Karakteristik KDRT yang Ditangani Unit Pelayanan Perempuan dan Anak Sat Reskrim Polres Salatiga
Tabel I Jumlah Kasus KDRT Yang Ditangani Unit PPA Polres Salatiga sejak tahun 2015 – 2017 (Juni)
No.
Tahun
Jumlah Kasus KDRT
Sumber data : Unit PPA Polres Salatiga Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, jumlah kasus KDRT yang masuk dan ditangani oleh Unit PPA Polres Salatiga dari tahun 2015 sampai Juni 2017 berjumlah 32. Pada tahun 2015, jumlah kasus KDRT yang ditangani oleh Unit PPA Polres Salatiga berjumlah 15 (lima belas). Kemudian pada tahun 2016, jumlah kasus KDRT yang ditangani oleh Unit PPA Polres Salatiga mengalami penurunan menjadi 9 (sembilan) kasus. Sedangkan pada tahun 2017 (sampai bulan Juni), jumlah kasus KDRT yang ditangani oleh Unit PPA berjumlah 8 (delapan).
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa kasus KDRT yang dilaporkan korban dan ditangani Unit PPA Polres Salatiga dari tahun 2015 – 2017 mengalami penurunan.
Tabel II
Karakteristik Penanganan Kasus KDRT Yang Ditangani Oleh Unit PPA Polres Salatiga Sejak Tahun 2015 – 2017 (Juni) No. Tahun Jumlah Kasus
Diselesaikan
Dilimpahkan Ke
KDRT
Dengan ADR
Sumber data : Unit PPA Polres Salatiga Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, pada tahun 2015 dari 15 kasus yang ditangani oleh Unit PPA Polres Salatiga, 9 kasus diselesaikan dengan cara ADR (Alternative Dispute Resolution) dan 4 kasus berakhir dengan dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri Salatiga. Sementara pada tahun 2016, dari
9 kasus yang ditangani oleh Unit PPA Polres Salatiga, 7 kasus diselesaikan dengan cara ADR, dan tidak ada kasus yang dilanjutkan ke Kejaksaan Negeri Salatiga. Dan pada tahun 2017 bulan Juni, dari 8 kasus yang ditangani oleh Unit PPA Polres Salatiga, 7 kasus diselesaikan melalui ADR, sedangkan 1 kasus dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri Salatiga. Dapat dilihat bahwa dalam penanganan kasus kekerasan dalam rumah tangga di wilayah hukum Polres Salatiga oleh Unit PPA, mayoritas kasus diselesaikan dengan ADR, sebagai alternatif penyelesaian perkara pidana, jika gagal baru diajukan ke pengadilan. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam penanganan perkara KDRT, aparat penegak hukum dalam hal ini kepolisian, lebih mengutamakan penyelesaian dengan cara melibatkan peran aktif 9 kasus yang ditangani oleh Unit PPA Polres Salatiga, 7 kasus diselesaikan dengan cara ADR, dan tidak ada kasus yang dilanjutkan ke Kejaksaan Negeri Salatiga. Dan pada tahun 2017 bulan Juni, dari 8 kasus yang ditangani oleh Unit PPA Polres Salatiga, 7 kasus diselesaikan melalui ADR, sedangkan 1 kasus dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri Salatiga. Dapat dilihat bahwa dalam penanganan kasus kekerasan dalam rumah tangga di wilayah hukum Polres Salatiga oleh Unit PPA, mayoritas kasus diselesaikan dengan ADR, sebagai alternatif penyelesaian perkara pidana, jika gagal baru diajukan ke pengadilan. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam penanganan perkara KDRT, aparat penegak hukum dalam hal ini kepolisian, lebih mengutamakan penyelesaian dengan cara melibatkan peran aktif
Salatiga 22 : “Pada kasus KDRT yang ditangani oleh Unit PPA Polres Salatiga,
mayoritas korban (perempuan) mencabut aduannya, karena niat korban untuk membuat aduan tersebut semata-mata hanya untuk membuat jera pelaku yang notabene adalah suami korban. Aduan korban dicabut, setelah aparat Unit PPA Polres Salatiga mempertemukan pelapor (korban) dengan terlapor (pelaku), untuk diselesaikan secara damai. Kemudian dibuat surat kesepakatan, dan pelaku berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya lagi di lain waktu.”
