Contoh Kasus dan Penanganan

3. Contoh Kasus dan Penanganan

a. Contoh Kasus

Kasus yang dipelajari penulis ialah kasus KDRT yang dialami oleh korban yang bernama Titien Rukmana pada tahun 2014 dan Bekti Lestari pada tahun 2017. Dalam kasus yang menimpa Titien Rukmana, pelakunya adalah suami sendiri. Meskipun korban sudah pernah melaporkan kasusnya ke Unit PPA Polres Salatiga pada tahun 2014, tetapi kasusnya baru diproses setelah korban membuat surat aduan kembali pada tahun 2016, setelah berkonsultasi dengan seorang advokat yang bernama Komaruddin Nur, SH. Setelah penulis melakukan wawancara dengan advokat korban, diperoleh keterangan sebagai berikut :

“Pada awalnya, korban melapor kasus KDRT yang ditimpanya pada tahun 2014, tetapi karena kasus tersebut tidak ditindaklanjuti, kemudian korban meminta bantuan hukum dan akhirnya kembali melaporkan kasus tersebut pada tahun 2016. Bahwa korban hanya menginginkan keadilan, karena sebagai isteri, telah dianiaya dan tidak

mendapatkan bagian apapun dari harta bersama.” 23

Berdasarkan wawancara lebih lanjut dengan advokat yang ditemui oleh penulis, didapat informasi sebagai berikut :

“Bahwa pelaku yang berinisial E.S melakukan kekerasan fisik terhadap korban dengan cara memukul kepala korban, sebanyak satu kali

sehingga menyebabkan memar dan bengkak kemudian korban mengalami pusing. Pelaku sampai melakukan kekerasan terhadap korban, karena korban awalnya secara tidak sengaja menjatuhkan sepeda motor pelaku yang diparkir di teras rumah, sehingga pelaku marah dan melakukan kekerasan fisik terhadap korban. Kemudian korban memiliki inisiatif untuk melaporkan pelaku ke Polres Salatiga pada tahun 2014. Bahwa dihasilkan permufakatan, tetapi pelaku tidak pernah meminta maaf, tidak menyesal melakukan tindak KDRT tersebut dan korban merasa tidak puas dengan hasil mufakat. Karena korban menginginkan

23 Wawancara dengan pengacara, Komaruddin Nur, SH pada hari Senin Tanggal 9 Oktober 2017.

keadilan, korbanpun melaporkan kembali kasus tersebut pada tahun 2016. Laporan korban akhirnya diterima dan ditindaklanjuti oleh aparat Unit PPA Polres Salatiga, dan kasusnya dilimpahkan ke kejaksaan untuk dilakukan penuntutan. Sampai proses persidangan selesai, pelaku dijatuhi

pidana empat bulan penjara.” 24

Sedangkan pada kasus KDRT yang menimpa Bekti Lestari, penulis menemui korban melakukan wawancara secara langsung dengan korban. Dari hasil wawancara tersebut, diperoleh informasi sebagai berikut :

“Pada awalnya mau mengambil anak di rumah, karena sedang dalam proses perceraian, saya anggap hal itu wajar. Tetapi ketika sampai rumah, suami melarang saya untuk mengambil anak. Kemudian saya didorong oleh suami sampai tubuh saya membentur pintu rumah hingga

terasa sakit.” 25

Penulis juga mendapat informasi tambahan dari korban yakni :

“Sebelum kasus ini saya laporkan, saya juga mengalami kekerasan dari suami. Tapi dia tidak menyesal melakukan perbuatannya, jadi saya

sendiri berniat untuk melaporkannya supaya dia jera.” 26

Setelah mengalami kekerasan dari suami, korban melaporkan kejadiannya sendiri ke Unit PPA Polres Salatiga, karena sebelumnya pelaku juga melakukan kekerasan terhadap korban dan tidak menyesali perbuatannya.

Korban kemudian membuat laporan di kepolisian, supaya suaminya jera. Kemudian Laporan Polisi dibuat, dan pada hari itu juga korban diantar penyidik Unit PPA Polres Salatiga ke RSUD Kota Salatiga untuk memeriksakan luka atau kesehatan korban, dan membuat pengantar visum et repertum guna dilakukan visum. Pada hari berikutnya dilakukan pemeriksaan terhadap korban.

