Hubungan Pengetahuan Perawat dalam Perawatan Infus dengan Terjadinya Plebitis Pada Pasien Usia 20-60 Tahun
1. Hubungan Pengetahuan Perawat dalam Perawatan Infus dengan Terjadinya Plebitis Pada Pasien Usia 20-60 Tahun
Tabel 1 Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat dalam Perawatan Infus dengan Terjadinya Plebitis
Kejadian Plebitis
Tingkat Pengetahuan
Tidak
Jumlah
Plebitis Terjadi
28 (100%) Spearman rho
Sig (ρ) = 0,023 r = 0,428
Berdasarkan Tabel 1 terlihat responden dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak
9 orang, sebagian besar (88,9%) tidak terjadi plebitis dan sebagian kecil (11,1%) terjadi plebitis. Responden dengan tingkat pengetahuan cukup sebanyak 16 orang, sebagian besar (81,3%) tidak terjadi plebitis dan sebagian kecil (18,7%) terjadi plebitis. Sedangkan responden dengan pengetahuan kurang sebanyak 3 orang, seluruhnya (100,0%) terjadi plebitis.
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan hubungan tingkat pengetahuan perawat dalam perawatan infus dengan kejadian plebitis. Berdasarkan hasil uji Spearman tersebut diperoleh koefisien korelasi hasil hitung ( hitung ) sebesar 0,428. Kemudian dibandingkan dengan r tabel product moment (sebagaimana tabel terlampir) pada jumlah responden 28,
df = 26 sebesar 0,374, sehingga hitung > tabel atau 0,428 > 0,374. Selain itu signifikan (α hitung ) yang diperoleh 0,023 < 0,05, berarti terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel. Tingkat hubungan dinyatakan dengan koefisiensi korelasi sedang. Dengan df = 26 sebesar 0,374, sehingga hitung > tabel atau 0,428 > 0,374. Selain itu signifikan (α hitung ) yang diperoleh 0,023 < 0,05, berarti terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel. Tingkat hubungan dinyatakan dengan koefisiensi korelasi sedang. Dengan
Berdasarkan hasil analisis dalam uji statistik “Korelasi Spearman Rho” didapatkan tingkat kemaknaan (ρ) = 0.023, yang berarti ada hubungan antara pengetahuan perawat dalam melakukan perawatan infus dengan terjadinya plebitis. Dengan nilai korelasi (r) = 0.428 yang berarti hubungan kedua variabel tersebut bersifat sedang. Semakin baik tingkat pengetahuan, semakin baik pula dalam pencegahan terjadinya plebitis. Pada hasil analisis tingkat pengetahuan responden baik 9 orang, tetapi terjadi plebitis 1 orang dikarenakan lokasi pemasangan didaerah persendian atau tangan kanan, pada saat anggota badan digerakkan maka kanule akan mengiritasi intima vena, sehingga menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah dan mengakibatkan terjadinya plebitis.
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan atau kognitif merupakan domain sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003). Dikatakan terbentuknya suatu perilaku baru dimulai dari domain kognitif atau pengetahuan (Notoatmodjo, 2005). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Meningkatkan pengetahuan juga dapat melalui interaksi dengan teman sejawat yang sehari- hari melaksanakan tugas yang sama dan didukung dengan teknologi dari alat infus yang tersedia. Dengan pengetahuan yang bertambah seseorang dapat mengubah perilakunya. Selain itu dengan masuknya teknologi akan tersedia pula bermacam-macam media massa yang dapat pula mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang inovasi baru (Notoatmodjo, 2005).
Karakteristik pendidikan responden adalah pendidikan Diploma III dan S1. Hal ini juga mendukung pengetahuan yang dimiliki oleh responden. Tingkat pendidikan seseorang sangat besar berpengaruhi terhadap pengetahuan. Seseorang yang berpendidikan tinggi, pengetahuan akan berbeda dengan orang yang hanya berpendidikan rendah (Notoatmodjo, 2003).
Karakteristik responden berdasarkan masa kerja, seluruhnya berpengalaman kerja lebih dari 2 tahun. Dari 28 responden, didapatkan data hanya sebagian kecil responden berpengalaman kurang dalam melakukan perawatan infus. Hal ini menunjukkan dengan bertambahnya pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan akan memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional serta dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan daya nalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata.
Faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan adalah umur. Dari karakteristik umur responden, dalam penelitian ini menunjukkan dari 28 responden didapatkan responden berumur 25-30 tahun dan >40 tahun masing -masing 8 orang (28,6%). Hal ini menunjukkan dengan bertambahnya umur semakin tinggi tingkat pengetahuan responden. Semakin tua seseorang semakin bijaksana, semakin banyak informasi dan banyak hal yang dijumpai akan menambah pengetahuannya.
Hasil kuesioner pengetahuan ditemukan hampir sepertiga responden memberikan jawaban yang salah pada nomor 6 tentang penggantian kateter vena bila tidak ada tanda- tanda plebitis. Penggantian kateter vena sebaiknya dilakukan tiap 48 s/d 72 jam, tetapi selama ini di lapangan jarang dilakukan penggantian kateter vena bila tidak plebitis, sehingga menyebabkan hampir sepertiga responden kurang memahami waktu yang tepat dalam penggantian kateter vena. Faktor terpenting dalam menangani plebitis adalah dari pengetahuan perawat.