Dengan banyaknya kasus KDRT yang diselesaikan secara kekeluargan melalui ADR, menunjukkan bahwa aparat penegak hukum dalam hal ini Unit PPA Polres Salatiga telah melaksanakan tugasnya dalam menangani kasus KDRT sesuai dengan salah satu tujuan penghapusan kekerasan dalam rumah tangga yang diatur dalam Pasal 4 UU PKDRT, yakni “memelihara keutuhan rumah tangga yang harmonis dan sejahtera”.
22 Wawancara dengan Kepala Unit PPA Polres Salatiga, Ipda Henri Widyoriani, SH pada Hari Selasa Tanggal 13 Juni 2017.
Tabel III
Karakteristik Kasus KDRT Yang Ditangani Oleh Unit PPA Polres
Salatiga ( Korban dan Pelaku)
No. Tahun Jumlah Kasus
Sumber Data : Unit PPA Polres Salatiga Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2015, dari 15 kasus yang ditangani oleh Unit PPA Polres Salatiga, semua pelakunya adalah suami. Sementara korbannya adalah isteri. Pada tahun 2016, dari 9 kasus yang ditangani oleh Unit PPA Polres Salatiga, semua pelakunya adalah suami, sementara korbannya adalah isteri. Sama halnya pada tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2017 dari 8 kasus yang ditangani, semua pelakunya adalah suami, sedangkan korban adalah isteri.
Berdasarkan data yang didapat oleh penulis, menunjukkan bahwa dalam kasus-kasus yang ditangani oleh Unit PPA Polres Salatiga dari tahun 2015 – 2017, semua korban kekerasan dalam rumah tangga adalah perempuan (isteri).
Tabel IV
Karakteristik Kasus KDRT Yang Ditangani Oleh Unit PPA Polres Salatiga ( Bentuk Tindak KDRT ) No. Tahun Jumlah Kasus
Bentuk Tindak
15 Kekerasan Fisik
44 UU No. 23 Tahun 2004
9 Kekerasan Fisik
44 UU No. 23 Tahun 2004
8 Kekerasan Fisik
44 UU No. 23 Tahun 2004
Sumber Data : Unit PPA Polres Salatiga Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2015 sampai dengan 2017, dari 32 kasus KDRT yang ditangani oleh Unit PPA Polres Salatiga, bentuk tindak KDRT yang dilakukan oleh pelaku terhadap korban adalah kekerasan fisik, pasal yang dikenakan adalah Pasal 44 UU PKDRT. Kekerasan fisik yang dilakukan seperti memukul, menampar, menendang, dan menarik rambut korban. Seperti dalam kasus yang dialami oleh korban KDRT yang bernama Titien Rukmana, dimana korban melaporkan tindak KDRT pada tahun 2016. Korban mengalami kekerasan oleh pelaku yang merupakan suaminya sendiri, bahwa kepala korban dipukul sebanyak 1 kali, sehingga menyebabkan memar dan bengkak. Kemudian dalam kasus lain, korban KDRT yang bernama Sisi Ariyani mengalami kekerasan oleh suaminya sendiri pada tahun 2015. Korban dipukul oleh pelaku sebanyak Sumber Data : Unit PPA Polres Salatiga Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2015 sampai dengan 2017, dari 32 kasus KDRT yang ditangani oleh Unit PPA Polres Salatiga, bentuk tindak KDRT yang dilakukan oleh pelaku terhadap korban adalah kekerasan fisik, pasal yang dikenakan adalah Pasal 44 UU PKDRT. Kekerasan fisik yang dilakukan seperti memukul, menampar, menendang, dan menarik rambut korban. Seperti dalam kasus yang dialami oleh korban KDRT yang bernama Titien Rukmana, dimana korban melaporkan tindak KDRT pada tahun 2016. Korban mengalami kekerasan oleh pelaku yang merupakan suaminya sendiri, bahwa kepala korban dipukul sebanyak 1 kali, sehingga menyebabkan memar dan bengkak. Kemudian dalam kasus lain, korban KDRT yang bernama Sisi Ariyani mengalami kekerasan oleh suaminya sendiri pada tahun 2015. Korban dipukul oleh pelaku sebanyak
Sementara ketentuan pidana bagi pelaku, diatur dalam Pasal 44 UU No. 23 Tahun 2004, antara lain : (1) Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup
rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan korban mendapat jatuh sakit atau luka berat, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda paling banyak Rp 30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah).
(3) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengakibatkan matinya korban, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun atau denda paling banyak Rp 45.000.000,00 (empat puluh lima juta rupiah).
(4) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah).