitar Bandara, Teknik Umum Bidang Bangunan;

  b. Teknik Umum Bidang Bangunan adalah kelompok kegiatan yang melakukan pekerjaan aspek-aspek teknis pemeliharaan, pemantauan, dan pelaporan bangunan di wilayah kerja bandar udara.

  Teknik Umum Bidang Bangunan dibagi kedalam dua bagian yang lebih

  kecil lagi, yaitu: Teknik bangunan terminal, Teknik bangunan operasional dan umum

  c. Teknik Umum Bidang Tata Bandar Udara. Teknik Umum Bidang Tata Bandar Udara adalah kelompok kegiatan yang

  melakukan pekerjaan teknis perawatan, pemeliharaan, dan perbaikan semua fasilitas dan peralatan keindahan dan kebersihan Bandara, fasilitas dan peralatan penunjang masalah higiene dan sanitasi di lingkungan Bandara, serta, masalah-masalah yang terkait dengan pertamanan dan estetika Bandara.

  Teknik Tata Bandar Udara dibagi kedalam tiga bagian yang lebih kecil

  lagi, yaitu: Teknik Tata Lingkungan, Teknik higiene dan sanitasi, Teknik pertamanan

  3.2 Teknik Elektronika,

  Teknik Elektronika adalah kelompok kegiatan yang melakukan pekerjaan membantu danatau melaksanakan pemeliharaan, pengecekan dan perbaikan peralatan-peralatan elektronika atau peralatan-peralatan yang menggunakan elemen elektronik dalam pengoperasiannya sebagai penunjang pelaksanaan operasional kebandaraan, khususnya Lalu Lintas Udara.

  Sesuai dengan subjek dan peralatan yang ditangani, bidang keahlian ini dibagi lagi menjadi 3 (tiga) sub bidang kegiatan, yaitu:

  a. Teknik Elektronika Telekomunikasi Penerbangan;

  Teknik Elektronika Telekomunikasi Penerbangan adalah mereka yang melakukan kegiatan yang terkait dengan aspek-aspek teknis perawatan, pemeliharaan, dan perbaikan peralatan komunikasi, baik radio komunikasi, telephony, maupun fasilitas pendukungnya seperti peralatan remote control dan jaringan kabelnya.

  Teknik telekomunikasi penerbangan dibagi ke dalam tiga sub golongan yang lebih kecil lagi, yaitu:

  1) Teknik yang menangani Radio Komunikasi

  2) Teknik Radio Telephony

  3) Teknik Jaringan Kabel

  b. Teknik Elektronika Navigasi dan Radar;

  Teknik Elektronika Navigasi Udara dan Radar adalah bidang yang melakukan kegiatan yang terkait dengan aspek-aspek teknis perawatan, pemeliharaan, dan perbaikan peralatan navigasi dan radar Teknik Elektronika Navigasi Udara dan Radar adalah bidang yang melakukan kegiatan yang terkait dengan aspek-aspek teknis perawatan, pemeliharaan, dan perbaikan peralatan navigasi dan radar

  Teknik navigasi udara dibagi ke dalam tiga bagian yang lebih kecil lagi, yaitu:

  1) Teknik Rambu Udara

  2) Teknik Fasilitas Pendaratan Presisi

  3) Teknik Radar.

  c. Teknik Elektronika Bandar Udara.

  Teknik Elektronika Bandara adalah kelompok kegiatan yang terlatih dalam aspek-aspek teknis perawatan, pemeliharaan, dan perbaikan peralatan elektronika, baik public display, peralatan elektronika sekuriti, komputer bandara (hardware), dan peralatan elektronika lainnya.

  Teknik elektronika bandara dibagi ke dalam tiga bagian yang lebih kecil lagi, yaitu:

  1) Teknik Elektronika Umum

  2) Teknik Public Display

  3) Teknik Elektronika Sekuriti

  3.3 Teknik Listrik, Mekanika, dan Peralatan (LMP). Yang dimaksud dengan Teknik LMP adalah kelompok kegiatan yang melakukan pekerjaan membantu danatau melaksanakan pemeliharaan, pengecekan dan perbaikan peralatan-peralatan dan fasilitas kelistrikan, peralatan mekanik dan peralatan umum lainnya seperti bengkel dan peralatan berat serta instalasi air dan sanitasi untuk menunjang pelaksanaan operasional kebandaraan.

  Sesuai dengan subjek dan peralatan yang ditangani, kelompok kegiatan ini dibagi lagi menjadi 3 (tiga) sub bidang kegiatan, yaitu:

  a. Teknik LMP Bidang Listrik;

  Teknik LMP Bidang Listrik adalah kelompok kegiatan yang terlatih dalam aspek-aspek teknis perawatan, pemeliharaan, dan perbaikan fasilitas dan peralatan kelistrikan yang ada di Bandara, baik sisi udara (air side) maupun sisi darat (land side).

  Teknik listrik dibagi kedalam tiga bagian yang lebih kecil lagi, yaitu:

  1) Teknik pembangkit dan jaringan listrik

  2) Teknik UPS Converter

  3) Teknik Penerangan dan Visual Aid

  b. Teknik Mekanikal;

  Teknik Mekanikal adalah kelompok kegiatan yang terlatih dalam aspek-aspek teknis perawatan, pemeliharaan, dan perbaikan fasilitas dan peralatan mekanik yang ada di Bandara, baik sisi udara (air side) maupun sisi darat (land side).

  Teknik mekanik dibagi kedalam dua bagian yang lebih kecil lagi, yaitu:

  1) Teknik mekanikal elektro

  2) Teknik Tata Udara

  c. Teknik LMP Bidang Peralatan.

  Teknisi Peralatan adalah kelompok kegiatan yang terlatih dalam aspek-aspek teknis perawatan, pemeliharaan, dan perbaikan fasilitas dan peralatan bengkel, instalasi dan peralatan berat yang ada di Bandara, baik sisi udara (air side) maupun sisi darat (land side).

  Teknik peralatan dibagi kedalam empat bagian yang lebih kecil lagi, yaitu:

  1) Teknik perbengkelan

  2) Teknik instalasi air

  3) Teknisi instalasi sanitasi

  4) Teknik peralatan alat-alat besar

  3.4 Teknik Informatika. Teknik Informatika adalah kelompok kegiatan yang melakukan pekerjaan membantu danatau melaksanakan pemeliharaan, pengecekan dan perbaikan peralatan- peralatan komputer hardware serta membantu penggunaan, pengembangan dan utilisasi software yang ada di wilayah kebandaraan sebagai penunjang pelaksanaan operasional dan manajerial kebandaraan.

  Sesuai dengan subjek dan peralatan yang ditangani, bidang keahlian ini dibagi lagi menjadi 2 (dua) sub bidang keahlian, yaitu:

  a. Teknik Informatika Bidang Hardware;

  Teknik Informatika Bidang Hardware adalah kelompok kegiatan yang pekerjaannya terkait dengan aspek-aspek teknis perawatan, pemeliharaan, dan perbaikan hardware komputer, baik yang berada di Kantor Cabang maupun Kantor Pusat.

  Teknik Informatika Bidang Hardware Komputer dibagi ke dalam 5 (lima) bagian yang lebih kecil lagi, yaitu:

  1) Teknik Hardware Remote Control

  2) Teknik Hardware di AMSSADPS

  3) Teknik yang menangani Hardware RDPSFDPS

  4) Teknik Hardware ATC System.

  5) Teknik Hardware Komputer Bandara dan Kantor Pusat

  b. Teknik Informatika Bidang Software;

  Teknik Informatika Software adalah kelompok kegiatan yang pekerjaannya terkait dengan aspek-aspek teknis pengoperasian, pemeliharaan, pengembangan dan pembangunan program komputerisasi perusahaan, baik yang berada di Kantor Cabang maupun Kantor Pusat.

  Selain itu kegiatan di bagian aplikasi dan pengembangan software adalah melakukan pengecekan disk, pengecekan memory, reinstall, rebooting dan pengujian program secara keseluruhan.

  4.6.4. Jenis Pekerjaan (job type) manajemen. Pekerjaan manajemen adalah pekerjaan yang mengutamakan kemampuan dalam

  merencanakan, mengatur, mengkoordinasikan, dan mengambil keputusan, atau pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan kemampuan manajerial dalam pelaksanaannya.

  Untuk kelompok jenis pekerjaan manajemen, berdasarkan pada kegiatannya tidak dikelompokkan secara khusus, karena kegiatan manajemen ini tersebar di semua kelompok jenis pekerjaan, baik pekerjaan pendukung, pekerjaan pemberian jasa maupun pekerjaan teknik. Jenis pekerjaan manajemen merupakan representasi dari kegiatan struktural.

  Hal ini perlu mendapat penanganan serius dalam meningkatkan produktivitas kerja khususnya yang terkait dengan pelayanan PJP2U.Berdasarkan hasil studi pola pendistribusian biaya pokok pelayanan jasa kebandarudaraan oleh Tim Departeman Perhubungan dengan PT. Angkasa Pura II (November 2006), komposisi pegawai berdasarkan Pusat Biaya yang terkait dengan PJP2U adalah petugas security sebesar 31,11, petugas pelayanan penumpang dan cargo terminal 40,60, petugas pemadam kebakaran 7,36 dan petugas lain-lain 20,93. Apabila ditelaah lebih dalam petugas pelayanan penumpang dan kargo terminal terdiri dari petugas dari berbagai instansi Hal ini perlu mendapat penanganan serius dalam meningkatkan produktivitas kerja khususnya yang terkait dengan pelayanan PJP2U.Berdasarkan hasil studi pola pendistribusian biaya pokok pelayanan jasa kebandarudaraan oleh Tim Departeman Perhubungan dengan PT. Angkasa Pura II (November 2006), komposisi pegawai berdasarkan Pusat Biaya yang terkait dengan PJP2U adalah petugas security sebesar 31,11, petugas pelayanan penumpang dan cargo terminal 40,60, petugas pemadam kebakaran 7,36 dan petugas lain-lain 20,93. Apabila ditelaah lebih dalam petugas pelayanan penumpang dan kargo terminal terdiri dari petugas dari berbagai instansi

  

  Kompetensi petugas security bandara yang terkait langsung dengan pelayanan security cukup memadai, dari 136 personil yang terbagi menjadi 12 unit pengawasan 111 telah memiliki Surat Tanda Kecakapan Personil (STKP) sesuai dengan bidangnya dan 25 merupakan tenaga outsourching. Demikian juga petugas pemadam kebakaran,selalu dibekali dengan Surat Tanda Kecakapan Personil dalam melaksanakan tugasnya, sesuai standar yang telah dibakukan. Memang dirasakan kepedulian terhadap aspek keselamatan dan keamanan cukup baik namun kepedulian terhadap peningkatan pelayanan masih perlu peningkatan .

Dokumen yang terkait

STUDI KANDUNGAN BORAKS DALAM BAKSO DAGING SAPI DI SEKOLAH DASAR KECAMATAN BANGIL – PASURUAN

15 183 17

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA EMPIRIS PADA PASIEN RAWAT INAP PATAH TULANG TERTUTUP (Closed Fracture) (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

11 138 24

STUDI PENGGUNAAN SPIRONOLAKTON PADA PASIEN SIROSIS DENGAN ASITES (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

13 140 24

STUDI PENGGUNAAN ACE-INHIBITOR PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) (Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan)

15 136 28

PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM SITUASI PERTEMUAN ANTAR BUDAYA STUDI DI RUANG TUNGGU TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

97 602 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

AN ANALYSIS OF LANGUAGE CONTENT IN THE SYLLABUS FOR ESP COURSE USING ESP APPROACH THE SECRETARY AND MANAGEMENT PROGRAM BUSINESS TRAINING CENTER (BTC) JEMBER IN ACADEMIC YEAR OF 2000 2001

3 95 76

EFEKTIVITAS PENGAJARAN BAHASA INGGRIS MELALUI MEDIA LAGU BAGI SISWA PROGRAM EARLY LEARNERS DI EF ENGLISH FIRST NUSANTARA JEMBER

10 152 10

IMPLEMENTASI PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT (Studi Deskriptif di Desa Tiris Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo)

21 177 22