24 Wawancara dengan pengacara, Komaruddin Nur, SH pada hari Senin Tanggal 9 Oktober 2017. 25 Wawancara dengan korban, Bekti Lestari pada hari Kamis Tanggal 19 Oktober 2017. 26 Wawancara dengan korban, Bekti Lestari pada hari Kamis Tanggal 19 Oktober 2017.

b. Penanganan Kasus

Untuk penanganan kasus KDRT, penulis melakukan wawancara secara terstruktur dengan Ipda Henri Widyoriani, SH beserta jajaran Unit PPA Polres Salatiga. Didapat informasi sebagai berikut : - Dalam kasus KDRT yang ditangani oleh Unit PPA Polres Salatiga,

prosedur yang dilakukan korban KDRT atau pelapor (dapat dilakukan oleh orang tua, wali, pengasuh anak yang bersangkutan) ketika melaporkan kejadian yang menimpanya, dengan membuat Laporan Polisi atau disingkat LP.

- Korban dalam menjalani pemeriksaan di Unit P.P.A Polres Salatiga, diperiksa oleh penyidik perempuan / polwan. - Korban ditangani secara khusus, penyidik menjaga kerahasiaan identitas korban. - Kemudian penyidik membuat pengantar visum et repertum dan mengantarkan korban ke RSUD Kota Salatiga untuk memeriksakan luka atau kesehatan korban, dan guna diakukan visum.

- Tahapan selanjutnya penyidik melakukan pemeriksaan terhadap saksi, yakni pelapor, korban KDRT yang bersangkutan, maupun orang yang melihat, mendengar, dan mengetahui peristiwa tersebut.

- Apabila ada barang bukti yang ditemukan, maka akan diamankan oleh penyidik. - Melakukan koordinasi dengan Bapermas (Badan Pemberdayaan Masyarakat) Kota Salatiga untuk melakukan perlindungan sementara terhadap korban. Perlindungan sementara yang diberikan oleh Unit

PPA Polres Salatiga antara lain : memberikan jaminan keamanan bagi korban KDRT di kantor kepolisian, sehingga korban tidak mendapat ancaman atau tekanan dari pelaku. Dan korban dipulangkan ke rumah orangtua korban, karena belum ada tempat perlindungan sementara, sebagaimana dalam Pasal 13 UU PKDRT, bahwa untuk penyediaan ruang pelayanan khusus merupakan tugas pemerintah daerah.

- Terhadap delik aduan, penyidik melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

 Melengkapi administrasi penyidikan.  Mengirim surat panggilan terhadap tersangka.  Melakukan pemeriksaan terhadap tersangka.  Melakukan pemantauan terhadap tersangka, dengan cara

mewajibkan pelaku untuk absen di kantor kepolisian pada hari Senin dan Kamis.

 Mengadakan mediasi antara pihak korban dan pelaku.  Apabila mediasi sukses dan berhasil didapat kesepakatan, maka

korban atau pelapor mencabut laporan polisi.  Apabila penanganan sudah selesai, pelaku masih diawasi dan

diwajibkan absen pada hari Senin atau Kamis dan dilakukan pengawasan lingkungan.

- Terhadap delik biasa, penyidik melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

 Melakukan penangkapan terhadap tersangka.  Melakukan pemeriksaan terhadap tersangka.

 Melakukan penahanan terhadap tersangka.  Melengkapi berkas-berkas penyidikan, guna diteliti oleh jaksa

peneliti di Kejaksaan Negeri Salatiga.  Apabila berkas-berkas penyidikan sudah dinyatakan lengkap dan

siap untuk dilimpahkan, diberi kode P21 guna dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri Salatiga.

 Selanjutnya penyidik melimpahkan tersangka dan barang bukti ke Kejaksaan Negeri Salatiga dengan kode P22.

Dalam tahapan-tahapan diatas, penyidik menerbitkan SP2HP (Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan) untuk disampaikan kepada korban. Penerbitan SP2HP bisa dilakukan pada awal penyidikan, pertengahan penyidikan, dan akhir penyidikan (tergantung dari tingkat kesulitan kasus). Sementara untuk perlindungan terhadap korban, Polres Salatiga dan Pemerintah Kota Salatiga belum mempunyai rumah perlindungan, jadi apabila ada korban KDRT, Unit PPA Polres Salatiga melakukan koordinasi dengan Bapermas (Badan Pemberdayaan Masyarakat) Kota Salatiga untuk bersama-sama melindungi korban.

Untuk kasus KDRT yang termasuk delik aduan, maka penanganan dilakukan dengan ADR (Alternative Dispute Resolution). Bahwa tidak semua kasus KDRT yang ditangani merupakan delik aduan. Kasus KDRT yang merupakan delik aduan berdasarkan UU No. 23 Tahun 2004 antara lain :

 Kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga, dilakukan oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit  Kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga, dilakukan oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit

 Perbuatan kekerasan psikis dalam lingkup rumah tangga dilakukan oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan

penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari. (Vide Pasal 52)

 Perbuatan kekerasan seksual yang dilakukan terhadap orang yang

menetap dalam lingkup rumah tangga. (Vide Pasal 53) Dalam tahapan ADR tersebut, Unit PPA Polres Salatiga selalu

mendengarkan korban. Kemudian apabila ada kesepakatan dengan pelaku, dibuat surat kesepakatan bersama, dengan diberi materai dan cap RT dan RW setempat. Setelah ditemui kesepakatan antara korban dan pelaku, kemudian korban atau pelapor mencabut Laporan Polisi yang telah dibuat. Kepada pelaku masih dalam pengawasan dan diwajibkan untuk absen selama waktu tertentu.

Mengenai peran penyidik dalam menangani kasus KDRT, bahwa peran penyidik tersebut adalah netral (tidak berpihak). Selain itu, penyidik juga berperan sebagai fasilitator bagi korban KDRT.

Selama penanganan di Unit PPA Polres Salatiga, bahwa posisi korban dilindungi dan tidak ada ancaman dari pihak manapun. Setelah penanganan kasus KDRT selesai, terhadap pelaku masih dilakukan pengawasan dan pelaku diwajibkan untuk absen di kantor kepolisian Selama penanganan di Unit PPA Polres Salatiga, bahwa posisi korban dilindungi dan tidak ada ancaman dari pihak manapun. Setelah penanganan kasus KDRT selesai, terhadap pelaku masih dilakukan pengawasan dan pelaku diwajibkan untuk absen di kantor kepolisian

Sementara untuk upaya pencegahan yang diberikan oleh Unit PPA Polres Salatiga supaya tindak KDRT tidak terjadi lagi, yakni sebagai berikut :

“Unit PPA Polres Salatiga selama ini juga berupaya untuk mencegah tindakan KDRT tidak terjadi lagi dengan melakukan

sosialisasi peraturan perundang-undangan terkait KDRT, maupun melakukan penyuluhan”. 28

Dalam menangani kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga, penulis mengamati bahwa Unit PPA Polres Salatiga sendiri masih menemui beberapa kendala antara lain : sarana dan prasarana di kantor kepolisian yang terbatas, seperti ruangan kecil dan belum ada shelter (tempat perlindungan sementara) yang dapat dioperasionalkan dan digunakan oleh anggota kepolisian. Hal ini senada dengan pernyataan Kanit PPA Polres Salatiga, bahwa :

“Kendala yang dialami Unit PPA dalam menangangai kasus KDRT seperti sarana dan prasarana yang kami punya masih terbatas, pelaku melarikan diri dan untuk shelter sendiri belum ada, dan untuk

menyediakan shelter juga bukan k 29 ewenangan kami”.

Adapun kendala yang menghambat penanganan kasus KDRT dari perspektif korban, antara lain : korban seringkali baru melaporkan kasus yang dialaminya setelah beberapa kali mendapat kekerasan dari pelaku. Sehingga pada saat korban mengalami kekerasan untuk pertama kali

27 Wawancara dengan Kepala Unit PPA Polres Salatiga, Ipda Henri Widyoriani, SH pada Hari Kamis Tanggal 19 Oktober 2017.

28 Wawancara dengan Kepala Unit PPA Polres Salatiga, Ipda Henri Widyoriani, SH pada Hari Kamis Tanggal 19 Oktober 2017.

29 Wawancara dengan Kepala Unit PPA Polres Salatiga, Ipda Henri Widyoriani, SH pada hari Selasa tanggal 13 Juni 2017.

belum melaporkan ke Unit PPA. Kemudian dari kurang responsifnya anggota Unit PPA dalam menindaklanjuti laporan korban.

Dokumen yang terkait

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa Kelas 5 SDN 2 Danyang Kecamatan Purwodadi Tahun

0 0 14

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa Kelas 5 SDN 2 Danyang Kecamatan Purwodadi T

0 0 18

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa Kelas 5 SDN 2 Danyang Kecamata

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa Kelas 5 SDN 2 Danyang Kecamatan Purwodadi Tahun Ajaran 2014/2015

0 0 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penerapan Pendekatan Saintifik Melalui Model Project Based Learning(PjBL) terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas 5 Semester II Tahun Ajaran 2014/2015

0 0 23

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penerapan Pendekatan Saintifik Melalui Model Project Based Learning(PjBL) terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas 5 Semester II Tahun Ajaran 2014/2015

0 0 20

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penerapan Pendekatan Saintifik Melalui Model Project Based Learning(PjBL) terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas 5 Semester II Tahun Ajaran 20

0 0 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penerapan Pendekatan Saintifik Melalui Model Project Based Learning(PjBL) terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas 5 Semester II Tahun Ajaran 2014/2015

0 0 16

LAMPIRAN 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENELITIAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

0 0 33

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Perempuan sebagai Korban Tindak Pidana Kekerasan dalam Rumah Tangga: Studi di Unit Pelayanan Perempuan dan Anak Satuan

0 0 14